Anda di halaman 1dari 2

12

BAB 4
PEMBAHASAN
Seorang wanita berusia 58 datang ke dokter dengan keluhan lenting disertai nyeri dan
gatal di dahi kanan sejak lima hari sebelum masuk RS. Pada kulit muncul pula lenting-lenting
yang berkelompok dan tersebar hanya di dahi kanan. Tidak terdapat lokasi lain timbulnya
kelainan kulit yang serupa. Dengan timbulnya lesi seperti ini, perlu dipikirkan terjadinya
kelainan kulit yang manifestasinya merupakan lenting disertai dengan nyeri yang cukup
hebat. Dengan melihat lesi, tampak pada regio fasialis dekstra, terdapat vesikel multipel
bergerombol yang tersebar secara dermatomal, dengan ukuran lentikular, terletak di atas kulit
yang eritematosa. Pada palpasi teraba kulit yang hangat, vesikel teraba lunak dengan
permukaan yang licin.
Lesi yang terlihat cukup karakteristik untuk herpes zoster, yang mana timbul gejala
kulit yang unilateral, bersifat dermatomal sesuai dengan persarafan. Lesi yang timbul juga
khas berupa vesikel yang berkelompok, dengan dasar berupa kulit yang eritematosa
(kemerahan). Keseluruhan penampakan kulit maupun gejala subjektif berupa nyeri sangat
menyokong ke arah herpes zoster, mengingat penyakit ini memiliki perjalanan berupa masa
tunas 7-12 hari, dengan timbulnya lesi dalam 1 minggu berikutnya, kemudian masa
penyembuhan sendiri selama 1-2 minggu berikutnya. Pada pasien ini, keterlibatan
dermatomal yang terlibat adalah nervus trigeminalis cabang oftalmik.
Pada reaktivasi herpes zoster, perlu ditanyakan gejala prodromal. Gejala prodromal
berupa demam disangkal, namun pasien mengeluhkan timbulnya nyeri pada dahi yang terjadi
kurang lebih lima hari sebelum timbulnya lesi pada kulit. Mialgia yang terjadi dapat
merupakan gejala prodromal dari reaktivasi herpes zoster. Gejala prodromal lainnya berupa
pusing dan malaise disangkal oleh pasien. Setelah yakin bahwa terjadi reaktivasi herpes
zoster, perlu dipikirkan mengapa terjadi reaktivasi. Pada literatur 1 dikatakan bahwa tidak jelas
sebetulnya pemicu reaktivasi, namun herpes zoster dapat terjadi akibat penurunan fungsi
sistem imun, seperti yang ditemui pada seorang berusia di atas 50 tahun. Penelitian oleh
Schmader, et.al15 mengungkapkan bahwa herpes zoster sering terjadi pada orang yang barubaru ini mengalami stressful recent events. Pada pasien dalam anamnesis mengatakan bahwa
belakangan ini pasien cukup stres akibat penyakit sinusitis yang dideritannya yang
mengharuskan pasien melakukan operasi. Kesemua faktor ini diduga dapat menjadi pemicu
reaktivasi herpes zoster.

12

13

Herpes zoster merupakan suatu reaktivasi akibat infeksi awal yang bermanifestasi
sebagai varicella zoster (cacar air). Pada pasien ditemukan riwayat cacar air pada saat berusia
sekolah di SD. Dengan demikian jelaslah bahwa infeksi primer pada pasien ini telah terjadi.
Pasien kemudian diberikan pengobatan, berupa edukasi dan medikamentosa. Lenting yang
timbul jangan digaruk sebab dapat menimbulkan infeksi sekunder. Pasien juga dianjurkan
mengurangi sementara aktivitas fisik sebab saat ini pasien sedang mengalami nyeri dan
tingginya aktivitas fisik dapat meningkatkan gesekan maupun trauma pada kaki yang dapat
menjadi penyebab pecahnya lenting. Pada riwayat saat ini pasien tinggal dengan suami,
namun seringkali cucu pasien datang ke rumah untuk menginap. Pasien perlu diedukasi
bahwa pada orang yang belum pernah mengalami cacar air, dapat terjadi penyebaran virus
VZV ke pejamu lain, yang dapat menimbulkan varicela pada orang lain. Dengan demikian
dalam fase ini sebaiknya pasien tidak membiarkan anak-anak ataupun orang yang belum
pernah mengalami varicela sebelumnya untuk bermain atau berdekatan dengan pasien. Terapi
medikamentosa yang diberikan berupa asiklovir 5 x 800 mg. Untuk nyeri yang timbul pada
pasien diberikan asam mefenamat 3x500 mg sebagai analgesik dan salep Fusidic acid
(Fuson) untuk lesi lentingnya, sedangkan untuk mata pasien diberikan tetes mata
Levofloxacin /jam dan Hervis Acyclovir/3jam.

Anda mungkin juga menyukai