Anda di halaman 1dari 9

KASUS AULIA TANTOWI POHAN

(TINDAKAN KORUPSI DANA BANK INDONESIA)

TUGAS
AUDIT FORENSIK

OLEH :
A1C012102 NI WAYAN SRI PUSPADANI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2015

KASUS AULIA TANTOWI POHAN


1.1. PENJABARAN KASUS
contoh kasus yaitu kasus yang dialami oleh Aulia Tantowi Pohan atau yang lebih
dikenal dengan Aulia Pohan.
1. Kronologis Kasus Aulia Pohan
Kasus korupsi yang melibatkan aulia pohan ini dikenal sebagai kasus dana bi (bank
Indonesia). Keterlibatan aulia pohan adalah Karen abeliau adalah mantan deputi gubernur
bank Indonesia. Saat menjabat di posisi tersebutlah beliau terkena kasus korupsi. Mengingat
bahwa posisi deputi gurbenur tidak di isi oleh satu orang, kasus korupsi dana bank Indonesia
melibatkan banyak nama lain. Salah satu nama yang terlibat pula dalam kasus ini yaitu
Burhanuddin Abdullah 2003-2008.
Maret April 2003, sejumlah mantan direksi bank Indonesia terkena kasus BLBI
(Bantuan Likuiditas Bank Indonesia). Untuk memperlancar proses hokum, orang orang
tersebut membutuhkan dana yang begitu besar. Aulia Pohan dan Burhannudin Abidulah
saat itu setuju untuk membantu biaya proses hokum mantan direksi BI tersebut. Hanya
saja saat itu belum jelas sumber dananya dari mana yang akan digunakan untuk proses
hokum tersebut.
3 Juni 2003, terjadi rapat pimpinan Bank Indonesia. Saat itu dibahas dana untuk
kebutuhan proses pelancaran kasus BLBI. Pembahasan pun juga berkaitan dengan dana
untuk amademen BI dan anggota DPR. Saat itu, di putuskan penggunaan dana sebesar
200 miliyar untuk kebutuhan tersebut. Dana tersebut diambil dari kas Yayasan Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia atau YLPPI ( istilah saat ini YPPI).
Dana 200 M tersebut kemudian dibagikan untuk berbagai keperluan Aulia POhan dan
Burhannudin abidulah menyetujui penggunaan uang tersebut untuk keperluan di luar BI.
Dana 100miliyar pun digunakan untuk para mantan anggota direksi BI, Anggota DPR,
dan pihak-pihak lain yang punya kepentingan.
Akibat persetujuan pencairan dana inila Aulia Pohan dan Burhannudin abidullah
kemudian di vonis bersalah dan dipenjara KPK pada tahun 2008. Selain kedua nama
tersebut, beberapa pihak terlibat dengan kasus ini pun ditangkap.
2. Tindaklanjut Kasus Aulia Pohan

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berhasil mengusut kasus korupsi untuk


kesekian kalinya. Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aulia Pohan tersandung
dakwaan kasus korupsi. Aulia Pohan dianggap melakukan penyalahgunaan dana Yayasan
Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) senilai Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah). Dalam kasus ini menyeret pula beberapa nama yaitu Maman H. Soemantri,
Bunbunan E.J. Hutapea dan Aslim Tadjudin . Terjadi pro dan kontra dalam kasus ini,
dikarenakan menurut pemberitaan Aulia Pohan tidak ikut memakan hasil korupsi tersebut
sedangkan disisi lain Aulia Pohan bersalah karena memiliki ide tersebut.
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) akhirnya mengganjar
besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu dengan pidana 4,5 tahun penjara. Sama hal
nya dengan rekan rekannya yang mendapatkan hukuman penjara 4 hingga 4,5 tahun penjara
serta denda masing-masing Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Dalam putusan itu,
majelis hakim sesungguhnya tidak kompak. Empat hakim, yakni Edward Patinasarani,
Anwar, Hendra Yospin, dan Slamet Subagyo menilai bahwa Aulia Pohan bersama dengan
rekan rekannya dinilai terbukti bersalah dengan dakwaan primer yang melanggar Pasal 2
(1) UU Pemberantasan Tipikor dan melanggar pasal 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Hakim Hendra Yospin, anggota majelis yang lain, menilai Aulia Pohan bersama
dengan rekan rekannya telah menyetujui pencairan dana Rp 100 miliar itu di luar sistem
anggaran.
Pada saat peringatan HUT RI ke-65, 17 Agustus 2010 lalu Aulia Pohan bersama
dengan rekan rekannya mendapat remisi. Dia bersama dengan tiga terpidana korupsi aliran
dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) Bank Indonesia menerima
pengurangan hukuman selama tiga bulan. Usai menerima remisi, sejak 18 Agustus 2010
Aulia Pohan bersama dengan rekan rekannya resmi bebas bersyarat. Seperti yang
diungkapkan Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar, Dia sudah boleh pulang ke rumah,
tapi tidak boleh kemana - mana sampai masa tahanannya berakhir. Untuk bebas bersyarat,
syaratnya harus juga sudah membayar semua denda kepada negara. Pembebasan bersyarat
itu diterima Aulia setelah dia menjalani dua pertiga masa tahanan. Aulia Pohan ditahan sejak
27 November 2008. Sebelumnya, Mahkamah Agung telah mengurangi hukuman Aulia Pohan
dari empat tahun menjadi tiga tahun penjara.

1.2. ANALISIS PELANGGARAN HUKUM, NILAI, NORMA DAN ETIKA

1. Pelanggaran Berdasarkan Dengan Hukum Materil


Hukum materil adalah mengatur tentang apa siapa dan bagaimana orang dapat dihukum.
Dalam contoh kasus ini Aulia Pohan terbukti bersalah karena melanggar pasal 2 ayat 1 UU
pemberantasan tipikor yang berbunyi Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dan melanggar pasal 3 UU pemberantasan
tipikor yang berisi Setiap orang yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
2. Pelanggaran Berdasarkan Dengan Hukum Pidana
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran pelanggaran dan
kejahatan kejahatan terhadap kepentingan umum. Kasus Aulia Pohan termasuk dalam
peanggaran hukum pidana bukan pelanggaran hukum perdata. Karena Aulia Pohan telah
melanggar kepentingan umum yaitu merugikan keunangan negara.
3. Pelanggaran Nilai Dan Norma
Nilai adalah suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu
sendiri. Sesuatu yang mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada
sesuatu itu. Sedangkan norma adalah wujud yang kongkrit dalam tingkah laku untuk
memberikan penilaian tersebut. Dalam kasus ini Aulia Pohan telah melakukan pelanggaran
terhadap nilai nilai dan norma norma kejujuran.
4. Pelanggaran Etika

Etika adalah suatu sikap yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung
jawab berhadapan dengan ajaran moral. Dalam kasus ini, Aulia Pohan telah melakukan
pelanggaran etika dalam pekerjaan. Aulia Pohan melanggar kode etik pekerjaan, yaitu
melakukan suatu pekerjaan diluar kewenangannya.

1.3. ANALISIS KASUS DARI BERBAGAI PERSPEKTIF

1. Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara emipiris dan analitis
mempelajari hubungan tibal balik antara hukum sebagai gejala sosial dan gejala-gejala sosial
lainyya. Sosiologi hukum juga memperjelas praktik-praktik hukum.
Dalam kasus ini, Aulia Pohan terbukti menuangkan suatu ide dalam penyalahgunaan sana
YPPI. Hal tersebut melanggar pasal 2 ayat 1 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
pasal 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Meski hasil korupsi tersebut tidak satu
rupiahpun Aulia nikmati namun Aulia Pohan telah memperkaya orang lain dengan
penyalahgunaan dana tersebut. Apa yang dilakukan Aulia dan kawan-kawan telah merugikan
uang negara.
2. Ekonomi Hukum
Ekonomi hukum adalah suatu ilmu yang dapat digunakan dalam hukum untuk
mengetahui ada tidaknya kerugian terhadap keuangan negara. Kasus Aulia Pohan merupakan
kasus korupsi, maka ilmu ekonomilah yang snagat membantu dalam proses pembuktiannya.
Aulia pohan telah merugikan uang negara sebesar 100 Milyar rupiah.
3. Politik Hukum
Suatu proses politik dalam hukum mampu melenyapkan ketegangan-ketegangan yang ada
dalam masyarakat. Aura politis ada dalam penyalahgunaan dana YPPI yang menyeret Aulia
Pohan ke meja hukum. Aulia dan kawan-kawan bekerjasama dalam pencairan dana tersebut.
Pembebasan Aulia Pohan juga diduga mengandung unsur politik. Karena Auloia Pohan
merupakan besan seorang presiden yang artinya bebasnya Aulia merupakan penyembuhan
nama baik seorang presiden beserta partain ya. Sehingga Aulia dapat bebas lebih cepat dari
waktu hukuman yang di tetapkan hakim.

1.4. SOLUSI DARI KASUS KORUPSI

Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3 (tiga)
pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :
Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi,
Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi,
Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi.
Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan
memberantas korupsi yang tepat yaitu:
1. Strategi Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang menjadi
penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat upaya
preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu perlu dibuat
upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan
banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya
korupsi.
2. Strategi Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila suatu
perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindaklanjuti
dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi, sehingga
sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat memberikan
sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai
disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
3. Strategi Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk memberikan
sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat
disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan
secara cepat dan tepat. Namun implementasinyaharus dilakukan secara terintregasi. Bagi
pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak
dilaksanakan.

Adapula strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain :
Gerakan Masyarakat Anti Korupsi yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini
perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan gerakan rakyat
anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu
bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi
dari partai politik untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya
dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada realisasinya
dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini diperlukan untuk menekan
pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan moral agar pemerintah bangkit
memberantas korupsi.
Gerakan Pembersihan yaitu menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta memiliki komitmen
yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa memandang status sosial
untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan membenahi
sistem organisasi yang ada dengan menekankan prosedur structure follows strategy yaitu
dengan menggambar struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu kemudian
menempatkan orang-orang sesuai posisinya masing-masing dalam struktur organisasi
tersebut.
Gerakan Moral yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah
kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia. Melalui
gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat yang sangat
menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima,
mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain dapat
dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan
masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah yang efektif membangun peradaban
bangsa yang bersih dari moral korup.
Gerakan Pengefektifan Birokrasi yaitu dengan menyusutkan jumlah pegawai dalam
pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan menempatkan orang
yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan apabila masih ada pegawai yang
melakukan korupsi, dilakukan tindakan tegas dan keras kepada mereka yang telah
terbukti bersalah dan bilamana perlu dihukum mati karena korupsi adalah kejahatan
terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja yang melakukan korupsi berarti melanggar
harkat dan martabat kehidupan.

Perlu adanya sanksi yang tegas. Selama ini sanksi yang diberikan kepada para pelaku
tindak pidana korupsi sangatlah ringan. Seperti contoh kasus Aulia Pohan ini, dia hanya
menerima hukuman 4,5 tahun penjara. Bahkan Aulia Pohan bersama dengan rekan
rekannya menerima pengurangan hukuman selama tiga bulan. Usai menerima remisi,
sejak 18 Agustus 2010 Aulia Pohan bersama dengan rekan rekannya resmi bebas
bersyarat. Seharusnya remisi dihapuskan bagi para tersangka tindak pidana korupsi. Serta
perlu adanya hukuman mati bagi mereka yang melakukan tindak pidana korupsi.
Memiskinkan harta para tersangka tindak pidana korupsi. Hal ini perlu dikukan agar para
pelaku tindak pidana korupsi tidak bias lagi menggunakan harta mereka yang notabene
bersumber dari negara tersebut untuk melakukan suap terhadap para pelaku peradilan,
contohnya suap terhadap hakim.

KESIMPULAN
Mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita secara sadar untuk menempatkan
kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Ini perlu ditekankan sebab betapa pun sempurnanya peraturan, kalau ada niat untuk
melakukan korupsi tetap ada di hati para pihak yang ingin korup, korupsi tetap akan terjadi
karena faktor mental itulah yangsangatmenentukan.

Pemerintah Indonesia memang sudah berupaya untuk melakukan pemberantasan korupsi


melaui proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan peradilan sesuai dengan undangundang yang berlaku. Namun semuanya juga harus melihat dari sisi individu yang melakukan
korupsi, karena dengan adanya faktor-faktor yangt menyebabkan terjadinya korupsi maka
perlu adanya strategi pemberantasan korupsi yang lebih diarahkan kepada upaya-upaya
pencegahan berdasarkan strategi preventif, disamping harus tetap melakukan tindakantindakan represif secara konsisten. Serta sukses tidaknya upaya pemberantasan korupsi tidak
hanya ditentukan oleh adanya instrument hukum yang pasti dan aparat hukum yang bersih,
jujur,dan berani serta dukungan moral dari masyarakat, melainkan juga dari political will
pemimpin negara yang harus menyatakan perang terhadap korupsi secara konsisten.
Jika semua itu dilakukan dengan benar, serta adanya sanksi yang tegas bagi para koruptor,
maka negara kita pasti akan terbebas dari KORUPSI.

Anda mungkin juga menyukai