Anda di halaman 1dari 4

TOPIC: Air-Conditioner dengan Tenaga Surya, Terobosan

Baru Pendinginan Hemat Energi


Air-Conditioner dengan Tenaga Surya, Terobosan Baru
Pendinginan Hemat Energi 25 Sep 2010 16:51 #447
Topik Khusus A
Marissa Ristiyana Utama
13307108
Air-Conditioner dengan Tenaga Surya, Terobosan Baru Pendinginan Hemat Energi
Isu tentang krisis energi dan pemanasan global sudah tidak asing lagi bagi masyarakat dunia.
Berbagai teknologi dan inovasi terus dikembangkan dalam mencari solusinya. Di samping
pencarian berbagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, penghematan energi pun
dilakukan untuk menekan laju konsumsi energi. Jadi solusi krisis energi tidak hanya datang dari
segi produksi energi alternatif, namun dari segi konsumsinya.
Konsumsi listrik yang terbesar pada gedung adalah sistem pendinginan udaranya. Pendingin
udara/ air-conditioner (AC) konvensional mengkonsumsi energi listrik yang relatif sangat besar.
Hal ini tentunya menuntut daya listrik yang besar. Pada umumnya listrik masih dihasilkan bahan
bakar fosil, sehingga penggunaan AC konvensional berdampak tidak langsung pada emisi gas
rumah kaca, sebagai penyebab peningkatan efek pemanasan global. Selanjutnya, karena suhu
lingkungan semakin panas, semakin banyak industri, rumah tinggal, dan gedung yang
menggunakan AC, sehingga menyebabkan siklus perusakan lingkungan dan krisis energi terus
berlanjut.
Namun, penghambatan penggunaan AC adalah hal yang mustahil dilakukan. Karena itu,
diperlukan inovasi pendingin udara yang menggunakan sumber energi terbarukan, serta ramah
lingkungan, salah satunya adalah AC dengan tenaga surya.
Sistem refrigerasi dasar
Sebelumnya, akan dijelaskan terlebuh dahulu mengenai sistem refrigerasi dasar. Mungkin sistem
refrigerasi merupakan hal yang tidak asing lagi bagi orang-orang yang bergerak dalam bidang
Fisika Teknik. Fluida yang mengalir dalam siklus ini biasa disebut refrigeran. Refrigeran adalah
fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi. Refrigeran merupakan komponen
terpenting siklus refrigerasi karena menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin
refrigerasi. Refrigeran menyerap panas dari satu lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain,
biasanya melalui mekanisme evaporasi dan kondensasi.
Konsep dasarnya adalah sebagai berikut:

Mula-mula kondenser menyebabkan fasa berubah dari gas menjadi cair jenuh akibat adanya
pelepasan kalor ke lingkungan. Kemudian refrigeran masuk ke expansion valve, dan mengalami
drop tekanan, fasanya berubah menjadi campuran cair dan gas. Expansion valve berfungsi untuk
mengatur laju aliran. Lalu refrigeran masuk ke evaporator dan mengalami perubahan fasa dari
campuran menjadi uap jenuh. Pada evaporator, terjadi perpindahan kalor dari objek yang
didinginkan ke evaporator. Setelah itu, refrigeran masuk ke kompresor dan mengalami kenaikan
tekanan. Kemudian masuk ke kondenser dan siklus berulang. Pada penggunaan AC, umumnya
input energi untuk siklus ini berupa energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan
kompresor mekanik.
Sistem solar thermal cooling (refrigerasi absorpsi)
AC dengan tenaga surya menggunakan sistem solar thermal cooling, yaitu pendinginan ruangan
dengan menggunakan panas matahari. Mungkin hal ini terdengar tidak wajar, bagaimana
mungkin mendinginkan ruangan dengan sumber energi panas itu sendiri. Namun, dengan
teknologi sistem solar thermal cooling, hal ini sangat mungkin dilakukan.
Bila dibandingkan dengan sistem refrigerasi konvensional, pada prinsipnya tidak ada perbedaan
kecuali pada bagaimana fluida dapat dinaikkan titik didihnya sehingga dapat mengembun
(kondensasi) pada kondenser. Pada sistem biasa yang menggunakan input listrik, titik didih ini
dicapai dengan menggunakan kompresi mekanik. Pada sistem pendingin yang menggunakan
energi matahari, titik didih ini dicapai dengan kompresi thermal.
Untuk menggantikan kompresor pada sistem refrigerasi konvensional, digunakan tiga komponen
di dalam siklus absorpsi, yaitu absorber, pompa, dan generator. Absorber berfungsi untuk
menyerap uap refrigeran ke dalam absorben, sehingga keduanya bercampur menjadi larutan.
Fluida yang digunakan adalah air dengan LiBr (Lithium Bromida). Air dan LiBr digunakan
karena memenuhi kriteria fluida kerja (campuran antara refrigeran dan absorben), yaitu:
1.Perbedaan titik didih antara refrigeran dan larutan pada tekanan yang sama besar.
2.Refrigeran memiliki panas penguapan yang tinggi dan konsentrasi yang tinggi di dalam
absorben untuk menekan laju sirkulasi larutan diantara absorber dan generator per-satuan
kapasitas pendinginan.
3.Memiliki sifat-sifat transport, seperti viskositas, konduktivitas termal, dan koefisien difusi,
yang baik sehingga dapat menghasilkan perpindahan panas dan massa yang juga baik.

4.Baik refrigeran dan absorbennya bersifat non-korosif, ramah lingkungan, dan murah.
Kriteria lainnya stabil secara kimiawi, tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan tidak mudah
meledak. Dalam sistem solar thermal cooling, air berfungsi sebagai refrigeran, sedangkan LiBr
sebagai absorben.
Pada sistem ini, fluida bersuhu dan bertekanan rendah memasuki evaporator lalu menguap
karena adanya kalor dari lingkungan yang masuk ke evaporator. Lalu fluida berubah fasa dari
cair menjadi gas. Kemudian gas memasuki absorber yang memiliki larutan yang rendah kadar
airnya. Larutan ini menyerap refrigeran dan bertambah kadar airnya. Karena reaksi di dalam
absorber adalah eksoterm (mengeluarkan panas), maka perlu dilakukan proses pembuangan
panas dari absorber. Tanpa dilakukannya proses pembuangan panas, maka kelarutan uap
refrigeran ke dalam absorben akan rendah. Selanjutnya larutan dipompa ke generator. Daya
pompa yang diperlukan sangat kecil, sehingga dalam perhitungan COP siklus absorpsi, daya ini
biasanya diabaikan. Di generator, kalor disuplai dengan energi panas matahari, sehingga
refrigeran (titik didih lebih rendah) menguap dan absorber (titik didih lebih rendah) dialirkan ke
absorber. Uap dengan tekanan tinggi masuk ke kondenser lalu mengalami perubahan fasa
menjadi cair, sehingga kalor dilepas ke lingkungan. Cairan masuk ke expansion valve lalu
mengalami drop tekanan. Kemudian, masuk ke evaporator. Siklus terus berulang.
Pada proses ini, input energi panas matahari pada generator menggantikan input energi listrik
pada kompresor. Penyerapan panas terjadi pada evaporator, sama dengan sistem konvensional
dan pembuangan panas terjadi pada absorber dan kondenser. Dengan menggunakan sistem ini,
energi listrik yang mahal dapat digantikan oleh panas matahari menggunakan proses kompresi.
Jika panas matahari sedang tidak mencukupi dapat di-backup juga dengan pemanas gas.
Kelebihan
kesesuaian kronologis antara waktu supply (penyediaan energi) dan pada waktu demand
(permintaan energi) yang terjadi pada saat yang bersamaan
Hari yang sangat panas umumnya membutuhkan pendinginan yang besar, sehingga
membutuhkan input energi matahari yang besar pula. Demikian pula sebaliknya. Karena waktu
supply dan demand yang hampir bersamaan maka tidak dibutuhkan tangki penyimpanan thermal
yang terlalu besar untuk mengatasi pengaruh musim. Jika area yang cukup luas untuk kolektor
matahari dimiliki, maka hal ini akan membawa keuntungan ekonomis. Oleh karena itu, sistem
ini cocok digunakan di Indonesia yang berada di daerah tropis, dimana matahari sangat banyak
bersinar terik tiap tahunnya.
penggunaan LiBr tidak menggunakan refrigeran yang merusak lapisan ozon dan menimbulkan
pemanasan global
Pada periode 1930an 1980an, refrigeran utama yang digunakan adalah CFCs yang mempunyai
sifat merusak ozon. Setelah keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfer diverifikasi secara
saintifik, perjanjian internasional untuk mengatur dan melarang penggunaan zat-zat perusak
ozon disepakati pada 1987 yang terkenal dengan sebutan Protokol Montreal. Setelah periode
CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran yang paling banyak digunakan di dalam mesin
refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini beberapa perusahaan pembuat mesin-mesin
refrigerasi masih menggunakan refrigeran R22 dalam produk-produk mereka. Padahal R22 juga
bersifat merusak ozon. Sedangkan LiBr tidak merusak lingkungan dan dapat dipakai pada sistem

refrigerasi absorpsi.
Kendala
Dibutuhkan area kolektor yang cukup luas dan cuaca yang tidak terduga. Namun hal ini bisa
diatasi dengan berbagai teknik. Salah satunya adalah dengan menggunakan kombinasi hybrid
dengan sistem sumber energi gas alam, ditambah dengan tangki thermal storage dan sistem
insulasi yang baik, jika diperhitungkan resiko emisi, keuntungan ekonomis dan energi tetap
secara umum lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan sistem yang berbasis listrik
jaringan saja.
Produk dan perkembangan

Sudah terdapat suatu produk yang menggunakan sistem ini, yaitu GreenCore GC-10200.
Kapasitas pendinginannya 10.200 BTU yang dapat membuat ruangan berukuran 54 meter
menjadi lebih dingin. Tentunya produk ini ramah lingkungan sehingga tidak menambah efek
pemanasan rumah kaca. Namun, masih harus terus dilakukan perkembangan untuk sistem AC ini
ke depannya, khusunya untuk penggunaan skala besar.
Referensi
Carrier Air Conditioning Company. Handbook of Air Conditioning System Design. Mc-Graw
Hill
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/tekni..._siklus_absorpsi.pdf
en.wikipedia.org/wiki/Refrigeration
www.kamase.org/pendingin-ruangan-dengan-...ng-untuk-masa-depan/
www.kamusilmiah.com/mesin/perkembangan-t...ngkondisian-udara-3/
www.otakku.com/2008/04/25/aquacell-green...red-air-conditioner/

Anda mungkin juga menyukai