Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
3. Kita terlibat dalam proses menentukan nilai karyawan bagi perusahaan, dengan
maksud meningkatkannya. (Attwood Margaret & Stuart Dimmock dalam
Sedarmayanti, 2010:260)
4. Sistem formal untuk memeriksa atau mengkaji dan mengevaluasi secara berkala
kinerja seseorang. Kinerja dapat pula dipandangan sebagai perpaduan dari dua
hal, yaitu hasil kerja (apa yang harus dicapai oleh seseorang), dan kompetensi
(bagaimana seseorang mencapainya). (Mondy dan Noe dalam Sedarmayanti
2010:261)
5. Lawler (dalam Asad, 1991) adalah suatu hasil yang dicapai oleh karyawan
dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif.
6. Lawler & Porter (dalam Asad, 1991) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah
kesuksesan kerja yang diperoleh seseorang dari perbuatan atau hasil yang
bersangkutan.
7. Jewell & Siegall (1990) menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil sejauh
mana anggota organisasi telah melakukan pekerjaan dalam rangka memuaskan
organisasinya.
8. Hasibuan (1990) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu.
9. Bernardin dan Russel (1993:378), prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan
dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau
kegiatan selama tempo waktu tertentu.
10. Zeitz (dalam Baron & Byrne, 1994) mengatakan bahwa prestasi kerja
dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan
faktor personal. Faktor organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas
pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik dari lingkungan
kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling penting
adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam
bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang
juga penting adalah kualitas pengawasan (supervision quality), dimana seorang
bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten
dibandingkan dirinya.
1.
Relevance
Sistem penilaian digunakan untuk mengukur hal atau kegiatan yang ada
hubungannya. Hubungan yang ada kesesuaian antara hasil pekerjaan dengan
tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu.
2.
Acceptability
Hasil dari sistem penilaian dapat diterima dalam hubungan dengan kesuksesan
pelaksanaan pekerjaan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
3.
Reliability
Hasil sistem penilaian dapat dipercaya (konsisten dan stabil), reliabilitas sistem
penilaian dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti waktu dan frekuensi penilaian.
Dalam hubungannya dengan sistem penilaian, disebut memiliki tingkat reliabilitas
tinggi apabila dua penilai atau lebih terhadap karyawan yang sama memperoleh
hasil nilai yang relatif sama.
4.
Sensitivity
Merupakan metode tertua dan paling banyak digunakan dalam menilai prestasi
kerja para pegawai di masa lalu karena mudah mempersiapkannya dan tidak sukar
untuk menilai banyak pegawai sekaligus dengan metode ini.
2.
Penggunaan Checklist
Metode yang mencatat peristiwa tertentu yang terjadi dalam rangka pelaksanaan
tugas seorang pegawai yang menggambarkan perilaku pegawai yang
bersangkutan, baik positif maupun negatif.
5.
Merupakan suatu cara penilaian prestasi kerja pegawai untuk satu kurun waktu
tertentu di masa lalu dengan mengaitkan skala peringkat prestasi kerja dengan
perilaku tertentu.
6.
Metode yang melibatkan ahli penilai untuk turut ke lapangan melakukan penilaian
atas prestasi kerja para pegawai.
7.
Pengujian kemampuan, baik melalui ujian tertuli yang menyangkut berbagai hal
seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur dan mekanisme kerja yang langsung
diamati penilai.
8.
Rating Scale
Metode penilaian kinerja yang digunakan secara luas, yang menilai pekerja
berdasar atas sejumlah faktor yang telah didefinisikan sebelumnya.
b)
Critical Incidents
Essay/Narrative Essay
Work Standards
Ranking
sesuai
Forced Distribution
Forced-Choice
Penilai mengisi atau melengkapi formulir yang sama dengan metode forcedchoice, tetapi respons yang diisi oleh penilai diberi bobot yang berbeda.
i)
Rating scale
Teknik ini adalah bentuk performance appraisal yang tertua dan paling banyak
digunakan, biasa dilakukan oleh atasan secara langsung. Pada teknik ini, evaluasi
subjektif dilakukan oleh penilai terhadap prestasi kerja karyawan. Evaluasi hanya
didasarkan pada pendapat penilai yang membandingkan hasil pekerjaan karyawan
dengan faktor faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan
tersebut. Dalam banyak kasus, faktor faktor tersebut mungkin juga tidak
berhubungan langsung dengan pelaksanaan kerja.
Checklist
Kelemahannya:
o Adanya penggunaan faktor kepribadian di samping faktor yang berhubungan
dengan prestasi kerja.
o Adanya pengaruh halo effect yang memungkinkan hasil penilaian menjadi bias.
o Salah menginterpretasikan item item dalam checklist.
o Pemberian bobot yang tidak tepat terhadap item item tertentu.
Teknik ini merupakan teknik penilaian yang didasarkan pada catatan catatan
penilai yang menggambarkan perilaku karyawan sangat baik ataukah sangat buruk
dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja. Catatan catatan inilah yang disebut
peristiwa peristiwa kritis. Berbagai peristiwa tersebut dicatat selama periode
evaluasi terhadap setiap karyawan.
Teknik ini sangat berguna dalam memberikan feedback kepada karyawan dan
mengurangi kesalahan recency effect. Kelemahannya adalah para penilai
(biasanya para atasan) sering tidak berminat melakukan pencatatan atau
cenderung mengada ada dan bersikap subjektif.
Dengan teknik ini, wakil ahli departemen personalia turun dan ikut membantu
para penilai dalam melakukan performance appraisal.Spesialis personalia
mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung tentang prestasi kerja
karyawan. Kemudian mereka mempersiapkan evaluasi atas dasar informasi
tersebut. Evaluasi dikirim kepada penilai untuk direview, diubah, dilakukan
persetujuan, dan dibahas dengan karyawan yang dinilai.
Bila jumlah pekerjaan terbatas, performance appraisal bisa didasarkan pada tes
pengetahuan dan ketrampilan, berupa tes tertulis atau peragaan ketrampilan. Tes
yang dilakukan harus valid dan reliable.
Observasi observasi di sini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Observasi langsung terjadi apabila penilai secara langsung atau nyata melihat
pelaksanaan kerja. sedangkan observasi tidak langsung terjadi apabila penilai
hanya dapat menilai tiruan pelaksanaan kerja sehingga hasil penilaian pun
mungkin kurang akurat.
Metode ranking
Penilai membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan yang lain untuk
menentukan siapa yang lebih baik kemudian menempatkan setiap karyawan dalam
urutan dari yang terbaik hingga yang terburuk. Departemen personalia dapat
mengetahui karyawan mana yang lebih unggul berdasarkan ranking tetapi tidak
dapat diketahui seberapa besar perbedaan prestasi kerja mereka.
c.
Penilaian ini pada umumnya terdiri dari wawancara mendalam, tes tes
psikologis, diskusi dengan atasan secara langsung, dan review reviewlainnya.
Penilaian psikologis biasa dilakukan oleh para psikolog, terutama untuk menilai
Inti dari pendekatan ini adalah seluruh karyawan, manajer, dan direksi bersama
sama menetapkan tujuan organisasi dan sasaran sasaran pelaksanaan kerja di
masa depan. Seiring dengan penetapan tujuan dan sasaran tersebut, performance
appraisal juga dilakukan bersama sama.
Pemberian feedback pada karyawan dapat dijadikan dasar untuk menentukan jalur
karier mana yang akan dipilih oleh karyawan tersebut.
*
Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan dari
prosedur staffing yang telah ditetapkan oleh departemen personalia.
*
KESIMPULAN
Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses di mana organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat
memperbaiki keputusan keputusan departemen personalia dan memberikan
feedback kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Performance appraisal menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi kerja karyawan
di masa lalu dan / atau prediksi prestasi kerja mereka di masa depan. Proses
penilaian ini akan sia sia apabila para karyawan tidak menerima feedback
mengenai prestasi kerja mereka. Tanpa adanya pemberian feedback kepada para
karyawan, perilaku karyawan tidak akan dapat diperbaiki.
Performance appraisal juga menyediakan feedback tentang efektivitas fungsi
manajemen personalia. Proses penilaian ini berfungsi sebagai quality control.
Terlalu banyak karyawan yang berprestasi buruk mencerminkan adanya kesalahan
pada satu atau beberapa fungsi manajemen personalia. Manajemen personalia
perlu memonitor hasil hasil penilaian tersebut, karena hasil tersebut dapat
menjadi barometer fungsi manajemen personalia secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Manusia.Edisi