Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ajaran Islam, banyak pandangan pandangan yang di tujukan
manusia, baik pandangan tersebut di sarikan dalam qalamullah didalam
alquran atau di contohkan dalam hadist yang sahih dalam menjalan
kehidupan. Pandangan ini tersusun dalam aturan yang mengatakan hal
tersebun haram, makruh, mubah, atau dalam hal diwajibkan.
Untuk menjaakan diri sebagai umat yang beriman dan beramal saleh
seringkali aturan tersebut menjadi hal spele, padahal hal tersebut dilarang
dan menjadi haram dalam agama. Contoh nya dalam berpakaian, dengan
ketentuan yang ada sebagai kita umat Nabi Muhammad SAW.
Bukan hanya itu manusia sering dilema dengan adanya kemajuan
teknoogi bahwa kemajuan tersebut seringkali menjadi salah guna bahkan
yang dahulu tidak ada dalam sejarah islam pada zaman nabi, sekarang
menjadi legaitas dalam menjaan kan kehidupan. Perlu kajian yang
mendalam hal ini supaya dalam hidup tidak terjadi nya peninggalan
generasi yang lemah, lemah dalam hal pendidikan, moral bahkan agama.
Meskipun islam fleksibel mengikuti perkembangan jaman tetapi hal
tersebut tidaklah boeh melampaui batas yang berada dalam alquran dan
hadis. Maka dari itu kajian ini haruslah menjadi keutamaan agar tidar
termasuk nya golongan manusia sebagai golongan yang merugi dan di benci
oleh sang pencipta.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata cara berpakaian menurut Islam?
2. Bagaimana tata cara berhias menurut Islam ?
3. Bagaimana pengguanaan kosmetik dalam Islam ?

4. Bagaimana pemakaian alkohol dalam Islam ?


5. Bagaimana olah raga dalam pandangan Islam ?
6. Bagaimana ketentuan khitan dalam pandangan Islam ?
C. Tujuan atau Mamfaat
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk kehidupan kita, karna penyangkutan
materi makalah ini yang di tujukan kepada atau kedalam hati sanubari manusia. Oleh
karna pehaman kita belum sempurna hendaknya makalah ini menambah dan
memenuhi hasrat kita supaya hidup kita lebih bermamfaat.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1.

Adab Memakai Pakaian Menurut Islam


Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai kerana pakaian

sopan dan menutup aurat adalah cermin seseorang itu Muslim sebenar. ISLAM tidak
menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika beribadah atau di
luar ibadat. Islam hanya menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup
aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.
Islam tidak menetapkan fesyen pakaian tetapi perlu mematuhi garis panduan
dalam menutup aurat. Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab
berpakaian untuk lelaki dan wanita iaitu:
a. Menutup aurat
Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut.
1. Adab berpakaian bagi seorang laki-laki
Tentang adab berpakaian bagi seorang laki-laki menurut Islam terlihat dari sabda
Nabi berikut ini:

..
)
Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta
pakaian yang dicelup dengan asfar. (HR. abran)
Adab berpakaian bagi seorang laki-laki dengan demikian, adalah:
Pertama, tidak boleh memakai pakaian sutra. Hal ini mengandung sebuah
didikan moral yang tinggi. Cincin dan sutra dua benda yang identik dengan kehalusan
dan keindahan yang menjadi ciri khasnya seorang perempuan. Cincin dan pakaian sutra
mengisyaratkan kemewahan dan kelemahgemulaian. Padahal seorang laki-laki
diharapkan untuk menjadi pelindung bagi keluarganya, masyarakatnya, dan negaranya.
Untuk menjadi seorang pelindung yang baik tentulah harus mempunyai kondisi fisik dan
penampilan yang menggambarkan sebuah kekuatan sehingga orang yakin terhadap
kemampuannya untuk memberikan perlindungan.
Disisi lain, pelarangan ini juga sekaligus sebagai upaya untuk pencegahan
terhadap sikap hidup bermewah-mewahan dan pamer (riya), padahal masih banyak

rakyat yang menderita dan hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan kata lain untuk
mengasah kepekaan sosial.
Kedua, mengenai model pakaian tidak ada aturan yang jelas asalkan menutup
aurat, memenuhi unsur tuntutan kesehatan. Akan lebih baik lagi jika unsur estetikanya
juga turut diperhatikan.
Ajaran Islam sangat menganjurkan kepada kaum laki-laki untuk mengenakan
pakaian yang baik, bersih, sopan, dan menutup aurat.
Perhatikan Firman Allah SWT berikut ini :

Artinya : Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian
takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. AlAraf : 26).
Di ayat lain Allah Berfirman :

Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, (QS. Al-Araf ; 31)
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa tata cara berpakaian bagi pria adalah sebagai
berikut :
1). Ketika mengenakan pakaian hendaklah niat untuk beribadah kepada Allah SWT, dan
ber doa.
Doa Berpakaian dan Membuka Pakaian : Allahumma innii asaluka min khoirihi wa
khoiri maa huwa lahu, wa auudzubika min syarrohi wa syarro maa huwa lahu
(wahai Allah, aku memohon kepada-Mu kebajikan pakaian ini dan kebajikan yang
disediakan baginya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan
sesuatu yang dibuat untuknya.) (HR. Ibnu Sunni)
2). Pakaian yang dipakai wajib menutup aurat, bagi laki-laki minimal menutup pusar dan
lutut.

3). Mendahulukan anggota badan yang kanan ketika hendak memakai pakaian, dan
anggota badan yang kiri ketika hendak melepas.
Dalil pokok dalam masalah ini, dari Aisyah Ummul Mukminin beliau mengatakan,
Nabi shallallahu alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan ketika bersuci,
bersisir dan memakai sandal. (HR. Bukhari dan Muslim)
4). Apabila hendak pergi ke Masjid, pakailah pakaian yang baik, bersih, dan rapi.
Sebagaimana firman Allah :

Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
(QS. Al-Araf ; 31)
5). Warna pakaian yang akan dipakai hendaklah berwarna putih.
Warna pakaian yang dianjurkan untuk laki-laki adalah warna putih. Tentang hal ini
terdapat hadits dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Kenakanlah pakaian yang berwarna putih, karena itu adalah sebaik-baik pakaian
kalian dan jadikanlah kain berwarna putih sebagai kain kafan kalian. (HR. Ahmad,
Abu Daud dll, shahih)
Para lelaki muslim, haram hukumnya menggunakan sutra dan emas, oleh karena
itu, dilarang bagi lelaki muslim untuk menggunakan barang-barang diatas, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW : sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutra) haram atas lakilaki umatku. (HR. Abu Daud)
Dan dalam Islam tidak diperkenankan lelaki memakai pakaian wanita dan
sebaliknya wanita tidak diperkenankan memakai pakaian laki-laki.

1.

Adab berpakaian bagi seorang perempuan


Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan

dan tapak kainya.


Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah aurat." (Bukhari)
Adab berpakaian bagi seorang perempuan dalam Islam tergambar dalam firman
Allah QS. an-Nur (24): 31,

Katakanlah

kepada

wanita

yang

beriman:

Hendaklah

mereka

menahan

pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan


perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putraputra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Kemudian diperkuat lagi dengan firman Allah QS. al-Ahzab (33): 59,

Artinya :. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan


isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab ; 59)
Di dalam sebuah hadis Nabi bersabda yang artinya : Sesungguhnya seorang
wanita apabila sudah sampai masa baligh (puber) tidaklah boleh memperlihatkan
tubuhnya, kecualimuka dan dua tapak tangannya ( HR. Abu Daud)

Dari kedua ayat dan hadis Nabi di atas dapat disimpulkan bahwa adab
berpakaian bagi seorang perempuan menurut Islam adalah:
Pertama, memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan. Kedua, tidak menampakkan (memamerkan) perhiasannya, kecuali yang
biasa nampak seperti cincin atau gelang. Ketiga, menampakkan perhiasaan hanya
dibolehkan bagi mahram dan suaminya. Keempat memanjangkan kerudung sehingga
menutupi dada. Kelima, tidak boleh memakai pakaian yang terlalu tipis sehingga
membuat bagian-bagian tubuhnya terlihat membayang. Keenam, tidak boleh memakai
pakaian yang terlalu ketat yang membuat lekukan-lekukan tubuhnya terlihat dengan
jelas. Ketujuh, dilarang memakai pakaian yang seronok, karena akan membuat mata
orang lain terus-menerus tertuju kepadanya, karena dikhawatirkan hal itu akan
menimbulkan fitnah dan niat jahat orang lain. Banyak fakta menunjukkan bahwa
kejahatan seksual terjadi selain faktor pelaku yang memang mempunyai tabiat jahat bisa
juga dipicu oleh pihak korban yang dengan sengaja atau tidak memakai pakaian yang
memperlihatkan aurat sehingga memancing perlakuan tak senonoh dari orang lain.
Dari dasar dalil diatas dapat dipahami bahwa Allah SWT menyuruh wanitawanita beriman agar berpakaian, dengan pakaian yang dapat menutup seluruh auratnya,
terutama sekali wanita yang sudah baligh (dewasa).
Dengan demikian tata cara berpakaian bagi wanita adalah :
1). Ketika mengenakan pakaian hendaklah berniat yang ikhlas, hanya untuk beribadah
kepada Allah SWT dan mencari rido-Nya..
2). Berdoalah sebelum berpakaian, agar pakaian berfungsi untuk ibadah.
Doa Berpakaian dan Membuka Pakaian : Allahumma innii asaluka min khoirihi wa
khoiri maa huwa lahu, wa auudzubika min syarrohi wa syarro maa huwa lahu
(wahai Allah, aku memohon kepada-Mu kebajikan pakaian ini dan kebajikan yang
disediakan baginya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan
sesuatu yang dibuat untuknya.) (HR. Ibnu Sunni)
3). Bagian anggota badan hendaklah ditutup seluruhnya kecuali muka dan telapak
tangan
4). Memanjangkan kerudungnya sampai menutup dada
5). Mendahulukan anggota badan yang kanan ketika hendak memakai pakaian, dan
anggota badan yang kiri ketika hendak melepas.
6). Warna pakaian yang akan dipakai hendaklah berwarna putih

b. Tidak menampakkan tubuh


Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak memenuhi syarat
menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh
merangsang nafsu orang yang melihatnya. Rasulullah SAW bersabda yang
bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu
golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul
manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang
dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.
Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau
syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh." (Muslim)
1. Pakaian tidak ketat
Tujuannya adalah supaya tidak menonjolkan atau melihatkan bentuk tubuh
badan.
2. Tidak menimbulkan ria
RASULULLAH SAW bersabda bermaksud: "Sesiapa yang melabuhkan
pakaiannya karena perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya
pada hari kiamat."
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Sesiapa yang memakai
pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan
pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasaiy dan Ibnu Majah)
3. Lelaki dan Wanita berbeda.
Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita,
begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas
menerusi sabdanya yang bermaksud: "Allah mengutuk wanita yang meniru
pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap
perempuan." (Bukhari dan Muslim)
Baginda juga bersabda bermaksud: "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita
dan wanita berpakaian lelaki." (Abu Daud dan Al-Hakim).
4. Larangan pakai sutera
Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang
memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq alaih)
5. Melabuhkan pakaian
Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak iaitu
bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah
berfirman bermaksud: "Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan

anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan beriman, supaya mereka


melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka
keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan
(ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang." (alAhzab:59)
6. Memilih warna sesuai
Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan
warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW.
Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan
kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasaie dan al-Hakim)
7. Larangan memakai emas.
Termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-barang perhiasan
emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan seperti ini
umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para lelaki
cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang sanggup bersubang
dan berantai. Semua ini amat bertentangan dengan hukum Islam.
Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram kaum lelaki memakai sutera dan
emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita."
8. Mulakan memakai dari sebelah kanan.
Apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya, mulakan sebelah kanan.
Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah
suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai kasut, berjalan kaki
dan bersuci." Apabila memakai kasut atau seumpamanya, mulakan dengan
sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai kasut,
mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, mulakan
dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai kasut
dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
9. Selepas membeli pakaian baru
Apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan oleh
Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya Allah, segala puji bagi-Mu,
Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan
apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada
kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu
telah datang daripada Rasulullah".

10. Berdoa ketika menanggalkan pakaian,


lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang mengurniakan pakaian ini untuk
menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan
nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia."
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan
menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenar.
II.2

Adab Berhias

1. Pengertian Adab dalam Berhias


Adab dalam berhias hampir sejalan dengan adab dalam berpakaian. Berhias, asal
dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan pada dasarnya dibolehkan dalam ajaran
Islam, bahkan dianjurkan asal menaati aturan-aturan yang telah digariskan. Karena,
seperti kata Rasulullah dalam sabdanya yang juga telah disebutkan sebelumnya, Allah
sendiri adalah penyuka keindahan.
Sesungguhnya Allah itu Indah dan Dia mencintai keindahan, Dia mencintai akhlak
yang mulia dan membenci perilaku yang tercela. (HR. at-abran dalam kitabnya
Mujam al-Aus dengan sanad dari Jabir r.a.)
Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:
a. Laki-laki dilarang memakai cincin emas
Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a
a. Jangan bertato dan mengikir gigi
Pada zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang menato sebagian besar tubuhnya,
muka dan tangannya dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman
sekarang ini (khususnya di lingkungan masyrakat kita) bertato banyak dilakukan
oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini, mereka merasa mempunyai kelebihan dari
orang lain.
Adapun yang dimaksud dengan mengikir gigi ialah memendekkan dan
merapikan gigi. Mengikir gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan
maksud agar tampak rapi dan cantik. Rasulullah SAW bersabda;


( )

10

Artinya: Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan yang minta
ditato, yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya. (HR At Thabrani)
a. Jangan menyambung rambut
Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat
pula riwayat sebagai berikut:


:


( )


Artinya: Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah,
sesunguhnya anak saya tertimpa suatu penyakit sehingga rontok
rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah boleh saya
menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah melaknat
perempuan yang melaknat perempuan yang melaknat rambutnya. (HR
Bukhari)
a. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias
Berlebih lebihan ialah melewati datas yang wajar dalam menikmati yang halal.
Berhias secara berlebih-lebiha cenderung kepada sombong dan bermegahmegahan yang sangat tercela dalam Islam. Setipa muslim dan muslimat harus
dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan kesombongan, baik
dalam berpakaian maupun dalam berhias bentuk yang lain. Memoles wajah
dengan bahan make-up terlampau banyak serta menggunakan perhiasan emas
pada leher, kedua tangan dan kedua kaki secara mencolok termasuk berlebihlebihan. Perbuatan yang demikian itu tidak lain adalah bermaksud untuk menarik
perhatian pihak lain, terutama lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan adalah
untuk menarik perhatian suaminya maka hal itu baik untuk dilakukan. Akan
tetapi, apabila yang dimaksud itu semua orang (selain suami) maka hal itu
termasuk perbuatan yang dialranga dalam Islam. Selain menjurus kepada sikap
sombong, berlebih-lebihan termasuk perbuatan tabzir, sedangkan tabzir dilarang
oleh Allah SWT.
Artinya: 26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27) Sesungguhnya

11

pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah


sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra : 26-27)

II.3.

Pandangan Medis dan Islam Tentang Kosmetika Moderen

Allah itu indah dan menyukai keindahan. (HR. Bukhari)


Demikian cuplikan sebuah hadist yang cukup populer .
Manusia dilahirkan dalam keadaan menyukai yang indah-indah dan senang
dengan yang bagus-bagus. Tanpa keindahan, manusia akan lAhir sebagai orang yang
biadab. Islam mengakui itu, setiap muslim dituntut untuk tampil indah menawan.
Apalagi kalau mau berangkat shalat, khususnya kaum lelaki: Kenakanlah
perhiasanmu setiap kali menghadiri masjid. (Al-Araaf : 31)
Islam juga membolehkan memakai celak, dengan bubuk itsmid. Gunakanlah
itsmid sebagai celak, ia dapat menumbuhkan bulu mata(HR. At-Tirmidzi)
Bagi kaum perempuan, juga boleh berhias, di hadapan suami, di hadapan suami dan di
hadapan sesama perempuan. Tapi, harus diingat betul, hindari cara yang haram.
A.

Hukum Memakai Kosmetik


Boleh-boleh saja, asalkan bahannya bagus, tidak merusak, dan tidak berlebihan.

Karena Nabi bersabda, Segala yang berbahaya dan membahayakan adalah dilarang.
(HR. At-Tirmidzi, Al-Baihaqi dan lain-lain).
B.

Bahan-bahan Kosmetika moderen yang ada sekarang


Doktor Mahmud Majid Al-Bayyar konsultan penyakit kulit dan kelamin

menyatakan: Sesungguhnya seluruh jenis bahan kosmetik itu terdiri dari komposisi
bahan-bahan kimia yang memiliki pengaruh berbahaya terhadap sebagian konsumen.
Baik dalam wujud pengaruh langsung yang merusak kulit, atau menimbulkan reaksi
tidak wajar terhadap beberapa jenis kulit, akibat sebagian bahan yang terkandung di
dalamnya, khususnya terhadap mereka yang mengidap alergi kulit. Bisa juga

12

menimbulkan bahaya bila terkena sinar matahari, atau karena penumpukan bahan-bahan
tersebut pada permukaan kulit.
Profesor Wahbah Ahmad Hasan, seorang Guru Besar di bidang penyakit kulit
menyatakan: Sesungguhnya bahan rias kulit dapat menimbulkan dampak berbahaya,
karena terdiri dari komposisi berbagai logam berat semacam timah dan air keras yang
dicairkan dalam beberapa campuran bahan mengandung minyak seperti minyak cocou.
Sebagian bahan perwarna yang digunakan juga mengandung unsure-unsur yang diproses
dari dari minyak tanah. Kesemuanya adalah bahan-bahan oksidat yang berbahaya bagi
kulit. Penyerapan yang dilakukan pori-pori kulit terhadap bahan-bahan tersebut dapat
menimbulkan peradangan dan alergi. Kalau penggunaan bahan-bahan kosmetik itu terus
digunakan, bahkan dapat berbahaya bagi sel-sel yang berada di darah, hati dan ginjal.
Sementara bahan-bahan yang terkandung dalam komposisi bahan-bahan kosmetik itu
memiliki karakter daya meresap yang tinggi, sehingga tubuh tidak dapat dengan cepat
terbebas dari pengaruhnya.
Doktor Wafa Ramadhan, seorang dosen sekaligus dekakan jurusan penyakit kulit
di fakultas Kedokteran Tanta: Sebagian Beauty Powder menyebabkan timbulnya
radang kulit. Bahkan sebagian jenis Super Cream dapat merangsang bertambahnya
jumlah jerawat remaja. Karena kandungan gizinya justru menyuburkan tumbuhnya
jerawat.
Pusat lembaga kesehatan di Kanada menyebutkan hasil penelitian yang mereka
jalankan, yang lalu diakui sebagai hasil penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), bahwa berbagai bahan kimia yang sering dikonsumsikan pada banyak anggota
tubuh dan berbagai formula kimia yang mengandung cholorofine, khususnya yang
mengandung choloroform, disinyalir sebagai penyebab penyakit kanker. Hasil penelitian
itu lalu dipublikasikan dan dimaklumatkan dikalangan apoteker pada tahun 1397H.
Sudah dimaklumi, bahwa bahan-bahan itulah yang digunakan dalam pembuatan bahan
kosmetika, khususnya lipstick.
Kalangan medis juga menyingkap berbagai hasil penelitian ilmiah lain berkaitan
dengan lipstick. Diantaranya bahwa lipstick itu dapat menyerap cahaya dan
menyebabkan bibir menjadi kering dan pecah-pecah, sebagaimana bahan itu juga

13

menimbulkan warna gelap seputar bibir. (Zienaul Marah Bainat Thibb Wasy Syara
oleh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnid)

C.

Bahan Kosmetika Dibuat


Pihak keamanan di salah satu Negara Arab berhasil membekuk oknum yang

telah memproduksi bahan-bahan kosmetika palsu dalam jumlah besar. Salah satu
produsennya mengaku bahwa ia telah memproduksi lipstick dan gincu dengan
menggunakan bahan dari bensin mobil. (Surat Kabar Al-Madinah 9259)
Sebagian kalangan yang bertanggungjawab terhadap kemanusiaan berhasil
memutar film documenter dengan judul: Jeritan Terselubung pada tahun 1405H/1980
M. Pemutaran film itu menimbulkan reaksi dasyat dari pihak yang mengupayakan
penguguran bayi tersebut di dunia internasional. Mereka menyanggah tindakan
penguguran tersebut, yang telah dilakukan oleh oknum yang telah memprakarsai 60.000
usaha pengguguran dan langsung menangani 5000 usaha pengguguran.
Film itu dimulai dengan mengetengahkan kondisi janin yang sehat melalui
gambar sinar laser. Sebelum dilahirkan. Kemudian dilanjutkan dengan operasi
pemotongan jasad dengan memisahkan kepala dan badannya, ketika sang janin masih
berenang di cairan yang memenuhi bagian dalam rahim, yakni dengan menggunakan
alat penggugur moderen (Galotin) yang dapat melakukan operasi pemotongan dengan
akurat. Film itu menjelaskan bagaimana sang janin itu memang belum dilahirkan,
namun sudah menanggung rasa sakit yang hebat, hingga operasi pengguguran selesai.
Gerak-gerik sang bayi dalam rahim itupun menjelaskan dengan kondisi yang tidak
diragukan lagi, bagaimana ia berada dalam kondisi yang menanggung rasa sakit, karena
ia bergerak menghindari alat pemotong yang mendatangkan maut baginya. Sebagimana
detak jatung sang bayi pun berdetak semakin keras dan berteriak, seperti teriakan orang
yang tenggelam dalam air. (Majalah Iqra, edisi 862, dengan perubahan bahasa)
D.

Adanya Penggunaan Janin-Janin


Seorang wartawati Yugoslavia Padorida menyatakan: Janin-janin manusia yang

masih hidup digunakan sebagai bahan eksperimen dan bahan pembuatan kosmetika!

14

Akhirnya terbongkar juga di negeri Inggris salah seorang dokter spesialis terkenal dalam
penyakit wanita dan persalinan, ternyata menjual janin-janin bayi ke sebuah perusahaan
khusus yang memproduksi sabun kosmetik. (Majalah Iqra, edisi 862, dengan
perubahan bahasa)
Salah satu perusahaan India yang khusus memproduksi bahan-bahan kosmetika
dipaksa menarik kembali Gizi Super Cream hasil produksinya dari pasaran, setelah para
konsumen yang naik pitam mengetahui bahwa bahan kecantikan itu dibuat dari kecoak.
Perusahaan itu sendiri mengaku menggunakan bubuk kecoak untuk menambah protein
pada Cream wajah tersebut. Bisa jadi karena tidak berhasil mendapatkan janin-janin
manusia, ia terpaksa menggunakan kecoak. (Lihat surat kabar Riyadh, edisi 9406)
Semua yang tersebut diatas, hanya sebagian kecil dari kenyataan yang ada. Kita Cuma
perlu hati-hati menggunakan berbagai bahan kosmetik, terutama produk impor yang
belum bisa dipertanggungjawabkan. Baik karena kandungan bahannya yang punya daya
rusak bagi tubuh, atau karena mengandung unsur najis atau haram.
E.

Menurut Para Ulama


Fadhilah Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah pernah ditanya tentang

hukum menggunakan bedak kecantikan (Beauty Powder). Beliau menjawab: Hukum


menggunakan bedak-bedakitu perlu dirinci. Kalau dapat mempercantik, namun tidak
menimbulkan bahaya pada wajah, dan tidak menimbulkan efek sampingan, tidak
menjadi masalah. Tapi kalu menimbulkan efek sampingan atau berbahaya, jelas dilarang
karena bahayanya.
Beberapa pernyataan kalangan medis terdahulu telah memastikan bahwa bahan-bahan
kosmetik itu amat berbahaya.
Adapun Fadhilah Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
menyatakan : Adapun bahan-bahan kosmetik, jelas kami larang. Karena dapat
mempercantik wajah dalam waktu sementara, tetapi dapat menimbulkan bahaya besar,
sebagaimana terbukti menurut penyelidikan medis. Kalau wanita pemakainya telah
bertambah usianya, wajahnya akan berubah dratis. Saat itu sudah tidak ada guna lagi

15

bahan-bahan kosmetik tersebut atau yang lainnya. (Fatwa-fatwa Manarul Islam III :
831, disusun oleh Abdullah Ath-Thayyar)
Fadhilah Syaikh Muhammad bin Utsaimin juga pernah ditanya tentang hukum
menggunakan pemerah bibir (lipstick). Beliau menjawab: Apabila terbukti bahwa
pemerah bibir itu dapat menimbulkan bahaya, dalam kondisi demikian, jelas dilarang.
Saya mendapat informasi bahwa bahan itu dapat menimbulkan pecah-pecah pada bibir.
Kalau itu benar, berarti ia dilarang, karena seorang muslim dilarang melakukan hal yang
berbahaya buat dirinya.
Jadi menurut para ulama,memakai bahan kosmetik boleh-boleh saja, asal tidak
berbahaya. Namun kenyataan membuktikan, bahwa bahan-bahan kosmetika yang
tersebar di pasaran sekarang ini, umumnya, kalau tidak bisa dibilang semuanya, pasti
menimbulkan efek sampingan. Sementara mempercantik diri, toh bisa dilakukan dengan
banyak membasuh wajah, atau melalui penggunaan bahan-bahan tradisional yang
relative aman. Terutama lagi, bahan-bahan yang dikenal multi fungsi, diantaranya adalah
madu. Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan, Bahwa madu selain dapat menjadi
minuman bila di campur dengan minuman, dapat menjadi makanan bila dicampur
dengan makanan, juga dapat menjadi obat bila dicampur dengan obat. Madu juga
berfungsi membasmi kutu bila dioleskan di kulit kepala, menghilangkan gatal-gatal,
dapat juga menghaluskan wajah, dan lain-lain. (Lihat Ath-Thibbun Nabawi, karya
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah)
II.4.Akohol dan Pemamfaatannya dalam Islam
A. Definisi Alkohol
Berbicara alkohol tidak bisa dipisahkan dengan istilah khamar. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, alkohol berarti zat cair yang memabukkan (sebagai yang
dicampurkan di minuman keras dan sebagainya). Menurut Syekh Zainuddin Ibn Abd
Aziz al-Malibary, segala minuman yang bias memabukkan dalam jumlah banyak atau
sedikit baik itu berupa khamar atau bukan, adalah diharamkan.
Kata alkohol berasal dari bahasa Arab, yaitu ( ( ) alkuhul), rumusnya adalah
C2 H5 - OH.= C= Carbonium, artinya zat arang; H berarti Hidroginium, maksudnya zat
cair. Dengan demikian, C2H50H artinya persenyawaan antara 2 atom zat arang dengan 5

16

atom zat cair. Alkohol semacam ini disebut "alkohol absolutus", yaitu alkohol 99 %.,
sedangkan l %-nya adalah air.
Masalah alkohol dalam minuman telah lama menjadi persoalan kaum muslimin.
Persoalan tersebut menjadi semakin menghangat dengan semakin luasnya pergaulan di
mana manusia banyak bergaul dengan bangsa yang tidak mempersoalkan keberadaan
alkohol dalam minumannya. Kaum muslimin tidak hanya mempersoalkan alkohol dalam
minuman, tetapi juga alcohol dalam obat, kosmetika, dan dalam makanan. Hal tersebut
mudah dipahami karena pada kenyataannya alkohol banyak terdapat pada ketiga jenis
komoditi tersebut.
Selain itu antusiasme kaum muslimin membicarakan masalah alcohol merupakan
indikasi yang menggembirakan karena hal itu merupakan pertanda meningkatnya
kesadaran keagamaan yang menuntut kehalalan apa saja yang dikonsumsi dalam
keseharian.
B. Dasar Hukum Alkohol
Islam dengan tegas dan jelas telah mengharamkan khamar dan judi bagi seluruh
kaum Muslim berdasarkan nas Al-Qur'an al-Karim dan hadis hadis Nabi. Khamar ialah
segala sesuatu yang memabukkan yang menghilangkan akal, dan menyebabkan manusia
keluar dari kesadarannya yang benar. Tiap-tiap minuman yang memabukkan adalah
haram dan dinamai khamar. Sesuatu yang dapat memabukkan apabila diminum sedikit
apalagi
banyak maka hukumnya haram.
Khamar adalah perasan anggur (dan sejenisnya) yang diproses menjadi minuman
keras yang memabukkan, dan segala sesuatu yang memabukkan adalah khamar. Umat
Islam masih terus meminum khamar hingga Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke
Madinah. Umat Islam bertanya-tanya tentang minum khamar dan tentang berjudi demi
melihat kejahatan-kejahatan dan kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh kedua
perbuatan itu. Oleh karena itulah Allah menurunkan ayat :
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa'at bagi manusia. Tetapi dosanya
lebih besar dari manfa'atnya. (Surat Al-Baqarah ayat 219).
Maksudnya ialah bahwa melakukan kedua perbuatan itu mengandung dosa besar,
karena di dalamnya kemadaratan-kemadaratan serta kerusakan kerusakan material dan
keagamaan. Kedua hal itu memang mempunyai manfa'at yang bersifat material, yaitu

17

keuntungan bagi penjual khamar dan kemungkinan memperoleh harta benda tanpa susah
payah bagi si penjudi.
Akan tetapi dosanya jauh lebih banyak daripada manfa'at-manfa'atnya itu. Lebih
besar dosanya daripada manfa'atnya itulah yang menyebabkan keduanya diharamkan.
Hal ini jugalah yang membuat keduanya lebih cenderung untuk diharamkan walaupun
belum diharamkan secara mutlak.
Setelah ayat di atas turun pula ayat yang mengharamkan khamar dalam
kaitannya dengan shalat terutama bagi mereka yang telah kecanduan khamar dan telah
menjadi bagian dari hidupnya. Dari larangan di atas nyatalah, bahwa Allah Swt.
mengkategorikan, judi, berkorban untuk berhala dan bertenung (mengundi nasib) sama
dengan khamar. Oleh Allah Swt. semua hal ini dihukumkan sebagai berikut:
1. Keji dan menjijikkan, sehingga harus dihindari oleh setiap orang yang
mempunyai pikiran waras;
2. Perbuatan, godaan dan tipu daya syaitan.
3. Lantaran perbuatan itu merupakan perbuatan syaitan, maka haruslah dihindari.
Dengan menjauhkan diri dari perbuatan itu, maka berarti yang bersangkutan
telah bersiap sedia untuk meraih kebahagiaan dan keberuntungan.
4. Tujuan syaitan menggoda manusia agar meminum khamar dan berjudi tidak lain
untuk merangsang timbulnya permusuhan dan persengketaan. Permusuhan dan
persengketaan ini merupakan dua bentuk kerusakan duniawi.
5. Tujuan lain dari godaan itu ialah untuk menghalangi orang dari mengingat Allah
dan melalaikan shalat. Hal ini jelas merupakan kerusakan keagamaan.
Atas dasar itulah manusia diwajibkan menghentikan perbuatanperbuatan
tersebut. Ayat di atas merupakan ayat terakhir yang menghukumi minum khamar dengan
hukum "haram mutlak" (Qath'i). Minuman khamar diharamkan atas dasar ayat AlQur'an, Hadits dan Ijma'ul Muslimin. Berdasarkan Firman Allah SWT bahwa haramnya
khamar terdapat dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 90-91 sebagaimana telah
disebutkan di atas. Pada ayat tersebut terdapat 10 (sepuluh) hal yang menunjukkan
haramnya khamar.
C. Pendapat Para Ulama Tentang Pemanfaatan Alkohol

18

Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Muhammad Rasyid Rida bahwa
meminum minuman yang mengandung unsur alkohol, walaupun kadarnya sedikit dan
tidak dimabukkan, sebaiknya dihindarkan untuk tidak diminum. Mereka berpegang pada
kaidah "sadd az-zari'ah" (tindakan pencegahan), karena meminum minuman yang
mengandung alkohol dalam jumlah sedikit tidak memabukkan, tetapi lama-kelamaan
akan membuat ketergantungan bagi peminumnya, sedangkan meminumnya dalam
jumlah yang lebih sudah pasti memabukkan. Karenanya, hal ini lebih banyak membawa
mudarat daripada manfaat.
Dalam hal pemanfaatan alkohol untuk keperluan sandang dan papan (seperti
pembersih alat-alat tertentu di rumah tangga, rumah sakit, kegiatan industri, dan
laboratorium), sebagian ulama mengatakan hukumnya najis dan sebagian lainnya
mengatakan tidak najis.
Imam Mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali) sepakat mengatakan
bahwa alkohol adalah najis, dengan mengkiaskannya kepada khamar karena kesamaan
illat atau sebabnya, yaitu sama-sama memabukkan.
Ulama yang menghukumkan khamer sebagai najis beralasan pada surah alMa'idah (5) ayat 90. Dalam ayat itu disebutkan bahwa khamar termasuk rijs yang
diartikan najis, dan najis adalah kotor berdasarkan firman Allah SWT dalam surah al-A
'raf (7) ayat 157, karenanya harus dijauhi. Atas dasar ini; mereka menetapkan bahwa
alkohol dan semua yang memabukkan adalah najis, sebagaimana khamar. Sebagian
ulama Mazhab Hanafi bahkan menegaskan bila alkohol mengenai pakaian, maka
pakaian itu tidak boleh dipakai untuk shalat. Jika tetap dipakai, maka shalatnya tidak sah
atau batal.
Pendapat di atas beralasan pada hadis Nabi SAW yang diriwayatkan dari
Sa'labah al-Khasyani. Dalam hadits tersebut ia bertanya kepada Rasulullah SAW: "Ya
Rasululah, kami berada di kampung orang-orang ahlul kitab, apakah kami boleh makan
memakai alat-alat (misalnya piring yang telah) mereka (pakai)?" Rasulullah SAW
menjawab: "Jika kamu bias mendapatkan yang lain, selain dari alat yang mereka pakai
itu, maka jangan kamu makan di situ. Tetapi, jika tidak ada yang lain lagi, maka
basuhlah (terlebih dahulu), baru kamu makan di situ" (HR. ad-Daruqutni). Dalam
riwayat lain dikatakan pula: "Kami berkunjung kepada orang-orang " ahlulkitab, mereka
memasak daging babi dalam periuk mereka dan minum khamar dengan alat-alat (gelas)
mereka. Rasulullah SAW menjawab: "Jika kamu bisa mendapatkan yang lain, pakailah

19

yang lain, tapi jika tidak ada yang lain, maka basuhlah dengan air, lalu makan dan
minumlah di situ" (HR. Abu Dawud).
Di antara ulama yang berpendirian bahwa khamar itu suci adalah Muhammad
bin Ali asy-Syaukani dan Muhammad Rasyid Rida dalam kitab Tafsir al-Manar,
menyatakan ketidak najisan alkohol dan khamar serta berbagai parfum yang
mengandung alkohol atas dasar tidak adanya dalil sarih (tegas) tentang kenajisannya.
Majlis Muzakarah al-Azhar Panji Masyarakat berpendapat sama bahwa alkohol di dalam
minyak wangi hukumnya tidak haram, sebaliknya memakai minyak wangi malah
disunahkan.
Atiah Saqr (ahli fikih Mesir) dalam bukunya Al-Islam Wa Masyakil Al- Hajah
(Islam dan Masalah Kebutuhan) mengemukakan bahwa mengingat alkohol kini sudah
banyak digunakan untuk berbagai keperluan (seperti medis, obat-obatan, parfum dan
sebagainya), maka ia cenderung mengambil pendapat yang mengatakan kesuciannya,
karena pendapat ini sesuai dengan prinsip alyusr (kemudahan) dan adam al-haraj
(menghindarkan kesulitan) dalam hukum Islam.
Dalam menetapkan hukum penggunaan alkohol untuk pengobatan, ulama fikih
tetap berpedoman pada hukum khamar. Imam mazhab yang empat pada dasarnya
sepakat mengatakan bahwa memakai khamar dan semua benda benda yang
memabukkan untuk pengobatan hukumnya adalah haram.
Pendapat ini beralasan pada hadis riwayat Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat (untuk) kamu
dari sesuatu yang diharamkan memakannya" (HR. al- Bukhari).
Tariq bin Suwaid meriwayatkan pula bahwa dia'' bertanya kepada Rasulullah
SAW tentang khamar. Rasulullah SAW melarang atau membenci pembuatan khamar itu.
Ibnu Suwaid berkata: "Aku membuatnya hanya semata-mata untuk obat". Rasulullah
menjawab: "Sesungguhnya (khamar) itu bukannya obat, tetapi malah penyakit" (HR.
Abu Dawud). Hadis lain dari Abu Darda yang mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan (sekaligus) penawar (obat)-nya,
maka berobatlah kamu sekalian, dan janganlah kamu berobat dengan yang haram"(HR.
Abu Dawud).
Akan tetapi, ulama yang datang belakangan memberikan kelonggaran dengan beberapa
persyaratan tertentu. Sebagian ulama Mazhab Hanafi membolehkan berobat dengan
sesuatu yang diharamkan (termasuk khamar, nabiz, dan alkohol), dengan syarat

20

diketahui secara yakin bahwa pada benda tersebut benar-benar terdapat obat (sesuatu
yang dapat menyembuhkan), dan tidak ada obat lain selain itu.
Ulama dari kalangan mazhab Syafi'i berpendapat bahwa haram hukumnya
berobat jika hanya dengan khamar atau alkohol murni, tanpa dicampur dengan bahan
lain, di samping memang tidak ada bahan lain selain bahan campuran alkohol tersebut.
Disyaratkan pula bahwa kebutuhan berobat dengan campuran alkohol itu harus
berdasarkan petunjuk atau informasi., dari dokter muslim yang ahli di bidang itu.
Demikian pula penggunaannya hanya sekedar kebutuhan saja dan tidak sampai
memabukkan.
Pada umumnya, ulama fikih membolehkan menggunakan alcohol untuk berobat
sejauh adanya situasi atau kondisi keterpaksaan atau darurat. Mereka beralasan pada
ayat-ayat Al-Qur'an, hadits-hadits Nabi SAW, dan kaidah fikih.
Dalil-dalil dari Al-Qur'an yang dikemukakan antara lain, surah al- Baqarah (2)
ayat 185: "...Allah menghendaki bagimu suatu kemudahan dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu..." dan al-Hajj (22) ayat 78: "...dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan..." Kebolehan menggunakan alkohol itu juga
dikiaskan kepada kebolehan memakan beberapa jenis makanan yang diharamkan,
apabila keadaan
memaksa tanpa sengaja untuk berbuat dosa (QS.2:173, 5:3, 6:145, dan16:115).
Dalil-dalil berdasarkan hadis yang digunakan antara lain, hadis dari Ibnu Abbas
yang menjelaskan: "Sesungguhnya Allah mensyariatkan agama, maka dijadikan-Nya
agama itu mudah, lapang dan luas, dan Dia tidak menjadikannya suatu kesempitan"
(HR. at-Tabrani). Sedangkan kaidah fikih yang menopangnya antara lain, "Kesulitan itu
dapat membawa kepada kemudahan" dan "Keterpaksaan dapat membolehkan sesuatu
yang
diharamkan". Tentang penggunaan alkohol sebagai obat luar, terdapat perbedaan
pendapat. Ulama fikih yang memandang alkohol adalah najis (dengan mengkiaskannya
kepada najisnya khamar) memberikan keringanan untuk berobat dengan alkohol atau
campuran alkohol, selama tidak ada obat lain yang tidak mengandung alkohol. Akan
tetapi, ulama fikih yang memandang alkohol bukan najis tetapi suci, membolehkan
untuk menggunakan alcohol sekalipun ada obat lain yang tidak mengandung alkohol,
apalagi obat itu tidak untuk diminum atau untuk dimakan. Pendapat ini merupakan
pendapat mayoritas ulama.

21

Sekelompok fukaha dan sebagian ulama fikih Mazhab Hanafi yang berpendapat
bahwa alkohol adalah najis, menyatakan tidak boleh memakai wangi-wangian atau
parfum yang bercampur alkohol. Apabila pakaian yang dikenai parfum dipakai untuk
shalat, maka shalatnya tidak sah. Ulama fikih seperti Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al
Muzani dan fukaha kontemporer mazhab Hanafi berpendapat bahwa alkohol bukan
najis. Alasannya, tidak mesti sesuatu yang diharamkan itu najis, banyak hal yang
diharamkan dalam syarak tetapi tidak najis. Kalaupun hal tersebut najis, ia tidak
termasuk dalam najis 'aini, tetapi hanya najis hukmi. Muhammad Rasyid Rida dalam
kitab Tafsir al-Manar, mengatakan bahwa menghukumi najisnya Alkohol yang kini
sudah banyak digunakan untuk tujuan-tujuan positif (seperti untuk keperluan medis,
campuran obatobatan, dan sebagainya) tentu akan menimbulkan kesulitan (haraj) bagi
umat manusia, dan ini bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an yang menyatakan kesulitan
itu harus dihilangkan.
Menurut Keputusan Muktamar Nahdhatul Ulama ke-23 di Solo pada tanggal 25
oktober 1961 m ditegaskan bahwa alkohol itu termasuk benda yang menjadi perselisihan
hukum di antara para ulama. Dikatakan bahwa alcohol itu najis, sebab memabukkan,
dan juga dikatakan bahwa alkohol itu tidak najis sebab tidak memabukkan. Akan tetapi
muktamar berpendapat najis hukumnya, karena alkohol itu menjadi arak. Adapun
minyak wangi yang dicampuri alkohol itu, kalau campurannya hanya sekedar menjaga
kebaikannya, maka dimaafkan. Begitupun halnya obat-obatan.
D. Manfaat Alkohol Dalam Kehidupan Manusia
Berdasarkan kemampuan alkohol melarutkan berbagai bahan organic (juga obat),
alkohol banyak digunakan dalam pembuatan obat minum. Secara umum ada 3 fungsi
alkohol dalam obat minum, yaitu (1) pelarut, (2) preservatif, (3) penyegar, dan (4) zat
aktif dalam obat.
Pada sediaan obat luar, alkohol sering merupakan zat aktif (kompres, lotion,
desinfektan dan sebagainya) disamping sebagai zat pembawa (pelarut). Sedangkan pada
sediaan obat dalam (obat minum) fungsi alkohol yang menonjol adalah sebagai
penyegar. Dengan demikian pada dasarnya penggunaan alkohol dapat dihindari.
Satu hal yang patut dicatat ialah kenyataan bahwa alkohol yang digunakan dalam
obat diperoleh dari alkohol murni atau alkohol 90% dan 95% yang menurut pemahaman
di atas dapat dikategorikan haram. Selain itu alkohol yang bekerja menekan saraf pusat,

22

akan berinteraksi dengan berbagai senyawa obat, utamanya yang bekerja pada susunan
saraf pusat (anthistamin, psikotropika, sedativa, narkotika). Data farmakologi
menunjukkan bahwa alkohol juga berpengaruh buruk pada beberapa sistem organ tubuh
(sistem
saraf pusat, jantung, pembuluh darah, pencernaan, sistem metabolisme, ekskresi, fungsi
hati, dan pertumbuhan janin). Perlu pula dicatat bahwa balita lebih peka terhadap efek
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alkohol bukanlah obat (kalau
dimaksudkan sebagai obat dalam). Ini sejalan dengan sabda Nabi: "Khamr itu bukan
obat, tetapi penyakit".
Fungsi alkohol dalam sediaan kosmetika (juga parfum) pada umumnya adalah
sebagai pelarut dan digunakan untuk di luar badan. Sesuai dengan apa yang telah
dikemukakan sebelumnya, penggunaan alkohol untuk obat luar, menurut hemat saya
tidak ada keberatannya. Adapun bagi mereka yang berpendapat alkohol itu najis, perlu
diketahui bahwa alkohol pada dasarnya adalah benda cair yang mudah menguap.
Beberapa saat setelah kosmetika (juga parfum) diaplikasikan, maka alkohol akan segera
menguap sehingga orang tidak lagi mengenal adanya alkohol (undetec- table). Adanya
bau dari parfum yang diaplikasikan pada pakaian, adalah zat wanginya, bukan
alkoholnya.
Adapun meminum khomar (arak) itu termasuk dosa besar, kecuali jika sekedar
untuk obat sedangkan tidak ada lagi obatnya selain dengan khomar itu atau jika khomar
itu karena lama disimpan sehingga menjadi cuka dengan sendirinya (tak dicampurinya
apa-apa), maka khomar itu menjadi suci dan mengharamkan khamar karena ia
menghancurkan harta dan kesehatan, menghilangkan akal, menyebabkan terjadinya
berbagai penyakit di hati, menyebabkan terjadinya penyakit TBC, menyebabkan
pecandunya cepat tua, serta melemahkan akal dan syaraf. Seorang dokter berkebangsaan
Jerman berkata, Tutuplah setengah jumlah warung minuman keras yang ada, maka saya
jamin kita tidak akan memerlukan lagi setengah jumlah rumah sakit, panti jompo, dan
penjara yang ada.
Adapun 'illat (sebab-sebab) haramnya khomar (arak) itu ialah karena
memabokkan bagi umumnya manusia yang meminumnya. Maka oleh karena itu bagi
orang yang tidak mabokpun karena meminumnya, hukumannya tetap haram, sebab
hukum itu berdasarkan keadaan umum. Hukum ini disyariatkan oleh Allah justru untuk
memelihara kesehatan manusia pada umumnya dan menjaga terganggunya keamanan

23

umum, sebab kalau dibiarkan orang-orang itu meminum arak, betapa besarnya bahaya
karenanya.
Menurut nash Al Qur'an, pada khamar itu terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat. Adapun yang dimaksud dengan manfaat di sini ialah manfaat ekonomi, dari
segi perdagangan dan produktivitas. Ada beberapa negara yang penduduknya menanam
anggur dan karm untuk dijual dan dibuat khamar demi mendapatkan uang berjuta-juta.
Keuntungan-keuntungan inilah yang mendorong banyak orang pada masa sekarang
memperdagangkan khamar, dan mereka beranggapan bahwa hal ini dapat menarik
wisatawan.
II.5. Olah Raga dalam Pandangan Islam
A.

Definisi Olah Raga


Ditinjau dari bahasa Jawa Kuno, olahraga tersusun dari dua kata, yaitu ulah dan

raga, ulah berarti perbuatan, laku, atau kegiatan, sedang raga berarti anyaman, rangka,
atau wadah (Juynboll,1923). Sampai sekarang olahraga mempunyai pengertian kata
nama benda, kemudian kata olahraga sebagai alih bahasa istilah sport. Bekaitan dengan
istilah sport, Rijsdorp (1971: 44) mengatakan bahwa sport mempunyai watak
permainan, namun sport tidak sama dengan permainan. Permainan mempunyai makna
yang lebih luas daripada sport. Sport dapat dipandang sebagai bentuk permainan yang
mempunyai jenis tersendiri.
Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, sebab apabila seseorang
melakukan olahraga dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap
perkembangan jasmaninya. Selain dari berguna bagi pertumbuhan perkembangan
jasmani manusia, juga memberi pengaruh kepada perkembangan rohaninya, pengaruh
tersebut dapat memberikan efesiensi kerja terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran
darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur.
Syekh Abdurrahman As Sa'di Rahimahullah menulis

dalam kitabnya

yang indah: Ar-Riyadhah An-Nadhirah pada bab ke-27 tentang olahraga yaitu
latihan dan melatih hal-hal yang bermanfaat pada masa sekarang atau yang
akan datang dan melatih dengan cara yang bermanfaat dan dengannya kita
mendapatkan tujuan yang baik.

24

B.

Macam-macam Olah Raga


Ada tiga macam olahraga:
1. 0lahraga badan,
2. 0lahraga akhlaq,
3. 0lahraga otak.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa kesempurnaan manusia yang

kita maksudkan darinya kekuatan jasmaninya untuk menyelesaikan


berbagai urusan,dan menyempurnakan sifatnya untuk hidup dengan baik
bersama Allah SWT dan sesama makhluk. Agar seseorang mendapat ilmu
yang bermanfaat, dan dengan demikian sempurnalah seorang hamba, dan
kekurangan sesungguhnya terjadi karena hilangnya salah satu dari ketiga
atau dua dari ketiga hal tersebut di atas.
Ketiga hal tersebut telah dianjurkan oleh agama dan

akal. Kalau

seandainya hanya dengan dalil syar'i akal yang besar, yang mana hukum
memiliki tujuan-tujuan, dan sesuatu yang dengannya tercapai perintahperintah yang lain maka hal tersebut menjadi wajib dan diperintahkan, baik
hal tersebut wajib atau sunnah,sungguh telah cukup sebagi dalil dan bukti
akan perhatian kita terhadap olah raga dan jenis-jenisnya.

1. Olah raga Tubuh


Adapun olah raga tubuh maka

menguatkannya

dengan gerakan

yang bermacam-macam, berjalan kaki, menunggang kuda, dan segala jenis


gerakan yang beragam.

Jika kita memperhatikan perintah syari'at pada gerakan- gerakan


tubuh niscaya Anda tahu bahwa itu sudah cukup dari yang lainnya.
Gerakan-gerakan dalam bersuci dan shalat dan berjalan

untuk ibadah,

khususnya jika hamba tersebut menikmati ibadah tersebut, dan gerakangerakan dalam haji dan umrah dan jihad yang beragam, serta gerakangerakan dalam belajar dan mengajar dan latihan dalam berbicara, menulis,

25

dan beragam hasil pembuatan,dan huruf kesemuanya masuk dalam olah raga
tubuh, dan berbeda manfaat olah raga badan karena perbedaan tubuh-tubuh
serta kuat dan lemahnya,serta rajin dan malasnya,dan kapan kita melatih
dengan berolahraga tubuh pasti akan menguat anggota tubuh yang lain dan
bertambah

lincah dan gerakannya

mudah

serta

bertambah rajin dan

kekuatannya semakin baik sehingga dia mampu membantu dalam urusanurasan yang bermanfaat, karena olah raga badan dimaksudkan untuk menjadi
penolong bagi dirinya dan orang lain.
Apabila badan sudah kuat dan gerakannya maka akal bertambah kuat
dan bertambah rajin serta berkurang penyakit dan olah raga menyebabkan
terpenuhinya kebutuhan terhadap obat yang dibutuhkan dan sangat diperlukan
bagi orang yang tidak pernah olah raga.
Seorang hamba seharusnya tidak menjadikan olah raga badan sebagai
tujuannya dan maksud utama sehinggah menghabiskan waktunya dan
hilangnya

tujuan

yang

bermanfaat

baik

bagi

agama dan

dunianya,

sehinggah dia merugi dengan kerugian yang besar sebagimana kebanyakan


orang yang tidak punya tujuan mulia, akan tetapi tujuan mereka hanya
mengikuti binatang saja, dan tujuan seperti ini sangat hina dan tidak akan
membekas.
2. Olah Raga Ahlak atau Prilaku
Dan adapun olah raga perilaku maka sungguh sangat sulit dan berat
bagi jiwa, namun dia mudah bagi siapa yang Allah SWT mudahkan
untuknya, dan manfaatnya sangat banyak dan tidak terbatas. Dengan
berakhlaq yang baik terhadap Allah, kepada makhluk-Nya, untuk mencapai
cinta Allah dan makhluk-Nya, serta untuk mendapat ketenangan dan
ketentraman dengan hidup yang mulia.
Cabang-cabangnya sangat banyak. akan tetapi contoh tersebut
seorang hambah harus melatih dirinya untuk menjalankan segala perintah
Allah yang wajib atasnya,dan menyempurnakannya dengan amalan sunnah
yang dilakukan dengan penuh muraaqabah,dan ihsan sebagaimana sabda
Nabi Muhammad SAW tentang tafsir ihsan dalam ibadah kepada Allah
SWT. yaitu: "Engkau beribadah kepada Allah SWT seakan-akan melihat-

26

Nya dan kalaupun tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu,"


maka hendaknya seorang hambah menghitung dirinya
Untuk menjalankan dengan sempurna atau yang mendekatinya, agar
bisa melengkapi kekurangan dalam hal fardlu, dan bersungguh-sungguh
untuk menjalankannya sesempurna mungkin,dan setiap kali dia melihat
dirinya

mulai

lemah

dan

tidak semangat maka dia berusaha untuk

bersungguh-sungguh dan menghitungnya dan dia tahu bahwa hal ini telah
dimudahkan dengannya,dan dia berusaha untuk melengkapi keikhlasan yang
merupakan pokok setiap amal,
Maka

suatu

amal

yang

menyebabkan

kita

terpanggil

untuk

mengerjakannya dan menyempurnakannya karena Allah SWT dan mengharap


ridhoNya dan mendatkan pahala disisi-Nya, maka amal tersebut diterima
baik

sedikit

atau

banyaknya,dan

tujuannya

adalah

sangat

mulia,dan

manfaatnya sepanjang masa,maka tatkala dia melihat dirinya berbuat


kesalahan dia akan tetap menjalankan amalnya dengan jalan yang benar. Jika
gerakan,

perbuatan

dan

perkataan

semuanya

ikhlas

karena

Allah,

mengharapkn pahala dan keutamaan-Nya, maka seorang hamba senantiasa


membiasakan dirinya dengan amal tersebut hingga keikhlasan menjadi hal
yang biasa baginya, dan senantiasa di Muraqabah Allah SWT adalah
keadaannya dan sifatnya, maka dengan demikian dia menjadi orang- orang
yang ikhlas sekaligus muhsin.
Dia

juga

membiasakan

dirinya

berakhlak

yang

mulia sesama

makhluk dengan perbedaan kedudukan mereka, maka dia menyayangi anak


kecil, menghormati orang tua, memuliakannya, membantu orang yang terhina.
Dia memaafkan siapa yang menyakitinya, dan dia berikan bantuan kepada
orang yang kikir kepadanya, serta berbuat baik kepada siapa yang berbuat
jahat kepadanya baik dengan perkataan atau pun perbuatan dan dia
mengikuti perintah Allah dalam firman-Nya: "Maka hendaklah kamu
menolak dengan baik, apabila ada permusuhan antara kalian berdua, anggaplah
dia sebagai teman yang paling dekat. Sungguh sorga itu tidak dimasuki
kecuali oleh orang-orang yang sabar dan orang-orang yang memperoleh nasib
yang baik."

27

Allah SWT menjelaskan bahwa akhlaq yang baik adalah nasib yang
sangat besar dan tdak diberikan taufik kecuali orang-orang yang sabar dan
melatih diri mereka dan ridho dengan tetap baerakhlak yang baik,dan dia
membiasakan bersifat dengannya,maka membiasakan sesuatu bagi setiap
manusia adalah hal yang bisa terjadi,baik perkataan atau perbuatan, dan
bersabar

merupakan

penolong yang besar mendapatkan taufik dalam

menjalankan akhlak yang mulia ini,dan juga membiasakan dirinya dengan


menasehati sesama
seluruh tingkah

makhluk

dengan perkataan dan perbuatannya

lakunya.karena

sesungguhnya

nasehat

adalah

dan

puncak

kebaikan bagi makhluk dan dia merupakan agama yang hakiki,dan dia juga
senantiasa membiasakan sifat benar, adil, dan menyamakan antara yang
nampak dan tidak.
Maka olah raga ini tidak akan terlaksana semua hak-hak Allah dan hak
hamba-Nya kecuali dengannya, dan setiap urusan dari berbagai urusan
membutuhkannya, karena jiwa selalu merasakan kemalasan, dan tidak mudah
dalam menjalankan kebaikan, maka ia harus bersungguh-sungguh dalam
memperbaiki keadaannya.

3. Olah Raga Otak


Adapun olah raga otak adalah menyibukannya dengan ilmu- ilmu
yang bermanfaat dan banyak memikirkan ilmu tersebut dan memulai
dengan hal yang mudah bagi seseorang. Kemudian meningkat lebih tinggi,dan
membiasakan otak agar tetap dengan ilmu yang benar dan murni, dan
membersihkannya dari ilmu yang rusak dan dusta dan hal-hal yang tidak
bermanfaat, maka jika kita terbiasa dengan ilmu yang benar dan bebas dari
selainnya,maka sungguh dia telah berjalan dengan pikiranya dan otaknya
pada jalan yang bermanfaat, hendaknya dia tetap memperbanyak berpikir
dan merenung sebagaimana yang Allah SWT menganjurkannya dalam AlQuran.
Yang paling bermanfaat untuk melatih otak adalah membaca firman
Allah SWT dan Sabda Nabi SAW, karena sesungguhnya di dalamnya adalah
obat, petunjuk, secara global dan terperinci, di dalamnya ilmu yang paling

28

tinggi dan bermanfaat dan paling banyak maslahatnya bagi hati, agama, dunia
dan akhirat.
Memperbanyak mentadabburi Al-Quran dan sunnah merupakan
hal yang paling utama secara mutlak, dan dengannya akan terbuka
pikiran, dan meluas pemikiran dan pengetahuan yang benar, dan otak yang
benar, tidak akan sampai kepada hal tersebut kecuali dengannya, dan
demikian pula memikirkan apa yang Allah SWT perintahkan untuk
memikirkannya seperti penciptaan langit dan bumi dan apa yang di antara
keduanya dari makhlik-makhluk.
Dengan hal tersebut kita bisa memperkuat tauhid, kenabian dan
bukti-bukti hal itu.dan agar kita bisa mengeluarkan darinya darinya manfaatmanfaat bagi manusia baik agama maupun dunia mereka.maka siapa yang
membiasakan dirinya untuk memikirkan hal-hal ini maka tidak diragukan lagi
bahwa

akalnya

akan

berkembang,dan

luas

pemahamnnya

pemikirannya,dan siapa yang meninggalkan tafakur akan


dan

dan

bekulah

tajam
otaknya

dia akan dikuasai oleh pemikiran yang tidak berharga dan tidak

menghilangkan lapar, bahkan bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya.


Dari pemikiran-pemikiran yang bermanfaat adalah dengan memikirkan
nikmat-nikmat Allah SWT, yang khusus bagi hamba dan umum, dengan
demikian hamba tersebut akan mengetahui bahwa seluruh nikmat adalah
dari Allah SWT, dan sesungguhnya tidak ada yang mendatangkan kebaikan
kecuali Allah SWT, dan sungguh tidak ada yang dapat menolak keburukan
dan kejahatan kecuali Allah SWT, dan dengan demikian didapatkan cinta
Allah,dan dengannya hamba dapat menimbang antara nikmat dan musibah,
sungguh tidak ada bandingannya dari berbagai sisi,bahkan musibah tersebut
adalah bagian dari hak seorang mukmin yang menjalankan tugasnya.
Sabar adalah nikmat Allah SWT, maka setiap apa yang menimpa
seorang mukmin adalah baik baginya, karena dia berjalan

dengan

keimanannya, dan bersamanya di setiap keadaannya, dan inilah bunga


keimanan yang utama. Demikian pula, pemikiran yang paling bermanfaat
adalah memikirkan kekurangan diri sendiri, dan

kekurangan

amal.

Berusahalah memikirkannya, lalu berusaha menghilangkan kekurangan-

29

kekurangn tersebut, maka dengan begitu akan sucilah perbuatan

dan

sempurnalah kedaannya.

II.6. Khitan dalam Islam


A.

Defenisi khitan
Secara etimologis, khitan berasal dari bahasa Arab khatana ( ) yang berarti

memotong. Dalam ensiklopedi islam kata khatana berarti memotong atau mengerat.
Menurut Ibnu Hajar bahwa al Khitan adalah isim masdar dari kata khatana yang berarti
memotong, khatn yang berarti memotong sebagian benda yang khusus dari anggota
badan yang khusus pula. Kata memotong dalam hal ini mempunyai makna dan
batasan-batasan khusus. Maksudnya, bahwa makna dasar kata khitan adalah bagian
kemaluan yang harus dipotong.
Secara terminologis khitan adalah membuka atau memotong kulit (quluf) yang
menutupi ujung kemaluan dengan tujuan agar bersih dari najis. Selain itu, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Abdullah Nasih Ulwan, khitan adalah memotong yaitu tempat
pemotongan penis, yang merupakan timbulnya konsekuensi hukum-hukum syara.
Sementara Imam Al Mawardi mendefinisikan khitan sebagai berikut : Khitan adalah
pemotongan kulit yang menutupi kepala penis (khasafah), yang baik adalah mencakup
memotongan pangkal kulit dan pangkal kepala penis (khasafah), minimal tidak ada lagi
kulit yang menutupinya
B. Hukum Khitan Laki Laki
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum khitan. Akan tetapi, mereka sepakat
bahwa khitan telah disyariatkan agama. Mereka mengatakan hokum khitan wajib sedang
yang lain mengatakan sunnah. Sehubungan dengan hal itu, maka perlu dipelajari
masing-masing pendapat tersebut baik yang mengatakan wajib maupun yang sunnah.
1. Hukum Wajib

30

Asy-Syafii mengatakan bahwasanya khitan hukumnya wajib, dengan alasan:


a. Nabi diperintahkan mengikuti syariat Nabi Ibrahim (QS. An-Nahl ayat 123) dan
salah satu syariatnya adalah khitan.
b. Sekiranya khitan tidak wajib, mengapa orang yang dikhitan membuka aurat yang
diharamkan.
Imam Nawawi berpendapat ini adalah pendapat shahih dan masyhur yang ditetapkan
oleh Syafii dan disepakati oleh sebagian besar ulama. Dalil yang menyatakan pendapat
ini adalah firman Allah SWT. :

( (123 : )

Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad) : ikutilah agama Ibrahim


seorang yang hanif. (QS. An-Nahl : 123). Menurut ayat di atas, Allah memerintahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. untuk mengikuti syariat Nabi Ibrahim AS. Hal ini
menunjukkan bahwa segala ajaran beliau wajib kita ikuti, misalnya melaksanakan
khitan. Orang yang kulufnya tidak dikhitan itu bisa membatalkan wudhu dan shalatnya.
Qulfah yang menutupi dzakar secara keseluruhan bisa menghalangi air untuk
membersihkan sisa air kencing yang masih menempel didalamnya.
Ada beberapa hal yang mereka jadikan alasan kenapa khitan itu wajib, antara
lain :
a. Khitan adalah perbuatan memotong sebagian dari anggota badan. Seandainya
tidak wajib, tentu hal ini dilarang untuk melakukannnya sebagaimana dilarang
memotong jari-jari atau tangan kita selain karena hukum qisas.
b. Memotong anggota badan akan berakibat sakit, maka tidak diperkenankan
memotongnya kecuali dalam tiga hal, yakni : demi kemaslahatan, karena
hukuman (qishas)dan demi kewajiban. Maka pemotongan anggota badan dalam
khitan adalah demi kewajiban.
c. Khitan hukumnya wajib karena salah satu bentuk syiar Islam yang dapat
membedakan antara muslim dan non muslim. Sehingga ketika mendapatkan
Jenazah ditengah peperangan melawan non muslim, dapat dipastikan sebagai
jenazah muslim jika ia berkhitan. Kemudian jenazahnya bisa diurus secara Islam.

31

2. Hukum Sunnah
Apabila diamati kebiasaan masyarakat, ada yang mengistilahkan khitan ini
dengan istilah sunnat. Hal ini menunjukkan bahwa hukum khitan adalah sunnah.
Pendapat ini merupakan pengikut Imam Hanafi. Alasan mereka yang berpendapat bahwa
hukum khitan sunnah adalah sebagai berikut :
a. Adanya Hadits riwayat Baihaqi

:
( ) .
Dari Ibnu Abbas dari Nabi SAW., bersabda : Khitan itu sunnah untuk laki-laki dan
mukarramah bagi kaum perempuan (HR. Al Baihaqi).
b. Adanya Hadits masalah fitrah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah

:
:
: :
( )
Dari abu hurairah ra berkata : Rasulullah SAW. bersabda: fitrah itu ada lima
macam : atau lima macam dari fitrah : yaitu berkhitan, mencukur bulu kemaluan,
memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan memotong kumis. (HR. Ibnu Majjah).
Dalam hadis tersebut Nabi mensejajarkan khitan dengan memotong kumis, mencabut
bulu ketiak, memotong bulu kemaluan dan memotong kuku sehingga khitan bukan
perkara wajib.
c. Khitan termasuk salah satu bentuk syiar Islam dan tidak semua syiar Islam itu
wajib.
Dari berbagai pendapat tersebut, penulis cenderung untuk mengikuti pendapat
yang mengatakan khitan hukumnya wajib, sebab dalil-dalil yang mewajibkannya sangat
kuat dan shahih. Apalagi dalam praktek khitan aurat harus terbuka, orang lain yang
mengkhitan jelas melihatnya bahkan memegangnya, padahal semacam itu diharamkan
dalam hukum Islam. Jika bukan karena hukumnya wajib, tentu hal itu tidak
diperbolehkan karena menutup aurat hukumnya wajib. Argumen lain bahwa khitan

32

dikaitkan dengan adanya pelaksanaan ibadah, misalnya shalat yang mensyaratkan


kesucian badan, tempat dan pakaian.
C. Waktu Pelaksanaan Khitan
Menyimak pendapat para ulama tentang waktu pelaksanan khitan dapat
dikelompokan dalam tiga waktu yaitu waktu wajib, sunnah, dan makruh.
1. Waktu wajib
Menurut keterangan Syekh Abu Bakar bin Muhammad Satha Ad Dimyati dalam
kitab Ianatut Thalibin bahwa khitan diwajibkan bagi laki-laki baligh, berakal dan
berfisik sehat. Keterangan ini menunjukkan bahwa wajibnya khitan adalah saat datang
waktu baligh (dewasa) bagi anak laki-laki yang berakal sehat dan berfisik sehat. Jadi
sekalipun ia sehat akal dan telah berusia baligh namun bila belum memiliki fisik yang
sehat maka ia tidak berkewajiban khitan. Dengan demikian, hal di atas merupakan syarat
wajib untuk dikhitan.
Sementara madzhab Syafii berpendapat bahwa waktu khitan sudah aqil baligh,
karena sebelum aqil baligh seorang anak tidak wajib menjalankan syariat agama.
Kewajiban dalam menjalankan syariat Islam ketika anak sudah baligh yaitu wajib
menjalankan ibadah, misal shalat, puasa dan lain sebagainya. Usia baligh merupakan
batas usia taklif (pembebanan hukum syari). Sejak usia baligh itulah seorang anak
tergolong mukallaf (terbebani hokum syari). Apa yang diwajibkan syariat kepada
muslim wajib dilaksanakannya, sedang yang diharamkan wajib dijauhinya.
Ketentuan balighnya seorang anak dalam khitan ini selain ketentuan fiqh yang
menyatakan bahwa usia baligh bagi anak laki-laki maksimum genap berusia 15 tahun
atau minimum sudah bermimpi basah, tentunya itu adalah batas usia maksimum anak
harus melaksanakan shalat. Rasulullah SAW. telah mengajarkan bahwa anak berusia 15
tahun harus mulai dilatih shalat dan ketika berusia 10 tahun mereka harus mulai disiplin
shalat sebagimana
dijelaskan Rasulullah SAW. dalam sabdanya :

:
:
33


( )
Dari Umar bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya dia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : Suruhlah anak-anak kalian berlatih shalat sejak mereka
berusia 7 tahun dan pukulah mereka jika meninggalkan shalat pada usia 10 tahun dan
pisahkanlah tempat tidur mereka (sejak usia 10 tahun). (HR. Abu Dawud).\
2. Waktu sunnah
Tentang waktu yang disunnahkan mayoritas ulama sepakat bahwa waktu yang
dimaksud adalah sebelum aqil baligh. Kategori waktu sunnah dalam khitan yang
ditentukan dalam rentang waktu (masa) persiapan menyongsong usia mukallaf. Pada
usia tujuh tahun anak dilatih melaksanakan shalat karena sudah memasuki usia pra
baligh. Hal ini untuk mengajarkan anak agar terbiasa dan siap menjadi anak shaleh yang
didambakan keluarga. Sementara pengikut Imam Hanafi dan Maliki menentukan bahwa
waktu khitan yang disunnahkan adalah masa kanak-kanak-kanak, yakni pada usia 9 atau
10 tahun atau anak mampu menahan sakit bila dikhitan.
Asy-Syafii menekankan keutamaan khitan ketika anak masih kecil. Memang
agaknya jika kita merujuk Rasulullah SAW. saat mengkhitankan cucunya Hasan dan
Husain pada usia bayi yakni baru berusia tujuh hari sebagaimana disebutkan dalam
Hadits Nabi SAW. bahwasannya Aisyah ra mengatakan :

,
44 ( )
Dari Aisyah ra., Sesungguhnya Nabi SAW. mengkhitankan Hasan dan Husain
ketika berusai tujuh hari dari kelahiranya. (HR. Al Hakim) Jika memang demikian, maka
hari ketujuh dari kelahiran anak merupakan hari istimewa bagi orang tua. Pasalnya,
mereka harus mengerjakan banyak hal yakni mengaqiqahkan, mencukur rambut,
menamai dan sekaligus mengkhitankan anaknya.
Kembali pada waktu sunnah pelaksanaan khitan Syekh Zainuddin bin Abdul
Aziz Al Malibari memberikan keterangan yang fleksibel sebagai berikut :
a. Pelaksanaan khitan di sunnahkan pada usia bayi 7 hari mengikuti jejak Rasul
(ittiba Rasul).
b. Jika pada usia tujuh hari abelum terlaksana, maka disunnahkan pada usia 40 hari.

34

c. Jika pada usia 40hari belum terlaksana, mak disunnahkan pada usia 7 tahun,
karena pada usia ini anak harus dilatih melaksanakan shalat.
3. Waktu makruh
Waktu makruh melaksanakan khitan yakni dimana fisik anak kurang
memungkinkan menanggung rasa sakit untuk berkhitan, waktu yang dimaksud adalah
bayi kurang dari umur 7 hari. Adapun menurut keterangan lain khitan pada waktu anak
berusia kurang dari tujuh hari semenjak kelahirannya dimakruhkan karena selain
fisiknya lemah, juga di sinyalir menyerupai perbuatan orang yahudi

D. Hukum Khitan Pada Wanita


Secara umum para ulama sepakat mengatakan bahwa khitan itu suatu hal yang
masyru (disyariatkan) baik bagi laki-laki ataupun wanita. Sebagaimana yang dinukil
Ibnu hazam dalam bukunya maratibul ijma dan Ibnu Taimiyah dalam bukunya Majmu
fatawa.
Namun mereka berbeda pendapat dalam menetapkan hukumnya, apakah khitan
itu wajib atau tidak. Dalam hal ini ada tiga pendapat: Pertama: Khitan itu wajib, baik
bagi laki-laki ataupun wanita. Ini adalah pendapat ulama Syafii, Hanbali, dan sebagian
ulama Maliki. Bahkan Imam Malik sangat keras dalam masalah khitan laki-laki. Beliau
berkata, "Barangsiapa tidak berkhitan maka tidak sah menjadi imam dan persaksiannya
tidak diterima." Juga berkata Imam Ahmad, "Tidak boleh dimakan sembelihan orang
yang tidak khitan, tidak sah shalat dan hajinya sampai bersuci, dan ini adalah
kesempurnaan Islam seseorang." Kedua: Khitan itu hukumnya adalah sunat, baik bagi
laki-laki, maupun wanita. Ini adalah pendapat ulama Hanafi, Imam Malik dan Imam
Ahmad dalam satu riwayat. Ketiga: Khitan itu wajib hukumnya bagi laki-laki,
sedangkan bagi wanita hanya merupakan suatu kehormatan (makramah/mustahab). Ini
pendapat sebagian ulama Maliki, ulama Zhahiry, dan pendapat imam Ahmad dalam satu
riwayat. Para ulama yang berpendapat bahwa khitan wajib bagi laki-laki dan wanita,
berdalil dengan hal-hal berikut:

35

1. Firman Allah (artinya) : Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan
beberapa kalimat perintah dan larangan, lalu Ibrahim melaksanakannya (QS.
Al-Baqarah: 124). Khitan adalah salah satu kalimat yang diperintahkan Allah
sebagai ujian terhadap Nabi Ibrahim sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas. Dan biasanya seseorang itu diuji Allah dengan sesuatu yang wajib.
2. Firman Allah (artinya): Kemudian Kami wahyukan kepadamu agar engkau
mengikuti agama (ajaran) Ibrahim dengan lurus. (QS. an-Nahl: 123) Ini adalah
perintah untuk mengikuti ajaran Ibrahim as, dan khitan merupakan salah satu
ajarannya, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw
bersabda, 'Nabi Ibrahim Khalilur Rahman berkhitan setelah berumur delapan
puluh tahun. Maka khitan termasuk ajaran Ibrahim yang wajib kita ikuti, karena
dalam kaidah ilmu ushul fiqh dikatakan bahwa pada dasarnya sebuah perintah
itu berhukum wajib selagi tidak ada dalil yang memalingkannya kepada hukum
lainnya.
3. Rasulullah bersabda kepada seseorang yang masuk Islam: Dari Utsaim bin
Kulaib dari bapaknya dari kakeknya bahwasannya dia datang kepada Rasulullah,
seraya berkata: "Saya telah masuk Islam." Maka Rasulullah, bersabda,
"Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah." Ini adalah bentuk
perintah, di dalam kaidah ilmu ushul fiqh bahwa pada dasarnya sebuah perintah
itu berhukum wajib selagi tidak ada dalil yang memalingkannya kepada hukum
lainnya. Perintahnya untuk satu orang mencakup semua orang selama tidak ada
dalil yang menunjukkan khusus.
4. Diriwayatkan oleh Zuhri, bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang
masuk Islam, maka hendaklah berkhitan, sekalipun dia telah besar. Ibnu
Qayyim berkata : Hadis ini sekalipun mursal, namun layak untuk dijadikan dalil
(sandaran hukum).
5. Dari Ummu Muhajir, beliau berkata: Saya dan budak-budak dari Romawi
tertawan. Lalu Utsman menawarkan kepada kami (masuk) islam, di antara kami
tidak ada yang masuk islam kecuali saya dan satu lagi yang lain, maka Utsman
berkata;Khitan keduanya dan sucikan! Lalu saya berkhidmat kepada Utsman.
(HR. Imam Bukhari).

36

6. Khitan adalah syi'ar kaum muslimin dan yang membedakan antara mereka
dengan umat lainnya dari kalangan kaum kuffar dan ahli kitab. Oleh sebab itu,
sebagaimana syi'ar kaum muslimin yang lain wajib, maka khitan pun wajib.
Juga, sebagaimana menyelisihi kaum kuffar itu wajib, maka khitan juga wajib.
Rasulullah bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk
darinya."
7. Dibolehkan membuka aurat untuk dikhitan, kalaulah hukum khitan itu bukan
wajib, maka pasti membuka aurat untuknya tidak dibolehkan, apalagi tidak ada
unsur darurat disitu dan tidak ada pula unsur pengobatan.
8. Khitan itu memotong anggota badan sedangkan pada dasarnya memotong
anggota tubuh itu haram. Sesuatu yang haram tidak mungkin menjadi boleh
kecuali dengan sesuatu yang wajib.
9. Bahkan Ibnul Qayyim menyebutkan lima belas dalil tentang kewajiban khitan
bagi laki dalam kitabnya tuhfatul maudud.

E. Batas Yang Dipotong Dalam Mengkhitani Anak Perempuan


Menurut Imam Ibnul Qayyim, alat kelamin perempuan terdiri atas dua bagian.
Bagian pertama merupakan simbol kegadisannya dan bagian kedua adalah bagian yang
harus dipotong saat ia khitan. Bentuknya seperti jengger ayam jantan, bagian ini terletak
di bagian farji paling atas diantara dua tepinya. Jika bagian ini dipotong, sisanya akan
berbentuk seperti biji kurma. Cara memotongnya tidak boleh berlebihan dan tidak perlu
memotong semua bagian itu. Al-Mawardi berkata, Mengkhitan anak perempuan berarti
memotong bagian yang pada farji bagian teratas. Kita wajib memotong bagian yang
menonjol saja. Dan ini adalah cara yang benar sesuai dengan pesan Rasulullah kepada
Ummi Athiyyah. Sementara itu, ada cara yang lain dalam mengkhitan perempuan yaitu :
1. Menjahit dua tepi farji yang kecil tanpa menghilangkan bagian apapun,
tujuannya adalah untuk mempersempit terbukanya vagina.
2. Metode Firaun, caranya adalah dengan terlebih dahulu menghilangkan biji
kemaluan perempuan dan dua tepi farjinya kemudian menjahitnya. Akibatnya
vagina tidak bisa terbuka dan hanya ada lubang kecil dibawah sebagai saluran air
kencing dan haid.

37

Kedua metode ini akan menyiksa perempuan dan bertentangan dengan Islam.
Ringkasnya, pelaksanaan khitan pada perempuan harus dilaksanakan oleh tenaga medis
muslimah yang mengerti ajaran Islam dan dapat menjalankan praktik khifadh sesuai
dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
F. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Syariat Khitan
1. Nilai Keimanan
Khitan adalah sebaik-baik syariat yang Allah SWT. turunkan kepada hamba-Nya
karena mengandung hal yang baik dalam bidang lahir dan batin. Ia adalah pelengkap
fitrah (keimanan) yang diciptakan Allah SWT. Untuk manusia. Asal syariat khitan
adalah menyempurnakan agama. Sebagaimana ibadah-ibadah lain, inti dari khitan
adalah iman.
Dengan kata lain, khitan merupakan institusi atau perwujudan iman seseorang. Iman
memiliki dimensi spiritual yang dapat diwujudkan dalam tindakan melalui ibadah.
2. Nilai Kesehatan
Khitan termasuk perkara yang disyariatkan Allah SWT kepada hamba-Nya demi
menyempurnakan kesehatan jasmani maupun rohani sesuai dengan fitrahnya.62 Banyak
sekali nash-nash yang menganjurkan berkhitan berikut menjelaskan arti dan tujuannya.
Diantaranya sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi :

:
: : :
( )
Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : fitrah itu ada lima
macam, atau lima dari fitrah adalah : berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memotong
kuku, mencabut bulu ketiak dan memotong kumis.(HR. Ibnu Majjah). Islam telah
mempertegas tentang tujuan pentingnya berkhitan, yakni untuk bersuci dan menjaga
kesucian. Khitan erat kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan kemaluan karena orang
lebih mudah membersihkan kelaminnya sesudah buang air kecil.

38

3. Nilai Ibadah
Shalat adalah kewajiban yang mensyaratkan kesucian diri dari hadats dan najis.
Sedangkan salah satu sumber timbulnya najis adalah alat kelamin (khasafah). Sementara
itu, apabila khasafah masih tertutup oleh kulit (kulup) maka sisa air kencing sulit untuk
dibersihkan akibatnya kewajiban shalat praktis tidak terpenuhi lantaran tidak
terpenuhinya salah satu dari sekian syarat sahnya shalat.
Khitan merupakan prasyarat mutlak yang harus dilaksanakan demi terjaminnya
kesucian diri dari najis dan demi sahnya shalat. Dengan demikian kewajiban shalat tidak
terpenuhi tanpa khitan. Kewajiban shalat tidak akan tercapai kecuali dengan khitan,
maka khitan menjadi wajib. Kewajiban khitan berlaku bagi anak atau orang yang
berakal sehat dan sudah baligh, dengan khitan anak dididik melaksanakan ibadah yang
sesuai dengan perintah Allah SWT.
4. Nilai Pendidikan Seks
Ada tiga faktor yang menentukan kepentingan khitan dalam Islam. Kepentingan
tersebut adalah untuk membedakan orang Islam dan orang non Islam, untuk kebersihan
dan membantu manusia mengendalikan nafsu syahwat. Khitan menjadi penting dari segi
kesehatan bahkan dari nafsu syahwat bisa mengendalikannya. Khitan menjadi
penyeimbang antara nafsu binatang dengan tidak bernafsu sama sekali. Jika nafsu birahi
melampaui batas maka orang akan sama dengan binatang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

39

Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai kerana pakaian sopan
dan menutup aurat adalah cermin seseorang itu Muslim sebenar. ISLAM tidak
menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika beribadah atau di luar
ibadat. Islam hanya menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup aurat,
sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim. dalam berhias hampir sejalan dengan
adab dalam berpakaian. Berhias, asal dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan pada
dasarnya dibolehkan dalam ajaran Islam, bahkan dianjurkan asal menaati aturan-aturan
yang telah digariskan. Karena, seperti kata Rasulullah dalam sabdanya yang juga telah
disebutkan sebelumnya, Allah sendiri adalah penyuka keindahan. Dalam pemakaian
kosmetik boleh saja asal tidak berbahaya. Pemakaian alqohol untuk kesehatan dengan
ketentuan penggunaannya. Olah raga adalah hal-hal yang bermanfaat pada masa
sekarang atau yang akan datang dan melatih dengan cara yang bermanfaat dan
dengannya kita mendapatkan tujuan yang baik. Khitan dalam pandangan islam
adalah wajib dan mengikuti ketentuan pelaksaan nya bagi wanita atau pun pria.
B. Saran
Makalah yang kami tulis ini adalah jauh dari kesempurnaan, karna
kesempurnaan itu hanyalah milik sang pencipta Allah SWT. Perbaikan menuju yang
lebih baik itu perlu, agar disetiap mata ajar yang akan kita proses, dapat di terima
ditengah-tengah kita. Jadi kami harapkan kepada penulis berikutnya yang ingin
melanjutkan makalah ini, sudi kira penambahan nya, agar hal yang baik itu akan kita
terima dalam pembahasan kali ini. Dan dalam penulisan makalah, haruslah kita
mengurutkan suatu skema dalam makalah secara authentic, agar pembaca dapat relex
dalam membaca. Ini karena hal layak kini susah membawakan diri nya gemar membaca,
maka dari itu kita ajak mereka membaca dengan hasil penulisan makalah yang
maksimal. Supaya hasil kita maksimal kerjakan dengan sungguh-sungguh dan secara
benar.
DAFTAR PUSTAKA
LKS. Pelita Penuntun Belajar Siswa. Agama Islam. : Bogor. CV. Arya Duta

40

Abdullah Topik. 2002. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam. Jakarta. Ichtiar Baru Van
Hoeven.
www.scribd.com/doc/7264554/Adab-Berpakaian
http://yahyaayyash.wordpress.com/2008/05/27/adab-berpakaian-pakaian-dan-auratbagi-muslim/
http://kawansejati.ee.itb.ac.id/adab-berpakaian
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/adab-berpakaian-5.html
Ramayulis, et. al, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia,
2001), Cet. IV, hlm. 119.
Abdul Aziz Dahlan, et. al, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996), Cet I, hlm. 926.
Saad Al-Marshafi, A Hadits Al-Khitan Hujjiyatuha Wa Fiqhuha Penerj. Amir Zain
Zakariya, Khitan, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet II, hlm. 27.
M. Nipan Abdul Halim, op. cit. hlm. 114.
DR. Mawardi M. Shaleh, Khitan Wanita dalam Perspektif Hukum Islam, Makalah, 2007.
Hidayatullah T. 2010. Khitan wanita perspektif islam. Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Negri Sunan Kalijaga
Al-baatil, Olah Raga dalam Islam, e-Book, 2007
Musthafa K.S., Alkohol Dalam Pandangan Islam dan Ahli-ahli Kesehatan, Bandung: PT
Al-Ma'arif, hlm. 21.
Muhammad. S Hukum Khitan, e-Book, 2010
Amin. S, Adab Berpakaian, e-Book, 2014

41

42

Anda mungkin juga menyukai