Anda di halaman 1dari 19

REVIEW PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI PADA AKNE VULGARIS

Akne adalah penyakit berupa kelainan pada kompleks pilosebasea yang


melibatkan kelainan pada produksi sebum oleh kelenjar sebasea, deskuamasi epitel
folikuler, proliferasi bakteri dan inflamasi. Terapi umum yang digunakan dalam
penanganan akne diantaranya retinoid oral dan sistemik, obat anti mikroba, dan obatobatan hormonal sistemik. Terapi kombinasi antara antibiotik dan retinoid topikal
dapat memperbaiki deskuamasi epitel fulikuler kelenjar sebacea dan menghambat
proliferasi bakteri. Retinoid baru seperti adapalence memiliki efek tambahan berupa
anti inflamasi selain efeknya terhadap komedo. Kombinasi retinoid dan anti biotik
oral maupun topikal merupakan inisiasi terapi yang rasional untuk sebagian besar
kasus akne termasuk akne yang berat. Retinoid juga dapat digunakan untuk
maintenance jangka panjang untuk mencegah timbulnya komedo dan inflamasi pada
lesi akne dan untuk mengurangi penggunaan antibiotik dalam penanganan akne
jangka panjang sehingga dapat mengurangi resiko resistensi bakteri. (J Am Acad
Dermatol 2003;49:S200-10.)
Akne vulgaris adalah kelainan dermatologi yang paling umum yang diderita
sekitar 85% individu antara usia 12 dan 24 tahun. Meskipun akne paling umum
terjadi dalam kelompok usia ini, penyakit ini dilaporkan terjadi pada 8% orang
dewasa berusia 25 sampai 34 tahun dan 3% pada orang berusia 35-44 tahun. Di
Amerika Serikat saja, lebih dari 50 juta orang diperkirakan menderita akne dalam
berbagai manifestasi klinis, dan lebih dari 17 juta mengalami akne vulgaris. Sepertiga
dari pasien ini memerlukan penanganan medis. Prevalensi penyakit ini cukup tinggi,
yaitu 20% dari semua kunjungan ke ahli kulit.
Jerawat bisa bertahan selama bertahun-tahun, dan meskipun tidak memiliki
urgensi dan kondisi yang mengancam jiwa, namun resiko jangka panjang dapat
menjadi signifikan. Kondisi fisik dan jaringan parut yang ditimbulkan sering kali
menimbulkan dampak psikologis, dan penderita sering secara signifikan terganggu

secara psikososial, mengurangi rasa percaya diri yang mengganggu secara emosional
disebabkan oleh cacat yang dirasakan.
Hal tersebut dapat dikurangi tingkat keparahannya. Pengobatan yang efektif
sangat penting untuk mengurangi keparahan dan potensi kekambuhan penyakit.
Kebanyakan pasien memiliki 2 jenis lesi yaitu lesi non inflamasi dan lesi inflamasi.
Pada kasus ringan, lesi non inflamasi endominasi, dengan sesekali terdapat papula
atau pustula, sedangkan kasus moderat terdapat papula dan pustula yang
mendominasi lesi. Lesi nodular merupakan bentuk lesi yang paling parah dari kasus
akne vulgaris
Artikel ini mereview penanganan medis yang tersedia untuk jerawat, atas dasar
efek mereka terhadap faktor patogenesis yang mendasari penyakit. Terdapat bukti
bahwa kombinasi dari retinoid topikal dengan antimikroba topikal atau oral adalah
rasional dan merupakan pendekatan yang efektif untuk mengobati semua termasuk
bentuk yang paling parah dari jerawat. Sebuah algoritma diusulkan untuk penggunaan
optimal dari terapi tunggal dan kombinasi mencakup spektrum gejala jerawat dan
keparahannya
PATOGENESIS AKNE
Patogenesis jerawat multifaktoral, melibatkan seborrhea, proliferasi mikroba,
peradangan, dan deskuamasi abnormal epitel folikel (Gambar 1) .Produksi sebum
yang berlebihan, yang dipengaruhi perubahan hormonal (khususnya, peningkatan
produksi androgen yang terkait dengan

pubertas) diikuti oleh deskuamasi yang

abnormal dari folikel corneocytes. Campuran sel deskuamasi dan sebum menciptakan
lingkungan untuk proliferasi Propionibacterium acnes. faktor kemotaktik yang
dihasilkan oleh P acnes menarik limfosit dan neutrofil, serta memicu produksi
molekul proinflamasi lainnya
Baru-baru ini, peran aktivasi Toll-like receptor dinding sel peptidoglikan P acnes
memberikan penjelasan molekuler mengenai peradangan di acne. P acnes juga dapat
menginduksi folikel keratinosit untuk melepaskan interleukin-1, yang menyebabkan

keratinosit berkembang biak dan berperan dalam pembentukan microcomedo


praklinis

TERAPI AKNE VULGARIS


Kebanyakan dermatologis setuju bahwa pilihan agen yang digunakan untuk
mengobati jerawat melibatkan integrasi beberapa faktor seperti tingkat keparahan
lesi, durasi penyakit, riwayat respon dan respon saat ini pada terapi, dan
kecenderungan timbulnya jaringan parut dan pigmentasi postinflammatory. Oleh
karena itu terapi disesuaikan dengan individu pasien tergantung pada jenis dan tingkat
keparahan akne yang diderita. Terdapat berbagai macam pengobatan sistemik dan

topikal yang tersedia, yang meliputi semua varian penyakit (Gambar 2). Tidak ada
satupun terapi topikal yang efektif dalam mengobati semua faktor patogen. Juga, dari
terapi obat yang biasa diresepkan, hanya isotretinoin sistemik dan terapi hormonal
(seperti cyproterone asetat spironolactone, dan kombinasi etinil estradiol dengan
norgestimate dan levonorgestrel) yang efektif untuk supresi kelenjar sebasea.
Antibiotik oral.
Antibiotik oral yang diresepkan untuk jerawat termasuk tetrasiklin (tetrasiklin,
minocycline,

doxycycline,

dan

lymecycline),

eritromisin,

klindamisin

dan

kotrimoksazol, semuanya efektif terhadap P acnes. Selain memiliki efek antimikroba,


tetrasiklin dan eritromisin juga memiliki beberapa efek terkait aktivitas antiinflamasi.
Antibiotik oral ini merupakan agen yang efektif dalam manajemen akne sedang
sampai parah. Namun, semua antibiotik sistemik memiliki efek samping berupa
gangguan pencernaan, kandidiasis vagina, pseudomembran kolitis, dan, dalam kasus
minocycline, gangguan vestibular serta fototoksisitas dengan doxycycline. Mereka
juga telah dikaitkan dengan efek pada sistem saraf pusat, seperti pseudotumor cerebi
dan gangguan kekebalan tubuh, seperti lupus erythematous. Potensi munculnya
resistensi bakteri juga perlu dipertimbangkan.
Retinoid oral.
Perkembangan retinoid untuk jerawat dimulai dengan terapi sistemik dengan
lisan vitamin A (retinol). Ini dilaporkan mengurangi jumlah lesi jerawat secara
signifikan dengan masa pengobatan dari 3 sampai 4 months. Pada akhir 1970,
isotretinoin sistemik ditemukan sangat efektif untuk jerawat parah dan nodulocystic
pada pasien yang tidak responsif terhadap terapi lain. Terapi ini sangat efektif dalam
mengobati jerawat parah, menjadi satu-satunya agen yang mempengaruhi semua
bidang patofisiologi jerawat. Jika tidak ada efek samping yang signifikan, agen ini
akan menjadi agen yang paling ideal dalam pengobatan jerawat.

Pengobatan topikal
Pengobatan topikal umumnya direkomendasikan untuk jerawat ringan sampai
sedang. Banyak jenis obat digunakan, beberapa hanya tersedia di negara tertentu.
Produk topikal yang paling sering diresepkan adalah antibiotik dan retinoid, dengan
agen lainnya termasuk benzoil peroksida, asam salisilat, asam azelaic, dan asam
alpha-hydroxy.
Antibiotik topikal.
Antibiotik topikal, termasuk klindamisin dan eritromisin, tersedia dalam
beberapa macam sediaan, diantaranya solusio, lotion, gel, serta dalam kombinasi
dengan benzoil peroksida. Agen ini mengurangi populasi P acnes di saluran
pilosebaceous dan memiliki efek komedolitik ringan, mengurangi P acnes dan

produksi interleukin-1. Mereka juga menunjukkan efek antiinflamasi ringan dengan


menekan leukosit chemotaxis. Dalam uji klinis dengan terapi topikal dan antibiotik
sistemik, pengurangan jumlah komedo dilaporkan kecil (20%), tetapi konsisten. Hal
ini kontras dengan penurunan 60% pada terapi dengan tretinoin, adapalene dan
azarotene. Semua terapi topikal antibiotik dapat menyebabkan iritasi, tapi efek
samping lain yang lebih ringan dibanding antibiotik sistemik
Topikal retinoid.
Retinoid adalah komedolitik yang paling efektif dalam pengobatan akne. Agen
retinoid ini menghambat komedogenesis dengan menghambat deskuamasi epitel
folikular. Mencegah pembentukan prekursor lesi akne dan

komedo sehingga

meminimalkan terjadinya inflamasi pada lesi akne dan komedo. Agen ini juga mampu
mengurangi lesi yang sudah muncul sebelumnya.
Dulu retinoid digunakan terutama pada pasien dengan akne komedonal (lesi non
inflamasi) Namun retinoid juga menunjukkan aktivitas pada lesi akne inflamasi
secara langsung dengan efek immunomodulator dan dengan menghambat
terbentuknya komedo. Diketahui bahwa komedo merupakan prekursor akne baik
inflamasi maupun non inflamasi sehingga topikal retinoid menjadi agen yang unggul
dalam terapi akne baik inflamasi maupun non inflamasi. Retinoid topical lebih dapat
ditoleransi sehingga dapat dipakai bersama dengan antimikroba yang dimulai dari
awal terapi untuk akne yang meradang, fungsi ini lebih baik jika dibandingkan
dengan penggunaan awalnya sebagai obat yang berfungsi untuk menghilangkan
komedo yang diawali dengan penggunaan antibiotik.
Retinoid topikal telah diresepkan selama lebih dari 30 tahun dalam
pengobatan akne vulgaris, dengan tretinoin topikal agen pertama yang digunakan20.
Komponen senyawa yang pertama yaitu retinol (vitamin A)dan turunannya seperti
retinaldehid, all-trans-retinoic acid (tretinoin) dan 13-cis-retinoic acid (isotretinoin).
Setelah ini, senyawa monoaromatic generasi kedua dikembangkan. Senyawa ini
merupakan analog sintetis untuk senyawa-generasi pertama, di mana sebagian dari
molekul diubah. Penelitian terbaru dikembangkan polyaromatic retinoid generasi

ketiga, di mana dasar molekulnya mengalami modifikasi secara luas dan


menghasilkan senyawa seperti adapalene, arotinoid, dan tazarotene21,22.
Tretinoin merupakan senyawa andalan dari retinoid topikal selama beberapa
dekade. Penggunaannya telah dibatasi karena terjadinya rasa seperti terbakar pada
akne untuk beberapa orang dan iritasi yang lama setelah memulai terapi dengan ini23.
Pengguna dengan kulit sensitif, yang biasanya dapat menyebabkan iritasi lokal jarang
dijumpai pada penggunaan third generation retinoid topical, seperti adapalene.
Beberapa uji klinis berusaha membandingkan adapalene dengan tretinoin, dan
dengan uji metaanalisis yang dilakukan dari 5 percobaan yang melibatkan total 900
patients24. Setelah 12 minggu terapi, hasil menunjukkan bahwa kedua agen samasama efektif dalam mengurangi total jumlah lesi akne, dengan adapalene lebih cepat
onset kerjanya (Gambar 3), dan menunjukkan hasil kuranng signifikan bila
dihubungkan dengan iritasi kulit (Gambar 4). Tes iritasi ringan dilakukan pada kedua
kelompok perlakuan. Tes iritasi tertentu telah mengkonfirmasi bahwa adapalene
memiliki potensi rendah untuk menyebabkan iritasi kulit dengan hasil iritasi kurang
signifikan25. Hal ini mungkin karena adapalene memiliki aktivitas antiinflamasi
intrinsik yang dapat mengurangi efek iritasi dan meningkatkan toleransi.
Dalam percobaan klinis membandingkan tazarotene 0,1% geldan tretinoin
0,1% gel microsponge, pengobatan tazarotene dikaitkan dengan angka signifikansi,
lebih besar kejadian keberhasilan pengobatan dan pengurangan lesi inflamasi pada
penggunaan tretinoin26. Namun, pengobatan tazarotene tidak berhubungan dengan
peningkatan klinis yang berarti dalam tolerabilitas. metode kontak singkat dengan
tazarotene akhir-akhir ini sudah dilakukan dengan menggunakan randomized,
vehicle-controled

trial

dalam

upaya

untuk

mengurangi

iritasi

kulit

akibat tazarotene27. Meskipun tazarotene lebih berkhasiat dibandingkan plasebo iritasi


kulit lokal masih dilaporkan terjadi oleh sejumlah besar pasien yang menerima
tazarotene.
Retinoid topikal dapat secara efektif mengurangi jumlah komedo dan lesi
inflamasi.

Studi

menggunakan

retinoid

topikal

sebagai

monoterapi

telah

menunjukkan tidak hanya pengurangan komedo yang signifikan, tetapi juga


penurunan yang signifikan untuk lesi papulopustular (Gambar 5) 0,28-30 Gambar 6
menggambarkan efek dari retinoid topikal yang digunakan pada inflamasi akne wajah
dengan derajat lesi moderat selama periode pengobatan 12 minggu. Semua manfaat
retinoid topikal dalam fase inflamasi pada akne nampak efeknya pada microcomedo,
bekerja pada precursor lesi inflamasi dan non-inflammasi. Baru-baru ini ditemukan
efek yang lain yaitu menurunkan efek regulasi dari Toll-like reseptor yang
mendukung
potensi dari inflamasi akne10.
Benzoil peroksida. Benzoil peroksida sering digunakan sebagai terapi lini
pertama untuk kasus akne ringan sampai sedang. Terapi ini terbukti efektif selama
bertahun-tahun dan sudah tersedia di beberapa negara. Benzoil peroksida memiliki
efek antibakteri yang kuat dan secara signifikan dapat mengurangi kolonisasi P.
acnes, dengan tidak ada bukti untuk terjadi resistensi bakteri. Namun, benzoil
peroksida dapat menyebabkan kulit iritasi dan kering31,32 dan 1% dari pasien, mungkin
dapat mengakibatkan

kontak

alergi33.

Pemakaian

benzoil

peroksida

dapat

menyebabkan pakaian menjadi putij. Benzoil peroksida memiliki sedikit efek pada
komedo.
Produk lain. Asam salisilat memiliki efek keratolitik dan menghancurkan
komedo peghancuran folikel plug dan dengan mengurangi tingkat deskuamasi folikel.
Asam salisilat digunakan dalam 5% sampai 10% persiapan terapi dan dapat
digunakan sebagai tambahan untuk terapi lain. Namun, asam salisilat juga merupakan
iritan, dapat menyebabkan eritema dan menyebabkan pengelupasan kulit,9,35 dan
bahkan eksaserbasi lesi inflamasi dari akne.
Asam azelaic adalah asam dikarboksilat alami yang menghambat sintesis
DNA dari keratinosit dan dilaporkan memiliki aktivitas komedolitik36,37. Asam azelaic
juga dilaporkan memiliki beberapa efek antimikroba pada Staphylococcus
epidermidis dan P acnes2. Namun, tergantung dosis dan pada konsentrasi yang lebih
tinggi, dapat menghasilkan efek seperti terbakar6. Penelitian di Eropa menunjukkan

bahwa 20% penggunaan asam azelaic dalam persiapan terapi yang diterapkan 3 kali
per hari, sama efektifnya dengan antibiotik topikal atau sistemik,38 tapi hasil ini belum
dikonfirmasi lebih lanjut. Asam alpha-hydroxy dilaporkan memberikan beberapa
perbaikan untuk akne, namun belum dikonfirmasi lebih lanjut penggunaannya6.
Rasionalisasi Penggunaan Kombinasi Terapi
Karena sifat multifaktorial patogenesis akne, kombinasi yang berbeda dari
obat dapat mempengaruhi patofisiologi. Tidak ada terapi tunggal dapat menghambat
pertumbuhan inflamasi P acnes dan comedogenesis yang seefektif antibiotik dan
retinoid yang dikombinasikan1,19,23.
STUDI KLINIS PADA KOMBINASI TERAPI
Studi klinis telah menilai efektivitas dan keamanan obat kombinasi untuk
akne. Studi ini menunjukkan secara signifikan memberikan hasil lebih besar dan lebih
cepat dengan terapi kombinasi dibandingkan dengan kombinasi tunggal saja.
Kombinasi antibiotik topikal ditambah topikal benzoil peroksida, retinoid topikal
ditambah antibiotik topikal atau oral, dan retinoid topikal ditambah topikal benzoil
peroksida dan semua antibiotik sudah memberikan efek yang signifikan.
Topikal antibiotik ditambah benzoil peroksida
Kombinasi

antibiotik

topikal,

eritromisin,

dan

benzoil

peroksida

(Benzamycin) dilaporkan memiliki efek aditif dibandingkan dengan agen


monotherapies lain39. Hasil yang sama dilaporkan dengan gel kombinasi klindamisin
dan benzoil peroxide40,41. Meskipun kedua agen ini efektif terhadap P acnes,
pertumbuhan bakteri hanya merupakan faktor tunggal dalam patogenesis yang
kompleks dari akne. pengobatan komedo dengan terapi kombinasi menjadi
baik sebagai benzoil peroksida maupun antibiotik hanya berperan sebagai
komedolitik dengan efek minimal. Kombinasi obat ini mencegah munculnya strain P
acnes yang resisten dan merupakan pilihan kombinasi obat yang bagus jika diberikan

dengan

retinoid

topikal.

Obat

kombinasi yang menghambat kolonisasi bakteri, memiliki efek antiinflamasi dan


mengontrol

comedogenesis

(Misalnya,

kombinasi

antibiotik-retinoid)

lebih

strategies1,19,23, rasional dan efektif


Terapi kombinasi dengan retinoid topikal
Retinoid topikal telah digabungkan dengan antibiotik topikal atau benzoil
peroksida bertujuan agar lebih efektif mengobati komedo dan lesi inflamasi dari akne.
Mekanisme
dari obat kombinasi bekerja dengan saling melengkapi.

aksi

Gambar 3. Khasiat adapalene dibandingkan tretinoin: persentase Perubahan total lesi


dihitung dari awal setelah 12 minggu pengobatan dengan adapalene 0,1% gel dan
tretinoin 0,025% gel: gabungan hasil dari 5 percobaan acak. Dicetak ulang dengan
izin dari British Journal of Dermatology24

Gambar 4. Tolerabilitas dari adapalene dibandingkan tretinoin: Mean


objective score dan skor rata-rata keseluruhan untuk efek samping yang dilaporkan
degan penggunaan adapalene 0,1% gel dan tretinoin 0,025% gel: gabungan hasil dari
5 percobaan acak. Mean objective score = average score eritema, scaling dan
kekeringan. Secara keseluruhan mean skor = skor rata-rata antara eritema, scaling,
kekeringan dan rasa terbakar dan pruritus (langsung atau persisten).

Gambar 5. Efikasi adapalene gel 0.1% mengurangi inflamasi dan noninflamasi lesi akne. Dimodifikasi dengan permisi dari Mosby.

Terapi kombinasi dengan retinoid topikal


Retinoid topikal telah digabungkan dengan antibiotik oral atau topikal atau benzoil
peroksida dengan tujuan lebih efektif mengobati komedo dan lesi inflamasi akne.
Mekanisme aksi dari obat saling melengkapi. Retinoid komedolitik dan antiinflamasi,
antibiotik antimikroba, antiinflamasi, dan komedolitik sedang (oleh mekanisme yang
berbeda dengan yang retinoid), dan benzoil peroksida adalah antimikroba dan sedikit
komedolitik. Tindakan dari retinoid dan antimikroba dapat membantu untuk
menjelaskan hasil secara signifikan lebih besar dan lebih cepat diperoleh dengan
terapi kombinasi. Kedua komedo dan lesi inflamasi menunjukkan penurunan lebih

besar selama pengobatan dengan kombinasi antibiotik ditambah retinoid topikal


dibandingkan dengan menggunakannya sendiri. Akibat aksi normalisasi deskuamasi
dan mengurangi comedogenesis, retinoid topikal juga memungkinkan terapi topikal
lainnya untuk menembus lebih efektif ke dalam folikel subkutan dan dengan
demikian mengobati kolonisasi bakteri lebih efektif

Fig 6. Efek retinoid topikal sebagai terapi tunggal dalam lesi akne di wajah dengan
inflamasi sedang
Retinoid topikal dikombinasikan dengan antibiotik topikal. Retinoid topikal dalam
kombinasi dengan antibiotik topikal, terutama klindamisin dan eritromisin, telah
dibuktikan dalam berbagai uji klinis lebih efektif daripada diberikan tunggal untuk
pasien dengan akne ringan sampai sedang.42,44,46 Penggunaan bersamaan
klindamisin topikal dengan topikal retinoid tretinoin telah terbukti lebih efektif dalam

mengurangi jumlah lesi dari baik agen digunakan sebagai monoterapi. Dalam sebuah
studi dari 64 pasien, clindamycin gel topikal 1% dikombinasikan dengan tretinoin
topikal gel 0,025%, dan hasilnya dibandingkan dengan mereka yang memakai terapi
tunggal. Setelah 8 minggu pengobatan, pasien yang menerima terapi kombinasi
menunjukkan peningkatan numerik baik komedo dan lesi inflamasi atas pasien yang
menerima tretinoin saja dan perbaikan yang signifikan atas mereka dengan
klindamisin saja.44 Kombinasi itu lebih baik ditoleransi daripada tretinoin saja,
mungkin karena klindamisin diyakini mengurangi efek iritan dari tretinoin.46
Diterbitkan sebagai Penelitian dalam suplemen ini, percobaan klinis terbaru
menunjukkan bahwa rejimen kombinasi lotion topikal klindamisin 1% ditambah
adapalene gel 0,1% secara signifikan lebih efektif daripada klindamisin ditambah
kendaraan untuk pengobatan ringan sampai sedang akne vulgaris.42 jerawat Dengan
kombinasi adapalene, total inflamasi dan non inflamasi seluruh lesi secara signifikan
berkurang jumlahnya, respon secara signifikan lebih besar dan kemanjuran lebih
cepat terlihat, dan tidak ada beban tolerabilitas yang signifikan dilaporkan. Gambar 7
menggambarkan efek dari kombinasi klindamisin dan adapalene terapi pada lesi akne
wajah inflamasi ringan selama masa pengobatan 12 minggu. Akne inflamasi dengan
keparahan moderat terbukti merespon dengan baik untuk penggunaan berurutan dari
tretinoin topikal 0,05% dan topikal eritromisin 2%, dengan perbaikan klinis di papula,
pustula dan comedones.15,45 Kombinasi itu sinergis dan ditoleransi dengan baik. Uji
coba juga telah dilakukan pada preparat gel yang mengandung tretinoin 0,025%
ditambah eritromisin 4% dalam formulasi gabungan. Percobaan terbuka dan tersebar
selama 14 minggu di 1324 pasien praktek umum menegaskan khasiat yang baik dan
tolerabilitas profil kombinasi retinoid-antibiotik ini. Namun, dalam kasus ini, tidak
ada perbandingan langsung yang dibuat dengan agen individu sebagai monotherapy.

Gambar 7. Efek dari terapi kombinasi clindamycin dan adapalene pada akne wajah
dengan inflamasi sedang.

Fig 8. Efek dari terapi kombinasi Lymecycline dan adapalene pada lesi akne wajah.

Retinoid dikombinasikan dengan antibiotik oral.


Terapi kombinasi termasuk retinoid topical dan antibiotik oral juga memiliki peran
dalam pengobatan akne dengan inflamasi tingkat sedang dan berat. Antibiotik oral
tetrasiklin, doksisiklin,minocycline dan lymecycline digunakan dalam praktek klinik
dalam kombinasi dengan tretinoin topikal atau adapalene untuk mengobati seperti
kasus. Tretinoin topikal dikombinasi dengan tetrasiklin oral yang mengakibatkan
peningkatan khasiat dan respon lebih cepat terapi dalam mengurangi P acnes dalam 2
minggu pertama penggunaan daripada ketika salah satu agent diberikan sebagai terapi
tunggal. Kombinasi tretinoin topikal dan tetrasiklin oraljuga lebih efektif daripada
baik obat yang diberikan sendiri.Diterbitkan sebagai studi dalam suplemen ini,uji
klinis baru-baru ini meneliti profil klinis kombinasi adapalene dan lymecycline
(tetracycline tersedia di Eropa) untuk acne vulgaris.
Kombinasi adapalen gel 0,1% dan lymecyclin menghasilkan lebih cepat dan secara
signifikan lebih besar pengurangan jumlah komedo, baik lesi inflamasi maupun lesi
non-inflamasi, serta total lesi daripada pemberian lymecycline saja pada pasien
dengan akne cukup parah. Gambar 8 mengilustrasikan efek kombinasi terapi
lymecycline dan adapalene pada lesi akne wajah selama 12 minggu pengobatan.

Kombinasi retinoid dengan benzoil peroksida


Keberhasilan terapi kombinasi, khususnya tretinoin dan benzoil peroksida
telah dibuktikan melalui sebuah penelitian. Penelitian mengambil 400 pasien yang
menderita akne sedang sampai berat. 88,1% pasien yang menerima terapi kombinasi
tretinoin dan benzoil peroksida mengalami pengurangan lesi akne hingga 80-90%
setelah 6-8 minggu terapi. Kedua agen ini iritan, sehingga pada praktek sehari-hari
biasanya salah satu obat digunakan pagi hari dan obat yang lain digunakan malam
hari untuk meminimalisasi iritasi kulit. Namun pada penelitian ini ternyata kombinasi

dari tretinoin dan benzoil peroksida lebih sedikit menyebabkan iritasi daripada bila
digunakan sebagai monoterapi.
Retinoid topikal ditambah kombinasi benzoil peroksida dan antibiotik topikal
Penggunaan berurutan dari tretinoin dan kombinasi benzoil peroksida dan
eritromisin telah dibuktikan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi daripada 3
obat tersebut digunakan sebagai monoterapi. Cara penggunaannya adalah obat
pertama digunakan pada pagi hari dan lainnya pada malam hari untuk menghindari
terjadinya ketidakcocokan antar obat yang digunakan.
Insidensi resistensi terhadap antibiotik
Telah dilaporkan bahwa resistensi P. acnes terhadap eritromisin mulai
meningkat. Namun, telah disarankan bahwa meskipun penggunaan benzoil peroksida
untuk terapi dapat meningkatkan iritasi, kombinasi retinoid, benzoil peroksida, dan
antibiotic cocok untuk pasien yang membutuhkan terapi topikal tapi memiliki strain
P. acnes yang resisten atau pada pasien yang membutuhkan terapi antibiotik jangka
panjang.
Untuk menghindari potensi terjadinya resistensi bakteri, terapi antibiotik
sebaiknya dihentikan setelah lesi inflamasi yang baru berhasil dicegah. Terapi
maintenance jangka panjang (>3 bulan) dengan antibiotik tidak lagi banyak
dilakukan, pasien sebaiknya diberikan terapi hanya retinoid topikal saja atau
kombinasi dengan benzoil peroksida atau kombinasi benzoil peroksida dan antibiotik
topikal. Pemilihan terapi tersebut dapat meminimalisasi potensi terjadinya resistensi
bakteri dengan cara mengurangi paparan terhadap antibiotik, namun tetap dapat
menyebabkan pengurangan lesi akne secara cepat dan luas. Pilihan terapi ini juga
dapat membantu mempertahankan remisi tanpa terapi antibiotik jangka panjang.
Terapi maintenance untuk akne
Terapi maintenance dapat dilakukan menggunakan retinoid topikal sebagai
monoterapi. Sangat penting untuk tidak menghentikan pemakaian retinoid topikal

setelah lesi akne menghilang, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya relaps.
Penggunaan antibiotik sebagai terapi maintenance sebaiknya dihindari karena adanya
potensi terjadinya resistensi bakteri.
Terapi kombinasi untuk praktek
Akne dengan tingkat keparahan ringan dapat diterapi menggunakan retinoid
topikal kemudian ditambahkan terapi menggunakan antibiotik atau produk yang
mengandung benzoil peroksida apabila lesi inflamasi muncul. Apabila inflamasi
bertambah luas atau parah, kombinasi retinoid topikal dan antibiotik oral dapat
digunakan. Untuk akne berat pada wanita, terapi hormonal dapat digunakan,
sedangkan untuk pria, satu-satunya cara adalah menggunakan isotretinoid sistemik.
Pada pasien yang terapinya gagal atau pada pasien dengan papul/pustul yang parah
dan nodul akne yang parah membutuhkan isotretinoin sistemik. Ketika terapi
berhasil, dapat dilanjutkan terapi maintenance menggunakan retinoid topikal.
Kesimpulan
Retinoid topikal memiliki efek anti-inflamasi yang signifikan dan efek
samping yang mudah ditoleransi, yang membuat retinoid topikal cocok untuk
mengobati komedo. Selain itu, retinoid topikal apabila dikombinasikan dengan
antibiotik oral atau topikal juga dapat mengobati lesi akne dengan tingkat keparahan
ringan hingga sedang, sejak awal terapi dilakukan.
Penggunaan terapi kombinasi memiliki potensi untuk mencapai hasil yang lebih baik
dan lebih cepat, serta merupakan terapi yang praktis untuk dermatologist, mengarah
pada kepuasan pasien yang lebih tinggi dan terapi yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai