Abstrak
Superheater merupakan salah satu komponen yang terdapat pada boiler, fungsinya adalah sebagai element
pemanas kedua setelah boiler. Steam yang dihasilkan oleh boiler masih memiliki kandungan air sehingga perlu
dipanaskan lagi hingga steam yang dihasilkan benar-benar uap kering, oleh karena itu superheater sangat berperan untuk
menghasilkan uap kering yang akan dilewatkan ke turbin. Akan tetapi steam yang dihasilkan oleh superheater seringkali
memiliki temperature diatas standart yang ditetapkan yaitu 510o C. Saat ini superheater spray yang terdapat pada PLTU
Unit II sangat lambat untuk mengantisipasi perubahan temperatur, karena itu metode fuzzy logic perlu diterapkan karena
salah satu kelebihan metode fuzzy logic adalah respons yang cepat. Dari uji tracking setpoint respon terlihat bahwa ketika
diberi input setpoint 150, initial value 450, dan final value 550 respon selalu dapat mencapai setpoint. Uji respon
dilakukan semala 10 kali percobaan dan hasilnya setpoint selalu dapat dicapai.Setelah uji respon, control fuzzy logic
dibandingkan dengan control PI yang saat ini digunakan dilapangan dan hasilnya grafik control dengan fuzzy logic lebih
cepat dalam pencapaian setpoint dan grafiknya lebih stabil.
1. Pendahuluan
2. Teori Penunjang
2.1 Boiler
merupakan
salah
satu
Superheater
komponen pada boiler, dimana superheater
memiliki fungsi sebagai pemanas kedua setelah
1
c
Gambar 2.1 Diagram Blok Sistem Pengendalian
pada Superheater
2
1.4 Desuperheater
Desuperheaterisasi adalah proses menurunkan
suhu uap dengan cara menginjeksikan air pendingin
ke dalamnya. Proses ini terjadi dalam sebuah wadah
yang disebut desuperheater. Ini bertujuan agar suhu
steam yang akan masuk ke turbin sesuai dengan
temperatur desainnya yaitu sebesar 510 C. Air
pendingin memiliki karakteristik tetap yaitu
tekanannya sebesar 192.77 bar dengan temperatur
171.93 C sedangkan uap keluaran memiliki
karakteristik tetap yaitu tekanan sebesar 182.10 bar
dengan temperatur 425C untuk desuperheater first
stage dan temperatur 458 C untuk desuperheater
second stage. Proses desuperheater sangat fluktuatif
dengan tekanan dan suhu steam yang masuk
desuperheater. Pengambilan data dilakukan di PT
PJB UP Gersik unit 2 yang terdiri atas data
tekanan(Pw) dan temperatur(tw) air pendingin
(cooling water), data tekanan (Ps) dan
temperatur(ts) uap yang masuk ke desuperheater
dan temperatur uap yang keluar dari desuperheater
(td). Dari hasil analisa diperoleh hubungan bahwa
semakin tinggi besar fluktuasi tekanan dan
temperaturnya maka jumlah pendingin yang
diinjeksikan juga akan semakin tinggi. Demikian
pun sebaliknya jika tekanan dan temperaturnya
semakin kecil maka jumlah air pendingin (cw) yang
diinjeksikan semakin kecil. Sedangkan suhu
merupakan fungsi tekanan, semakin tinggi
tekanannya maka suhunya juga akan naik
demikianpun sebaliknya.
1.5 Konveksi
Konveksi adalah proses berpindahnya kalor
dengan gerakan partikel yang telah dipanaskan, bila
perpindahannya dikarenakan perbedaan kerapatan
disebut konveksi alami (natural convection) dan bila
didorong, misal dengan fan atau pompa disebut
konveksi paksa (forced convection).
Konveksi adalah salah satu modus utama
perpindahan panas dan perpindahan massa Panas
konvektif dan transfer massa terjadi baik melalui
difusi acak gerak Brown dari partikel individu
dalam cairan - dan adveksi , di mana materi atau
panas diangkut oleh gerakan besar-besaran arus
dalam cairan. Dalam konteks panas dan
perpindahan massa, istilah "konveksi" digunakan
untuk merujuk pada jumlah transfer advective dan
difusif. Perhatikan bahwa penggunaan umum dari
konveksi merujuk secara khusus untuk perpindahan
3
2.8
Sistem
Pengendalian
Temperature
Superheater
steam yang berfungsi untuk menggerakkan
turbin dihasilkan oleh boiler dengan ditunjang oleh
economizer sebagai tempat untuk memanaskan air
sebelum air masuk ke dalam ruang bakar, steam
yang didapat dari boiler masih berupa uap basah,
uap basah tersebut kemudian dialirkan menuju
Superheater untuk dikeringkan tetapi sebelum
menuju Superheater temperaturenya dikendalikan
dengan disemprotkan air sampai suhu optimal pada
saat kerja normal atau terjadi kenaikan beban,
setelah itu melalui Superheater agar dihasilkan uap
kering agar bisa menjalankan Turbin dengan baik.
Kp
Ki
Kd
Kp + + KD S =
= proportional gain
= integral gain
= derivatif gain
(Pers 2.1)
3.1 Diagram Blok Sistem
Diagram blok sistem untuk pengendalian
temperature steam pada superheater boiler dapat
ditunjukkan pada gambar berikut ini:
C
0
in
out
3.5
Asumsi in = out = dan To = 0
Menjadi persamaan 3.5 menjadi :
3.6
Linearisasi variable yang berubah terhadap waktu
dilakukan dengan pendekatan ekspansi Taylor.
Variable deviasi taylor :
Ti = Ti - Tis
3.7
-Q = -(Ti Tis)
3.8
T = T - Ts
3.9
Dimana :
Maka persamaan 3.6 menjadi
ditransformasikan
3.10
Laplace
3.11
3.12
3.13
Jika perubahan terjadi pada T in (t), maka Q(t) = 0,
sehingga hubungan antara T out(s) dan Q (s) adalah
sebagai fungsi transfer load T in (s).
3.3
Dimana :
q
= Laju perpindahan panas ke fluida (kJ/s)
in
= Jumlah energi panas yang masuk (kJ)
out = Jumlah energi panas yang keluar (kJ)
3.14
3.16
Dari data plant didapatkan nilai transfer function
sebagai berikut :
3.18
3.17
Dengan,
Ktot
= KrKs
Tev
= Tv ( V + Rv)
Dimana :
m
= Pergeseran valve (%)
= Tekanan sinyal
Ktot
= Gain control valve
Kr
= Gain Tranduser (I/P)
s
= Konstanta waktu control valve
Tv
= Time stroke
v
= Fraksi perubahan posisi
Untuk itu didapatkan :
Kv
3.19
3.20
3.21
Dengan demikian :
Ktot = Kr . Ks = (6,9375) . (0,05) = 0,35
5.2 Saran
Beberapa saran yang perlu disampaikan
dalam laporan ini dalam rangka pengembangan
penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Jika menginginkan hasil respon desuperheater
yang responsif, maka control fuzzy logic
sebagai
pengendali
temperature
pada
superheater di lakukan secara real time untuk
melihat performansi sesungguhnya.
2. Mengubah jenis control valve linear yang saat
ini digunakan di lapangan dengan control
valve quick yang dapat menunjang kecepatan
respon aktuator sehingga setpoint yang
diinginkan dapat dicapai lebih cepat lagi
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ardiansyah, Bagus, Integrasi Fieldbus Pada Distributed Control
System Centum CS3000 Yokogawa, Surabaya, 2007.
[2] Gunterus, Frans,Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses,
Elex Media Komputindo, Jakarta.,1994
[3] Incropera, Frank,Fundamental of Heat and Mass Transfer 3nd
Edition, John Wiley & Son.Inc,1990
[4] Joko Indarto, Rancang Bangun Local Control Unit (LCU) Level
pada Distributed Control System (DCS), Surabaya 2007.
[5] Kurnia, Dedi Nazara, Penentuan Safety Integrity Level dengan
Fault Tree Analysis untuk mengetahui Waktu keamanan proses pada
Boiler Steam Drum PT. Indonesia Power UBP Suralaya, Surabaya,
2008.
[6] Ogata, Katshuiko, Teknik Kontrol Automatik I, Prentice Hall
Inc, 1996.
[7] Ogata, Katshuiko, Teknik Kontrol Automatik II, Prentice Hall
Inc, 1996.
13