Anda di halaman 1dari 116

Syarat dan Ketentuan Pembangunan

dan Pengembangan

Outline
I.

Bangunan Gedung

II. Perumahan dan Kawasan Permukiman


III. Rumah Susun
IV. Pusat Perbelanjaan
V.

Kawasan Industri

VI. Perhotelan
VII. Perkantoran

I. Bangunan Gedung
Dasar Hukum:
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 Tahun 2006
tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi
Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan
Gedung
Peraturan Daerah Ibukota DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah

Peraturan Daerah Ibukota DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang


Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Bangunan Gedung Hijau
Peraturan Gubernur Nomor 129 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Pemberian Pelayanan di Bidang Perizinan Bangunan
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 85 Tahun 2006 tentang
Pelayanan Penerbitan Perizinan Bangunan
Keputusan Gubernur Nomor 640 Tahun 1992 tentang Ketentuan
Terhadap Pembebasan Lokasi/Lahan Tanpa Izin

A. Pre-Construction
1. Izin Lokasi
Izin lokasi merupakan dasar untuk melakukan pembebasan lahan
dalam rangka pemanfaatan ruang.
Surat keputusan pemberian Izin Lokasi ditandatangani oleh
Bupati/Walikotamadya atau, Gubernur untuk Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.

No.

Kegiatan usaha

Skala Luas Tanah


400 Ha (1 Propinsi)

1.

Perumahan dan Pemukiman

4.000 Ha (seluruh
Indonesia)
200 Ha (1 Propinsi)

2.

Kawasan resort perhotelan

4.000 Ha (seluruh
Indonesia)
400 Ha (1 Propinsi)

3.

Kawasan Industri

4.000 Ha (seluruh
Indonesia)

Izin Lokasi diberikan untuk jangka waktu sebagai berikut:


Izin Lokasi seluas sampai dengan 25 Ha : 1 (satu) tahun;
Izin Lokasi seluas lebih dari 25 Ha s/d 50 Ha : 2 (dua) tahun;
Izin Lokasi seluas lebih dari 50 Ha : 3 (tiga) tahun.

Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta

Keputusan Gubernur Nomor 640 Tahun


1992 tentang Ketentuan Terhadap
Pembebasan Lokasi/Lahan Tanpa Izin
dari Gubernur Kepala DKI Jakarta
(Kepgub No 640/1992)

Pembebasan lokasi/lahan pada


jalur jalan protokol yang
dilakukan oleh
Badan/Perorangan seluas
5.000 m2 atau lebih

WAJIB

Surat Persetujuan
Prinsip Pembebasan
Lokasi/Lahan
(SP3L)

10

2. Keterangan Rencana Kota (Advice Planning)


Keterangan rencana kabupaten/kota adalah informasi tentang
persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang diberlakukan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota pada lokasi tertentu. Pada praktiknya,
pemerintah daerah setempat akan mendelegasikan kewenangan
tersebut kepada dinas terkait, di Jakarta disebut Dinas Tata Ruang.
Pemerintah daerah wajib memberikan surat keterangan rencana
kabupaten/ kota untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap
orang yang akan mengajukan permohonan izin mendirikan
bangunan gedung.
Keterangan rencana kabupaten/kota, digunakan sebagai dasar
penyusunan rencana teknis bangunan gedung.

11

Surat keterangan rencana kabupaten / kota merupakan ketentuan yang berlaku


untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi:
fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan;
ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan;
jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan KTB
yang diizinkan;
garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan;
KDB maksimum yang diizinkan;
KLB maksimum yang diizinkan;
KDH minimum yang diwajibkan;
KTB maksimum yang diizinkan; dan
jaringan utilitas kota.

12

3. Izin Peruntukan
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah diberikan berdasarkan izin
lokasi. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah merupakan dasar untuk
permohonan mendirikan Bangunan.

13

surat izin penunjukan


penggunaan tanah yang
diberikan kepada para
pengembang dalam
rangka pengembangan
suatu kawasan dan/atau
guna permohonan hak
atas tanah

14

4. Status Hak atas Tanah


Undang-Undang Nomor 50 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
Hak-hak atas Tanah:
a. Hak Milik
Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah.
b. Hak Guna Bangunan
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan
mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya
sendiri, dengan jangka waktu paling
lama 30
tahun.

15

c.

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut


hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah
milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang
ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian
pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan
jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA.

16

d. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai diatas Hak Pengelolaan


Hak Pengelolaan (HPL) adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain
berupa perencanaan peruntukandan penggunaan tanah, penggunaan tanah untuk
keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut
kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
Tanah HPL dapat diberikan atau dibebankan dengan hak-hak atas tanah yaitu
Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pakai (HP). HGB atas tanah HPL dan
HP atas tanah HPL diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri
atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan usul pemegang HPL kepada calon
pemegang HPL.

17

5. Bangunan Gedung Hijau


Bangunan gedung hijau adalah bangunan gedung yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien dari sejak
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan,
sampai dekonstruksi.
Penyelenggaraan bangunan gedung dengan jenis dan luasan tertentu
wajib memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau.
Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi bangunan gedung baru
dan bangunan gedung eksisting.

18

Bangunan gedung dengan dengan jenis dan luasan tertentu wajib


memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau, sebagai berikut:
No. Fungsi

Skala Bangunan

1.

Fungsi hunian, gedung rumah susun

> 50.000 m2

2.

fungsi usaha, bangunan gedung perdagangan

> 50.000 m2

3.

fungsi usaha, bangunan gedung perdagangan

> 50.000 m2

4.

bangunan gedung yang memiliki lebih dari satu fungsi


dalam 1 (satu) massa bangunan,

> 50.000 m2

5.

fungsi usaha, bangunan gedung perhotelan,

> 20.000 m2

6.

fungsi sosial dan budaya, bangunan gedung pelayanan


kesehatan
fungsi sosial dan budaya, bangunan gedung pelayanan
pendidikan

> 20.000 m2

7.

> 10.000 m2

19

Persyaratan teknis bangunan gedung hijau untuk bangunan gedung


baru meliputi:
1.

efisiensi energi;

2.

efisiensi air;

3.

kualitas udara dalam ruang;

4.

pengelolaan lahan dan limbah; dan

5.

pelaksanaan kegiatan konstruksi.

20

Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan bangunan gedung hijau secara


teknis dan operasional dilakukan oleh Dinas Pengawasan dan Penertiban
Bangunan DKI Jakarta. Penilaian dan pengawasan tersebut dilakukan pada
bangunan gedung baru dan gedung eksisting
Penilaian dan pengawasan pada bangunan gedung baru dilakukan melalui
penilaian terhadap dokumen perencanaan teknis bangunan gedung.
Dokumen tersebut dibuat oleh perencana yang sudah memiliki izin pelaku
teknis bangunan (IPTB) yaitu surat izin yang dapat dipakai untuk
perencanaan, pengawasan dan pengkajian.
Terhadap dokumen perencanaan teknis bangunan gedung yang telah
memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau, selanjutnya dapat
diterbitkan IMB.

21

Gedung eksisting merupakan gedung dalam tahap pelaksanaan konstruksi


dan/atau sudah dalam tahap pemanfaatan pada saat Peraturan Gubernur
Jakarta No.38/2012 tentang Bangunan Gedung Hijau ditetapkan.
Penilaian dan pengawasan pada bangunan gedung eksisting dilakukan
melalui:
a. pemeriksaan lapangan sesuai tahapan pelaksanaan konstruksi;
b. pelaksanaan uji coba; dan
c. pelaksanaan program konservasi yang mencakup bidang energi, air,
kualitas udara dalam ruang dan kenyamanan termal.
. Pelaksanaan konstruksi, pelaksanaan hasil uji coba dan pelaksanaan program
konservasi sebagaimana dimaksud dalam huruf c diatas yang telah
memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau, selanjutnya diterbitkan SLF.

22

B. Construction
1. Izin Pendahuluan
Sebelum IMB diterbitkan, permohonan dapat mengajukan Permohonan

Izin Pendahuluan (IP), IP diberikan untuk melakukan kegiatan


membangun sesuai tahapan kegiatan pelaksanaan pembangunan sambil
menunggu terbitnya izin definitif.
IP terdiri dari dari:

a. IP Persiapan
Izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan pagar proyek, bangsal
kerja, pematangan tanah, pembongkaran bangunan atau bangunanbangunan lama.

23

b. IP Pondasi
Izin untuk melakukan kegiatan pekerjaan pondasi yang meliputi:
penggalian tanah, dewatering, pelaksanaan pondasi dan/atau
pemancangan pondasi bangunan atau bangunan-bangunan.
c. IP Struktur Menyeluruh
Izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bangunan
atau bangunan-bangunan secara menyeluruh.
d. IP Menyeluruh
Izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bangunan
atau bangunan-bangunan sampai selesai.

24

2. TPAK (Tim Penasehat Arsitektur Kota)


Tim ahli di bidang teknis arsitektur dan perkotaan yang bertugas memberikan
pertimbangan teknis kepada Gubernur terhadap perencanaan bangunan
gedung kriteria tertentu.
Kriteria bangunan yang harus mendapat penilaian TPAK adalah:
Bangunan gedung lebih dari 8 lantai;
Bangunan gedung yang berada di sepanjang jalan protokol;
Bangunan gedung dengan kriteria pelestarian;
Bangunan gedung yang berada diatas dan/atau di bawah tanah atau air yang
melintasi prasarana dan sarana umum.

25

3. TPKB (Tim Penasihat Konstruksi Bangunan)


Tim ahli di bidang teknis struktur/konstruksi yang bertugas
memberikan pertimbangan teknis kepada Gubernur terhadap
perencanaan bangunan gedung kriteria tertentu.
Kriteria bangunan yang harus mendapat rekomendasi TPKB adalah:
Bangunan gedung lebih dari 8 (delapan) lantai;
Bangunan gedung dengan struktur khusus;
Bangunan yang didirikan diatas daerah reklamasi atau memiliki
potensi likuifaksi; dan
Bangunan gedung dengan ketinggian lebih dari 40 m (empat puluh
meter).

26

4. TPIB (Tim Penasihat Instalasi Bangunan)


Tim ahli di bidang teknis instalasi bangunan gedung yang bertugas
memberikan pertimbangan teknis kepada Gubernur terhadap
perencanaan bangunan gedung kriteria tertentu.
Kriteria yang harus mendapatkan rekomendasi TPIB adalah:
Bangunan yang menggunakan daya listrik dari PLN atau diesel
genset lebih dari 500 (lima ratus) kVa;
Bangunan dengan luas lantai lebih dari 5000 m2 (lima ribu meter
persegi) atau ketinggian lebih dari 8 (delapan) lantai;

27

Bangunan yang memiliki basement kecuali bangunan gedung fungsi


hunian rumah tinggal tunggal dan deret;
Bangunan yang dilengkapi Instalasi Pendeteksi Pemadam Kebakaran, lift,
dan eskalator;
Bangunan yang menggunakan Building Automation System (BAS);
Bangunan dengan penggunaan khusus, meliputi: Rumah Sakit kelas A, B,
dan C, serta pabrik dan gudang dengan luas lantai lebih dari 800 m 2 ,
hotel, mall dan apartemen;
Bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum seperti pelabuhan,
terminal, bandara dan lain-lain.

28

5. Izin Pelaku Teknis Bangunan (IPTB)


Adalah izin yang diberikan oleh Dinas Pengawasan dan Penertiban
Bangunan Gedung kepada pelaku bangunan gedung yang terdiri
dari perencana, pengawas pelaksanaan, pemelihara, dan pengkaji
teknis bangunan gedung.
Setiap orang yang akan membangun bangunan gedung harus
menunjuk penyedia jasa perencanaan konstruksi yang memiliki
IPTB dari Kepala Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan
Gedung.

29

6. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

IMB merupakan dasar dalam mendirikan bangunan dalam rangka


pemanfaatan ruang.
IMB diberikan setelah pemohon memperoleh dokumen seperti
SIPPT, surat bukti kepemilikan tanah, Ketetapan Rencana Kota
(KRK), dan penilaian TPAK, TPKB, dan TPIB untuk jenis
bangunan tertentu.

30

Peraturan Daerah DKI


Jakarta Nomor 7 Tahun
2010 tentang Bangunan
Gedung

Perda DKI
7/2010

Jakarta

No.

Perizinan yang diberikan oleh


Pemerintah Daerah kepada Pemilik
bangunan gedung untuk membangun
baru, mengubah, memperluas, dan/atau
mengurangi bangunan gedung sesuai
dengan persyaratan administratif dan
teknis yang berlaku

IMB

31

C. Post-Construction
1. Sertifikat Laik Fungsi (SLF)

Sertifikat yang diberikan oleh Pemerintah Daerah terhadap bangunan


gedung yang telah selesai dibangun dan telah memenuhi persyaratan
kelaikan fungsi berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan
gedung sebagai syarat untuk dapat dimanfaatkan.

2. Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung


Surat keterangan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemilik
bangunan gedung sebagai bukti kepemilikan bangunan gedung yang telah
selesai dibangun berdasarkan IMB dan SLF sesuai dengan persyaratan
administratif dan teknis yang berlaku,

32

II. Perumahan dan Permukiman


Dasar Hukum:
Perumahan:
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian
Berimbang
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 7 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun
2012

tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

dengan Hunian Berimbang

33

Bangunan Gedung:
lihat pada penjelasan halaman 3-5

Lingkungan:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan hidup
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

34

Lalu Lintas:
Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen
dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas

35

A. Definisi
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem
yang

terdiri

atas

penyelenggaraan
perbaikan,

pembinaan,

kawasan

pencegahan

dan

penyelenggaraan

permukiman,
peningkatan

perumahan,

pemeliharaan
kualitas

dan

terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,


pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

36

B. Pre-Construction
1. Persyaratan Administratif
2. Persyaratan Teknik
3. Persyaratan Ekologi
4. Persyaratan Lain

37

1. Persyaratan Administratif
a. Izin Usaha Perumahan
Izin Usaha Perumahan merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan
pengembang

perumahan

untuk

memulai

pelaksanaan

kegiatan

produksi/operasi.
Berdasarkan Pasal 31 ayat (12) Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 Tahun
2013, menyatakan bahwa Penanam Modal Asing yang telah memiliki Izin
Usaha yang diterbitkan oleh PTSP BKPM, PTSP KPBPB atau PTSP KEK
sebagai izin untuk memulai operasi, tidak diperlukan lagi untuk memiliki
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan oleh Pemerintah
Daerah.

38

b. Izin lokasi
lihat pada penjelasan halaman 6-9
c. Keterangan Rencana Kota (Advice Planning)
lihat pada penjelasan halaman 10-11
d. Izin Peruntukan
lihat pada penjelasan halaman 12-13
e.

Status Hak atas Tanah


lihat pada penjelasan halaman 14-16

39

2. Persyaratan Teknis
Persyaratan struktur bangunan

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan fungsi


utama bangunan.

Fungsi bangunan gedung dapat dikelompokkan dalam fungsi


hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya, dan fungsi khusus.

40

3. Persyaratan Ekologis
Analisa Dampak Lingkungan/UKL-UPL
Bidang usaha yang wajib AMDAL adalah:
No
Jenis Kegiatan
1. Pembangunan Bangunan Gedung
- Luas lahan
- Bangunan
2. Pembangunan Perumahan dan kawasan
Permukiman dengan pengelola tertentu:
a. Kota metropolitan, luas
a. Kota besar, luas
a. Kota sedang dan kecil, luas
a. Untuk keperluan settlement
transmigrasi

Skala
5 ha
10.000 m2

25 ha
50 ha
100 ha
2000 ha

41

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak sesuai dengan kriteria


wajib AMDAL diwajibkan mempunyai UKL-UPL.
Izin Lingkungan
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang
yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau
UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.

42

4. Persyaratan Lain
a. Analisa Dampak Lalu Lintas
Analisa dampak lalu lintas adalah setiap rencana pembangunan
pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan
menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan wajib dilakukan analisis
dampak lalu lintas.
Pengembang atau pembangun melakukan analisis dampak lalu
lintas dengan menunjuk lembaga konsultan yang memiliki tenaga
ahli bersertifikat.

43

Hasil analisis dampak lalu lintas harus mendapat persetujuan dari:

(i) menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan


lalu lintas dan angkutan jalan, untuk jalan

prasarana

nasional;

(ii) gubernur, untuk jalan provinsi;


(iii) bupati, untuk jalan kabupaten dan/atau jalan desa;
(iv) walikota, untuk jalan kota.
Untuk memperoleh persetujuan diatas, pengembang atau pembangun

harus menyampaikan hasil analisis dampak lalu lintas kepada menteri


yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas
dan angkutan jalan, gubernur, bupati, atau walikota sesuai dengan
kewenangannya.

44

Kegiatan-kegiatan yang wajib dilakukan analisa dampak lalu lintas, adalah


sebagai berikut:
Pusat kegiatan berupa: (i) kegiatan perdagangan (pusat berbelanjaan
mall dan pertokoan). (ii) perkantoran, (iii) industri, (iv) fasilitas
pendidikan, (v) fasilitas pelayanan umum, dan/atau kegiatan lain yang
dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan lalu lintas
Permukiman berupa: (i) perumahan dan permukiman, (ii) rumah susun
dan apartemen; dan/atau (iii) permukiman yang dapat menimbulkan
bangkitan dan/atau tarikan lalu lintas
Infrastruktur berupa: (i) akses ke dan dari jalan tol, (ii) pelabuhan, (iii)
banda udara, (iv) terminal, (v) stasiun kereta api, (vi) pool kendaraan,
(vii) fasilitas parkir untuk umum; dan/atau (viii) infrastruktur lainnya.

45

b. Hunian Berimbang
Adalah perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun secara
berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal
dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah dan
rumah mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun
umum dan rumah susun komersial, atau dalam bentuk rumah tapak
dan rumah susun umum.

46

Perumahan,

permukiman,

lingkungan

hunian,

dan

kawasan

permukiman diatur dengan skala sebagai berikut:


a.

perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 (lima


belas) sampai dengan 1.000 (seribu) rumah;

b.

permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000


(seribu) sampai dengan 3.000 (tiga ribu) rumah;

c.

lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya


3.000 (tiga ribu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah;

d.

kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000


(sepuluh ribu) rumah.

47

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian


berimbang harus memenuhi persyaratan komposisi sebagai berikut:
(i) Komposisi jumlah rumah merupakan perbandingan jumlah rumah
sederhana, jumlah rumah menengah, dan jumlah rumah mewah.
Perbandingan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 3 : 2 : 1 yaitu 3
(tiga) atau lebih rumah

sederhana berbanding 2 (dua) rumah

menengah berbanding 1 (satu) rumah mewah.


(ii) Komposisi luasan lahan merupakan perbandingan luas lahan untuk
rumah sederhana, terhadap luas lahan keseluruhan.
Luasan lahan rumah sederhana tersebut, sekurang-kurangnya 25%
dari luas lahan keseluruhan dengan jumlah rumah sederhana
sekurang-kurangnya sama dengan jumlah rumah mewah ditambah
jumlah rumah menengah.

48

(iii) Dalam hal hanya membangun rumah mewah, setiap orang wajib
membangun sekurang-kurangnya 2 (dua) rumah menengah dan
sederhana 3 (tiga) kali jumlah rumah mewah yang akan

rumah

dibangun.

(iv) Dalam hal hanya membangun rumah menengah, setiap orang wajib
membangun rumah sederhana sekurang-kurangnya 1 (satu setengah) kali
jumlah rumah menengah yang akan
(v)

dibangun.

Dalam hal Pengembang tidak dapat membangun rumah sederhana,


Pengembang perumahan dapat membangun Rumah Susun Umum
yang jumlahnya senilai dengan harga kewajiban membangun Rumah
Sederhana dalam satu hamparan yang sama.

49

C. Construction
Izin Mendirikan bangunan
lihat pada penjelasan halaman 29-30

50

D. Post-Construction
1. Sertifikat Laik Fungsi
lihat pada penjelasan halaman 31

2. Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung


lihat pada penjelasan halaman 31

51

III. Rumah Susun


Dasar hukum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pembangunan Rumah Susun Sederhana
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun
1989 tentang Bentuk dan Tatacara Pengisian Serta Pendaftaran
Akta Pemisahan Rumah Susun

52

Bangunan Gedung:
lihat pada penjelasan halaman 3-5
Lingkungan:
lihat pada penjelasan halaman 33
Lalu Lintas:
lihat pada penjelasan halaman 34

53

A. Definisi
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun
dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun
vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan
tanah bersama.

54

1. Persyaratan Administratif
a. Izin lokasi
lihat pada penjelasan halaman 6-9
b. Keterangan Rencana Kota (Advice Planning)
lihat pada penjelasan halaman 10-11
c. Izin Peruntukan
lihat pada penjelasan halaman 12-13
d. Status Hak atas Tanah
lihat pada penjelasan halaman 14-16

55

2. Persyaratan Teknis
Persyaratan Struktur Bangunan
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan fungsi utama
bangunan. Fungsi bangunan gedung dapat dikelompokkan dalam
fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya, dan fungsi khusus.

3. Persyaratan Ekologi
AMDAL/UKL-UPL
lihat pada penjelasan halaman 41-42

56

4. Persyaratan lain
a. Pertelaan
Pertelaan menunjukkan batas yang jelas dari masing-masing
satuan rumah susun, bagian bersama, benda bersama, dan
tanah

bersama

beserta

uraian

nilai

perbandingan

proporsionalnya, dalam bentuk gambar dan penjelasan.


Pengembang wajib meminta pengesahan dari Pemerintah
Daerah setelah memperoleh izin Rencana Fungsi dan
Pemanfaatan.

57

b. Analisa Dampak Lalu Lintas


lihat pada penjelasan halaman 43-45
c. Pengembang yang membangun rumah susun umum milik
dan rumah susun komersial dalam masa transisi sebelum
terbentuknya PPPSRS wajib mengelola rumah susun.
Masa transisi tersebut ditetapkan paling lama 1 (satu)
tahun sejak penyerahan pertama kali sarusun kepada
pemilik.
d. Pengembang wajib memfasilitasi terbentuknya PPPSRS
paling lambat sebelum masa transisi berakhir.

58

f.

Rumah Susun Umum


Pengembang wajib menyediakan rumah susun umum minimal 20%
dari total luas rumah susun komersial yang dibangun.

g.

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

Izin untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk


kepentingan umum.

Izin usaha penyediaan tenaga listrik dapat diberikan untuk jangka


waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan dapat diperpanjang.

Izin usaha penyediaan tenaga listrik dapat diberikan oleh


Menteri,
usahanya.

Gubernur,

Bupati/Walikota

berdasarkan

wilayah

59

C. Construction
1. Izin Pendahuluan
lihat pada penjelasan halaman 22-23
2. TPAK
lihat pada penjelasan halaman 24
3. TPKB
lihat pada penjelasan halaman 25
4. TPIB
lihat pada penjelasan halaman 26-27
5. IPTB
lihat pada penjelasan halaman 28
6. Izin Mendirikan Bangunan
lihat pada penjelasan halaman 29-30

60

D. Post-Construction
1. Sertifikat Laik Fungsi
Pengembang wajib mengajukan permohonan sertifikat laik fungsi
kepada bupati/walikota setelah menyelesaikan seluruh atau
sebagian pembangunan rumah susun sepanjang tidak bertentangan
dengan IMB.

lihat pada penjelasan halaman 31

2. Bukti Kepemilikan Bangunan


lihat pada penjelasan halaman 31

61

3. Akta Pemisahan Tanah


Merupakan tanda bukti pemisahan rumah susun atas satuan-satuan

rumah susun yang meliputi bagian bersama, benda bersama dan


tanah bersama yang didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat
yang nantinya akan disahkan oleh Gubernur. Akta pemisahan ini
diperlukan sebagai dasar dalam penerbitan sertifikat hak milik atas
satuan rumah susun.

Pengembang wajib meminta pengesahan isi akta pemisahan kepada

Pemerintah Daerah. Akta pemisahan setelah disahkan harus


didaftarkan oleh pengembang pada Kantor Pertanahan setempat.

62

IV. Pusat Perbelanjaan


Dasar Hukum
Pusat Perbelanjaan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/12/2003 tentang
Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern
Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor

56/M-DAG/PER/9/2014 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-DAG/PER/12/2003


Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 44 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perpasaran Swasta

63

Bangunan Gedung:
lihat pada penjelasan halaman 3-5
Lingkungan:
lihat pada penjelasan halaman 33
Lalu Lintas:
lihat pada penjelasan halaman 34

64

A. Definisi
Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu
atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun
horisontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau
dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang

65

B. Pre-Construction
1. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP)
Adalah izin untuk dapat melaksanakan usaha pengelolaan
Pusat Perbelanjaan.
Perusahaan

pengelola

Pasar

Tradisional,

Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern yang telah memperoleh


izin usaha, termasuk IUPP, tidak diwajibkan memiliki
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

66

Untuk mendapat Izin Usaha Pusat perbelanjaan, harus


mempunyai izin-izin sebagai berikut:
a.

Izin Prinsip

izin yang diberikan oleh Gubernur Jakarta atau


Bupati/Walikota dalam rangka memulai usaha.
b.

Izin Lokasi
lihat pada penjelasan halaman 6-9

67

c. Izin Gangguan (HO)


Pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi
atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya,
kerugian, dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan
yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah. (Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 15 Tahun 2011
tentang Perizinan Tempat Usaha Berdasarkan Undang-Undang
Gangguan)

68

e. Rencana Kemitraan dengan Usaha Kecil

Setiap penyelenggaraan kegiatan usaha perpasaran swasta diwajibkan


menyediakan ruang tempat usaha bagi usaha kecil dan/atau usaha
informal/pedagang kaki lima.

(i)Untuk jenis penyelenggaraan usaha perpasaran dengan luas efektif lantai


usaha minimal 200 m2 s/d 500 m2 harus menyediakan ruang tempat usaha
bagi usaha kecil atau usaha informal/pedagang kaki lima sebesar 10% dari
luas efektif lantai usaha dan tidak dapat diganti dalam bentuk lain

69

(ii) Untuk jenis penyelenggaraan usaha perpasaran swasta dengan luas efektif
lantai usaha di atas 500 m2 harus menyediakan ruang tempat usaha bagi usaha
kecil atau usaha informal/pedagang kaki lima seluas 20% dari luas efektif lantai
usaha dan tidak dapat diganti dalam betuk lain

(iii) Penyediaan ruang tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam huruf (i)
ditetapkan dan digambarkan dalam Rencana Tata Letak Bangunan dan atau
dalam awal proses perizinan penyelenggaraan usaha perpasaran swasta.

Penyediaan ruang tempat usaha dapat dipenuhi didalam bangunan dan/atau


bangunan yang terletak pada satu areal atau kawasan yang dimiliki dan dikuasai
pengusaha perpasaran swasta

70

2. Persyaratan lain:
a. AMDAL/UKL-UPL
lihat pada penjelasan halaman 41-42

b. Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Setempat, meliputi:


(i) Struktur penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan
(ii) Tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga
(iii) Tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk di masing-masing daerah
sesuai dengan data sensus Badan Pusat Statisitik (BPS) tahun terakhir
(iv) Rencana kemitraan dengan UMKM
(v) Penyerapan tenaga kerja

71

(vi) Ketahanan dan pertumbuhan pasar tradisional sebagai sarana


UMKM
(vii)

Ketersediaan fasilitas sosial dan umum

(viii) Dampak positif dan negatif atas pendirian Pusat Perbelanjaan


dan Toko Modern terhadap Pasar Tradisional atau toko eceran
tradisional yang ada sebelumnya; dan
(ix) Tanggung jawab sosial perusahaan yang diarahkan untuk
pendampingan bagi pengelolaan pasar tradisional.
c. Analisa Dampak Lalu Lintas:
lihat pada penjelasan halaman 43-45

72

d. Persyaratan lain
Pusat Perbelanjaan wajib menyediakan

barang dagangan produksi

dalam negeri paling sedikit 80% dari jumlah dan jenis barang yang
diperdagangkan. Dalam hal tertentu, Menteri dapat memberikan izin
penyediaan barang dagangan produksi dalam negeri kurang dari 80%
setelah mempertimbangkan rekomendasi dari Forum Komunikasi
Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan.

73

C. Construction
1. Izin Pendahuluan
lihat pada penjelasan halaman 22-23
2. TPAK
lihat pada penjelasan halaman 24
3. TPKB
lihat pada penjelasan halaman 25
4. TPIB
lihat pada penjelasan halaman 26-27
5. IPTB
lihat pada penjelasan halaman 28
6. Izin Mendirikan Bangunan
lihat pada penjelasan halaman 29-30

74

D. Post-Construction
1. Sertifikat Laik Fungsi
lihat pada penjelasan halaman 31

2. Bukti Kepemilikan Bangunan


lihat pada penjelasan halaman 31

75

E. Izin-Izin Lainnya
1. Proyek
2. Operasional I
3. Operasional II

76

1. Proyek
a. Ijin Loading Test Pemda / Dinas P2K
Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 129 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Pemberian Pelayanan di Bidang Perizinan Bangunan.
Ijin Loading Test adalah ijin yang diberikan untuk melakukan kegiatan di lapangan
untuk pertana kalinya yaitu berupa loading test atau pemancangan.
Untuk melakukan pemasangan pondasi tiang pancang diperlukan Izin Pendahuluan
Pondasi
b. Ijin Commisioning Test Dinas P2K / Dept. Pekerjaan Umum Asli
c. Ijin Membangun Prasarana Dept. Pekerjaan Umum Asli
Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.42 Tahun 2013
Izin Membangun Prasarana yang selanjutnya disingkat IMP adalah izin dari
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diberikan kepada pemohon unluk membangun
prasarana jalan dan jembatan serta sumber daya air.

77

d.

Ijin Peil Banjir Dept. Pekerjaan Umum Asli


Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 43 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Perizinan dan Pemeriksaan Teknis Prasarana Bidang Pekerjaan Umum

e.

Ijin Pelaksanaan Pembuatan Sumur Bor Dept. Pertambangan & Energi


Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 129 Tahun 2010 tentang
Pemanfataan Air Kawasan Sentral Bisnis

Setiap orang atau badan usaha yang akan memanfaatkan air tanah Kawasan
Sentral Bisnis di Daerah terlebih dahulu harus izin dari Kepala BPLHD
(Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah)

Izin yang harus dimiliki adalah:


a. Izin pemboran air tanah. Izin ini dapat diberikan apabila:
(1)

Permohonan izin telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis

(2)

Hasil pemeriksaan laboratoris kualitas air

b. Izin pemanfaatan air tanah.

78

f.

Ijin Pendahuluan Penggunaan Bangunan - IPPB Pemda / Dinas


P2K
Dasar Hukum: PerGub DKI Jakarta No. 85/2006

g.

Izin Penggunaan Bangunan yang selanjutnya disingkat IPB adalah


izin yang diberikan untuk menggunakan bangunan.

IPB Pendahuluan adalah izin penggunaan bangunan sementara yang


diberikan pada sebagian bangunan atau seluruh bangunan dengan
jangka waktu selama 6 (enam) bulan.

Ijin Penyambungan Saluran Kotoran


Perkotaan & Lingkungan (KPPL) Asli

Kantor

Pengkajian

79

h. Pengesahan Pemakaian Sementara Bejana Tekanan Dept. Tenaga Kerja


Asli
Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 19 Tahun 2008
tentang Tata Cara Perizinan Penggunaan Pesawat, Instalasi, Mesin, Peralatan,
Bahan, Barang dan Produksi Teknis Lainnya (PerGub No. 19/2008)

Bejana tekan adalah selain pesawat uap di dalamnya terdapat tekanan


yang melebihi dari tekanan udara dan dipakai untuk menampung gas atau
campuran gas termasuk udara, baik langsung maupun tidak langsung yang
dapat membahayakan keselamatan dan/atau kesehatan pekerja.

Bejana tekan merupakan ruang lingkup dari penyusunan peraturan


pesawat, instalasi, mesin, peralatan, bahan, barang dan produk treknis.

Setiap perusahaan yang melakukan perencanaan, pembuatan, pemasangan,


pemakaian, perbaikan, perubahan teknis, pembongkaran atau pemusnahan
pesawat, instalasi, mesin, peralatan, bahan, barang dan produk teknis
lainnya harus memiliki izin dari Kepala Dinas

80

2. Operasional I
a.

Ijin Genset Departemen Tenaga Kerja


Dasar Hukum: PerGub No. 19/2008
Genset merupakan pesawat tenaga produksi yang adalah ruang lingkup dari PerGub
No. 19/2008

b. Ijin Gondola Departemen Tenaga Kerja


Dasar Hukum: PerGub No. 19/2008
Gendola merupakan ruang lingkup dari PerGub No. 19/2008
c.

Ijin Frequency Handy Talky (HT) Deparpostel/Polisi

d. Ijin Instalasi Penyalur Petir Departemen Tenaga Kerja


Dasar Hukum: PerGub No. 19/2008
Instalasi Penyalur Petir merupakan ruang lingkup dari PerGub No. 19/2008

81

e.

Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik


lihat pada penjelasan halaman 59

f.

Ijin Lift Departemen Tenaga Kerja


Dasar Hukum: PerGub No. 19/2008
Lift merupakan ruang lingkup dari PerGub No. 19/2008

g.

Ijin PABX PT. Telkom

82

h.

Ijin Pemanfaatan Lahan Parkir Pemda / Dinas Perparkiran


Dasar Hukum: Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 102 Tahun
2013 tentang Penyediaan dan Penyelenggaraan Fasilitas Parkir di
Luar Ruang Milik Jalan

Setiap Penyelenggara yang memiliki lebih dari 5 (lima) SRP


atau luas area parkir lebih dari 125 m2 (seratus dua puluh lima
meter persegi) wajib memiliki izin dari Gubernur melalui
Kepala UP Perparkiran.

i.

Ijin Pemasangan Antena & Parabola Kodam / Telkom

j.

Ijin Pengesahan Tanki Hydrosphor

k.

Rekomendasi untuk instalasi Hydrant &Sprinkler Dinas


Pemadam Kebakaran 1 Tahun Asli

83

l.

Ijin Pengelolaan Air Limbah / STP Dept. Pertambangan


& Energi
Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122
tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik

Bangunan rumah tinggal dan bangunan non rumah tinggal


wajib mengelola air Iimbah domestik sebelum dibuang ke
saluran umum/drainase kota.

Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari


kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah susun, apartemen,
perkantoran, rumah dan kantor rumah dan toko, rumah sakit,
mall, pasar swalayan, balai pertemuan, hotel industry,
sekolah, baik berupa grey water (air bekas) ataupun black
water (air kotor/tinja)

m.

Surat Ijin Penggunaan Air Baku / Tanah - SIPA Dept.


Pertambangan & Energi

Dasar Hukum: Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Izin pemakaian air tanah
Izin untuk memperoleh hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah
Pemakaian air tanah merupakan kegiaatan penggunaan air tanah yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat dan kegiatan bukan
usaha
Izin pemakaian air tanah diberikan oleh bupati/walikota
Dapat diberikan kepada perseorangan, badan usaha, instanso pemerintah atau
badan sosial
Izin pengusahaan air tanah
Izin untuk memperoleh hak guna usaha air dari pemanfaatan air tanah
Pengusahaan air tanah merupakan kegiatan penggunaan air tanah bagi usaha yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan:(i)bahan baku produksi, (ii)pemanfaatan
potensi, (iii) media usaha; atau (iv) bahan pembantu atau proses produksi.
Diberikan oleh bupati/walikota

85

3. Operasional II
a.

Rekomendasi untuk IPB Dinas Pemadam Kebakaran 5 Tahun Asli

b.

Rekomendasi untuk Pemasangan Alarm Kebakaran Dinas Pemadam


Kebakaran 5 Tahun Asli

c.

Rekomendasi untuk Pemasangan


Kebakaran 5 Tahun Asli

d.

Rekomendasi Pembuangan Air Limbah / STP Dept. Pekerjaan Umum 3


Bulan Asli
Dasar Hukum:
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 220 Tahun
2010 tentang Perizinan Pembuangan Air Limbah
. Setiap orang atau badan hukum yang wajib Amdal atau UKL/UPL dan semua
dokumen lingkungan singkatnya, yang membuang air limbah ke perairan
umum wajib memiliki izin dari Gubernur
. Untuk memperoleh izin, dilakukan melalui tahapan:
a. Pengajuan permohonan izin;
b. Analisis dan evaluasi permohonan izin; dan
c. Penetapan izin

Pressurized

Fan

Dinas

Pemadam

86

f.

Ijin Papan Reklame


Dasar Hukum: Peraturan Daerah DKI Jakarta No 7 Tahun 2004 tentang
Penyelenggaraan Reklame

Setiap penyelenggaraan reklame harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis


penyelenggaraan reklame dari Gubernur dengan menunjuk satu Dinas yang
berkompeten.

g. Pengesahan Pemasangan/ Pemakaian Mesin/ Motor Diesel Dept. Tenaga


Kerja Asli
Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 19 Tahun 2008
tentang Tata Cara Perizinan Penggunaan Pesawat, Instalasi, Mesin, Peralatan,
Bahan, Barang dan Produksi Teknis Lainnya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala daya upaya yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan/atau pennyakit
akibat kerja.

87

E. Kawasan Industri
Dasar Hukum
Perindustrian:

Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan


Industri

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35/M-IND/PER/3/2010


tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 05/M-IND/PER/2/2014


Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan
Industri dan Izin Perluasan Kawasan Industri

88

Bangunan Gedung:
lihat pada penjelasan halaman 3-5
Lingkungan:
lihat pada penjelasan halaman 33
Lalu Lintas:
lihat pada penjelasan halaman 34

89

A. Definisi
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiataan industri
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang
telah memiliki izin usaha kawasan industri.

90

B. Pre-Construction
1. Persetujuan Prinsip

Persetujuan Prinsip merupakan persetujuan awal terhadap rencana


investasi yang akan ditanamkan oleh calon investor.

Terdapat 2 hal yang dijadikan pertimbangan persetujuan prinsip,


yaitu:
a. Bidang usaha;
b. Ketersediaan

lahan/kesesuaian peruntukan lahan dengan

kegiatan yang diajukan.

91

Perusahaan

Kawasan

Industri

yang

telah

memperoleh

persetujuan prinsip paling lama 2 (dua) tahun, wajib telah:


a. Memiliki izin gangguan (HO);
lihat pada penjelasan halaman 68
b. Memiliki izin lokasi;
lihat pada penjelasan halaman 6-9
c.

Melaksanakan

penyediaan/penguasaan

tanah

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;


d. Memiliki izin lingkungan;
lihat pada penjelasan halaman 41-42

sesuai

92

e. Melakukan penyusunan rencana tapak tanah;


f.
g.

Melakukan pematangan tanah;


Melaksanakan perencanaan dan pembangunan prasarana dan
sarana penunjang serta pemasangan instalasi/peralatan yang
diperlukan dalam Kawasan Industri;

h. Memiliki tata tertib kawasan industri; dan


i.

Menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil, dan


menengah.

93

2. Izin Peruntukan
lihat pada penjelasan halaman 12-13

3. Izin Usaha Kawasan Industri


Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) dikeluarkan oleh pejabat yang
ditunjuk oleh Bupati/Walikota, atas permohonan Perusahaan
Kawasan Industri yang telah dilengkapi dengan beberapa syarat
khususnya laporan kondisi lapangan untuk dapat dioperasikan dan
kegiatan pembangunan fisik sarana prasarana yang telah dilakukan.

94

4. Analisa Dampak Lalu Lintas:


lihat pada penjelasan halaman 43-45

5. Persyaratan Lain
Menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil, dan
menengah minimal 2% dari luas kaveling industri

95

C. Construction
1. Izin Pendahuluan
lihat pada penjelasan halaman 22-23
2. TPAK
lihat pada penjelasan halaman 24
3. TPKB
lihat pada penjelasan halaman 25
4. TPIB
lihat pada penjelasan halaman 26-27
5. IPTB
lihat pada penjelasan halaman 28
6. Izin Mendirikan Bangunan
lihat pada penjelasan halaman 29-30

96

D. Post-Construction
1. Sertifikat Laik Fungsi
lihat pada penjelasan halaman 31

2. Bukti Kepemilikan Bangunan


lihat pada penjelasan halaman 31

97

VI. Perhotelan
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Peraturan

Menteri

Pariwisata

dan

Ekonomi

Kreatif

Nomor

PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tahun 2013 tentang Standar Usaha Hotel


Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 6 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tahun 2013 tentang Standar Usaha Hotel
Peraturan

Menteri

Kebudayaan

dan

Pariwisata

Nomor

PM86/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan


Akomodasi

98

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 132 Tahun 2012 tentang


Pendaftaran Usaha Pariwisata

99

Bangunan Gedung:
lihat pada penjelasan halaman 3-5
Lingkungan:
lihat pada penjelasan halaman 33
Lalu Lintas:
lihat pada penjelasan halaman 34

100

A. Definisi
Hotel adalah penyediaan akomodasi secara harian berupa kamarkamar di dalam 1 (satu) bangunan, yang dapat dilengkapi dengan
jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau
fasilitas lainnya.

101

B. Pre-Construction
1. Persyaratan Administratif
2. Persyaratan Teknik
3. Persyaratan Ekologi
4. Persyaratan Lain

102

1. Persyaratan Administratif
a. Tanda Daftar Sementara Usaha Pariwisata (TDSUP)
Setiap usaha pariwisata yang memerlukan bangunan baru wajib
memperoleh TDSUP dari Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi DKI Jakarta.

TDSUP hanya dipergunakan sebagai dasar untuk mengurus SP3L, SIPPT,


IMB, AMDAL/UKL-UPL, Izin Gangguan dan Tanda Daftar Usaha
Pariwisata (TDUP), dimana semua akan dijelaskan di halaman berikutnya.

103

b. Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP)

TDUP adalah dokumen resmi yang membuktikan bahwa usaha


pariwisata yang dilakukan oleh pengusaha telah tercantum di
dalam Daftar Usaha Pariwisata. TDUP merupakan istilah baru
menggantikan istilah sebelumnya, yaitu izin usaha tetap pariwisata.

Permohonan pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada Bupati


atau Walikota tempat usaha hotel berlokasi.

Untuk DKI Jakarta, TDUP diajukan secara tertulis ke Dinas


Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Permohonan
TDUP dapat dilakukan melalui loket pelayanan pendaftaran usaha
pariwisata atau melalui website.

104

c. Izin lokasi/SP3L
lihat pada penjelasan halaman 6-9
d. Keterangan Rencana Kota (Advice Planning)
lihat pada penjelasan halaman 10-11
e. Izin Peruntukan/SIPPT
lihat pada penjelasan halaman 12-13
f.

Status Hak atas Tanah


lihat pada penjelasan halaman 14-16

105

2. Persyaratan Teknis
Persyaratan Struktur Bangunan
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan fungsi utama
bangunan. Fungsi bangunan gedung dapat dikelompokkan dalam
fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya,dan fungsi khusus.

3. Persyaratan Ekologi
AMDAL/UKL-UPL
lihat pada penjelasan halaman 41-42

106

4. Persyaratan lain
a. Analisa Dampak Lalu Lintas
lihat pada penjelasan halaman 43-45
b. Izin Gangguan (HO)
lihat pada penjelasan halaman 68

107

C. Construction
1. Izin Pendahuluan
lihat pada penjelasan halaman 22-23
2. TPAK
lihat pada penjelasan halaman 24
3. TPKB
lihat pada penjelasan halaman 25
4. TPIB
lihat pada penjelasan halaman 26-27
5. IPTB
lihat pada penjelasan halaman 28
6. Izin Mendirikan Bangunan
lihat pada penjelasan halaman 29-30

108

D. Post-Construction
1. Sertifikat Laik Fungsi
lihat pada penjelasan halaman 31

2. Bukti Kepemilikan Bangunan


lihat pada penjelasan halaman 31

109

VII. Perkantoran
Dasar Hukum
Bangunan Gedung:
lihat pada penjelasan halaman 3-5
Lingkungan:
lihat pada penjelasan halaman 33
Lalu Lintas:
lihat pada penjelasan halaman 34

110

A. Pre-Construction
1. Persyaratan Administratif
2. Persyaratan Teknik
3. Persyaratan Ekologi
4. Persyaratan Lain

111

1. Persyaratan Administratif
a. Izin lokasi/SP3L
lihat pada penjelasan halaman 6-9
b. Keterangan Rencana Kota (Advice Planning)
lihat pada penjelasan halaman 10-11
c. Izin Peruntukan/SIPPT
lihat pada penjelasan halaman 12-13
d. Status Hak atas Tanah
lihat pada penjelasan halaman 14-16

112

2. Persyaratan Teknis
Persyaratan Struktur Bangunan
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan fungsi utama
bangunan. Fungsi bangunan gedung dapat dikelompokkan dalam
fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya,dan fungsi khusus.

3. Persyaratan Ekologi
AMDAL/UKL-UPL
lihat pada penjelasan halaman 41-42

113

4. Persyaratan lain
a. Analisa Dampak Lalu Lintas
lihat pada penjelasan halaman 43-45
b. Izin Gangguan (HO)
lihat pada penjelasan halaman 68
c. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
lihat pada penjelasan halaman 59

114

B. Construction
1. Izin Pendahuluan
lihat pada penjelasan halaman 22-23
2. TPAK
lihat pada penjelasan halaman 24
3. TPKB
lihat pada penjelasan halaman 25
4. TPIB
lihat pada penjelasan halaman 26-27
5. IPTB
lihat pada penjelasan halaman 28
6. Izin Mendirikan Bangunan
lihat pada penjelasan halaman 29-30

115

C. Post-Construction
1. Sertifikat Laik Fungsi
lihat pada penjelasan halaman 31

2. Bukti Kepemilikan Bangunan


lihat pada penjelasan halaman 31

116

Leks&Co
Menara Palma 17 Floor, Suite17-02B
Jl. HR. Rasuna Said Blok X2 Kav.6
Kuningan, Jakarta 12950, Indonesia
T. +62 21 5795 7550
F. +62 21 5795 7551
www.lekslawyer.com

Anda mungkin juga menyukai