SINDROM KOMPARTEMEN
Oleh : Kelompok 9
Wida Detri J
1112044
Elita Eksafitri
1112045
Suryani
1112046
1112048
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Dalam makalah ini kami membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN SINDROM KOMPARTEMEN.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai asuhan
keperawatan
kegawatdaruratan
sindrom
kompartemen
dan
cara
penatalaksanaannya pada pasien gawat darurat dan sekaligus melakukan apa yang
menjadi tugas mahasiswa mengikuti mata kuliah Kegawatdaruratan Sistem I.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak M. Sandi Haryanto, S.Kep.,Ners selaku dosen koordinator dan dosen
pembimbing.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dan semoga laporan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
2
3
4
1
2
2
3
4
4
7
8
9
10
11
12
14
15
15
16
16
18
19
21
22
BAB IV KESIMPULAN
1
2
Simpulan............................................................................................
Saran .................................................................................................
24
25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1...............................................................................................................
...............................................................................................................................9
Gambar 2...............................................................................................................
...............................................................................................................................11
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan etiologinya, Sindroma Kompartemen dapat di klasifikasikan
menjadi penurunan volume kompartemen dan peningkatan tekanan struktur
kompartemen, sdangkan berdasarkan lamanya gejala, dapat dibedakan menjadi
akut dan kronik. Penyebab umum terjadinya sindroma kompartemen akut adalah
fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada arteri dan luka bakar. Sedangkan
sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan aktivitas yang
berulang-ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain basket, pemain sepak bola dan
militer.
Compartment syndrome paling sering melibatkan kompartemen flexor dari
lengan bawah dan kompartemen tibia anterior dari tungkai bawah (meskipun
dapat terjadi pada kompartemen osteofsial manapun).
Insiden compartment syndrome tergantung pada traumanya. Pada fraktur
humerus atau fraktur lengan bawah, insiden dari compartment syndrome
dilaporkan berkisar antara 0,6-2%. Pasien dengan kombinasi ipsilateral fraktur
humerus dan lengan bawah memiliki insiden sebesar 30%. Secara keseluruhan,
prevalensi compartment syndrome meningkat pada kasus yang berhubungan
dengan kerusakan vascular.
Insidens compartment syndrome yang sesungguhnya mungkin lebih besar
dari yan dilaporkan karena sindrom tersebut tidak terdeteksi pada pasien yang
keadaanya sangat buruk. Prevalensinya juga lebih besar pada pasien dengan
kerusakkan vaskular. Insiden yang sesungguhnya mungkin tidak akan diketahui
karena banyak ahli bedah melakukan profilaksis fasiotomi ketika melakukan
perbaikkan vaskuler pada pasien risiko tinggi.
1. Tujuan Umum
Mampu memahami
mengenai
sindrom
kompartemen
serta
cara
penatalaksanaannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan tentang definisi sindrom kompartemen.
b. Mampu memahami anatomi dari sindrom kompartemen.
c. Mampu memahami patofisiologi sindrom mompartemen.
d. Mampu mengetahui manifestasi klinik sindrom kompartemen.
e. Mampu mendiagnosis sindrom kompartemen.
f. Mampu melakukan diagnosis banding sindrom kompartemen.
g. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang sindrom kompartemen.
h. Mampu melakukan tatalaksana sindrom kompartemen.
i. Mampu mengetahui komplikasi sindrom kompartemen.
j. Mampu mengetahui prognosis sindrom kompartemen.
k. Mampu melakukan pencegahan sindrom kompartemen.
1.3 MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Mendapatkan pengetahuan tentang sindrom kompartemen dan
penalaksanaannya.
2. Manfaat Praktis
a. Mendapatkan pengetahuan tentang definisi sindrom kompartemen.
b. Dapat memahami anatomi dari sindrom kompartemen.
c. Dapat memahami patofisiologi sindrom mompartemen.
d. Dapat mengetahui manifestasi klinik sindrom kompartemen.
e. Dapat mendiagnosis sindrom kompartemen.
f. Dapat melakukan diagnosis banding sindrom kompartemen.
g. Dapat melakukan pemeriksaan penunjang sindrom kompartemen.
h. Dapat melakukan tatalaksana sindrom kompartemen.
i. Dapat mengetahui komplikasi sindrom kompartemen.
j. Dapat mengetahui prognosis sindrom kompartemen.
k. Dapat melakukan pencegahan sindrom kompartemen.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam makalah ini meliputi :
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini penyusun menguraikan Latar Belakang Masalah, Tujuan
Penulisan, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini penyusun menguraikan secara teoretis tentang definisi, anatomi,
patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana, komplikasi, prognosis dan pencegahan sindrom
kompartemen.
Bab III : Asuhan keperawatan sindrom kompartemen.
Bab IV : Penutup
Menjelaskan tentang kesimpulan dari bab II tinjauan pustaka dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom
kompartemen
merupakan
suatu
kondisi
dimana
terjadi
kompartemen
posterior),
empat
kompartemen
di
tungkai
bawah
Kompartemen
Anterior
Isi
M. Biceps brachii, M. Coracobrachialis, M.
Brachialis;
A. Brachialis;
N. Musculocutaneus
Struktur yang Menembus Kompartemen : N.
Musculocutaneus, N. Medius, M. Ulnaris, A.
Brachialis, V. Basilica
Posterior
M. Triceps brachii;
A. Profunda brachii, A. Collateralis ulnaris;
N. Radialis
Struktur yang Menembus Kompartemen : N.
Lengan
Anterior
Bawah
digitorum
superficialis,
M.
Flexor
N. Medianus
M. Brachioradialis, m. Flexor carpi radialis
longus;
A. Radialis, a. Brachialis;
Posterior
N. Radialis
M. Extensor carpi radialis brevis, M. Extensor
digitorum, M. Extensor digiti minimi, M.
Extensor carpi ulnaris, M. Anconeus, M.
Supinator, M. Abductor pollicis longus, M.
Extensor pollicis brevis, M. Extensor pollicis
longus, M. Extensor indicis;
Arteriae interoseus anterior dan posterior;
Tungkai
Anterior
Atas
Medial
N. femoralis
M. Gracilis, M. Adductor longus, M. Adductor
brevis, M. Adductor magnus, M. Obturatorius
externus;
A. profunda femoris, A. Obturatoria;
N. obturatorius
Posterior
Tungkai
Anterior
Bawah
Lateral
N. Peroneus profundus
M. Peroneus longus, M. Peroneus brevis;
Cabang-cabang dari a. Peronea;
Posterior
N. peroneus superficialis
M. Gastrocnemius, M. Plantaris, M. Soleus;
Superfisial
A. Tibialis posterior;
Posterior
N. Tibialis
M. Popliteus, M. Flexor digitorum longus, M.
Profundus
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal
normal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah
kapiler, dan nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia.
Tanpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan
menyebabkan obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan
terus meningkat hingga tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada
titik ini, tidak ada lagi darah yang akan masuk ke kapiler, menyebabkan
kebocoran ke dalam kompartemen, sehingga tekanan dalam kompartemen
semakin meningkat. Penekanan saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri
hebat.
yaitu
peningkatan
isi
cairan
atau
berkurangnya
ukuran
kompartemen.
1. Peningkatan isi cairan dapat disebabkan sebagai berikut :
a. Penggunaan otot yang terus-menerus (antara lain : tetanus, kejang)
b. Aktivitas sehari-hari (bersepeda, menunggang kuda)
c. Terbakar
d. Injeksi intraarterial (paling sering karena iatrogenik)
e. Osmolaritas serum menurun
f. Perdarahan (terutama dari cedera pembuluh darah yang besar)
dengan
hilangnya
fungsi
bagian
yang
terkena
sindrom
kompartemen.. Pemeriksaan dengan uji sensasi raba dengan jarum dan peniti )
pada saraf kulit.
laboratorium biasanya
10
d. Serum myoglobin
e. Toksikologi urin : dapat membantu menentukan penyebab, tetapi tidak
membantu dalam menentukan terapi pasiennya.
f. Urin awal : bila ditemukan myoglobin pada urin, hal ini dapat mengarah
ke diagnosis rhabdomyolisis.
g. Protrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTTT)
2. Imaging
a. Rontgen : pada ekstremitas yang terkena.
b. USG membantu untuk mengevaluasi aliran arteri dalam memvisualisasi
Deep Vein Thrombosis (DVT).
3. Pemeriksaan Lainnya
a.
2.8 Tatalaksana
Tujuan dari terapi sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi
neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, biasanya dengan
bedah dekompresi. Tindakan non-operatif tertentu mungkin bisa berhasil, seperti
menghilangkan selubung eksternal. Jika hal tersebut tidak berhasil maka tindakan
operasi dekompresi perlu dipertimbangkan. Indikasi mutlak untuk operasi
dekompresi sulit untuk ditentukan, tiap pasien dan tiap sindrom kompartemen
memiliki individualitas yang berpengaruh pada cara untuk menindaklanjutinya.
11
ekstremitas
yang
terkena
setinggi
jantung,
untuk
operatif
untuk
sindrom
kompartemen
apabila
tekanan
12
13
Komplikasi
Tekanan yang tidak dapat teratasi dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis
jaringan, saat perfusi kapiler mengalami gangguan terjadi hipoksia pada jaringan.
Hal ini dapat meningkatkan Volkman contracture. Bila semakin parah tidak
teratasi maka akan terjadi rhabdomyolis dan kidney failure.
Sindrom kompartemen dapat mengalami komplikasi antara lain :
1.
2.
Infeksi
a.
Sepsis
b.
3.
4.
5.
Kematian
2.10
Prognosis
Prognosis pada kasus sindrom kompartemen bisa menjadi baik atau
Pencegahan
Lakukan
pemeriksaan
dengan
perkembangan
14
yang
ahli
dan
dipantau
2.
Hubungi atau kembali ke rumah sakit bila nyeri terasa berat, kaku,
sensasi terbakar atau kelemahan pada ekstremitas yang terkena.
3.
b.
c.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM KOMPARTEMEN
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama
: Tn. X
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Diagnosa
: Sindrom Kompartemen
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dikaji kaki kiri pasien terpasang spalk dengan balutan yang
ketat, kaki tampak bengkak, pemeriksaan lain didapatkan pain, pallor,
pulselsness, parestesia, paralysis postif, tekanan intrakompartemen
lebih dari 30mmHg.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : 3 hari yang lalu pasien jatuh dari motor
dibawa berobat ke alternatif dan hanya dipasang spalk.
15
Data
Etiologi
DS:
Trauma
- Klien
mengeluh
Merusak jaringan,
DO :
- Kaki
Keperawatan
Nyeri
Masalah
terpasang
dengan
klien
otot
spalk
balutan
yang ketat.
- Kaki
tampak
Perdarahan
bengkak.
Pengumpulan perdarahan
(hematoma)
Reaksi inflamasi
Pengeluaran bradikinin
dan berikatan dengan
nociceptor
Pengeluaran mediator
kimia (histamine)
2.
Nyeri
Trauma
DS :
16
Gangguan
- Klien
mengeluh
jatuh
Merusak jaringan,
serabut saraf dan spasme
dari
otot
motor.
DO :
-
Pergeseran fragmen
Kaki
kiri
tulang
klien
terpasang
-
mobilitas fisik
spalk.
Kaki
Deformitas
klien
bengkak.
1. 3.
DS :
Gangguan
perfusi jaringan
Perdarahan
DO :
(hematoma)
Pembengkakan
Tekanan
intrakompartemen
Penekanan tekanan
kapiler
Menekan jaringan
17
Hipoksia jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan
Intervensi
1. Kaji nyeri
tindakan keperawatan
(PQRST).
2. Berikan posisi
nyaman sesuai
dengan kebutuhan
diminimalkan dengan
kriteria hasil :
1. Skala nyeri
berkurang (0-3).
2. Pasien merasa
nyaman.
3. TD, Nadi normal.
Rasional
1. Mengetahui skala
nyeri dan keadaan
nyeri secara
holistik.
2. Posisi yang
pasien.
3. Ajarkan tekhnik
nyaman dapat
sedikit mengubah
relaksasi.
4. Kolaborasi dengan
persepsi nyeri
yang dirasa
pemberian obat
analgesik.
5. Monitor TTV.
pasien.
3. Dengan teknik
relaksasi dapat
mengurangi rasa
nyeri.
4. Obat penghilang
rasa nyeri.
5. Ketahui adanya
peningkatan TTV
sebagai salah satu
indikasi nyeri.
Setelah dilakukan
1. Kaji tingkat
tindakan keperawatan
mobilitas yang
18
1.
Mengetahui
biasa dilakukan
mampu menggerakan
pasien.
2. Bantu latihan
rentang gerak
kemandirian pasien
dalam mobilisasi.
2.
Meningkatkan sirkulasi
darah
ekstremitas yang
muskuloskeletal,
sakit maupun
mempertahankan
gerak sendi.
keadaan klien.
3. Bantu dan
3.
Meningkatkan
dorong
kemandirian klien
perawatan diri
dalam perawatan
(kebersihan/elim
inasi) sesuai
keterbatasan klien.
keadaan klien.
4. Ubah secara
4.
Menurunkan insiden
periodik sesuai
komplikasi kulit
keadaan klien.
5. Kolaborasi
dan pernafasan
(dekubitus dan
pelaksanaan
atelektasis).
fisoterapi sesuai
5.
indikasi.
Kerjasama dengan
fisioterapi perlu
untuk menyusun
program aktivitas
fisik secara
individual.
1. Perfusi cerebral
tiba-tiba
atau
Kecemasan
gangguan mental
dipengaruhi oleh
berkurang.
Status pertukaran
seperti
cemas,
elektrolit, hypoxia ,
bingung,
letargi,
ataupun emboli
19
gas : RR : 12-20
pingsan.
sistemik.
2. Agar tidak terjadi
2.
Monitor status cairan
dan
monitor
elektrolit.
3.
Pantau
catat
kerja
pernafasan.
mencetuskan
4.
Monitor TTV
5.
Kolaborasi
gagal dapat
distress pernafasan.
4. TTV kembali
normal.
dengan 5. Untuk memperbaiki
dokter
dalam
pemberian
obat
sesuai indikasi.
status kesehatan
klien, meningkatkan
fungsi fisologis.
Dx : Sindrom Kompartemen
No
Implementasi Keperawatan
Respon Klien
Diagnosa
1
1. Mengkaji
nyeri 1. Klien mengatakan tingkat nyeri berkurang
(PQRST)
2. Mengajarkan
relaksasi
dan
(skala 3)
tekhnik 2. Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
nafas
dalam.
2
2
1. Mengkaji tingkat
mandiri.
dilakukan pasien.
2. Membantu latihan
20
aktif pada
maupun sehat.
ekstremitas yang
sakit maupun yang
sehat sesuai keadaan
klien.
3
1.
Memonitor TTV.
2.
terdapat oedem.
Dx : Sindrom Kompartemen
Evaluasi Keperawatan
S : Klien mengatakan nyeri berkurang
(skala 3)
O : Klien nampak lebih tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
S : Klien mengatakan
dapat
menggerakan kakinya.
O : Klien dapat melakukan mobilitas
secara mandiri.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
S : Klien mengatakan kakinya masih
sedikit bengkak dan nyeri.
O : Kaki klien tampak masih bengkak.
21
Paraf
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Simpulan
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua. 2006.
Jakarta : EGC.
24
https://www.scribd.com/doc/143381432/135116405-Sindrom-Kompartemen
diakses tanggal 18 Maret 2015 pukul 19.30
Kowalak, dkk. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
25