Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Perubahan Waktu terhadap Densitas
Pengaruh waktu terhadap densitas resin urea formaldehid yang dihasilkan
dapat ditunjukkan oleh grafik berikut.
1.40
1.20
1.00
0.80
Densitas 0.60
0.40
0.20
0.00
0
10
20
30
40
50
60
Waktu (Menit)
Gambar 4.1 Hubungan Perubahan Waktu terhadap Densitas
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada Run II dan Run III, densitas sampel
yang diperoleh mengalami fluktuasi seiring berjalannya waktu reaksi resinifikasi,
sedangkan pada Run I densitas sampel yang diperoleh mengalami peningkatan
seiring berjalannya waktu reaksi resinifikasi.
Secara teori, semakin lama reaksi berlangsung maka akan semakin banyak
produk yang dihasilkan, dan akan konstan bila semua reaktan sudah terkonversi. Hal
ini sesuai dengan persamaan :
-ri=
1 d Ni
.
V dt
1977)
Dimana:
t
= Waktu (menit)
-ri
Ni
= Volume (ml)
(Hill,
4.2.2
4
2
0
0
10
20
30
40
50
60
Waktu (Menit)
Gambar 4.2 Hubungan Perubahan Waktu terhadap pH
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada Run I dan Run II, pH sampel yang
diperoleh mengalami konstan seiring berjalannya waktu reaksi resinifikasi,
sedangkan pada Run I pH sampel yang diperoleh mengalami penurunan pada menit
ke-40 dan konstan seiring berjalannya waktu reaksi resinifikasi.
Menurut
teori,
larutan
penyangga
adalah
larutan
yang
bersifat
mempertahankan pH-nya, jika ditambahkan sediki tasam atau sedikit basa atau
diencerkan. Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basa
konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya (Utami, 2011).
Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan kondisi
reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu reaksi
diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk menjaga
agar pH tetap maka dilakukan penambahan ammonia sebagai buffer ke dalam
campuran (Muklisin, 2013).
Namun pada percobaan telah ditambahkan buffering agent yaitu Na2CO3yang
berfungsi untuk menjaga agar pH tetap konstan.
Hasil percobaan yang diperoleh pada Run I (katalis 38%) dan pada Run II
(katalis 32%) telah sesuai dengan teori karena terlihat pada grafik bahwa pH (derajat
keasaman) konstan seiring berjalannya waktu, sedangkan untuk hasil percobaan pada
Run III (katalis 35%) tidak sesuai dengan teori. Hal ini dapat disebabkan oleh :
1. Kemungkinan terkontaminasinya sampel dengan senyawa- senyawa lain.
2. Kemungkinan terkontaminasinya buffering agent dengan senyawa-senyawa lain.
3. Buffering agent yang digunakan tidak dapat berfungsi secara optimal karena
tidak melarut sempurna dalam larutan.
4. Volume peniter yang didapat melalui titrasi telah konstan sebelum reaksi selesai
secara sempurna.
4.2.3
3
Run II (Katalis
32%)
2
1
0
0
10
20
30
40
50
60
Waktu (Menit)
Gambar 4.3 Hubungan Perubahan Waktu terhadap Kadar Formaldehid Bebas
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada Run I dan Run III, kadar formaldehid
bebas sampel yang diperoleh mengalami penurunan dan konstan seiring berjalannya
waktu reaksi resinifikasi, sedangkan pada Run II kadar formaldehid bebas sampel
yang diperoleh mengalami fluktuasi seiring berjalannya waktu reaksi resinifikasi.
Penurunan laju reaksi disebabkan oleh konsentrasi reaktan yang semakin
menurun dengan bertambahnya waktu karena semakin banyak reaktan yang bereaksi
membentuk produk. Reaksi :
H2O + CH2O +
(Sijayanto, 2012)
Pada suhu di atas 80 oC dan seiring berjalannya waktu, jumlah molekul
formaldehid yang menguap semakin banyak dan molekul formaldehid yang terlarut
dalam campuran reaksi semakin menurun sehingga berdampak pada menurunnya
konversi reaksi (Budi dan Buchori, 2013). Menurut teori, semakin lama reaksi
berlangsung maka akan semakin banyak produk yang dihasilkan, dan akan konstan
bila semua reaktan sudah terkonversi sesuai dengan persamaan :
rA=
CA
t
(Facer,
2008)
Dimana:
t
= Waktu (menit)
rA
CA
Hubungan konversi terhadap laju reaksi resin urea formaldehid yang dihasilkan
dapat ditunjukkan oleh grafik berikut.
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
Laju Reaksi (-rA) 0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.96
0.97
0.97
Konversi (XA)
Gambar 4.4 Hubungan Konversi (XA) dengan Laju Reaksi (-rA)
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada Run I dan Run III, laju reaksi
mengalami fluktuasi dengan meningkatnya konversi reaksi hingga pada akhirnya
konstan saat waktu reaksi berakhir. Sedangkan pada Run II konversi dan laju reaksi
yang diperoleh sama-sama mengalami fluktuasi seiring berjalannya waktu reaksi
resinifikasi dan laju reaksi mencapai kondisi konstan saat waktu reaksi berakhir.
Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan reaktan tiap satuan waktu
atau jika ditinjau dari produknya, maka laju reaksi adalah laju pembentukan produk
tiap satuan waktu. Pada awal reaksi A
sedangkan zat B belum terbentuk. Setelah beberapa saat konsentrasi zat B akan
meningkat, sementara konsentrasi zat A akan menurun, sampai pada saat tertentu
reaksi akan berhenti karena telah mencapai keadaan setimbang (Widjajanti, 2007).
Inilah yang menyebabkan laju reaksi bernilai nol pada keadaan atau menit-menit
awal.
Berdasarkan teori, semakin besar konversi yang dihasilkan maka akan semakin
besar laju reaksi. Hal ini sesuai dengan persamaan :
-rA = k. CA0(1-XA)
Dimana :
(Green, 2007)
CA0
rA
XA
= konversi reaksi
Konsentrasi (CA)
Gambar 4.5 Hubungan Konsentrasi (CA) dengan Laju Reaksi (-rA)
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada Run I dan Run III, laju reaksi
mengalami fluktuasi seiring dengan menurunnya konsentrasi dan mencapai keadaan
konstan saat waktu reaksi berakhir. Sedangkan pada Run II konsentrasi dan laju
reaksi yang diperoleh sama-sama mengalami fluktuasi seiring berjalannya waktu
reaksi resinifikasi dan laju reaksi mencapai keadaan konstan saat waktu reaksi
berakhir.
Menurut
teori,
konsentrasi
reaktan
akan
semakin
menurun
dengan
(Green, 2007)
Dimana:
-rA
CA