122 987 1 PB
122 987 1 PB
1.
PENDAHULUAN
Gugusan Pulau Abang yang berada di bagian selatan dari wilayah perairan Pemko Batam telah ditentukan
sebagai daerah Kawasan Taman Nasional Laut (1). Hal ini berarti kawasan perairan tersebut merupakan areal
konservasi yang berfungsi sebagai habitat perlindungan, pelestarian dan sumberdaya kelautan agar terjamin
keberadaan, ketersedian dan kesinambungannya bagi generasi sekarang maupun mendatang. Sangat tepat pemko
Batam telah memilih perairan Pulau Abang sebagai areal konservasi laut, yang nantinya dapat menjadi kawasan pusat
plasma nutfah biota laut diantara pesatnya pengembangan pulau-pulau di sekitarnya sebagai kawasan industri yang
tentunya turut meningkatkan limbah yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan seperti adanya
pencemaran, buangan air panas dsb.
Dalam rencana tata guna lahan laut yang sudah dicanangkan, perairan Pulau Abang yang terdiri dari beberapa
gugusan pulau kecil tersebut memiliki kondisi perairan yang masih alami (2) Hasil penelitian lingkungan untuk keperluan
budidaya laut yang pernah dilakukan peneliti kelautan BPPT tahun 2003 memperlihatkan kualitas kimia, fisik dan biologi
yang sangat baik untuk kelangsungan hidup biota laut, namun disisi lainnya pengamatan lain dengan menggunakan
kamera bawah laut terlihat terumbu di sebelah selatan pulau Abang Besar menunjukkan tingkat kerusakan yang sangat
(2)
parah .
Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem tropis pantai yang mempunyai produktivitas primer paling
tinggi dibanding dengan ekosistem lepas pantai(3). Tingginya produktivitas primer ekosistem ini menyediakan
sumberdaya perikanan dengan nilai komersil yang tinggi pula, seperti ikan, udang moluska dan lain-lain. Dilain pihak,
kerusakan terumbu karang akibat berbagai aktivitas manusia maupun alam telah mengakibatkan penurunan dan
hilangnya sumberdaya hayati laut. Aktivitas penangkapan dengan bahan peledak dan beracun, pengambilan karang
untuk bahan bangunan dan akuarium, penebangan hutan mangrove merupakan penyebab utama kerusakan terumbu
karang. Prosentase terumbu karang hidup di Indonesia telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dimana hanya
7 % saja yang masih dalam keadaan baik, sedangkan 61 % telah rusak. Karena itu upaya pengelolaan sumberdaya
hayati laut, termasuk rehabilitasi dan konservasi terumbu karang perlu ditingkatkan untuk mempertahankan
(4)
keanekaragaman hayati dan potensi komersilnya .
Masih ingatkah kita dalam beberapa dekade lalu? Saat itu Pemda DKI Jakarta mengadakan operasi bebas becak
secara besar-besaran dan becak-becak yang terjaring akhirnya ditenggelamkan di perairan Kepulauan Seribu untuk
dijadikan terumbu buatan atau rumah ikan dengan menciptakan habitat baru. Upaya pembuatan rumah ikan tersebut
tidak hanya dengan becak-becak saja namun juga mobil bekas, ratusan ban bekas dll yang juga turut ditenggelamkan
disekitar pulau Kotok Kecil untuk keperluan yang sama. Salah satu manfaat yang ada sekarang dari upaya itu adalah
lokasi wisata penyelaman selain tempat memancing.
Dengan semakin buruknya habitat terumbu karang alami yang diyakini sebagai habitat sangat produktif maka
sudah selayaknya peran aktif pemerintah baik pusat dan daerah untuk lebih peduli dengan kondisi seperti ini ditambah
lagi adanya isu dunia global warming yang juga akan mempecepat bleaching (pemutihan) terumbu alami. Perlu disadari
bahwa terumbu karang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sumber makanan bagi banyak biota laut, termasuk ikan.
Adanya kerusakan besar-besaran yang terjadi pada terumbu karang, sudah dapat dipastikan bahwa jumlah tangkapan
ikan para nelayan juga menurun drastis.
Terumbu buatan adalah suatu rekayasa struktur bangunan yang diturunkan ke dasar laut yang digunakan untuk
merubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan yang ramai ikan. Dalam jangka waktu panjang, struktur yang
dapat dibuat dari berbagai material seperti ban bekas, mobil bekas atau struktur beton baik yang berbentuk kubah atau
piramida, akan membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Terumbu buatan yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menjadi rumah, pelindung, tempat mencari makan serta tempat berpijah dan daerah
asuhan (nursery ground) berbagai biota laut dapat terwujud.
Tujuan utama dari adanya bangunan yang diletakkan di dasar laut adalah untuk menarik koloni ikan agar
berkumpul pada daerah agak terlindung yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produksi perikanan disekitarnya.
Dalam jangka panjang struktur bangunan tersebut akan ditumbuhi tumbuhan laut dan karang alami. Pembuatan dan
penurunan terumbu buatan memang pekerjaan mudah, namun agar usaha rehabilitasi terumbu karang ini sesuai
dengan tujuan dan berhasil, proses pemilihan lokasi penurunan dan penempatannya di dasar laut memerlukan
pemahaman karakter laut yang dikaitkan dengan pendekatan oseanografi lingkungannya.
Tulisan ini merupakan aplikasi teknologi pemetaan laut dalam penentuan lokasi ideal bagi penurunan terumbu
buatan sebagai rumah ikan di perairan laut Pulau Abang-Batam dalam upaya merehabilitasi kerusakan terumbu karang
alami yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan sumberdaya perikanan.
2.
METODE
Kegiatan penelitian ini dilakukan secara bertahap yaitu koordinasi instansi terkait dan sosialisasi masyarakat,
survei detail kondisi hidro-oseanografi calon lokasi penurunan terumbu, konstruksi terumbu buatan serta penanaman
terumbu pada lokasi terpilih.
2.1.
Kajian geologi dasar laut (batimetri, karakteristik dasar laut dan substrat dasar). Peralatan yang digunakan
adalah fish finder, computer, GPS dan Sedimen grab.
Kajian oseanografi (arus) dan kualitas air laut (suhu, salinitas, pH, kecerahan, turbidity). Peralatan yang
digunakan current meter, water quality checker
2.2.
Gambar 1.
Gambar 2.
2.4.
Waktu Kegiatan
Kegiatan ini diawali dengan koordinasi dengan aparat desa setempat, survei penentuan lokasi, konstruksi dan
kegiatan penurunan terumbu buatan di lokasi terpilih. Pelaksanaan kegiatan Juni November 2007
3.
3.1.
3.2.
3.3.
hanya dilakukan pada satu titik lokasi. Lokasi penurunan kesepuluh unit terumbu adalah 1 (0 3028.47 N ; 104 16
5.55 E).
Gambar 8. Lokasi Ideal Penurunan Terumbu ( 1,2 dan 3) diantara Pulau Pengelap dan Pulau Dedap, perairan laut
Pulau Abang - Batam
Tujuan lain dari dibuatkannya terumbu buatan di dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang, adalah sebagai
salah satu upaya meniadakan / mengurangi beban penangkapan ikan di areal terumbu karang alami. Oleh sebab itu
terumbu buatan dibangun di sekitar terumbu karang alami, sehingga nelayan tidak lagi menangkap ikan di terumbu
karang yang sangat mungkin akan merusak, dan berpindah di lokasi terumbu buatan.
Penurunan terumbu buatan sudah semakin banyak dilakukan karena merupakan usaha yang sangat
bertanggung jawab dan akan meningkatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya laut dan lingkungan. Manfaat dari
penurunan terumbu ini antara lain: (1) pengembangan area penangkapan ikan (2) perbaikan dan pemulihan habitat
yang telah rusak (3) penyedia area pemijahan (spawning ground) dan asuhan ikan (nursery ground) (4) mengurangi
tekanan penangkapan ikan pada habitat terumbu alami (5) menghindarkan operasi trawl (6) dapat melengkapi
bangunan break water dan pengendali erosi pantai (7) penyedia areal penyelaman bagi pariwisata dan rekreasi serta
(8) keperluan penelitian dan pengembangan iptek dan sebagainya.
4.
4.1.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kondisi perairan laut pulau Abang, Batam secara umum memiliki kualitas perairan yang masih baik dan
mendukung untuk kehidupan biota laut.
Telah didapatkan 3 (tiga) lokasi spesifik untuk pengembangan ekosistem terumbu buatan di perairan laut
antara pulau Penggelap dan Dedap.
4.2.
Saran
Program pembuatan rumah ikan dengan teknologi terumbu buatan yang dilakukan ini boleh dikatakan sebagai
pemicu dalam pengembangan kawasan pesisir khususnya Kawasan Taman Nasional Pulau Abang. Terumbu
buatan yang dibenamkan memang tidak banyak, namun setidaknya dengan diketahuinya lokasi-lokasi ideal
penurunan terumbu buatan yang dikaitkan dengan kondisi hidro-oseanografi tentunya program rehabilitasi
lingkungan perairan Pulau Abang Batam dapat dibuatkan skala prioritas.
Kegiatan membangun rumah ikan dengan penerapan teknologi terumbu buatan ini baru sebatas pada tahap
penurunan dengan memperhatikan berbagai aspek lingkungan yang mendukung. Keberhasilan program kajian
dan penerapan teknologi terumbu buatan dalam jangka panjang perlu dilakukan dengan kegiatan monitoring,
untuk mengetahui kemampuan laju pertumbuhan terumbu beserta organisme yang berasosiasi (organisme
penempel, bentos, kumpulan ikan dan sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anonim, 2001. Peta Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2001 2011. Pemerintah Kota Batam
2.
Anonim, 2003. Laporan Kegiatan Survei Karateristik Perairan Pulau Abang Batam Untuk Keperluan Budidaya
Perikanan Laut. UPT Baruna Jaya - BPPT
3.
Wasilun, Karsono dan Suprapto. 1995. Pengembangan terumbu buatan sebagai alternatif rehabilitasi
kerusakan terumbu karang. Prosiding simposium perikanan Indonesia I, buku II bidang: Sumberdaya perikanan
dan
penangkapan.
Puslitbangkan,
No.
39,
1995.
ISBN
No.
979-8186-42-7.
4.
Men. K.L.H., 1988. Baku mutu air laut untuk biota laut. SK Meneg. KLH No.Kep.02/MenKLH/I/1982
5.
Lukens, R. R. 1997. Guidelines for marine artificial reef materials. Artificial Reef Subcommittee of the
Thechnical coordinating Committee Gulf States Marine Fisheries Commission.
6.
7.
Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan, Jakarta. 118 hal.
Rinkevich, B. 1995. Restoration strategies for coral reef damaged by recreational activities: The use of sexual
and asexual recruits. Restoration Ecology. 3:41-251.