Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi geologi yang
menarik. Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan lempenglempeng tektonik besar. Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia
mempengaruhi Indonesia bagian barat, sedangkan pada Indonesia bagian timur,
dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Samudra Pasifik dari arah
timur. Kondisi ini tentunya berimplikasi banyak terhadap kehidupan yang
berlangsung di atasnya hingga saat ini. Dari itulah disini kami mengkaji mengenai
salah satu kepulauan yang berada di Indonesia, yaitu Kepulauan Maluku. Ada
beberapa aspek yang akan kami kaji yaitu mulai dari peta geologi, setting geologi,
struktur geologi, dan stratigrafi-nya.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana peta geologi dari kepulauan maluku?
2.Bagaimana setting geologi dari kepulauan maluku?
3.Bagaimana struktur geologi dari kepulauan maluku?
4.Bagaimana stratigrafi dari kepulauan maluku?

C.

TUJUAN

1.Untuk mengetahui peta geologi kepulauan melalui peta geologi.


2.Untuk mengetahui setting geologi kepulauan maluku.
3.Untuk mengetahui struktur geologi kepulauan maluku.
4.Untuk mengetahui stratigrafi kepulauan maluku.

BAB II
PEMBAHASAN
Maluku adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibukotanya adalah Ambon. Pada tahun
1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara,
dengan ibukota di Sofifi. Provinsi Maluku terdiri atas gugusan kepulauan yang
dikenal dengan Kepulauan Maluku. Wilayah Kepulauan Maluku terletak pada posisi

230'9 LS sampai 124135 BT (Utrecht 1998), dengan luas wilayah daratan


dan lautan 57.326.817 ha. Luas lautan sekitar 90% atau 52.719.100 ha, sedangkan
luas daratannya hanya sekitar 10% atau 4.625.416 ha (Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Maluku 1999).

Maluku sering dijuluki dengan Provinsi Seribu Pulau, karena wilayah daratannya
didominasi oleh pulau-pulau kecil. Jumlah pulau di Provinsi Maluku berdasarkan
identifikasi citra satelit dari LAP AN mencapai 1.412 buah (Titaley 2006). Luas
pulau-pulau di Maluku berkisar antara < 76118.625 km2. Pulau dengan luas
kurang dari 1 juta ha dikategorikan sebagai pulau kecil (Monk et al. 2000).
Dengan kriteria tersebut, hanya Pulau Seram dengan luas 1,86 juta ha (Nanere
2006) yang tidak termasuk pulau kecil. Selain Pulau Seram, pulau-pulau lain yang
memiliki luas lebih besar dibandingkan dengan pulau-pulau kecil lainnya adalah
Pulau Yamdena, Buru, Wokam, Kobrour, dan Trangan. Selebihnya adalah pulau-pulau
kecil dan bahkan terpencil yang jumlahnya mencapai 1.406 buah.
Maluku adalah merupakan suatu wilayah inoinesia yang berupa kepulauan seperti
yang dijelaskan diatas. Untuk itu disini kami akan membahas kepulauan maluku
sesuai dengan kondisi beberapa pulaunya.

Kabupaten-kabupaten di Maluku beserta Ibu Kotanya

A.

PETA GEOLOGI MALUKU

Dari peta geologi kepulauan maluku diatas nampak bahwa kepulauan maluku
terbagi atas dua bagian yaitu Maluku dan Maluku Utara. Secara geologi, Maluku
terletak pada lempeng sunda sedangkan MalukunUtara terletak pada lempeng
Filipina. Disebelah barat dari kepulauan Maluku merupakan mikro kontinen yatu
berupa pulau sulawesi. Sedangkan disebelah timur kepulauan merupakan lempeng
dari Samudera Pasifik.

B.SETTING GEOLOGI MALUKU


Kepulauan Maluku ini merupakan ujung yang terpisah dari Sistem Pegunungan
Sunda. Pada Mesosoikum jalur orogen kawasan ini masih merupakan satu kesatuan
dengan Sistem Pegunungan Circum-Australia. Pada Paleozoikum akhir, orogenesa
dimulai dengan penurunan geosinklin di Cekungan Banda bagian tengah. Daerah ini
merupakan pusat diatrofisma. Dari sini deformasi menyebar ke arah utara (Sistem
Seram) dan selatan (Sistem Tanimbar), yang di dihubungkan oleh sektor Kai dan
busur Banda yang hadir sampai Tersier. Evolusi busur banda ini secara umum sesuai
dengan proses pembentukan pegunungan dari Kepulauan Indonesia.Saat ini Sistem
usur Banda mempunyai anomali isostatik negatif yang kuat. Ini menunjukkan bahwa
pada jalur ini terdapat energi potensial yang diperkirakan merupakan busur inti dan
kerak batuan sialik dengan densitas rendah. Busur ini belum terkonsolidasi dengan
kuat, mempunyai temperatur tinggi, dan banyak mengandung gas dengan
kekentalan rendah. Kondisi ini menunjukkan adanya magma aktif yang memberikan
gaya vertikal jika kondisi memungkinkan.
Pada zaman Pleistochen, daratan pulau Ternate masih merupakan satu daratan
dengan pulau-pulau seperti; Morotai, Halmahera, Hiri, Maitara, Tidore, Mare, Moti,
Makian, Kayoa, Bacan dan sebagainya yang terletak pada rankaian gunung berapi
Zone Maluku Utara. Deretan pulau-pulau ini berada di sepanjang pantai barat pulau
Halmahera di Propinsi Maluku Utara. Perubahan alam yang terjadi selama ratusanribu tahun dan pergeseran kulit bumi secara evolusi telah membentuk pulau-pulau
kecil di sepanjang "Jazirah tuil Jabal Mulku", (Istilah yang sering dipergunakan oleh
Buya Hamka). Halmahera adalah merupakan Pulau Induk dari di kawasan ini, yang
menjadi dataran tertua, selain pulau Seram di Maluku Tengah.

C.STRUKTUR GEOLOGI MALUKU


Potensi hidrokarbon di Maluku bagian Utara diketahui dari kondisi tektonik dalam
hal ini keberadaan cekungan - cekungan laut dalam. Terdapat 5 (lima) cekungan
laut dalam Maluku Utara yaitu antara lain:
a. Cekungan Obi Utara dan Cekungan Obi Selatan
Kedua cekungan ini bentuk memanjang dengan kedalaman lebih 1000 meter.
Cekungan Obi Utara berarah utara - selatan, di bagian barat dibatasi oleh patahan patahan naik dari jalur tumbukan di Laut Maluku. Sedangkan cekungan Obi Selatan
berarah timur - barat dan di batasi oleh Pulau Obi di bagian barat. Kedua cekungan
ini di isi oleh material-material volkanik dan volkanik klastik serta kemungkinan batu
gamping.
b. Cekungan Halmahera Utara dan Cekungan Halmahera Selatan.

Kedua cekungan ini merupakan cekungan busur belakang yang terbentuk pada
"Zaman Neogen" yang didasari oleh batuan ofiolit, batuan busur gunung api serta
batuan sedimen cekungan ini lebih dari 2000 meter, bentuk cekungan menyerupai
jajaran genjang, sedangkan ukuran Cekungan Halmahera Selatan lebih besar dari
Cekungan Halmahera Utara, yang dipengaruhi oleh batuan-batuan ofiolit dan
malange yang berasal dari lengan Timur Halmahera dan batuan-batuan volkanik
dari lengan Barat Halmahera.
c. Cekungan Halmahera Timur.
Menurut Pertamina tahun 1993, cekungan dan sumber daya gas di Maluku Utara
memperlihatkan terdapat pada Cekungan-cekungan Obi Utara, Obi Selatan,
Halmahera Selatan, Halmahera Utara dan Halmahera Timur dengan sumberdaya
kurang dari 3 triliun kaki kubik (TCF). Sementara menurut IAGI tahun 1985, sumber
daya minyak dan gas bumi diperkirakan masing - masing 0,1780 juta barel dan
0,2016 TSCF.
Pulau Mangole
Pulau Mangole dapat dikelompokkan ke dalam tipe pulau tektonik teras terangkat.
Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan geologi telah pernah dilakukan di
wilayah ini. Sebagaimana dikutip oleh Hehanussa dan Sukmayadi, 1993 beberapa
peneliti geologi terdahulu di wilayah ini adalah Bouwer (1921 dan 1926),
Koolhoven(1930), Sukamto (1975), Silver (1977), dan Pigram (1983). Pemetaan
geologi bersistem dengan skala 1: 250.000 dilakukan oleh Surono dan Sukama dari
Direktorat Geologi, Departemen Energi dan Sumber dayaMineral. Menurut Surono
dan Sukama, 1985. Sebagaimana yang disajikan dalam Peta Geologi lembar Sanana
skala 1:250.000, Pulau Mangle termasuk bagian dari blok tektonik BanggaiSulayang terdiri dari kelompok Pulau-pulau Mangle, Sulabesi, dan Taliabu di
sebelah timur dan Pulau-pulau Banggai dan Peleng di sebelah baratnya dan
sejumlah pulau kecil lainnya.
Pulau Mangle terutama tersusun dari batuan granit, sedimen Formasi Kabauw, dan
Formasi Tanamu yang terdiri dari napal, batu gamping, serpih, dan batuan gunung
api. Batuan granit terutama terdapat di bagian timur pulau sementara bagian
baratnya didominasi sedimen dan batuan gunung api Mangle yang mengisi bagian
selatan hingga tengah pulau. Batuan malihan hanya terdapat di selatan dalam
luasan yang sempit, demikian juga batu gamping hanya terdapat di bagian barat
sebelah utara dengan penyebaran yang sempit. Formasi Tanamu mempunyai
penyebaran yang agak luas, terutama di bagian tengah pulau. Secara tidak selaras
di atas Formasi Tanamu diendapkan lapisan tipis teras terumbu koral terangkat dan
endapan pantai dalam luasan yang sempit, kurang dari 800 m dan ketebalan
kurang dari 10 meter tersebar sepanjang pantai, teluk dan sekitar tanjung
Dari peta kegempaan (zona seismik) yang dikeluarkan BMG, daerah ini termasuk
wilayah yang mempunyai intensitas kegempaan yang cukup tinggi Pulau Mangle

yang merupakan bagian Blok Banggai-Sula dikelilingi oleh sesar dan zona
peminjaman aktif, baik di utara maupun bagian selatan. Dua kali gempa besar yang
potensial menimbulkan bahaya tsunami pernah terjadi di daerah ini yaitu tahun
1929 dan tahun 1965 dengan kerugian yang cukup besar. Dalam Peta Geologi
lembar Sanana (Surono dan Sukarna, 1985) banyak terdapat gejala kontak tektonik
seperti sesar geser dan sesar normal. Gejala struktur yang besar mendominasi pada
arah barat timur.

Pulau ternate
Dilihat dari sudut geologis, pulau Ternate merupakan salah satu dari deretan pulau
yang memiliki gunung berapi, dari barisan garis: strato vulkano active at south
pacific yang melintang di kawasan Asia timur ke Asia tenggara, dari utara ke
selatan. Salah satu yang masih aktif di kepulauan Maluku Utara adalah gunung
Gamalama di pulau Ternate dengan ketinggian 1.730 m. (Bangsa Portugis
menyebut dengan; Nostra Senora del Rozario).
Gunung berapi aktif yang sering mengakibatkan terjadinya letusan dan aliran lahar.
Selain itu, terdapat lahan berkelerengan besar dengan volume luasan yang cukup
besar, sehingga sulit dikembangkan untuk kegiatan permukiman dan industri.
Dilihat dari aspek geologi dan jenis tanah, kota Ternate dan sekitarnya terdiri dari
tanah regosol yang memiliki bahan induk utama batu pasir yang baik untuk
kebutuhan material bangunan. Sedangkan tanah podsolik merupakan tanah batuan
beku yang memiliki daya dukung terhadap beban bangunan yang sangat baik.
Sebagai kota kepulauan yang didominasi lahan bergunung, pengembangan lahan
untuk perkotaan terbatas di wilayah pesisir meskipun tidak menutup kemungkinan
untuk pengembangan reklamasi kawasan pantai.
Dari sejumlah lahan pesisir yang ada, masih banyak lahan yang belum
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya, dan dari 5 pulau yang ada, pulau Ternate
merupakan pulau yang paling pesat pertumbuhannya. Keterbatasan daya dukung
ruang fisik kota Ternate, diikuti pula dengan keberadaan gunung berapi Gamalama
di tengah-tengah pulau Ternate yang masih aktif dan sulit diprediksi keaktifannya.
Keberadaan gunung ini menjadi pembatas dalam pengembangan lahan perkotaan.
Kondisi topografi lahan kepulauan Ternate adalah berbukit bukit dengan sebuah
gunung berapi yang masih aktif dan terletak ditengah pulau Ternate.
Secara geografi fisik, Kota Ternate terdiri dari pulau-pulau dengan jarak yang
bervariasi, ada yang cukup dekat dan adapula yang cukup jauh. Dengan kondisi fisik
yang demikian, maka perkembangan Kota Ternate, akan mengalami banyak
tantangan dan kendala diakibatkan oleh faktor jarak tersebut, khususnya

menyangkut strategi keterhubungan atau saling tunjang diantara pulau-pulau


tersebut.
Pulau Buru
Penentuan struktur yang berkembang di Wapsalit, yang terletak di Kabupaten Buru,
maluku adalah hasil dari penarikan kelurusan morfologi baik kelurusan sungai,
punggungan pada citra landsat maupun peta topografi DEM dan pengamatan
langsung di lapangan yang diperlihatkan dengan ditemukannya cermin sesar, kekar,
offset litologi, gawir, longsoran dan triangular facet. Sesar-sesar yang berkembang
dikelompokkan menjadi Sesar Wapsalit, Sesar Waekedang, Komplek Sesar
Waemetar, Sesar Normal Debu. Untuk Sesar Waetina, Sesar Waehidi, Sesar Waepata
dan Sesar Resun ditentukan berdasarkan kelurusan sungai, kelurusan topografi dan
triangular facet. Pola umum tektonik yang terbentuk di daerah survei tersusun oleh
sesar-sesar dengan jenis oblik dengan arah barat laut-tenggara dan barat dayatimur laut.
Sesar Wapsalit berarah hampir baratdaya-timurlaut sebagai struktur tua jenis
oblique (menurun menganan). Indikasi sesar dicirikan dengan ditemukannya cermin
sesar dengan arah sekitar N 50 E/ 65 pitch 25-N 65E / 65 dengan sudut pitch
30 ke Tenggara, zona hancuran dan longsoran di sepanjang jalan utama setelah
dusun wapsalit ke arah Sungai Waehidi.
Sesar Waetina berarah hampir baratdaya-timurlaut, berdasarkan struktur regional
sesar ini berjenis mendatar menganan dengan arah sekitar N 225E. Keberadaan
sesar ini dilapangan dicirikan oleh kelurusan topografi dan tebing di sekitar Dusun
Waeplan serta longsoran di Sungai Waeplan berarah hampir baratdaya timurlaut
dengan arah sekitar N 220 E ditarik berdasarkan kelurusan topografi.
Sesar Resun berarah hampir baratdaya- timurlaut dengan arah sekitar N 70 E ,
ditarik berdasarkan kelokan sungai yang tajam serta kelurusan topografi.
Sesar Waekedang berarah hampir baratlaut- tenggara. Sesar ini berjenis oblique
(menurun mengiri) dengan arah sekitar N 320 E. Penarikan sesar didasarkan oleh
kelurusan manifestasi mata air panas, kelurusan sungai dan zona hancuran di
sepanjang dinding sungai.
Sesar Debu berarah hampir baratlaut- tenggara. Sesar ini berjenis sesar normal
dengan kelurusan sekitar N 335 E, blok bagian timur laut sebagai hanging wall.
Penarikan sesar didasarkan atas kelurusan topografi dan munculnya rawa di
sepanjang perjalanan ke dusun Debu.
Komplek Sesar Waemetar dengan arah barat laut - tenggara sekitar N 175E/ 65
sudut pitch 30, arah barat daya timur laut sekitar N 240 E / 70 sudut pitch 15
dengan arah pergeseran relatif ke timur, N 256 E/ 70 sudut pitch 60 dengan arah

pergerakan ke tenggara. Arah hampir barat-timur sekitar N 105 E/ 20 dengan


sudut pitch 20, arah pergerakan relatif tenggara.
D.

STRATIGRAFI MALUKU

Banggai-Sula
Stratigrafi batuan pada blok tektonik Banggai-Sula sebagaimana disajikan oleh
Surono dan Sukama (1985) berurutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
Batuan malihan, terdiri dari sekis, genes, amfibolit, filit, batu pasirmalihan dan
argilit. Batuan malihan ini diterobos oleh batuan granit (Granit Banggai). Granit
Banggai ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi granit, granit biotit, granit
muskovit, dan granodiorit.
Di atas batuan Malihan dan Granit Banggai secara tidak selaras dijumpai Formasi
Kabauw yang terdiri dari selang seling konglomerat, batu pasir, dan serpih
bersisipan batubara. Formasi Kabauw diperkirakan mencapai tebal 200 m dan
tersingkap di Sungai Kabauw di sebelah barat Pulau Sulabesi. Kalkarenit terpilah
buruk, berukuran pasir kasar hingga sedang, membulat tanggung.
Selanjutnya di atasnya ditemukan batu gamping Formasi Peleng yang terdiri dari
batu gamping terumbu terangkat berumur Pleistosen hingga Resen. Endapan
alluvial; yang terdiri dari pasir, kerikil, kerakal dan lumpur ditemukan disepanjang
sungai, terutama muara. Hanya sedikit batuan malihan yang tersingkap di Pulau
Mangle yaitu di pantai sebelah selatan pada ujung timur pulau.

Pulau Buru
Secara umum batuan di pulau Buru didominasi oleh batuan malihan, batuan
sedimen berupa batugamping ,batupasir dan konglomerat. Batuan tertua yang
tersingkap adalah Sekis, danbatuan vulkanik yang tersingkap adalah tuf sisipan lava
(basaltik/andesitik). Pulau Buru termasuk sebagai mikro kontinen dari lempeng
Australia dan bagian dari busur banda bagian dalam yang memiliki kondisi geologi
yang kompleks.
Daerah panas bumi Wapsalit, yang terletak di Kabupaten Buru, maluku dibagi
menjadi 4 satuan batuan, yaitu satuan batuan metamorfik/ malihan, satuan
batulempung, satuan undak sungai dan satuan aluvium. Batuan metamorfik yang
didominasi oleh filit, batu sabak, batu tanduk (hornfels), kuarsit, skiss dan arkosa.
Penentuan umur radiometric dengan menggunakan mineral zirkon menunjukkan
umur dari kuarsit adalah berumur Permian Akhir ( 265 MA). Batulempung (Kpll)
tersebar di daerah Metar selang-seling dengan batupasir kasar dengan

arah/kemiringan (strike/dip) sekitar N 275E/15- N 310 E/10, ditemukan


pengarangan kayu warna hitam kecoklatan menyerupai gambut yang
mengindikasikan lingkungan pengendapan pada lingkungan darat.
Tebal dari batulempung sekitar 20-150 cm. Batupasir kasar berwarna abu-abu
kecoklatan, butiran sedang- kerikil , struktur sedimen penghalusan ke arah atas
(graded bedding). Tebal dari batupasir antara 30-50 cm. Berdasarkan
kesebandingan regional umur dari satuan ini adalah Kuarter Awal (Plistosen). Satuan
Undak Sungai (Kpul) tersebar daerah Dusun Debu, Metar, Wae Tina dan Wae Flan.
Litologi satuan ini didominasi oleh batuan sedimen rombakan berupa konglomerat
berwarna coklat kemerahan-kehitaman, butiran mulai dari kerikil-kerakal, terpilah
sangat buruk. Komponen/fragmen tersusun oleh batuan metamorfik seperti filit,
skiss, sabak, kuarsit, pasir dan lempung. Satuan ini menindih selaras satuan
batulempung dan diperkirakan berumur Kuarter Awal (Plistosen).
Satuan Alluvium (Qal), menempati sekitar pedataran sungai Wae Apo tersusun oleh
lempung, pasir, bongkahan batuan metamorf yang lepas-lepas yang berada di
pinggir Sungai Wae Apo yang merupakan sungai tua dengan gosong pasir/ sand bar
yang luas.
Batuan Ubahan, alterasi yang terjadi pada batuan merupakan proses hidrotermal
akibat reaksi antara fluida dengan batuan asal yang biasanya dipengaruhi oleh
suhu, tekanan, jenis batuan asal serta komposisi fluida (khususnya pH). Fluida yang
bersifat asam yang terjadi pada kedalaman dangkal dan elevasi yang relatif tinggi
cenderung akan mengubah batuan asal menjadi mineral lempung.
Pada lokasi survei alterasi batuan berada di daerah Sungai Wae Kedang/Pemali
mencakup daerah yang cukup luas 35.000 m2 . Ubahan yang terbentuk
merupakan hasil interaksi antara fluida yang dibawa oleh air panas melalui bidang
lemah/sesar yang mengalami kontak dengan batuan metamorfik/malihan jenis filit.
Halis analisis petrografi menunjukkan batuan metamorf yang terdapat di Sungai
Pemali dan Sungai Waemetar menunjukkan struktur foliasi filonite dan skistose pada
mineral kuarsa dan grup mika, yang merupakan ciri khas pada batuan filit dan skis
sedangkan struktur granulose merupakan indikasi untuk batuan kuarsit yang
didominasi oleh mineral kuarsa. Hasil analisis PIMA (Portable Infrared Minerals
Analyzer) menunjukkan daerah alterasi yang berada di Sungai Pemali tersusun oleh
mineral mineral lempung seperti kaolinite, halloysite, dickite, illite dan mineral
alunite. Munculnya illite menunjukkan temperatur pembentukannya berada pada
suhu yang cukup tinggi, antara 240 - 300C menunjukkan tipe hidrotermal pada
zona phyllic. Sedangkan munculnya mineral alunit menunjukkan tipe hidrotermal
pada zona advance argilic, mineral alunit biasanya berasosiasi dengan tipe air
panas asam dengan sulfida tinggi. Sedangkan mineral kaoline, halloysite dan dickite
menunjukkan temperatur pembentukan yang lebih rendah dan biasanya termasuk
pada zona hidrotermal argilik.

Stratigrafi batuan dibagi menjadi 4 satuan dengan urutan dari tua ke muda, terdiri
dari batuan metamorf, satuan batulempung, satuan undak sungai, dan alluvium.
Batuan tertua berumur 265 0,2 ma atau Permian Akhir. Peranan struktur Sesar
Waekedang yang berarah Barat Laut Tenggara sangat penting sebagai kontrol
geologi dan panas bumi di daerah manifestasi. Suhu tertinggi mencapai 101.3 C,
berada di S. Pemali termasuk sistem dominasi air (hot water dominated) Sumber
panas diperkirakan berupa tubuh intrusi/ vulkanik yang belum muncul
kepermukaan.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN

Kepulauan maluku terbagi atas dua bagian yaitu Maluku dan Maluku Utara.
Secara geologi, Maluku terletak pada lempeng sunda sedangkan MalukunUtara
terletak pada lempeng Filipina. Disebelah barat dari kepulauan Maluku merupakan
mikro kontinen yatu berupa pulau sulawesi. Sedangkan disebelah timur kepulauan
merupakan lempeng dari Samudera Pasifik.

Kepulauan Maluku merupakan ujung yang terpisah dari Sistem Pegunungan


Sunda.
Terdapat 5 (lima) cekungan laut dalam Maluku Utara yaitu antara lain: Cekungan
Obi Utara dan Cekungan Obi Selatan, Cekungan Halmahera Utara dan Cekungan
Halmahera Selatan, Cekungan Halmahera Timur.

Anda mungkin juga menyukai