PENDAHULUAN
menutupi area tubuh paska terjadinya luka atau akibat teriris/terpotong dan
sedikit dalam tubuhnya akan sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan
mengalami perdarahan dalam periode cukup lama setelah mengalami trauma.
Kadang bintik-bintik kecil merah (disebut petechiae) muncul pula pada
permukaan kulitnya. Jika jumlah platelet ini sangat rendah, penderita ITP bisa
juga mengalami mimisan yang sukar berhenti, atau mengalami perdarahan dalam
organ ususnya.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
'Idiopathic'
utama.
Banyak
orang
dewasa
yang
mengalami
destruksi antibodi yang terdapat pada platelet. Sel sel fagosit di RES
5
ITP pada anak biasanya terdapat pada anak yang tanpa mengalami permasalahan
kesehatan sebelumnya, dengan rentang usia 2 7 tahun. Laki laki dan
perempuan memiliki peluang yang sama untuk terkena penyakit ini, namun pada
studi terdahulu menyatakan bahwa lebih tinggi angka kejadian pada bayi laki
laki lebih tinggi dibandingkan dengan bayi perempuan dengan adanya penurunan
kecenderungan untuk terkena ITP seiring meningkatnya usia.
Penyakit ITP biasanya muncul tiba tiba dengan adanya peteki dan memar pada
hampir seluruh pasien. Epitaksis terjadi pada sepertiga pasien dan hematuria
jarang ditemukan. Sebanyak dua pertiga penderita dengan ITP memiliki riwayat
infeksi beberapa hari atau minggu sebelumnya. Infeksi yang paling sering terjadi
adalah adanya infeksi traktus respiratorius utamanya oleh virus dan interval
adanya infeksi dan ITP dengan interval 2 minggu. Pemeriksaan fisik menyatakan
bahwa bayi sehat yang hanya dengan manifestasi berupa peteki dan memar
merupakan salah satu manifestasi dari adanya kadar platelet yang rendah.
Organomegali dan limfadenopati tidak ditemukan. Pada beberapa kasus jarang
ditemui adanya pembesaran limpa. 6
2.5 Diagnosis
Diagnosis ITP harus dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang utamanya pemeriksaan laboratorium serta dilakukan
secara per eksklusionam.7
Riwayat penggunaan obat obatan termasuk aspirin, kinin, heparin dan transfusi
platelet serta transfusi darah tidak boleh ditemukan. Adanya penyakit lain seperti
halnya lupus eritematosus, sindrom evans, malignansi hematologi, antifosfolipid
antibodi, von willbrand disease dan infeksi sebelumnya oleh streptokokus harus di
eksklusi. Lama terjadinya perdarahan pada PTI dapat membantu membedakan
antara ITP akut dan kronis. Riwayat adanya ITP pada keluarga umumnya jarang
didapatkan.7
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perdarahan tipe trombosit yaitu petekie,
purpura, perdarahan konjungtiva dan perdarahan mukokutan lainnya. Jika
ditemukan adanya pembesaran hati ataupun limpa, perlu dipikirkan kemungkinan
ada penyakit lainnya walaupun pada ITP pada lebih kurang 10% anak mengalami
hal tersebut.7
Rendahnya jumlah platelet yakni < 100.000 dengan adanya megakariosit yang
berlbihan maupun normal di sumsum tulang belakang merupakan salah satu
kunci dalam diagnosis. Berikut merupakan pemeriksaan laboratorium yang
dibutuhkan dan sering dikerjakan dalam penegakkan diagnosis ITP, antara lain4 :
1.
Darah lengkap dan hapusan darah tepi diperlukan dalam diagnosis ITP. Darah
lengkap memperlihatkan adanya trombositopenia terisolasi dengan kadar
leukosit yang normal dan kadar hemoglobin yang normal pula. Anemia hanya
ditemukan jika ada perdarahan berat dan ditemukan pada 15% kasus.
Pemeriksaan darah tepi dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
pseudotrombositopenia, sindrom trombosit raksasa yang diturunkan dan
kelainan hematologi lainnya yang imatur (megatrombosit) ditemukan pada
2.
3.
4.
akut atau menjadi kronis, karena itu tidak dilaksanakan secara rutin.
Tes skrining koagulasi tidak membantu dalam diagnosis ITP dan hanya
5.
6.
ITP primer.
Pengecekan kadar immunoglobulin harus dikerjakan jika terdapat kecurigaan
adanya kondisi imunodefisiensi.
7.
Kadar trombopoetin tidak membantu dalam diagnosis ITP, dan kerna itu tidak
dikerjakan secara rutin.
Manifestasi Klinis
Laboratorium
Platelet
1. Sindroma
Trombocitopenia
Absent
platelet
(TAR)
2. Fanconi Anemia
pendek,
kulit Pansitopenia
dan
radius, diserta
abnormalitas
3. Amegakaryocitic
Thrombocytopenia
pada
aplastik
dengan anemia
ginjal,
mikrosefali, mikroptalmus.
Tidak adanya kelainan pada skeletal Trombositopenia
seperti pada TAR sindrom
periode neonaal
Didapat
1. Leukimia
hepatomegali
pada
hapusan
darah tepi.
2. Aplastik Anemia
spesifik,
tidak
splenomegali.
3. Neuroblastoma
rendah
sindroma
manifestasi
neurologis
defisit
neurologis
pada hipersegmented
neutropil
pada
hapusan
darah
tepi,
5. Obat-obatan
reikulosit
folat
rendah
Riwayat penggunaan obat-obatan
Peningkatan Destruksi
Platelet
Imun
1. Neonatal
Allommune
Trombositopenia
2. Obat-obatan
3. Infeksi HIV
penggunaan
platelet
atau
Abnormalitas
pada
atau
pemeriksaan
4. Purpura
serologi HIV
post
tranfusi
trombositopenia
akut yang jelas
Manifestasi
sistemik
termasuk Biasanya
pada
penyakit
kronis,
jumlah
Nonimun
WBC terkadang
1. Sindrom
abnormal
Hemolitik-Uremik
Riwayat diare berdarah, gagal ginjal
2. DIC
Anemia
mikrositer pada
hapusan
darah
tepi
Tanda dan gejala sepsis (demam, PT dan APTT
3. Penyakit
memanjang,
Sianotik
anemia
mikrositer pada
hapusan
darah
tepi
Sianosis, gagal jantung kongestif
Polisitemia
kompensatori
Penyakit
Platelet
Kualitatif
1. Wiskott-Aldrich
syndrome
platelet
20.000-100.000,
bentuk
kecil
hapusan
platelet
pada
darah
tepi
2. Bernard-Soulier
Penyakit
keturunan
autosomal, Platelet
ukuran
11
syndrome
ekimosis,
gusi
berdarah,
serta besar
perdarahan gastrointestinal
pada
hapusan
tepi,
darah
biasanya
3. May-Hegglin
limfosit
anomaly
Penyakit
keturunan
pad
hapusan
darah
tepi,
terdapat
4. Gray
inclusion
platelet
body
pada leukosit
syndrome
Perdarahan yang umumnya ringan
Bentuk
platelet
oval
dan
berwarna pucat
pada
hapusan
darah tepi
Sequestrasi
1. Hypersplenism
pada
pemeriksaan
didapatkan splenomegali
ang
fisik bersamaan
dengan
jumlah
leukosit
abnormal
tergantung jenis
penyakitnya,
berhubungan
dengan leukemia
dan
penyakit
infiltratif lainnya
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ITP pada anak dapat meliputi tindakan suportif dan
farmakologis. Tindakan suportif yang penting dilakukan pada pasien ITP antara
lain, membatasi aktivitas fisik, mencegah perdarahan akibat trauma, menghindari
12
obat yang dapat menekan produksi trombosit atau merubah fungsinya, memberi
pengertian pada pasien dan/atau orang tua tentang penyakitnya. 1 Selain itu terapi
suportif yang dapat dilakukan antara lain, pemberian androgen, pemberian high
dose immunoglobulin untuk menekan fungsi makrofag, dan transfusi konsentrat
trombosit namun hanya dapat dipertimbangkan pada penderita dengan resiko
perdarahan mayor.6
Terapi farmakologis yang diberikan, bertujuan untuk mengurangi proses imun
sehingga mengurangi perusakan trombosit. Terapi farmakologis yang diberikan
dapat berupa terapi kortikosteroid. Terapi kortikosteroid ini bertujuan untuk
menekan
aktivitas
makrofag
sehingga
mengurangi
destruksi
trombosit,
mengurangi pengikatan IgG oleh trombosit, dan menekan sintesis antibody. Terapi
awal menggunakan prednison atau prednisolon dengan dosis 1-1,5 mg/kgBB/hari
selama 2 minggu. Bila dalam 2 minggu respon terhadap terapi baik (jumlah
trombosit >30.000/>50.000), dilanjutkan sampai 1 bulan kemudian secara
perlahan
dosis
diturunkan.
Pasien
dengan
simtomatik
persisten
dan
13
1995-1997. Penelitian oleh Iyori et al. Pada tahun 2000 tidak menemukan adanya
hubungan antara beratnya gejala perdarahan dengan jumlah trombosit saat
terjadinya perdarahan.10
2.9 Prognosis
Pada 75-90% kasus terjadi remisi komplit terlepas dari pengobatan yang
diberikan. Trombositopenia menetap pada lebih dari 6 bulan hanya terdapat pada
10-25% kasus. ITP kronis juga memiliki tingkat remisi yang tinggi yaitu sekitar
80% atau lebih. Riwayat prodormal virus, volume trombosit rata-rata rendah saat
penerimaan (<8 fL) dan jumlah trombosit yang rendah saat penerimaan
(<10,000/ul) berhubungan dengan tingkat remisi yang tinggi, sedangkan onset
lebam dan diagnosis dalam rentang usia 10-18 tahun terkait dengan perjalanan
penyakit kronis. Penelitian oleh Gadner pada tahun 2001 menunujukkan bahwa
terapi awal tidak dapat mencegah terjadinya ITP kronis. Kematian yang
disebabkan oleh ITP tercatat sebanyak 0.1-0.5%.11
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Penderita
Nama
: NCN
Umur
: 7 Tahun 6 Bulan
Agama
: Islam
MRS
: 28 Oktober 2014
3.2. Heteroanamnesis
Keluhan Utama
Perdarahan gusi
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Mataram dengan diagnosis suspek preleukimia dengan diagnosis banding ITP dan anemia hipoplastik/aplastik. Penderita
dikeluhkan mengalami perdarahan pada gusi sejak kurang lebih 3 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan gusi ini dikatakan muncul tiba-tiba.
Awalnya pasien dikatakan bermain di rumah, kemudian terjatuh dan pada malam
harinya dikatakan pasien mengalami perdarahan gusi yang cukup banyak dan
tidak dapat dihentikan sehingga dibawa ke rumah sakit di Mataram. Pasien juga
mengeluhkan perut yang membesar seperti orang hamil 3 bulan selama 3 minggu
namun tidak dikeluhkan sakit perut. Perut yang membesar ini dikatakan terjadi
setelah dirawat di RS Mataram. Penderita juga dikeluhkan mengalami demam.
Demam ini muncul saat masuk rumah sakit di RSUD Mataram. Demam ini terjadi
dikatakan turun setelah diberikan obat penurun panas. Penderita juga dikeluhkan
merasa lemas dan tidak enak makan dan minum. Rasa lemas dan tidak enak
makan dan minum ini baru muncul ketika masuk rumah sakit di Mataram.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
15
Pasien tidak pernah mengalami keluhan gusi berdarah ini sebelumnya, namun
dikatakan bahwa pasien sering mengalami memar-memar yang besar dan
menghitam setelah terjatuh saat bermain sejak umur 5 tahun. Memar-memar ini
tidak dikhawatirkan oleh orang tua pasien karena dianggap kejadian biasa. Pasien
juga dikatakan pernah mengalami BAB yang berwarna hitam sekali-sekali saat
umur 5 tahun, namun orang tua dan pasien tidak berobat ke rumah sakit.
Riwayat Pengobatan
Pada tanggal 21 Oktober 2014 sampai 27 Oktober 2014 pasien dirawat di RSUD
Mataram dan mendapat transfusi darah TC 12 kantong dan PRC sebanyak 220 ml.
Penderita juga mendapatkan obat metilprednisolon 3 x 15 mg.
Riwayat Penyakit di Keluarga
Keluarga pasien dikatakan tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa.
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, kelainan jantung, stroke, kelainan ginjal,
asma, TB, dan penyakit sistemik lainnya disangkal.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan dengan berat lahir 3400
gram, panjang badan lupa, dan segera menangis.
Riwayat Imunisasi
Pasien dikatakan mendapatkan imunisasi BCG sekali, Polio empat kali, Hepatitis
B empat kali, DPT tiga kali, dan campak sekali.
Riwayat Nutrisi
ASI
Susu Formula
16
Bubur Susu
Bubur Nasi
Makanan dewasa : Pasien dikatakan makan makanan dewasa sejak umur 1,5
tahun dengan frekuensi 2-3 kali/hari
Riwayat Tumbuh Kembang
Menegakan kepala
: 3 bulan
Balik badan
: tidak ingat
Duduk
: tidak ingat
Merangkak
: tidak ingat
Berdiri
: tidak ingat
Berjalan
: tidak ingat
Bicara
: tidak ingat
Nadi
RR
Tax
: 37,1
SpO2
Status Antropometri
BB
: 18 kg
BBI
: 23 kg
TB
: 110 cm
LK
: 48 cm
LILA
: 13 cm
BB/U
: < persentil 3
TB/U
: < persentil 3
BB/TB
: persentil 25-30
Waterlow
: 78%
17
Status General
Kepala
: normosefali
Mata
: anemis -/-, ikterus -/-, perdarahan subkonjungtiva -/Reflek pupil +/+ isokor,
Hiperemi konjungtiva -/-
THT
: Sekret dari telinga (-), epistaksis (-), faring hiperemis (-) tonsil
T1/T1 hiperemis (-), mukosa bibir sianotik (-), lidah sianotik (-),
perdarahan gusi (-), petekie palatum (-)
Leher
Thoraks
Cor
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
WBC
8.21
4.0 11.0
10e3/L
RBC
3.26
L 4.5 5.5
10e6/L
P 4.0 5.0
10e6/L
L 13.0 18.0
g/dL
P 11.5 16.5
g/dL
L 40.0 50.0
P 37.0 45.0
HGB
HCT
9.1
27.0
MCV
82.8
82.0-92.0
fl
MCH
27.9
27.0-31.0
pg
MCHC
33.7
32.0-37.0
g/dL
PLT
15
150 400
10e3/L
18
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
WBC
4.80
4.0 11.0
10e3/L
RBC
3.12
L 4.5 5.5
10e6/L
P 4.0 5.0
10e6/L
L 13.0 18.0
g/dL
P 11.5 16.5
g/dL
L 40.0 50.0
P 37.0 45.0
HGB
HCT
8.8
26.0
MCV
83.3
82.0 92.0
fL
MCH
28.2
27.0 31.0
pg
MCHC
33.8
32.0 37.0
g/dL
PLT
23
150 400
10e3/L
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
WBC
4,67
4,0 11,0
10e3/L
RBC
4,10
L 4,5 5,5
10e6/L
P 4,0 5,0
10e6/L
L 13,0 18,0
g/dL
P 11,5 16,5
g/dL
L 40,0 50,0
P 37,0 45,0
HGB
HCT
11,6
33,9
MCV
82.7
82.0 92.0
fL
MCH
28.3
27.0 31.0
pg
MCHC
34.2
32.0 37.0
g/dL
PLT
18
150 400
10e3/L
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
WBC
7,32
4,0 11,0
10e3/L
RBC
4,34
L 4,5 5,5
10e6/L
P 4,0 5,0
10e6/L
19
HGB
HCT
12,1
37,1
L 13,0 18,0
g/dL
P 11,5 16,5
g/dL
L 40,0 50,0
P 37,0 45,0
MCV
85.5
82.0 92.0
fL
MCH
27.9
27.0 31.0
pg
MCHC
32.6
32.0 37.0
g/dL
PLT
67
150 400
10e3/L
Darah Lengkap
Bone Marrow Aspiration
Faal Hemostasis
Kimia Klinik
Hasil
Faal Hemostasis (28/10/2014)
Parameter
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
PPT
10,5
detik
Normal=perbedaan
dengan kontrol < 2
detik
INR
0,90
Kontrol PPT
10,5
detik
APTT
27,2
detik
Normal=perbedaan
dengan kontrol < 7
detik
Kontrol APTT
34,9
detik
Hasil
Satuan
Rujukan
WBC
4,52
10e3/uL
6 - 14
Neu
3,11
68,8%
1.10 6.60
20
Lym
0,796
17,6%
1.80 9.00
Mono
0,545
12,1%
0.00 1.00
Eos
0,004
0.091%
0.00 0.700
Baso
.067
1.48%
0.00 0.100
RBC
4.28
10e6/uL
4.10 5.30
HGB
12.4
g/dL
12.0 16.0
HCT
36.5
36.0 49.0
MCV
85.3
fL
78.0 - 102
MCH
28.9
pg
25.0 35.0
MCHC
34.0
g/dL
31.0 36.0
RDW
16.4
11.6 18.7
PLT
61.0
10e3/uL
140 - 440
MPV
9.60
fL
6.80 10.0
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
ALP
118
mg/dL
0-300
Bilirubin Total
0.3
mg/dL
0.00-1.00
Bilirubin Direk
0.18
mg/dL
0.00-0.30
Bilirubin Indirek
0.12
mg/dL
0.00-0.80
SGOT
16.1
U/L
11-33
SGPT
30.6
U/L
11-50
Total Protein
7.52
g/dL
6.00-8.00
Albumin
4.71
g/dL
3.50-5.20
Globulin
2.81
ug/dL
3.2-3.7
Gamma GT
66
U/L
11.00-49.00
BS Acak
60
mg/dL
60.00-100.00
BUN
18
mg/dL
8.00-23.00
Creatinin
0.65
mg/dL
0.70-1.20
Natrium
141
mmol/L
136-145
Kalium
3.48
mmol/L
3.50-5.10
21
Chlorida
104
mmol/L
94.00-110.00
Kalsium
9.41
mg/dL
9.20-11.00
: Normoseluler
Sistem Eritroid
: aktivitas normal
Sistem Myeloid
: aktivitas normal
Sistem Megakariosit
: aktivitas meningkat
Sel Lain
Kesimpulan
: gambaran
sumsum
tulang
menunjukan
: normokromik normositer
Leukosit
Trombosit
Kesan
: leukopenia + trombositopenia
Terapi
Planning
Diagnosis
- Kebutuhan cairan 1400
dan
ml/hari
-
22
O : Status Present
ml/hari
Status Generalis
ml/hari~6 tetes
Kepala : normocephali
makro/menit
subkonjungtiva (-),
Kebutuhan protein 18
gram/hari
ml/hari
murmur (-)
Plan :
perdarahan
O : St. Present
Kebutuhan
cairan
dan
nutrisi adekuat
Plan of care
Kepala : normocephali
Cek
DL
(31/10/2014)
subkonjungtiva (-),
setelah
evaluasi
3
hari
stop
23
methylprednisolone.
xiphoideus,
tepi
A : Observasi trombositopenia +
organomegali
ec
suspek
adekuat
Plan of care
-
St. General
Kepala : normocephali
Cek
DL
evaluasi
(31/10/2014)
-
xiphoideus
konsistensi
tepi
kenyal,
permukaan rata
Lien teraba Schufner III
A: Observasi trombositopenia +
organomegali
ec.
Suspek
adekuat
O : St. Present
Tanda tanda vital baik
Plan of care
St. General
Kepala : normocephali
Mata: pucat (-), perdarahan
subkonjungtiva (-),
THT: epistaksis (-),
Thoraks: simetris, retraksi (-),
Cor: S1S2 tunggal regular
murmur (-)
Pulmo: vesikuler +/+, rhonki
-/-, wheezing -/Abdomen distensi (+), BU (+)
N
Hepar teraba 2 cm dibawah
arcus costae, 1 cm dibawah
processus
tajam,
xiphoideus,
konsistensi
tepi
kenyal,
permukaan rata
25
adekuat
O : St. Present
Plan of care
St. General
Kepala : normocephali
Mata: pucat (-), perdarahan
subkonjungtiva (-),
THT: epistaksis (-),
Thoraks: simetris, retraksi (-),
Cor: S1S2 tunggal regular
murmur (-)
Pulmo: vesikuler +/+, rhonki
-/-, wheezing -/Abdomen distensi (+), BU (+)
N
Hepar teraba 2 cm dibawah
arcus costae, 1 cm dibawah
processus
tajam,
xiphoideus,
konsistensi
tepi
kenyal,
permukaan rata
Lien teraba setinggi Schufner
III
A
Trombositopenia
berdarah (-)
adekuat
O : St. Present
Plan of care
St. Generalis
Penegakan diagnosis
Kepala : normocephali
Mata: pucat (-), perdarahan
subkonjungtiva (-),
THT: epistaksis (-),
Thoraks: simetris, retraksi (-),
Cor: S1S2 tunggal regular
murmur (-)
Pulmo: vesikuler +/+, rhonki
-/-, wheezing -/Abdomen distensi (+), BU (+)
N
Hepar teraba 2 cm dibawah
arcus costae, 1 cm dibawah
processus
tajam,
xiphoideus,
konsistensi
tepi
kenyal,
permukaan rata
Lien teraba setinggi Schufner
III
A
Trombositopenia
O : St. Present
adekuat
Plan of care
-
Rencana BPL
xiphoideus,
permukaan
tepi
rata,
konsistensi kenyal
Lien teraba setinggi Schufner
I-II
A : ITP + gizi baik
28
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Mataram dengan diagnosis suspek
preleukimia dengan diagnosis banding mmune thrombocytopenic purpura (ITP)
dan anemia aplastik. Untuk membahas kesesuaian antara teori dengan temuan
pada pasien maka keluhan-keluhan yang ada akan diarahkan terhadap masingmasing diagnosis.
Pasien datang ke RSUD Mataram dengan keluhan perdarahan gusi yang tidak
dapat dihentikan. Orang tua pasien mengatakan bahwa perdarahan gusi itu terjadi
setelah pasien terjatuh saat bermain dirumah. Orang tua pasien kaget karena
awalnya pasien sehat-sehat saja. Sebelumnya orang tua pasien juga mengatakan
bahwa pasien sering mengalami memar-memar besar yang berwarna biru
kehitaman apabila terjatuh saat bermain. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ITP
biasanya muncul dengan adanya petekie dan memar pada hampir semua pasien.
Pasien juga dikeluhkan pernah mengalami BAB yang berwarna hitam. Gejala
gejala tersebut merupakan suatu pertanda bahwa pasien mudah mengalami
perdarahan, hal ini dapat terlihat dari gejala adanya perdarahan gusi, memar biru
kehitaman yang merupakan pertanda perdarahan di bawah kulit, dan BAB yang
berwarna hitam yang menandakan adanya suatu perdarahan di saluran cerna
bagian atas. Perdarahan yang terjadi dengan mudah ini dapat mengarah kepada
trombositopenia atau gangguan pada faktor koagulasi. Berdasarkan teori, ITP
terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki permasalahan kesehatan sebelumnya.
Pada teori juga dikatakan bahwa anak laki-laki lebih rentan mengalami ITP
dibandingkan wanita, hal ini sesuai dengan kasus pada pasien ini.
Pasien juga dikeluhkan oleh orang tuanya mengalami rasa lemas dan pucat saat
masuk rumah sakit di RSUD Mataram. Ini mengarah bahwa telah terjadi anemia
29
pada pasien ini yang kemungkinan disebabkan oleh perdarahan yang terjadi atau
kelainan dalam memproduksi sel darah merah.
4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan beberapa hal berikut :
KU
Nadi
RR
Tax
SpO2
: 95%
Hal ini menunjukan bahwa tanda-tanda vital pasien normal. Berdasarkan teori,
ITP sering memiliki gejala dimana pasien dengan kondisi yang sehat namun tibatiba mengalami perdarahan.
Berdasarkan pemeriksaan fisik umum ditemukan hal berikut:
a.
b.
sumsum tulang.
Lien teraba sebesar Schufner II. Hal ini menunjukan bahwa pasien mengalami
splenomegali. Hal ini tidak sesuai teori yang menyatakan bahwa ITP
seharusnya tidak terdapat organomegali. Pada kasus-kasus trombositopenia
dengan organomegali, perlu dilakukan pemeriksaan analisa sumsum tulang.
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
WBC
8,21
4,0 11,0
10e3/L
RBC
3,26
L 4,5 5,5
10e6/L
30
HGB
HCT
PLT
9,1
27,0
15
P 4,0 5,0
10e6/L
L 13,0 18,0
g/dL
P 11,5 16,5
g/dL
L 40,0 50,0
P 37,0 45,0
150 400
10e3/L
Berdasarkan teori, pada pemeriksaan darah lengkap pada penyakit ITP, ditemukan
adanya trombositopenia tanpa disertai penurunan hitung leukosit maupun eritrosit.
Pada kasus ini, hitung trombositnya adalah 15.000 dengan rentang normal
150.000-400.000. Ini sesuai dengan teori dimana terjadi trombositopenia pada
kasus ITP. Berdasarkan hasil DL tersebut, hitung eritrositnya sedikit dibawah nilai
normal, yaitu 3.26 dengan rentang normal 4.5-5.5. Nilai hitung eritrosit yang
rendah ini juga menyebabkan nilai Hb turun, yaitu 9.1 dengan rentang normal
13.0-18.0. Nilai hitung eritrosit yang rendah ini tidak sesuai teori, namun hasil ini
dapat terjadi karena adanya perdarahan sehingga komponen eritrosit dalam darah
pun menurun.
Berdasarkan hasil pemeriksaan bone marrow aspiration didapatkan kelainan
sebagai berikut:
Selularitas
: Normoseluler
Sistem Eritroid
: aktivitas normal
Sistem Myeloid
: aktivitas normal
Sistem Megakariosit
: aktivitas meningkat
Sel Lain
Kesimpulan
: gambaran
sumsum
tulang
menunjukan
31
32
BAB V
SIMPULAN
Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP) didefinisikan sebagai suatu gangguan
autoimun
yang
ditandai
dengan trombositopenia
yang
menetap
akibat
ITP
pada
anak
dapat
meliputi
terapi
suportif
dan
33