PENDAHULUAN
subunit hanya merupakan langkah awal, namun itu merupakan dasar untuk
rekonstruksi defek wajah yang memadai.
Tidak ada satu pun flap yang optimal untuk setiap defek. Setiap defek harus
secara individual dianalisis untuk kedalamannya, distorsi subunit di sekitarnya, dan
jaringan normal yang tersedia untuk rekonstruksi. Berdasarkan analisis ini, flap yang
sesuai atau kombinasi flaps dapat dipilih. Ahli bedah plastik dan rekonstruktif harus
menyadari seluruh armamentarium flap lokal sehingga mereka dapat lebih mudah
memvisualisasikan berbagai kombinasi flaps dan memprediksi keberhasilan mereka.
Penguasaan penggunaan flaps lokal membutuhkan kemampuan untuk memprediksi
hasil jangka panjang dan mengantisipasi jaringan parut dan kontraktur yang tak
terelakkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1. Definisi
Sebuah skin flap terdiri dari jaringan kulit dan subkutan yang masih dapat
bertahan bergantung pada suplai darahnya sendiri. Skin flap diklasifikasikan
berdasarkan sumber dan pola suplai darah tersebut.1 Yang paling mendasar pada skin
flap kulit yaitu berdasarkan pada suplai darah non-spesifik atau "acak" dari pleksus
subdermal.
Jadi, flap adalah suatu massa dari jaringan untuk pencangkokan, biasanya
termasuk kulit, hanya sebagian diambil dari salah satu bagian tubuh sehingga dapat
mempertahankan suplai darahnya sendiri selama pentransferan ke bagian tubuh yang
lain.2 Sedangkan skin flap adalah massa yang tebal dan utuh atau flap jaringan yang
mengandung epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.3
Tampaknya terdapat kebingungan antara istilah skin flap dan skin graft karena
banyak kalangan medis dan keperawatan menggunakan kata-kata skin graft dan skin
flap seolah-olah kata tersebut bermaksud sama. Dalam banyak hal, keduanya
berhubungan, namun, keduanya benar-benar berbeda dalam sifat intrinsik dan teknik
bedah mereka.
Sebuah graft atau flap dapat terdiri dari jenis jaringan yang sama yaitu, dapat
berupa kulit, lemak, tendon, tulang, saraf, dll. Perbedaan utamanya adalah bahwa flap
memiliki suplai darah sendiri, dan graft tidak, dan karena itu memerlukan landasan
vaskular yang baik untuk bertahan hidup. Kita sering mendengar tentang istilah
cangkok kulit (skin graft), atau cangkok tulang (bone graft). Jaringan-jaringan ini
diambil dari lokasi tertentu di tubuh yang mampu untuk memberikan sebagian dari
arsitektur mereka tanpa harus mengganggu fungsi dari bagian tubuh yang diambil
potongannya untuk cangkok tersebut. Area tempat diambilnya jaringan yang
didonorkan disebut situs donor. Setelah situs donor diambil, kulit atau tulang dapat
ditempatkan di daerah baru pada tubuh yang membutuhkan jaringan ini dan akhirnya
3
tumbuh ke dalamnya dengan pembuluh darah dan sel-sel di sekitarnya yang baru.
Inilah sebabnya mengapa landasan, area yang mendapat cangkok, sangat penting
untuk dipersiapkan dengan baik. Cangkok hanya hanya bisa bertahan dengan baik
ketika terpelihara dengan suplai darah yang baik.4
2.2.Sejarah flap
Klasifikasi flap didasarkan pada paradigma yang terus berkembang selama
ditemukannya kegunaan baru dan flap-flap baru. Laporan yang paling awal tentang
sebuah facial flap (the midline forehead flap) ditemukan dalam sebuah kitab suci
agama Hindu, Sushruta Samhita, pada tahun 600 SM. Perkembangan flap sebagian
besar terabaikan atau diturunkan kepada mereka yang bukan berasal dari keturunan
pendeta Hindu pada periode antara kemunculan kepercayaan Budha di India sampai
dengan abad ke-16. Pada tahun 1500-an, Tagliacozzi menyempurnakan arm-pedicled
technique untuk rekonstruksi nasal yang kemudian dikenal sebagai metode Italia.
Metode Hindu tersebut diperkenalkan kepada komunitas masyarakat yang berbahasa
Inggris dengan sebutan B.L dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada
Gentlemans Magazine di London pada tahun 1794. Ini melahirkan sebuah era baru
dan disinyalir sebagai kelahiran kembali bedah rekonstruksi. Pada tahun 1863, John
Wood melaporkan pertama kali tindakan groin flap untuk menangani deformitas pada
tangan akibat luka bakar yang berat pada anak wanita usia 8 tahun. Tiga dekade
kemudian, seorang ahli bedah Italia, Ignio Tansini (1892), pertama kali
memperkenalkan tindakan latissimus dorsi flap untuk merekonstruksi defek mammae
yang telah dilakukan radical removal cancer. Flap kulit pada awalnya hanya berupa
flap kulit dan jaringan lemak subkutan, namun saat ini hal tersebut berkembang
hingga termasuk fasia, otot, tulang, serabut saraf, omentum dan jaringan lain 5,6,7
Flap kulit dapat diambil dalam berbagai cara dan bentuk dalam rangka
menutup defek jaringan yang ada pada daerah resipien.
Flap kulit digunakan sebagai penutup luka saat kemampuan vaskuler dari
dasar luka dianggap tidak mencukupi kebutuhan yang diperlukan pada skin graft.4
4
Ini,
pada
gilirannya,
dipasok
oleh
arteri
septokutaneous
dan
muskulokutaneus yang lebih dalam, yang tegak lurus terhadap permukaan kulit.
Jaringan kerja ini menyediakan sumber yang kaya suplai darah ke kulit.
Merupakan dasar dari flap neurocutaneus yang dapat di angkat tanpa khawatir
terganggu fungsi sensasinya. Flap ini terbatas jumlahnya pada ekstremitas bawah
(gambar 2.2).
10
Tipe B (gambar 2)
11
Tipe C (gambar 3)
Flap mendapat aliran darah dari multiple small perforator dari sepanjang pedikel
kulit.
Tipe D (gambar 4)
12
Aliran darah fasciocutaneus perforator dari kulit dan otot serta tulang yang
berdekatan.
13
Vaskularisasi flap harus dipahami untuk desain dan diseksi yang tepat. Desain
flap untuk menghindari ketegangan pada pedikel, dengan memperhatikan secara
seksama garis tegangan kulit yang rileks, sifat elastis dari kulit, dan titik pivot flap
tersebut. Flap sering dirancang lebih panjang dan lebih lebar dari yang dibutuhkan.
Titik donor dapat ditutup terutama, dengan skin graft, atau dengan flap kulit lain.10
Flap bisa diubah-ubah dalam berbagai cara untuk memenuhi persyaratan
tertentu, termasuk sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
kelangsungan hidupnya.13
Delaying sebuah flap juga dapat meningkatkan panjang kulit yang dapat
berhasil ditransfer. Dalam proses ini, ambil skin flap dalam 2 tahap bukannya
1, yang memungkinkan sekitar 7-14 hari di antara 2 prosedur. Diseksi atau
membagi flap secara sebagian, untuk menjaga sejumlah suplai darah tetap
utuh, dan meninggalkannya di sumber aslinya. Teori yang menjelaskan
fenomena keterlambatan termasuk vasodilatasi yang disebabkan oleh kondisi
simpatektomi dan hiperadrenergik bertahan 18-36 jam setelah flap diangkat.
Namun, pada periode vasokonstriksi ini tidak terjadi pada tahap kedua.
Delaying sebuah skin flap meningkatkan vaskularisasi dan prasyarat flap dari
kemungkinan iskemia.14
14
Penyebab Pascaoperasi
15
BAB III
16
KESIMPULAN
Sebuah skin flap terdiri dari jaringan kulit dan subkutan yang masih dapat
bertahan bergantung pada suplai darahnya sendiri. Skin flap diklasifikasikan
berdasarkan sumber dan pola suplai darah tersebut.1 Yang paling mendasar pada skin
flap kulit yaitu berdasarkan pada suplai darah non-spesifik atau "acak" dari pleksus
subdermal.
Jadi, flap adalah suatu massa dari jaringan untuk pencangkokan, biasanya
termasuk kulit, hanya sebagian diambil dari salah satu bagian tubuh sehingga dapat
mempertahankan suplai darahnya sendiri selama pentransferan ke bagian tubuh yang
lain.2 Sedangkan skin flap adalah massa yang tebal dan utuh atau flap jaringan yang
mengandung epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.3
Tampaknya terdapat kebingungan antara istilah skin flap dan skin graft karena
banyak kalangan medis dan keperawatan saya menggunakan kata-kata skin graft dan
skin flap seolah-olah kata tersebut bermaksud sama. Dalam banyak hal, keduanya
berhubungan, namun, keduanya benar-benar berbeda dalam sifat intrinsik dan teknik
bedah mereka.
Setelah desain dan pelaksanaan flap berhasil, pemantauan flap untuk
keberlangsungannya sebagai pengenalan dini terhadap iskemia penting dalam
mencegah nekrosis flap yang bisa saja terjadi, yang mana dapat menyebabkan
kegagalan skin flap.
DAFTAR PUSTAKA
17
18
9. Gordon H, The groin flap: a new technique to repair traumatic tissue defects,
CMA journal, March 19, 1977 Vol 166.
10. Lamberty BGH, Healy C. Flaps: Physiology, principles of design, and pitfalls.
In: Cohen M, ed. Mastery of Plastic and Reconstructive Surgery. Vol 1.
Boston: Little, Brown and Co;1994:56 - 70.
11. Abbase EA, Shenaq SM, Spira M, el-Falaky MH. Prefabricated flaps:
experimental and clinical review. Plast Reconstr Surg. Oct 1995;96(5):121825.
12. Kayser MR. Surgical flaps. Dallas: Selected Readings in Plastic Surgery; Vol
9, No 2:1999. Barton FE Jr, ed., Selected Readings in Plastic Surgery.
13. Bauer BS, Margulis A. The expanded transposition flap: shifting paradigms
based on experience gained from two decades of pediatric tissue expansion.
Plast Reconstr Surg. Jul 2004;114(1):98-106.
14. Ghali S, Butler PE, Tepper OM, Gurtner GC. Vascular delay revisited. Plast
Reconstr Surg. May 2007;119(6):1735-44.
15. Fisher J, Gingrass MK. Basic principles of skin flaps. In: Georgaide GS,
Riefkohl R, Levin LS, eds. Textbook of Plastic, Maxillofacial, and
Reconstructive Surgery. Baltimore: Williams and Wilkins; 1997:19-28/Chapter
4.
19