Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENGAUDITAN DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK


A. Definisi Pengauditan:
Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang
berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara
objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
B. Jenis-jenis Audit:
Audit Laporan Keuangan

Audit Kesesuaian

Audit Oprasional

C. Jenis-jenis Auditor:
Auditor Pemerintah

Auditor Intern

Auditor Independen atau Akuntan Publik

D. Jasa-jasa Akuntan Publik


1. Jasa Atestasi
Audit atas Laporan Keuangan Historis
Review atas Laporan Keuangan Historis
Jasa Atestasi Lainnya
2. Jasa Non-Atestasi
Jasa Akuntansi
Jasa Perpajakan
Jasa Konsultasi Manajemen
E. Manfaat Pengauditan:
conflict of interset (perbedaan kepentingan)
consequence
complexity
remoteness (keterbatasan akses)
F. Organisasi Profesi Akuntan Publik di Indonesia hanya ada satu yaitu Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI)
Ada 4 Kompartemen:
Kompartemen Akuntan Publik
Kompartemen Akuntan Manajemen
Kompartemen Akuntan Pendidik

Kompartemen Akuntan Sektor Publik

Keterbatasan Pengauditan
sampling audit
publikasi laporan keuangan auditan, beberapa bulan setelah tanggal neraca

laporan keuangan banyak estimasinya => auditor tidak bisa menambah kepastian tentang
laporan keuangan

Pihak-pihak yang berinteraksi dengan Auditor:


manajemen, dewan komisaris dan komite audit, auditor intern, pemegang saham
Standar auditing
Sebagai ukuran untuk menilai pekerjaan auditor
Ada 10 standar, terbagi dalam 3 kelompok:
standar umum
1. audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor
2. dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor
3. dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama

standar pekerjaan lapangan

1. pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya
2. pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan
3. bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan

standar pelaporan

1. laporan harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum
2. laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya

3. pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali


dinyatakan lain dalam laporan audit
4. laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. dalam semua hal yang nama auditornya dikaitkan dengan laporan keuangan,
laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat auditor, jika ada dan
tingkat tanggungjawab yang dipikulnya
Laporan Auditor (Auditor's Report)
Adalah alat formal yang digunakan audiotr dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang
laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yg berkepentingan.
Dalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat standar pelaporan
dalam standar auditing.
Ada 2 bentuk laporan auditor:
Laporan audit bentuk baku
Penyimpangan dari laporan auditor bentuk baku
Macam-macam pendapat auditor:
Wajar tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Menolak memberi pendapat (Disclaimer of Opinion)

WAJAR, mengandung konotasi bahwa laporan keuangan disajikan secara masuk akal dan tanpa
bias atau distorsi.
Auditor tidak menggunakan kata TEPAT, BENAR, AKURAT, atau PASTI, karena:
Adanya estimasi dalam laporan keuangan
Audit dilakukan atas dasar pengujian sebagian (test basis).
Laporan Auditor bentuk baku
merupakan laporan yang paling sering diterbitkan oleh akuntan publik
memuat pendapat wajar tanpa pengecualian
terdiri dari 3 paragraf :
1. paragraf pendahuluan
2. paragraf lungkup (scope)
3. paragraf pendapat
Penyimpangan dari laporan auditor bentuk baku
ada dua kategori:
laporan bentuk baku dengan bahasa (alenia) penjelas

jenis pendapat lainnya

Tanggungjawab Auditor dan kesenjangan ekspektasi


kekeliruan dan ketidak beresan
pelanggaran hukum oleh klien

pelaporan tentang pertimbangan auditor atas kemampuan satuan usaha dalam


mempertahankan kelangsungan hidupnya

PERENCANAAN AUDIT
Tujuan, Bukti, & Kertas Kerja Audit
Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit

Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Awal

Pemahaman Struktur Pengendalian Intern

TUJUAN, BUKTI, DAN KERTAS KERJA AUDIT


TUJUAN AUDIT
Tujuan Umum Audit:
Memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan tujuan khusus audit, untuk setiap rekening yang
dilaporkan dalam laporan keuangan.
T
ujuan Khusus Audit
Tujuan khuus, dirumuskan sesuai dengan asersi-asersi manajemen dalam laporan keuangan:
KEBERADAAN atau KETERJADIAN (Existence or occurence)
KELENGKAPAN (completeness)

HAK dan KEWAJIBAN (right and obligarion)

PENILAIAN (valuation) atau PENGALOKASIAN (allocation)

PENYAJIAN dan PENGUNGKAPAN (presentation and disclosure)

Kategori Asersi dan Makna Asersi

Keberadaan & Keterjadian

Aktiva atau utang satuan usaha ada pada tgl tertentu, dan Transaksi yg dicatat telah terjadi
selama periode tertentu.

Kelengkapan

Semua transaksi atau semua rekening yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah
dicantumkan di dalamnya

Hak dan Kewajiban

Aktiva merupakan hak perusahaan, dan Utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.

Penilaian atau Alokasi

Komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam


laporan keuangan pada jumlah yang semestinya

Penyajian dan Pengungkapan

Komponen-komponen tertentu laporan keuangan telah diklasifikasikan, diuraikan, dan


diungkapkan dengan tepat.

Kategori Asersi dan Tujuan Khusus Audit

Keberadaan atau Keterjadian

Dana kas kecil, penerimaan kas yg belum disetor ke bank, rekening giro, dan lain-lain yang
dilaporkan sebagai kas, ada pada tanggal neraca.
Kelengkapan
Kas yang dilaporkan meliputi semua kas kecil, kas yg belum disetor ke bank, dan kas lain yang
ada di tangan (cash on hand).
Kas yang dilaporkan meliputi semua kas yg tidak dibatasi penggunaannya.
Hak dan Kewajiban
Semua hal yg dilaporkan dalam kas adalah milik perusahaan pada tanggal neraca.
Penilaian dan Pengalokasian
Semua komponen kas telah dijumlah dengan benar.
Jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas, secara matematik benar, dan telah diposting
ke buku besar dengan benar.
Kas yg ada ditangan telah dihitung dengan benar.
Saldo rekening giro telah direkonsiliasi dengan benar.
Penyajian dan Pengungkapan

Semua yang dimasukkan dalam kas tidak dibatasi penggunaannya, dan disediakan untuk
operasi perusahaan.
Pengungkapan yang diperlukan telah memadai.
BUKTI AUDIT
CUKUP : Materialitas dan risiko, Faktor-faktor ekonomis, Ukuran dan karakteristik populasi
KOMPETEN: Relevansi, Sumber , Ketepatan Waktu, Obyektivitas
Macam-macam Bukti Audit
DATA AKUNTANSI: Buku jurnal; Buku besar dan buku pembantu; Memorandum dan catatan
tak resmi, seperti perhitungan-perhitungan, dan rekonsiliasi.
INFORMASI PENGUAT :Bukti analitis, Bukti dokumen, Konfirmasi, Pernyataan tertulis, Bukti
perhitungan, Bukti lisan, Bukti fisik, Bukti elektronik
PROSEDUR AUDIT
Adalah tindakan-tindakan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.
Jenis-jenis Prosedur Audit
Prosedur analitis (analytical procedures)
Menginspeksi (inspecting)

Mengamati (observing)

Mengajukan pertanyaan (inquiring)

Mengkonfirmasi (confirming)

Menelusur (tracing)

Mencocokkan ke dokumen (vouching)

Menghitung (counting)

Melakukan ulang (reperforming)

Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)

Hubungan antara Prosedur Audit, Jenis Bukti, dan Asersi (lihat gambar 4-5).
Penggolongan Prosedur Audit :
Untuk mendapatkan pemahaman SPI
Pengujian pengendalian

Pengujian substantif

Evaluasi atas bukti yang diperoleh

KERTAS KERJA
Adalah catatan-catatan yg diselenggarakan auditor mengenai audit yg ditempuhnya, pengujian
yg dilakukannya, informasi yg diperolehnya, dan kesimpulan yg dibuatnya sehubungan dengan
auditnya.
Fungsi Kertas Kerja :
Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit.
Membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit.

Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing

Jenis-jenis kertas kerja


Daftar saldo pemeriksaan (working trial balance)
Daftar dan analisis (schedules and analysis)

Memorandum dan informasi pendukung

Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi

Pembuatan Kertas Kerja


Judul
Nomor Indeks

Referensi-silang

Tanda pengerjaan (tick marks)

Tandatangan dan Tanggal

PENGARSIPAN KERTAS KERJA :


Arsip permanen (permanent file)
Arsip tahun berjalan (current file)
PEMILIK & PENYIMPAN KERTAS KERJA
Auditor dan Kantor Akuntan Publik
Permanent file disimpan untuk waktu yang tak terbatas

Current file disimpan sepanjang diperlukan oleh auditor untuk melayani klien atau untuk
memenuhi undang-undang

PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT

Tahapan Kegiatan dalam Audit Laporan Keuangan


Penerimaan penugasan audit
Perencanaan audit
Pelaksanaan pengujian audit
Pelaporan temuan
Penerimaan Penugasan
Langkah-langkah :
Mengevaluasi integritas manajemen
Mengidentifikasi keadaan-keadaan khusus dan risiko tidak biasa
Menetapkan kompetensi untuk melakukan audit
Mengevaluasi independensi
Menentukan kemampuan untuk bekerja dengan cermat dan seksama
Menyiapkan surat penugasan

MATERIALITAS, RISIKO & STRATEGI AUDIT AWAL


MATERIALITAS :
Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan2
yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah
saji tersebut.
MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT ATAS LAPORAN
KEUANGAN ?

Karena auditor hanya memberi keyakinan (ASSURANCE), bukan jaminan (GUARANTEE)


tentang KEAKURATAN laporan keuangan.
Sebab :
1.Auditor tidak memeriksa setiap transaksi (tidak melakukan detail audit), karena : pertimbangan
COST >< BENEFIT.

2.L aporan keuangan berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan yang tidak tepat 100 %.

ADA 2 KONSEP penting yang melandasi keyakinan yang diberikan auditor:


1.

Konsep MATERIALITAS

2.

Konsep RISIKO AUDIT

Pertimbangan auditor ttg materialitas, pada saat :


a. Perencanaan Audit
b. Pengambilan Keputusan Audit

Pertimbangan materialitas :
Kuantitatif
Mis : 5 % - 10 % dari Laba Bersih
0,5 % - 1% dari Total Aktiva
1 % dari Modal
Kualitatif, seperti :
Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
Kemungkinan terjadinya ketidak beresan

PERTIMBANGAN AWAL MATERIALITAS


Ada 2 tingkatan :
1. Tingkat Laporan Keuangan
2. Tingkat Saldo Rekening

1. Materialitas pada Tingkat Lap. Keu :


Dibuat 6 9 bulan sebelum tnggal Neraca
Didasarkan Lap. Keu tahun lalu, disesuaikan dg perubahan terkini.

2. Materialitas pada Tingkat Saldo Rekening


Alokasi dari materialitas tingkat Lap. Keu.
Contoh :
KAS

Rp

PIUTANG

500.000,1.500.000,-

PERSEDIAAN

3.000.000,-

AKTIVA TETAP

5.000.000,-

JML AKTIVA Rp 10.000.000,-

Tingkat Materialitas = 1 % x Total Aktiva


1 % X Rp 10.000.000,- = Rp 100.000,-

HUBUNGAN MATERIALITAS dengan BUKTI AUDIT

Tingkat Materialitas > < Jumlah Bukti yang diperlukan

RISIKO AUDIT
Risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Tingkat Kepastian
99 %

Risiko Audit
1%

95 %

5%

UNSUR RISIKO AUDIT


1.

RISIKO BAWAAN (INHERENT RISK)

2.

RISIKO PENGENDALIAN (CONTROL RISK)

3.

RISIKO DETEKSI (DETECTION RISK)

AR = IR X CR X DR

AR
DR = IR X CR

HUBUNGAN RISIKO AUDIT dengan BUKTI AUDIT

Risiko Audit > < Bukti Audit

RISIKO AUDIT
RENDAH
TINGGI

JML BUKTI AUDIT


BANYAK
KECIL

HUBUNGAN RISIKO AUDIT, MATERIALITAS & JUMLAH BUKTI AUDIT


STRATEGI AUDIT TAHAP AWAL
1.

PENDEKATAN TERUTAMA SUBSTANTIF

2.

PENDEKATAN RISIKO PENGENDALIAN RENDAH

4 KOMPONEN PENENTU :
1. Tingkat Risiko Pengendalian yang Diharapkan
2. Luasnya pemahaman SPI yang harus diperoleh
3. Pengujian Pengendalian yang akan dilaksanakan dalam menilai risiko pengendalian
4. Rencana tingkat pengujian substantif yang akan dilakukan.

AUDIT LAPORAN KEUANGAN memegang peranan yang sangat penting dalam


perekonomian dan dunia bisnis. Dalam bagian awal materi ini akan dibahas tentang beberapa hal
yang mendasari AUDIT LAPORAN KEUANGAN, berikutnya akan dibahas tentang standar
auditing yang merupakan pedoman pelaksanaan audit. Selanjutnya akan dibahas tentang
TANGGUNG JAWAB AUDITOR.
Hal-hal yang mendasari audit : Hubungan Antara Akuntansi Dengan Pengauditan, data laporan
keuangan harus bisa diverifikasi.
Penyebab terjadinya resiko
Penyebab terjadinya resiko informasi besar kemungkinan karena ketidaktepatan laporan
keuangan. Beberapa faktor penyebab menyebabkan hal tersebut adalah : Informasi Diterima dari
Pihak Lain, Bias dan Motivasi Pembuat Informasi, Volume Data, Kerumitan Transaksi.
Cara Mengurangi Resiko Informasi
Ada tiga pilihan yang mungkin dilakukan untuk mengurangi resiko informasi yaitu : Pemakai
Laporan Melakukan Sendiri Verifikasi atas Informasi, Pemakai Membebankan Risiko Informasi
pada Manajemen, Disediakan Laporan Keuangan Yang telah Diaudit.
Manfaat ekonomis suatu audit
Manfaat ekonomis suatu audit laporan keuangan antara lain: Akses ke Pasar Modal, Biaya Modal
Menjadi Lebih Rendah, Pencegah Terjadinya Ketidakefisienan dan Kecurangan, Perbaikan
dalam Pengendalian dan Operational.
Keterbatasan pengauditan
Tidak ada audit yang dapat memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material yang timbul dari kesalahan pengolahan data atau kesalahan pertimbangan dalam
memilih dan menerapkan prinsip akuntansi.
Pihak yang berinteraksi dengan Audior
Dalam suatu audit atas laporan, auditor menjalin hubungan profesional dengan berbagai pihak
yaitu : manajemen, dewan komisaris dan komite audit, auditor intern, pemegang saham.
Standar Auditing
Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk menetapkan
standar auditing. Untuk melaksanakan tugas tersebut IAI membentuk Dewan Standar Audit yang

ditetapkan sebagai badan teknis senior dari IAI untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan
tentang standar auditing. Dewan ini juga berkewajiban untuk membuat pedoman penerapan
pernyataan standar auditing bagi para auditor dengan menerbitkan penafsiran atau interpretasi.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR dan kesenjangan ekspektasi
TANGGUNG JAWAB AUITOR dan Kesenjangan ekspektasi sebagian besar berhubungan
dengan tiga hal : menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidak beresan, mendeteksi dan
melaporkan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien, melaporkan apabila terdapat ketidak
pastian mengenai kemampuan perusahaan klien untuk melanjutkan usahannya atau
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai materi AUDIT LAPORAN
KEUANGAN dan TANGGUNG JAWAB AUDITOR silahkan download materi selengkapnya
dengan mengunduhnya di link di bawah ini

Materi Akuntansi Independensi dan Kode Etik Profesional Auditor


A. Etika Profesional
Etika secara harfiah bermakna pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau moral. Etika
secara terminologi kemudian berkembang menjadi suatu konsep yang menjelaskan tentang
batasan baik atau buruk, benar atau salah, dan bisa atau tidak bisa, akan suatu hal untuk
dilakukan dalam suatu pekerjaan tertentu. Istilah kode etik kemudian muncul untuk menjelaskan
tentang batasan yang perlu diperhatikan oleh seorang profesional ketika menjalankan profesinya.
Seperti halnya profesi-profesi yang lain, Akuntan juga mempunyai kode etik yang digunakan
sebagai rambu-rambu atau batasan-batasan ketika seorang Akuntan menjalankan perannya.
Pemahaman yang cukup dari seorang Akuntan tentang kode etik, akan menciptakan pribadi
Akuntan yang profesional, kompeten, dan berdaya guna. Tanpa adanya pemahaman yang cukup
tentang kode etik, seorang Akuntan akan terkesan tidak elegan, bahkan akan menghilangkan nilai
esensial yang paling tinggi dari profesinya tersebut.
Fenomena akan keberadaan kode etik keprofesian merupakan hal yang menarik untuk
diperhatikan. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan besarnya tuntutan publik terjadap dunia

usaha yang pada umumnya mengedepankan etika dalam menjalankan akifitas bisnisnya.
Tuntutan ini kemudian direspon dengan antara lain membuat kode etik atau kode perilaku.
Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) menyebutkan kode etik sebagai dokumen formal yang tertulis
dan membedakan yang terdiri dari standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku
karyawan dan organisasi. Sementara fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai standar etis
yang tinggi dalam bisnis (kavali., dkk, dalam Ludigdo, 2007). Atau secara prinsip sebagai
petunjuk atau pengingat untuk berprilaku secara terhormat dalam situasi-situasi tertentu.
B. Dilema Etika dan Solusinya
Terdapat dua faktor utama yang mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yakni:
a. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya, seseorang
menemukan dompet berisi uang di bandar udara (bandara). Dia mengambil isinya dan
membuang dompet tersebut di tempat terbuka. Pada kesempatan berikutnya, pada saat bertemu
dengan keluarga dan teman-temannya, yang bersangkutan dengan bangga bercerita bahwa dia
telah menemukan dompet dan mengambil isinya.
b. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri. Misalnya,
seperti contoh di atas, seseorang menemukan dompet berisi uang di bandara. Dia mengambil
isinya dan membuang dompet tersebut di tempat tersembunyi dan merahasiakan kejadian tersebut.
Dorongan orang untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat oleh rasionalisasi yang
dikembangkan sendiri oleh yang bersangkutan berdasarkan pengamatan dan pengetahuannya.
Rasionalisasi tersebut mencakup tiga hal sebagai berikut:
Setiap orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama.
Misalnya, orang mungkin berargumen bahwa tindakan memalsukan perhitungan pajak,
menyontek dalam ujian, atau menjual barang yang cacat tanpa memberitahukan kepada
pembelinya bukan perbuatan yang tidak etis karena yang bersangkutan berpendapat bahwa orang
lain pun melakukan tindakan yang sama.

Jika sesuatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti perbuatan tersebut tidak melanggar etika.
Argumen tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa hukum yang sempurna harus sepenuhnya
dilandaskan pada etika. Misalnya, seseorang yang menemukan barang hilang tidak wajib
mengembalikannya kecuali jika pemiliknya dapat membuktikan bahwa barang yang
ditemukannya tersebut benar-benar milik orang yang kehilangan tersebut.
Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya akan diketahui orang lain serta sanksi yang harus
ditanggung jika perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak signifikan. Misalnya
penjual yang secara tidak sengaja terlalu besar menulis harga barang mungkin tidak akan dengan
kesadaran mengoreksinya jika jumlah tersebut sudah dibayar oleh pembelinya. Dia mungkin
akan memutuskan untuk lebih baik menunggu pembeli protes untuk mengoreksinya, sedangkan
jika pembeli tidak menyadari dan tidak protes maka penjual tidak perlu memberitahu.
C. Kode Etik Profesi Auditor
Mukadimah prinsip etika profesi akuntan antara lain menyebutkan bahwa dengan seorang
akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri melebihi yang disyaratkan oleh
hukum dan peraturan yang berlaku. Selain itu prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Sementara itu prinsip etika akuntan
atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir. Kedelapan butir pernyataan tersebut
merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut
terdeskripsikan sebagai berikut :
1. Tanggung jawab profesi :
Bahwa akuntan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
2. Kepentingan publik :

Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
3. Integritas :
Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya
setinggi mungkin.
4. Obyektifitas :
Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAI harus
menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional :
Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian,
kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan :
Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
7. Perilaku profesional :
Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya.

8. Standar teknis :
Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.
D. Independensi Profesi Auditor
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional
Akuantan Publik yang ditetapkan olh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi
independen dalam fakta (infacts) maupun dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam Audit dapat diartikan sebagai sudut pandang yang tidak bias dalam
melakukan ujian audit, mengevaluasi hasilnya dan membuat laporan audit. Auditor tidak hanya
harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan.
Independensi dalam fakta : Auditor benar-benar mempertahankan perilaku yang tidak bias
(independen) disepanjang audit
Independensi dalam penampilan : Pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas
independensi tsb.
Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung
pada orang lain. Tiga aspek dalam independensi auditor, yaitu:
(a) Independensi dalam diri auditor (independence in fact): kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan berbagai faktor dalam audit finding.
(b) Independensi dalam penampilan (perceived independence). Independensi ini
merupakan tinjauan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri
auditor.

(c) Independensi di pandang dari sudut keahliannya. Keahlian juga merupakan faktor
independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah
disebutkan.
Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian
ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahliam mengenai hal tersebut.
Hal yang dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas seorang auditor seperti :
1) Hubungan keuangan dengan klien;
2) Kedudukan dalam perusahaan yang diaudit ;
3) Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten
4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit ;
5) Hubungan keluarga dan pribadi ;
6) Imbalan atas jasa profesional ;
7) Penerimaan barang atau jasa dari klien ;
8) Pemberian barang atau jasa kepada klien.
Revisi dari Persyaratan Independensi Auditor SEC
Kepentingan Kepemilikan
TI dan Jasa Non Audit lainnya
Dewan Standar Independen (Independence Standards Board/ISB)
memberikan rangka kerja konseptual bagi masalah independensi yang berhubungan
dengan audit perusahaan publik

Komite Audit
Sejumlah anggota terpilih dari Dewan Direksi yang bertanggungjawab membantu
Auditor untuk tetap independen dari manajemen
Berbelanja untuk Prinsip Akuntansi
Persetujuan Auditor oleh Pemegang Saham
Pemilihan KAP baru atau melanjutkan KAP yang ada melalui persetujuan pemegang
saham
Penugasan dan Pembayaran Fee Audit oleh Manajemen
E. Komite Audit
Adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk
membantu auditor agar tetap independen dari manajemen. Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga
hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari
manajemen perusahaan. Sarbanes-Oxley Act dan SEC mewajibkan semua anggota komte audit
bersikap independen, dan perusahaan harus mengungkapkan apakah dalam komite audit paling
sedikit ada satu pakar keuangan.
Sarbanes-Oxley Act selanjutny mensyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung
jawab atas penunjukan, kompensasi, dan pengawasan atas ekerjaan auditor. Komite audit harus
menyetujui terlebih dahulu semua jasa audit dan non audit, serta bertanggung jawab untuk
mengawasi pekerjaan auditor, termasuk penyelesaian ketidaksepakatan yang melibatkan pelaporan
keuangan antra manajemen dan auditor. Auditor bertaggung jawab untuk mengomunikasikan semua
hal yang signifika yang dapat diidentifikasi selama audit kepada komite audit.
http://rachmatjusuf.megabyet.net/berita-139-profesi-akuntan-publik-danpelaporannya.html

Minggu, 04 April 2010 - 16:35:21 WIB


Diposting oleh : Administrator
Kategori: Akuntan - Dibaca: 419 kali
Profesi Akuntan Publik dan Pelaporannya
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan
berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut.
Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya
memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika
timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal
dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Dari profesi akuntan
publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen
perusahaan.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance,
jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang
meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit,
pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa
atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten
tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk
lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah
jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Ditinjau dari sudut auditor
independen, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan

atau organisasi yang lain dengan, tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi
keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.

Laporan Audit
Laporan audit merupakan alat yang digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil
auditnya kepada masyarakat. Oleh karena itu, makna setiap kalimat yang tercantum dalam
laporan audit baku dapat digunakan untuk mengenal secara umum profesi akuntan publik.
Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan
paragraf pendapat. Paragraf pengantar berisi objek yang diaudit oleh auditor dan penjelasan
tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor. Paragraf lingkup berisi pernyataan
ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi
pernyataan ringkas mengenai pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan.
Kalimat pertama paragraf pengantar yang berbunyi Kami telah mengaudit neraca PT X
tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1 serta laporan laba-rugi, laporan ekuitas, serta laporan arus
kas untuk tahun yang terakhir pada tanggal-tanggal tersebut berisi tiga hal penting berikut ini;
(1) Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah ia melakukan audit atas laporan
keuangan tersebut, (2) Objek yang diaudit oleh auditor bukanlah catatan akuntansi melainkan
laporan keuangan kliennya, yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan ekuitas, laporan
arus kas.
Kalimat kedua dan ketiga, paragraf pengantar berbunyi Laporan keuangan adalah tanggung
jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit kami. Tanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan
terletak di tangan manajemen, bukan di tangan auditor.
Paragraf lingkup berisi pernyataan auditor bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar

auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan dan beberapa penjelasan tambahan
tentang standar auditing tersebut. Di samping itu, paragraf lingkup juga berisi suatu pernyataan
keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan
dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Kalimat pertama dalam paragraf lingkup laporan audit baku berbunyi, Kami melaksanakan
audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam kalimat
ini auditor menyatakan bahwa audit atas laporan keuangan yang telah dilaksanakan bukan
sembarang audit, melainkan audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh organisasi profesi auditor, yaitu Ikatan Akuntan Indonesia. Di samping itu,
kalimat kedua dalam paragraf lingkup tersebut menyampaikan pesan bahwa:
1. dalam perikatan umum, auditor melaksanakan auditnya atas dasar pengujian, bukan atas
dasar perneriksaan terhadap seluruh bukti;
2. pemahaman yang memadai atas pengendalian intern merupakan dasar untuk menentukan
jenis dan lingkup pengujian yang dilakukan dalam audit;
3. lingkup pengujian dan pemilihan prosedur audit ditentukan oleh pertimbangan auditor
atas dasar pengalamannya;
4. dalam auditnya, auditor tidak hanya melakukan pengujian terbatas pada catatan akuntansi
klien, namun juga menempuh prosedur audit lainnya yang dipandang perlu oleh auditor.

Paragraf pendapat digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya atas kewajaran
laporan keuangan auditan, berdasarkan kriteria prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
dan konsistensi penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam tahun yang diaudit dibanding dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam tahun sebelumnya. Ada empat kemungkinan
pernyataan pendapat auditor, yaitu:
1. auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);
2. auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion;
3. auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion);

4. auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion).

Standar umum mengatur persyaratan pribadi auditor. Kelompok standar ini mengatur keahlian
dan pelatihan teknis yang harus dipenuhi agar seseorang memenuhi syarat untuk melakukan
auditing, sikap mental independen yang harus dipertahankan oleh auditor dalam segala hal yang
bersangkutan dengan pelaksanaan perikatannya, dan keharusan auditor menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan
auditing, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen
adalah auditor profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam
bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah
auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit
atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan
atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah
auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang
tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan
keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Ada tiga tipe auditing,
yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.

Tipe Audit dan Auditor


Ada tiga tipe auditing, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit
operasional. Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen
terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut. Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk
menentukan kepatuhan entitas yang diaudit terhadap kondisi atau peraturan tertentu. Audit
operasional merupakan review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau bagian
daripadanya, dengan tujuan untuk; (1) mengevaluasi kinerja, (2) mengidentifikasi kesempatan
untuk peningkatan, (3) membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut

Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor independen,
auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah auditor profesional yang
menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang
bekerja di instansi pemerintah, yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban
keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam
perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta), yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan informasi yang
dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Etika Profesional Profesi Akuntan Publik

Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari
masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan
menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan
pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan
publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip Etika yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia,
kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998.
Etika profesional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998
diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang
menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu
auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen adalah akuntan
publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan

jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik
untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi
akuntan publik.

Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini. (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3)
Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab.

BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT, PROGRAM AUDIT, dan KERTAS KERJA AUDIT
24 Februari 2009 pada 1:49 pm (MSA (Magister Sains Akuntansi))

Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah
laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum atau dikenal dengan GAAP. Untuk itu, auditor harus
memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat. Di samping itu pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh :
1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien.
2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan
klien.
3. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan.
4. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Top-Down Audit Evidence VS Bottom-Up Audit Evidence


Top down : Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan
tentang entitas, bisnis, dan industrinya
Laporan Keuangan

Bottom up : Mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan akumulasinya dalam laporan
keuangan

Keputusan penting tentang bukti audit menyangkut :

Sifat Pengujian

Prosedur audit mana yang akan dilaksanakan

Terkait dengan tujuan spesifik yang ingin dicapai auditor

Harus relevan

Mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas dalam kaitannya dg tujuan audit

Pendekatan compliance atau substantive test

Saat pengujian
Interim audit atau year end audit

Luas pengujian
Berkaitan dengan berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh

Penerapan staf audit

Terkait dengan due audit care

Tim audit

Independensi

Penggunaan tenaga spesialis

Tujuan Audit Khusus dan Bukti Audit


Terdapat 5 (lima )kelompok umum asersi laporan keuangan , yaitu :

Keberadaannya atau keterjadiannya ( existence or occurrence )


Asersi tentang keberadaan atau terjadinya berhubungan dengan apakah aktiva atau
utang perusahaan benarbenar ada pada tanggal neraca dan transaksitransaksi yang
tercatat telah benarbenar terjadi selama periode tertentu.
Keberadaan (eksistensi) suatu aktiva tidak hanya dilihat dari ujud fisiknya saja, seperti kas ,
persediaan dan aktiva tetap , namun ada pula yang tidak ada ujud fisiknya , misalnya
piutang dan utang usaha. Sehubungan dengan saldo piutang di atas , manajemen hanya
menyatakan bahwa piutang yang terdiri dana piutang usaha , benar benar ada pada
tanggal neraca. Manajemen tidak menyatakan bahwa Rp10.000.000, adalah jumlah yang
benar
Kelengkapannya ( completeness )

Asersi tentang kelengkapannya berhubungan dengan apakah telah memasukkan semua


transaksi dan akun ( rekening ) yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan.
Asersi manajemen tentang saldo piutang Rp. 10.000.000, mempunyai arti bahwa jumlah
tersebut telah meliputi semua transaksi dan kejadian yang mempengaruhi saldo piutang
tersebut , tidak ada piutang yang tidak dilaporkan (under stated) atau dinyatakan lebih (over
stated). Auditor sangat memperhatikan terhadap asersi kelengkapan ini dalam kaitannya
untuk menentukan kemungkinan adanya penyajian komponen laporan keuangan yang
kurang dari yang seharusnya dengan menghilangkan sesuatu atau transaksi yang
seharusnya ada.

Hak dan kewajiban ( right and obligations )

Asersi tentang hak(rights) dan kewajiban(obligations) berhubungan dengan apakah aktiva


tersebut benar benar milik perusahaan dan semua utang adalah benar- benar kewajiban
perusahaan pada tanggal neraca.
Asersi ini menyatakan ,bahwa manajemen secara implisit menyatakan bahwa piutang dan
aktiva aktiva lainnya yang dilaporkan pada neraca benar benar milik perusahaan , dan
utang utang yang dilaporkan pada neraca benar benar kewajiban perusahaan secara sah.
Dengan demikian asersi ini hanya berkaitan dengan komponen komponen neraca
khususnya aktiva dan utang.
Penilaian atau alokasi ( valuation or allocation )
Asersi penilaian(valuation) atau alokasi(allocation) berkaitan dengan ketepatan metode
penilaian maupun pengalokasian yang digunakan oleh perusahaan serta kebenaran
perhitungannya.
Setiap pelaporan komponen laporan keuangan dengan jumlah tertentu mempunyai arti
bahwa jumlah tersebut (1) telah ditentukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum umum , dan (2) bebas dari kesalahan perhitungan atau kekeliruan klerikal.

Kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum meliputi ketepatan penerapan
prinsip harga perolehan ( cost ) , mempertemukan (matching) , dan prinsip konsistensi.
Asersi kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum ( PABU ) dapat meliputi
penilaian bruto maupun netonya. Misalnya , piutang telah dinilai sebesar jumlah tagihan
kepada pelanggan dan taksiran nilai bersih yang dapat direalisasi setelah
mempertimbangkan taksiran tidak tertagihnya piutang ; dan aktiva tetap telah dilaporkan
kedua-duanya yaitu sebesar harga perolehan mula mula dan nilai bukunya setelah
mempertimbangkan jumlah akumulasi depresiasinya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa asersi penilaian atau alokasi berhubungan dengan tiga
hal sebagai berikut : (1) penilaian bruto , (2) penilaian neto , dan (3) ketelitian matematis.
Kategori asersi ini juga meliputi kelayakan ( reasonableness ) terhadap estimasi akuntansi
yang dibuat manajemen.

Penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure )


Asersi tentang penyajian(presentation) dan pengungkapan(disclosure) berhubungan
dengan apakah masing masing komponen laporan keuangan telah diklasifikasikan ,
dijelaskan dan diungkapkan dengan benar.
Manajemen secara implisit menyatakan bahwa setiap komponen laporan keuangan telah
disajikan secara benar dan diungkapkan secara memadai. Dalam hal penyajian piutang
harus benar-benar menampakan piutang yang dapat direalisasikan, dalam arti setiap
kemungkinan tidak tertagihnya piutang harus sudah diperhitungkan melalui pembentukan
rekening penyisihan piutang kecuali dinyatakan lain. Hal-hal yang menyangkut piutang
secara signifikan harus dijelaskan(diungkapkan),misalnya adanya piutang yang digadaikan,
tidak dibentuknya penyisihan piutang, timbulnya kewajiban bersyarat(contingent liability)
dan lain sebagainya.

Tujuan Umum
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran ,
dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun
bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup , auditor perlu
mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan
keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat
mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun , dan bagaimana cara menghimpun bukti
tersebut.
Tujuan Spesifik
Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang terdapat
dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen.

Bukti Audit

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan
keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya , yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya standar
ketiga ,mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : Bukti audit kompeten yang cukup
harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai
dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit .

Tipe Bukti Audit

Tipe Data Akuntansi

Pengendalian Intern.

Catatan Akuntansi.

Tipe Informasi Penguat (corroborating information)

Bukti Fisik.

Bukti Dokumenter.

Perhitungan.

Bukti Lisan.

Perbandingan dan Ratio.

Bukti dari spesialis.

Kecukupan bukti audit


Berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit ,
meliputi :

Materialitas.

Resiko audit.

Faktor faktor ekonomi.

Ukuran dan karakteristik populasi.

Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari buktibukti tersebut. Bukti
yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya , sah , obyektif , dan relevan.
Untuk menentukan kompetensi bukti harus mempertimbangkan berbagai faktor , yaitu :

Sumber bukti ,

Relevansi bukti ,

Obyektivitas bukti ,

Saat atau waktu.

Judgement atau pertimbangan yang dilakukan auditor dipengaruhi berbagai faktor , yaitu :
1)
Pertimbangan profesional auditor.
2)
Integritas manajemen.
3)
Transaksi yang terjadi di perusahaan.
4)
Jenis kepemilikan perusahaan.
5)
Kondisi keuangan perusahaan.
Prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh bukti yang kompeten atau dapat
dipercaya adalah :

Inspeksi

Pembuktian ( vouching )

Observasi

Kalkulasi Kembali

Konfirmasi

Analisis

Wawancara

Rekonsiliasi

Perbandingan

Penjajagan

Pengkajian ulang

Perhitungan (count)

Penilaian

Pengujian (test)

Verifikasi

Scanning

Penelusuran

Evaluasi bukti harus lebih teliti bila menghadapi situasi audit yang mengandung resiko
besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengawasan intern yang lemah .


b. Kondisi keuangan klien yang tidak sehat.
c. Manajemen yang tidak dapat dipercaya.
d. Penggantian kantor akuntan publik.
e. Perubahan peraturan perpajakan.
f. Usaha yang bersifat spekulatif.
g. Transaksi yang kompleks.
PROGRAM AUDIT
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit, auditor
harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus
mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan
dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur
audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit.
Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha
menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu
program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi :
1. Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data nonkeuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
1. Prosedur awal
Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan
industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur
awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun
pengendali dalam buku besar.
1. Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
1. Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.
1. Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
1. Pengujian Saldo

Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang
membentuk saldo tersebut.
1. Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh
GAAP.
Elemen Kunci Program Audit dapat digambarkan sebagai berikut :
Top-down : Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan
atas entitas serba bisnis dan industrinya.
KERTAS KERJA AUDIT (WORKING PAPER)

Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama melakukan
pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah dilaksanakan,
metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-kesimpulan yang telah
dibuatnya.
Contoh kertas kerja antara lain :Catatan memo ; Hasil analisa jawaban konfirmasi, Clients
Representation Letter ; Komentar yang dibuat atau didapat oleh akuntan pemeriksa ;
Tembusan (copy) dari dokumen penting dari suatu daftar baik yang diperoleh ataupun yang
didapat dari klien dan diverifikasi oleh akuntan.
Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis yang dibuat
auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca Saldo (Trial balance),
Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Analisa Umur Piutang (Accounts Receivable Aging
Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Utang, Rincian Biaya Umum
dan Administrasi, Rincian Biaya Penjualan, Surat Pernyataan Langganan.
Hasil analisis yang dibuat oleh auditor , misalnya : Berita Acara Kas Opname (Cash Count
Sheet), Internal Control Questionare dan evaluasi serta hasil analisis pengendalian interen.
Analisis Aktiva Tetap, Analisis kecukupan allowance for bad debt (penyisihan
piutang/cadangan kerugian piutang), Working Trial Balance , atau dapat dipecah menjadi dua
yaitu Working Balance sheet dan Working Profit and Loss, Top Schedule, Supporting
Schedule, Konsep Laporan Audit .
Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen meliputi antara lain : Hasil
konfirmasi piutang, Hasil konfirmasi utang, Informasi dari bank, Pernyataan dari penasihat
hukum.

Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang menjadi milik
perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan tersebut
jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang tidak diinginkan perusahaan.
Isi Kertas Kerja Audit
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan
keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan
telah dilaksanakan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan :

Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan


dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.

Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan.

Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan
pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit

Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap pengauditan


Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan keuangan
yang diauditnya

Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya.

Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya.

Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit


Ada empat tehnik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja. Keempat tehnik
tersebut adalah :

Pembuatan heading.

Nomor indeks

Tick marks

Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal pembuatan serta
penelaahan.

Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja audit :


a) Kertas Kerja kerja harus dibuat lengkap.
b) Teliti.
c) Ringkas.
d) Jelas.
e) Rapi.
Tipe Kertas Kerja :

Audit program
Agar tak menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian Audit program
dan Audit Procedure. Audit program (program pemeriksaan) merupakan daftar prosedur
pengauditan untuk seluruh pemeriksaan elemen tertentu. Sedangkan Procedure audit
adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe bukti pemeriksaan tertentu yang harus
diperoleh pada saat pemeriksaan. Program pemeriksaan dapat digunakan untuk
merencanakan berapa orang yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan, serta
jadwal pemeriksaan yang direncanakan.

Working Trial Balance


Merupakan suatu daftar yang memuat saldo dari seluruh rekening buku besar pada akhir
tahun yang diperiksa dari akhir tahun sebelumnya, koreksi yang diusulkan serta saldo
menurut hasil pemeriksaan. Kertas kerja ini dapat pula dipisahkan menjadi Working
Balance Sheet dan Working Profit and Loss.

Summary of adjusment journal entries

Ringkasan ini merupakan daftar yang berisikan journal-journal koreksi yang diusulkan
kepada klien yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung.

Top Schedules
Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi yang
dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan.

Supporting schedules
Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil pemeriksaan, serta
koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi dan teknik pemeriksaan yang
dilaksanakana oleh akuntan.
Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.

TAHAP PENYUSUNAN AUDITED FINANCIAL STATEMENTS.


a). Pembuatan atau pengumpulan daftar pendukung (supporting schedules) sebagai langkah
pengumpulan bukti pemeriksaan.
b). Penyusunan daftar utama (lead schedules atau top schedules) dengan cara meringkas
supporting schedules dan summary of adjustment journals entris.
c). Meringkas informasi yang tercantum dalam daftar utama dan daftar pendukung ke dalam
Working Trial Balance.
d). Menyusun Audited Financial Statements.

SUSUNAN KERTAS KERJA AUDIT.


a.

Draft laporan pemeriksaan ( audit report ).

b.

Audited financial statements.

c.

Ringkasan informasi bagi penelaah.

d.

Program pemeriksaan.

e.

Laporan keuangan atau neraca lajur yang dibuat klien.

f.

Ringkasan journal adjustment.

g.

Working trial balance.

h.

Top schedule.

i.

Supporting schedule.

PENGARSIPAN KERTAS KERJA AUDIT.

Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun berjalan,
informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun yang
diperiksa.Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank, Rincian piutang,
Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.
Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode pengauditan.
Contoh : Akte pendirian,Accounting manual (pedoman akuntansi), Kontrak kontrak,Notulen
rapat

Tujuan dari permanent file :

Sebagai acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun mendatang.

Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff yang baru
pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan.

Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke
tahun.

Corespondence file, merupakan arsi surat menyurat, facsimili dan lain lain.

KEPEMILIKAN KERTAS KERJA AUDIT.


Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang disusun oleh
auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk auditor, adalah milik auditor
(akuntan publik) ; oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus disimpan oleh auditor
dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur sesuai dengan urutan yang logis.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang memperlihatkan atau
membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut kepada pihak ketiga tanpa seizin
kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau profesi akuntan. Selama melaksanakan audit,

auditor memperoleh sejumlah informasi yang sifatnya rahasia antara lain berupa informasi
tentang gaji karyawan penting (key personels), rencana advertensi, data biaya produksi dan
metode penentuan harga jual produk. Jika auditor membocorkan informasi-informasi pada
pihak ketiga atau kepada karyawan kliennya, maka auditor tersebut dapat dimintai pertanggung
jawabannya atau dituntut ke pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai