Audit Kesesuaian
Audit Oprasional
C. Jenis-jenis Auditor:
Auditor Pemerintah
Auditor Intern
Keterbatasan Pengauditan
sampling audit
publikasi laporan keuangan auditan, beberapa bulan setelah tanggal neraca
laporan keuangan banyak estimasinya => auditor tidak bisa menambah kepastian tentang
laporan keuangan
standar pelaporan
1. laporan harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum
2. laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya
WAJAR, mengandung konotasi bahwa laporan keuangan disajikan secara masuk akal dan tanpa
bias atau distorsi.
Auditor tidak menggunakan kata TEPAT, BENAR, AKURAT, atau PASTI, karena:
Adanya estimasi dalam laporan keuangan
Audit dilakukan atas dasar pengujian sebagian (test basis).
Laporan Auditor bentuk baku
merupakan laporan yang paling sering diterbitkan oleh akuntan publik
memuat pendapat wajar tanpa pengecualian
terdiri dari 3 paragraf :
1. paragraf pendahuluan
2. paragraf lungkup (scope)
3. paragraf pendapat
Penyimpangan dari laporan auditor bentuk baku
ada dua kategori:
laporan bentuk baku dengan bahasa (alenia) penjelas
PERENCANAAN AUDIT
Tujuan, Bukti, & Kertas Kerja Audit
Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit
Aktiva atau utang satuan usaha ada pada tgl tertentu, dan Transaksi yg dicatat telah terjadi
selama periode tertentu.
Kelengkapan
Semua transaksi atau semua rekening yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah
dicantumkan di dalamnya
Aktiva merupakan hak perusahaan, dan Utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.
Dana kas kecil, penerimaan kas yg belum disetor ke bank, rekening giro, dan lain-lain yang
dilaporkan sebagai kas, ada pada tanggal neraca.
Kelengkapan
Kas yang dilaporkan meliputi semua kas kecil, kas yg belum disetor ke bank, dan kas lain yang
ada di tangan (cash on hand).
Kas yang dilaporkan meliputi semua kas yg tidak dibatasi penggunaannya.
Hak dan Kewajiban
Semua hal yg dilaporkan dalam kas adalah milik perusahaan pada tanggal neraca.
Penilaian dan Pengalokasian
Semua komponen kas telah dijumlah dengan benar.
Jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas, secara matematik benar, dan telah diposting
ke buku besar dengan benar.
Kas yg ada ditangan telah dihitung dengan benar.
Saldo rekening giro telah direkonsiliasi dengan benar.
Penyajian dan Pengungkapan
Semua yang dimasukkan dalam kas tidak dibatasi penggunaannya, dan disediakan untuk
operasi perusahaan.
Pengungkapan yang diperlukan telah memadai.
BUKTI AUDIT
CUKUP : Materialitas dan risiko, Faktor-faktor ekonomis, Ukuran dan karakteristik populasi
KOMPETEN: Relevansi, Sumber , Ketepatan Waktu, Obyektivitas
Macam-macam Bukti Audit
DATA AKUNTANSI: Buku jurnal; Buku besar dan buku pembantu; Memorandum dan catatan
tak resmi, seperti perhitungan-perhitungan, dan rekonsiliasi.
INFORMASI PENGUAT :Bukti analitis, Bukti dokumen, Konfirmasi, Pernyataan tertulis, Bukti
perhitungan, Bukti lisan, Bukti fisik, Bukti elektronik
PROSEDUR AUDIT
Adalah tindakan-tindakan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.
Jenis-jenis Prosedur Audit
Prosedur analitis (analytical procedures)
Menginspeksi (inspecting)
Mengamati (observing)
Mengkonfirmasi (confirming)
Menelusur (tracing)
Menghitung (counting)
Hubungan antara Prosedur Audit, Jenis Bukti, dan Asersi (lihat gambar 4-5).
Penggolongan Prosedur Audit :
Untuk mendapatkan pemahaman SPI
Pengujian pengendalian
Pengujian substantif
KERTAS KERJA
Adalah catatan-catatan yg diselenggarakan auditor mengenai audit yg ditempuhnya, pengujian
yg dilakukannya, informasi yg diperolehnya, dan kesimpulan yg dibuatnya sehubungan dengan
auditnya.
Fungsi Kertas Kerja :
Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit.
Membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit.
Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing
Referensi-silang
Current file disimpan sepanjang diperlukan oleh auditor untuk melayani klien atau untuk
memenuhi undang-undang
2.L aporan keuangan berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan yang tidak tepat 100 %.
Konsep MATERIALITAS
2.
Pertimbangan materialitas :
Kuantitatif
Mis : 5 % - 10 % dari Laba Bersih
0,5 % - 1% dari Total Aktiva
1 % dari Modal
Kualitatif, seperti :
Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
Kemungkinan terjadinya ketidak beresan
Rp
PIUTANG
500.000,1.500.000,-
PERSEDIAAN
3.000.000,-
AKTIVA TETAP
5.000.000,-
RISIKO AUDIT
Risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Tingkat Kepastian
99 %
Risiko Audit
1%
95 %
5%
2.
3.
AR = IR X CR X DR
AR
DR = IR X CR
RISIKO AUDIT
RENDAH
TINGGI
2.
4 KOMPONEN PENENTU :
1. Tingkat Risiko Pengendalian yang Diharapkan
2. Luasnya pemahaman SPI yang harus diperoleh
3. Pengujian Pengendalian yang akan dilaksanakan dalam menilai risiko pengendalian
4. Rencana tingkat pengujian substantif yang akan dilakukan.
ditetapkan sebagai badan teknis senior dari IAI untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan
tentang standar auditing. Dewan ini juga berkewajiban untuk membuat pedoman penerapan
pernyataan standar auditing bagi para auditor dengan menerbitkan penafsiran atau interpretasi.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR dan kesenjangan ekspektasi
TANGGUNG JAWAB AUITOR dan Kesenjangan ekspektasi sebagian besar berhubungan
dengan tiga hal : menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidak beresan, mendeteksi dan
melaporkan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien, melaporkan apabila terdapat ketidak
pastian mengenai kemampuan perusahaan klien untuk melanjutkan usahannya atau
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai materi AUDIT LAPORAN
KEUANGAN dan TANGGUNG JAWAB AUDITOR silahkan download materi selengkapnya
dengan mengunduhnya di link di bawah ini
usaha yang pada umumnya mengedepankan etika dalam menjalankan akifitas bisnisnya.
Tuntutan ini kemudian direspon dengan antara lain membuat kode etik atau kode perilaku.
Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) menyebutkan kode etik sebagai dokumen formal yang tertulis
dan membedakan yang terdiri dari standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku
karyawan dan organisasi. Sementara fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai standar etis
yang tinggi dalam bisnis (kavali., dkk, dalam Ludigdo, 2007). Atau secara prinsip sebagai
petunjuk atau pengingat untuk berprilaku secara terhormat dalam situasi-situasi tertentu.
B. Dilema Etika dan Solusinya
Terdapat dua faktor utama yang mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yakni:
a. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya, seseorang
menemukan dompet berisi uang di bandar udara (bandara). Dia mengambil isinya dan
membuang dompet tersebut di tempat terbuka. Pada kesempatan berikutnya, pada saat bertemu
dengan keluarga dan teman-temannya, yang bersangkutan dengan bangga bercerita bahwa dia
telah menemukan dompet dan mengambil isinya.
b. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri. Misalnya,
seperti contoh di atas, seseorang menemukan dompet berisi uang di bandara. Dia mengambil
isinya dan membuang dompet tersebut di tempat tersembunyi dan merahasiakan kejadian tersebut.
Dorongan orang untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat oleh rasionalisasi yang
dikembangkan sendiri oleh yang bersangkutan berdasarkan pengamatan dan pengetahuannya.
Rasionalisasi tersebut mencakup tiga hal sebagai berikut:
Setiap orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama.
Misalnya, orang mungkin berargumen bahwa tindakan memalsukan perhitungan pajak,
menyontek dalam ujian, atau menjual barang yang cacat tanpa memberitahukan kepada
pembelinya bukan perbuatan yang tidak etis karena yang bersangkutan berpendapat bahwa orang
lain pun melakukan tindakan yang sama.
Jika sesuatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti perbuatan tersebut tidak melanggar etika.
Argumen tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa hukum yang sempurna harus sepenuhnya
dilandaskan pada etika. Misalnya, seseorang yang menemukan barang hilang tidak wajib
mengembalikannya kecuali jika pemiliknya dapat membuktikan bahwa barang yang
ditemukannya tersebut benar-benar milik orang yang kehilangan tersebut.
Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya akan diketahui orang lain serta sanksi yang harus
ditanggung jika perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak signifikan. Misalnya
penjual yang secara tidak sengaja terlalu besar menulis harga barang mungkin tidak akan dengan
kesadaran mengoreksinya jika jumlah tersebut sudah dibayar oleh pembelinya. Dia mungkin
akan memutuskan untuk lebih baik menunggu pembeli protes untuk mengoreksinya, sedangkan
jika pembeli tidak menyadari dan tidak protes maka penjual tidak perlu memberitahu.
C. Kode Etik Profesi Auditor
Mukadimah prinsip etika profesi akuntan antara lain menyebutkan bahwa dengan seorang
akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri melebihi yang disyaratkan oleh
hukum dan peraturan yang berlaku. Selain itu prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Sementara itu prinsip etika akuntan
atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir. Kedelapan butir pernyataan tersebut
merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut
terdeskripsikan sebagai berikut :
1. Tanggung jawab profesi :
Bahwa akuntan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
2. Kepentingan publik :
Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
3. Integritas :
Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya
setinggi mungkin.
4. Obyektifitas :
Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAI harus
menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional :
Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian,
kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan :
Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
7. Perilaku profesional :
Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya.
8. Standar teknis :
Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.
D. Independensi Profesi Auditor
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional
Akuantan Publik yang ditetapkan olh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi
independen dalam fakta (infacts) maupun dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam Audit dapat diartikan sebagai sudut pandang yang tidak bias dalam
melakukan ujian audit, mengevaluasi hasilnya dan membuat laporan audit. Auditor tidak hanya
harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan.
Independensi dalam fakta : Auditor benar-benar mempertahankan perilaku yang tidak bias
(independen) disepanjang audit
Independensi dalam penampilan : Pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas
independensi tsb.
Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung
pada orang lain. Tiga aspek dalam independensi auditor, yaitu:
(a) Independensi dalam diri auditor (independence in fact): kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan berbagai faktor dalam audit finding.
(b) Independensi dalam penampilan (perceived independence). Independensi ini
merupakan tinjauan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri
auditor.
(c) Independensi di pandang dari sudut keahliannya. Keahlian juga merupakan faktor
independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah
disebutkan.
Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian
ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahliam mengenai hal tersebut.
Hal yang dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas seorang auditor seperti :
1) Hubungan keuangan dengan klien;
2) Kedudukan dalam perusahaan yang diaudit ;
3) Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten
4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit ;
5) Hubungan keluarga dan pribadi ;
6) Imbalan atas jasa profesional ;
7) Penerimaan barang atau jasa dari klien ;
8) Pemberian barang atau jasa kepada klien.
Revisi dari Persyaratan Independensi Auditor SEC
Kepentingan Kepemilikan
TI dan Jasa Non Audit lainnya
Dewan Standar Independen (Independence Standards Board/ISB)
memberikan rangka kerja konseptual bagi masalah independensi yang berhubungan
dengan audit perusahaan publik
Komite Audit
Sejumlah anggota terpilih dari Dewan Direksi yang bertanggungjawab membantu
Auditor untuk tetap independen dari manajemen
Berbelanja untuk Prinsip Akuntansi
Persetujuan Auditor oleh Pemegang Saham
Pemilihan KAP baru atau melanjutkan KAP yang ada melalui persetujuan pemegang
saham
Penugasan dan Pembayaran Fee Audit oleh Manajemen
E. Komite Audit
Adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk
membantu auditor agar tetap independen dari manajemen. Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga
hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari
manajemen perusahaan. Sarbanes-Oxley Act dan SEC mewajibkan semua anggota komte audit
bersikap independen, dan perusahaan harus mengungkapkan apakah dalam komite audit paling
sedikit ada satu pakar keuangan.
Sarbanes-Oxley Act selanjutny mensyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung
jawab atas penunjukan, kompensasi, dan pengawasan atas ekerjaan auditor. Komite audit harus
menyetujui terlebih dahulu semua jasa audit dan non audit, serta bertanggung jawab untuk
mengawasi pekerjaan auditor, termasuk penyelesaian ketidaksepakatan yang melibatkan pelaporan
keuangan antra manajemen dan auditor. Auditor bertaggung jawab untuk mengomunikasikan semua
hal yang signifika yang dapat diidentifikasi selama audit kepada komite audit.
http://rachmatjusuf.megabyet.net/berita-139-profesi-akuntan-publik-danpelaporannya.html
atau organisasi yang lain dengan, tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi
keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.
Laporan Audit
Laporan audit merupakan alat yang digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil
auditnya kepada masyarakat. Oleh karena itu, makna setiap kalimat yang tercantum dalam
laporan audit baku dapat digunakan untuk mengenal secara umum profesi akuntan publik.
Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan
paragraf pendapat. Paragraf pengantar berisi objek yang diaudit oleh auditor dan penjelasan
tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor. Paragraf lingkup berisi pernyataan
ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi
pernyataan ringkas mengenai pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan.
Kalimat pertama paragraf pengantar yang berbunyi Kami telah mengaudit neraca PT X
tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1 serta laporan laba-rugi, laporan ekuitas, serta laporan arus
kas untuk tahun yang terakhir pada tanggal-tanggal tersebut berisi tiga hal penting berikut ini;
(1) Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah ia melakukan audit atas laporan
keuangan tersebut, (2) Objek yang diaudit oleh auditor bukanlah catatan akuntansi melainkan
laporan keuangan kliennya, yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan ekuitas, laporan
arus kas.
Kalimat kedua dan ketiga, paragraf pengantar berbunyi Laporan keuangan adalah tanggung
jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit kami. Tanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan
terletak di tangan manajemen, bukan di tangan auditor.
Paragraf lingkup berisi pernyataan auditor bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan dan beberapa penjelasan tambahan
tentang standar auditing tersebut. Di samping itu, paragraf lingkup juga berisi suatu pernyataan
keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan
dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Kalimat pertama dalam paragraf lingkup laporan audit baku berbunyi, Kami melaksanakan
audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam kalimat
ini auditor menyatakan bahwa audit atas laporan keuangan yang telah dilaksanakan bukan
sembarang audit, melainkan audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh organisasi profesi auditor, yaitu Ikatan Akuntan Indonesia. Di samping itu,
kalimat kedua dalam paragraf lingkup tersebut menyampaikan pesan bahwa:
1. dalam perikatan umum, auditor melaksanakan auditnya atas dasar pengujian, bukan atas
dasar perneriksaan terhadap seluruh bukti;
2. pemahaman yang memadai atas pengendalian intern merupakan dasar untuk menentukan
jenis dan lingkup pengujian yang dilakukan dalam audit;
3. lingkup pengujian dan pemilihan prosedur audit ditentukan oleh pertimbangan auditor
atas dasar pengalamannya;
4. dalam auditnya, auditor tidak hanya melakukan pengujian terbatas pada catatan akuntansi
klien, namun juga menempuh prosedur audit lainnya yang dipandang perlu oleh auditor.
Paragraf pendapat digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya atas kewajaran
laporan keuangan auditan, berdasarkan kriteria prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
dan konsistensi penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam tahun yang diaudit dibanding dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam tahun sebelumnya. Ada empat kemungkinan
pernyataan pendapat auditor, yaitu:
1. auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);
2. auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion;
3. auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion);
Standar umum mengatur persyaratan pribadi auditor. Kelompok standar ini mengatur keahlian
dan pelatihan teknis yang harus dipenuhi agar seseorang memenuhi syarat untuk melakukan
auditing, sikap mental independen yang harus dipertahankan oleh auditor dalam segala hal yang
bersangkutan dengan pelaksanaan perikatannya, dan keharusan auditor menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan
auditing, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen
adalah auditor profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam
bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah
auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit
atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan
atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah
auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang
tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan
keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Ada tiga tipe auditing,
yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.
Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor independen,
auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah auditor profesional yang
menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang
bekerja di instansi pemerintah, yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban
keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam
perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta), yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan informasi yang
dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Etika Profesional Profesi Akuntan Publik
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari
masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan
menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan
pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan
publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip Etika yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia,
kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998.
Etika profesional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998
diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang
menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu
auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen adalah akuntan
publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan
jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik
untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi
akuntan publik.
Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini. (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3)
Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab.
BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT, PROGRAM AUDIT, dan KERTAS KERJA AUDIT
24 Februari 2009 pada 1:49 pm (MSA (Magister Sains Akuntansi))
Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah
laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum atau dikenal dengan GAAP. Untuk itu, auditor harus
memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat. Di samping itu pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh :
1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien.
2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan
klien.
3. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan.
4. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Bottom up : Mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan akumulasinya dalam laporan
keuangan
Sifat Pengujian
Harus relevan
Saat pengujian
Interim audit atau year end audit
Luas pengujian
Berkaitan dengan berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh
Tim audit
Independensi
Kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum meliputi ketepatan penerapan
prinsip harga perolehan ( cost ) , mempertemukan (matching) , dan prinsip konsistensi.
Asersi kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum ( PABU ) dapat meliputi
penilaian bruto maupun netonya. Misalnya , piutang telah dinilai sebesar jumlah tagihan
kepada pelanggan dan taksiran nilai bersih yang dapat direalisasi setelah
mempertimbangkan taksiran tidak tertagihnya piutang ; dan aktiva tetap telah dilaporkan
kedua-duanya yaitu sebesar harga perolehan mula mula dan nilai bukunya setelah
mempertimbangkan jumlah akumulasi depresiasinya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa asersi penilaian atau alokasi berhubungan dengan tiga
hal sebagai berikut : (1) penilaian bruto , (2) penilaian neto , dan (3) ketelitian matematis.
Kategori asersi ini juga meliputi kelayakan ( reasonableness ) terhadap estimasi akuntansi
yang dibuat manajemen.
Tujuan Umum
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran ,
dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun
bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup , auditor perlu
mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan
keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat
mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun , dan bagaimana cara menghimpun bukti
tersebut.
Tujuan Spesifik
Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang terdapat
dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen.
Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan
keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya , yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya standar
ketiga ,mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : Bukti audit kompeten yang cukup
harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai
dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit .
Pengendalian Intern.
Catatan Akuntansi.
Bukti Fisik.
Bukti Dokumenter.
Perhitungan.
Bukti Lisan.
Materialitas.
Resiko audit.
Sumber bukti ,
Relevansi bukti ,
Obyektivitas bukti ,
Judgement atau pertimbangan yang dilakukan auditor dipengaruhi berbagai faktor , yaitu :
1)
Pertimbangan profesional auditor.
2)
Integritas manajemen.
3)
Transaksi yang terjadi di perusahaan.
4)
Jenis kepemilikan perusahaan.
5)
Kondisi keuangan perusahaan.
Prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh bukti yang kompeten atau dapat
dipercaya adalah :
Inspeksi
Pembuktian ( vouching )
Observasi
Kalkulasi Kembali
Konfirmasi
Analisis
Wawancara
Rekonsiliasi
Perbandingan
Penjajagan
Pengkajian ulang
Perhitungan (count)
Penilaian
Pengujian (test)
Verifikasi
Scanning
Penelusuran
Evaluasi bukti harus lebih teliti bila menghadapi situasi audit yang mengandung resiko
besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut :
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang
membentuk saldo tersebut.
1. Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh
GAAP.
Elemen Kunci Program Audit dapat digambarkan sebagai berikut :
Top-down : Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan
atas entitas serba bisnis dan industrinya.
KERTAS KERJA AUDIT (WORKING PAPER)
Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama melakukan
pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah dilaksanakan,
metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-kesimpulan yang telah
dibuatnya.
Contoh kertas kerja antara lain :Catatan memo ; Hasil analisa jawaban konfirmasi, Clients
Representation Letter ; Komentar yang dibuat atau didapat oleh akuntan pemeriksa ;
Tembusan (copy) dari dokumen penting dari suatu daftar baik yang diperoleh ataupun yang
didapat dari klien dan diverifikasi oleh akuntan.
Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis yang dibuat
auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca Saldo (Trial balance),
Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Analisa Umur Piutang (Accounts Receivable Aging
Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Utang, Rincian Biaya Umum
dan Administrasi, Rincian Biaya Penjualan, Surat Pernyataan Langganan.
Hasil analisis yang dibuat oleh auditor , misalnya : Berita Acara Kas Opname (Cash Count
Sheet), Internal Control Questionare dan evaluasi serta hasil analisis pengendalian interen.
Analisis Aktiva Tetap, Analisis kecukupan allowance for bad debt (penyisihan
piutang/cadangan kerugian piutang), Working Trial Balance , atau dapat dipecah menjadi dua
yaitu Working Balance sheet dan Working Profit and Loss, Top Schedule, Supporting
Schedule, Konsep Laporan Audit .
Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen meliputi antara lain : Hasil
konfirmasi piutang, Hasil konfirmasi utang, Informasi dari bank, Pernyataan dari penasihat
hukum.
Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang menjadi milik
perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan tersebut
jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang tidak diinginkan perusahaan.
Isi Kertas Kerja Audit
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan
keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan
telah dilaksanakan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan :
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan.
Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan
pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Pembuatan heading.
Nomor indeks
Tick marks
Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal pembuatan serta
penelaahan.
Audit program
Agar tak menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian Audit program
dan Audit Procedure. Audit program (program pemeriksaan) merupakan daftar prosedur
pengauditan untuk seluruh pemeriksaan elemen tertentu. Sedangkan Procedure audit
adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe bukti pemeriksaan tertentu yang harus
diperoleh pada saat pemeriksaan. Program pemeriksaan dapat digunakan untuk
merencanakan berapa orang yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan, serta
jadwal pemeriksaan yang direncanakan.
Ringkasan ini merupakan daftar yang berisikan journal-journal koreksi yang diusulkan
kepada klien yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung.
Top Schedules
Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi yang
dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan.
Supporting schedules
Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil pemeriksaan, serta
koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi dan teknik pemeriksaan yang
dilaksanakana oleh akuntan.
Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.
b.
c.
d.
Program pemeriksaan.
e.
f.
g.
h.
Top schedule.
i.
Supporting schedule.
Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun berjalan,
informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun yang
diperiksa.Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank, Rincian piutang,
Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.
Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode pengauditan.
Contoh : Akte pendirian,Accounting manual (pedoman akuntansi), Kontrak kontrak,Notulen
rapat
Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff yang baru
pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan.
Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke
tahun.
Corespondence file, merupakan arsi surat menyurat, facsimili dan lain lain.
auditor memperoleh sejumlah informasi yang sifatnya rahasia antara lain berupa informasi
tentang gaji karyawan penting (key personels), rencana advertensi, data biaya produksi dan
metode penentuan harga jual produk. Jika auditor membocorkan informasi-informasi pada
pihak ketiga atau kepada karyawan kliennya, maka auditor tersebut dapat dimintai pertanggung
jawabannya atau dituntut ke pengadilan.