ABSTRAK
Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman mencakup wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Bantul. Besarnya penggunaan airtanah baik untuk keperluan rumah tangga, pertanian maupun industri di ketiga kabupaten
tersebut dapat menimbulkan degradasi kuantitas dan kualitas airtanah. Untuk mengatasi permasalah ini, maka perlu
dilakukannya evaluasi cadangan airtanah dan tingkat pemanfaatan airtanah. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk
mendapatkan data Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman yang meliputi geometri dan konfigurasi sistem akuifer, cadangan
airtanah statis, cadangan airtanah dinamis, nilai imbuhan, jarak minimum antar sumur pemompaan, dan tingkat pemanfaatan
airtanah. Metodologi penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yang terdiri atas tahap persiapan, pengambilan data sekunder,
analisis data dan tahap penyusunan laporan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, cadangan airtanah statis terbesar di
Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman terletak pada Kecamatan Pakem. Sementara itu, debit cadangan airtanah dinamis
terbesar berada pada Kecamatan Ngemplak. Perhitungan imbuhan menunjukkan nilai terbesar terletak di Kecamatan Pakem.
Sementara itu, kecamatan dengan jarak minimum antar sumur pemompaan terbesar adalah Kecamatan Bambanglipuro.
Tingkat pemanfaatan airtanah secara umum sangat dipengaruhi oleh geometri dan konfigurasi sistem akuifer cekungan
airtanah. Kecamatan-kecamatan yang berada pada tepi cekungan airtanah cenderung memiliki tingkat pemanfaatan airtanah
yang lebih tinggi dibandingkan daerah-daerah pada tengah cekungan.
Kata kunci: Cadangan airtanah, geometri, konfigurasi, cekungan airtanah
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Cekungan
Airtanah
Yogyakarta-Sleman
mencakup wilayah di lereng selatan Gunung Merapi yang
meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul yang saat ini telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat dalam bidang industri,
pertanian dan domestik dibandingkan beberapa tahun
yang lalu. Hal ini berimbas pada semakin tingginya
kebutuhan akan airtanah, sehingga akan menimbulkan
degradasi kualitas dan kuantitas airtanah. Untuk
mengatasi permasalah ini, maka perlu dilakukannya
pengelolaan airtanah yang meliputi beberapa macam
aspek, salah satu aspek pentingnya adalah evaluasi
cadangan airtanah, dan tingkat pemanfaatan airtanah di
Cekungan airtanah Yogyakarta-Sleman. Hasil dari
perhitungan cadangan airtanah dan pemanfaatan airtanah,
dapat digunakan untuk menghitung tingkat pemanfaatan
airtanah dan neraca pemanfaatan airtanah di Cekungan
airtanah. Dengan demikian, hasil dari pekerjaan tersebut
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu upaya
dalam menentukan langkah pendayagunaan airtanah agar
tercipta efektivitas dan efisiensi penggunaan airtanah
secara berkelanjutan.
I.2. Perumusan Masalah
5.
Satuan Dataran Fluvial
6.
Satuan Gumuk Pasir
7.
Satuan Bukit Terisolasi
II.3.b. Stratigrafi Regional Daerah Penelitian
Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman dari
empat (4) Formasi berumur tersier dan satu (1) Formasi
berumur kuarter (MacDonalds & Partners dalam Putra,
2003)
II.3.b.1. Batuan Tersier
Batuan Tersier ini merupakan basement dari
cekungan Merapi yaitu meliputi:
1.
Formasi Andesit Tua
2.
Formasi Sentolo
3.
Formasi Semilir
4.
Formasi Nglanggran
5.
Formasi Volkanik Merapi Tua
II.3.b.2. Batuan Kuarter
A. Formasi Volkanik Merapi Muda
Dibedakan menjadi 2 formasi, yaitu Formasi
Sleman dan Formasi Yogyakarta (MacDonald dan
Partners, 1984).
B. Formasi Wates
C. Gumuk Pasir
II.3.c. Struktur Geologi Regional Daerah Penelitian
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah
yang terdapat pada zona lempeng aktif. Sesar utama
dengan arah relatif selatan-timur laut ditafsirkan berada
sepanjang Kali Opak dan memanjang melewati Daerah
Istimewa Yogyakarta sampai Laut Selatan. Sesar yang
berpasangan juga memotong arah barat-timur wilayah
kaki Gunung Merapi dan membentuk graben, antara lain
Graben Yogyakarta dan Graben Bantul. Sesar-sesar ini
diperkirakan aktif hingga Pliosen Akhir dan mungkin
sampai Kuarter (Fakultas Teknik UGM, 2001).
II.4. Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah
Yogyakarta-Sleman
Berdasarkan konsep satuan hidrostratigrafi,
maka Konfigurasi Sistem Akuifer di Cekungan Airtanah
Yogyakarta-Sleman dapat dibedakan menjadi beberapa
satuan hidrostratigrafi yang terdiri dari (Hendrayana,
2011):
Dimana:
V
= Cadangan airtanah di dalam akuifer (m3)
S
= Koefisien kandungan airtanah (-)
Vak
= Volume zona jenuh air (m3)
Sedangkan untuk perhitungan volume zona
jenuh air di daerah penelitian secara numerik
menggunakan rumus dasar (Diktat Kuliah Hidrogeologi,
Suharyadi 1984):
Vak = A x B
Dimana:
Vak
= Volume zona jenuh air (m3)
A
= Luas daerah yang ditinjau (m2)
B
= Tebal zona jenuh air (m)
III.1.a. 2. Cadangan Airtanah Dinamis
Volume cadangan airtanah dinamis dalam
sistem akuifer yang ditinjau dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dasar:
Q=T.i.L
Keterangan:
Q
= Debit aliran airtanah (liter/detik)
T
= Transmisivitas (m2/hari)
i
= Landaian hidraulika (-)
L
= Lebar penampang (meter)
III.1.b. Daerah Imbuhan
Besarnya imbuhan pada akuifer dapat dihitung
dengan formulasi:
RC = P . A . Rf (%)
Keterangan:
RC
= Besarnya imbuhan (m3/tahun)
P
= Curah hujan rerata tahunan (mm/tahun)
A
= Luas area atau tadah hujan (m2)
Rf
= Persentase imbuhan
III.1.c. Jarak Minimum antar Sumur Pemompaan
Jarak minimum ditentukan oleh debit dan jarijari pengaruh pemompaan sumur terdekat yang ada. Jarijari pengaruh dapat dihitung dengan menggunakan rumus
dasar (Kusakin, dalam Hlting, 1989) yaitu:
.
R = 575 . Sw . T
Keterangan:
575 dan 3000
= Konstanta
Sw
= Penurunan air (meter)
T
= Transmisivitas (m2/hari)
K
= Koef. Permeabilitas (m/detik)
III.1.d. Pemanfaatan Airtanah
Perhitungan pemanfaatan airtanah dibedakan
menjadi Pemanfaatan Air Untuk Domestik (Rumah
Tangga) dan Pemanfaatan Air untuk Non Domestik (NonRumah Tangga) yang meliputi Pemanfaatan Air untuk
Pertanian, Pemanfaatan Air untuk Peternakan,
Pemanfaatan Air untuk Perikanan (Tambak), Pemanfaatan
Air untuk Pendidikan, Pemanfaatan Air untuk Hotel,
Pemanfaatan Air untuk Restoran, Pemanfaatan Air untuk
Peribadatan, Pemanfaatan Air Untuk Rumah Sakit
Sangat Tinggi
: Perbandingan pemanfaatan
dan cadangan airtanah> 30 %
III.2. Hipotesis
Gambar 1. Peta Zona Tingkat Pemanfaatan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta -Sleman
Kabupaten Bantul: Kecamatan Sewon memiliki total
cadangan airtanah dinamis yang paling besar di
Kabupaten Bantul, yaitu mencapai 340.482.837.768
Liter/Tahun. Sementara itu, total pemanfaatan airtanah di
Kecamatan ini mencapai 57.090.015.061 Liter/Tahun. Hal
ini menyebabkan rasio pemanfaatan dan cadangan
airtanah mencapai 16,77%, sehingga dengan persentase
tersebut, Kecamatan Sewon termasuk dalam tingkat
pemanfaatan airtanah sedang, artinya kondisi airtanah
pada daerah ini termasuk dalam kategori rawan.
Kecamatan Banguntapan, Bantul, Kasihan dan
Kecamatan Bambanglipuro memiliki total cadangan
airtanah dinamis yang beragam, berkisar antara
131.122.842.970
Liter/Tahun
311.210.106.016
Liter/Tahun. Kecamatan-kecamatan tersebut memiliki
total pemanfaatan airtanah berkisar antara 24.674.586.037
Liter/Tahun - 54.645.223.507 Liter/Tahun. Dari data
tersebut diketahi bahwa rasio pemanfaatan dan cadangan
airtanah berkisar antara 17,56% - 18,82%, dengan
persentase tersebut maka Kecamatan Banguntapan,
Bantul, Kasihan dan Bambanglipuro termasuk dalam
daerah dengan tingkat pemanfaatan airtanah sedang,
artinya kondisi airtanah pada daerah ini termasuk dalam
kategori rawan.
Tabel 1. Perhitungan Cadangan Air Tanah, Tingkat Pemanfaatan dan Neraca Pemanfaatan Air Tanah Sistem
Akuifer di CAT Yogyakarta-Sleman
Sleman
Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
39
40
41
42
43
44
45
46
47
Kab.
Bantul
No.
Kecamatan
Tempel
Turi
Pakem
Cangkringan
Ngemplak
Ngaglik
Sleman
Seyegan
Mlati
Depok
Berbah
Prambanan
Gamping
Godean
Minggir
Kalasan
Moyudan
Tegalrejo
Wirobrajan
Mantrijeron
Jetis
Gedongtengen
Danurejan
Umbulharjo
Kotagede
Mergangsan
Kraton
Gondomanan
Pakualaman
Ngampilan
Banguntapan
Sewon
Piyungan
Kasihan
Bantul
Jetis
Imogiri
Bambanglipuro
Pandak
Pundong
Srandakan
Pajangan
Sedayu
Kretek
Sanden
Pleret
Cadangan
Airtanah
Statis (m3)
Cadangan
Airtanah
Dinamis (lt/thn)
Imbuhan
(lt/thn)
467.151.531
581.726.370
701.660.312
598.930.597
617.049.086
590.806.801
480.936.192
298.297.908
430.103.137
423.317.215
210.637.891
120.818.717
201.818.461
200.599.214
196.130.437
457.870.115
160.434.452
63.937.976
37.291.291
47.666.665
34.243.633
21.381.984
17.211.899
101.388.417
34.761.567
39.365.964
31.229.453
20.250.803
13.114.723
16.179.070
225.341.220
249.089.338
60.949.130
173.234.303
117.353.283
125.932.955
26.014.049
50.072.389
91.109.903
55.705.974
31.779.732
17.103.992
63.210.672
44.181.944
38.304.357
38.721.764
124.628.864.975
90.509.846.656
43.169.446.691
243.755.665.137
1.505.905.684.679
215.394.809.151
81.025.037.865
108.397.397.561
135.464.219.120
230.440.244.393
46.128.868.742
69.491.081.497
29.609.656.229
27.450.353.720
344.506.832.640
645.680.502.346
327.953.270.880
82.045.761.420
31.874.152.425
49.736.423.912
44.767.263.359
48.277.621.988
16.498.411.562
37.932.573.900
25.769.826.360
48.904.644.095
41.849.534.645
54.050.783.297
45.388.254.558
41.240.198.060
275.845.321.241
298.775.317.278
18.948.992.786
94.280.234.661
234.354.553.190
52.065.838.634
9.282.180.096
255.215.659.660
51.724.446.563
47.325.165.607
21.343.320.150
10.564.259.458
28.175.670.169
73.539.384.366
39.519.863.747
24.462.571.219
26.428.292.444
32.742.572.405
42.392.512.435
34.067.016.609
25.683.773.731
28.717.116.059
23.361.537.807
15.856.256.284
16.789.857.821
20.164.027.010
11.669.689.231
7.707.733.158
12.955.003.657
14.633.438.351
18.052.915.209
18.111.950.765
19.589.066.218
1.507.596.843
799.863.224
1.113.056.968
845.521.812
435.011.987
446.025.751
3.570.635.556
1.389.509.663
1.079.879.137
690.671.851
485.998.801
376.518.198
328.195.956
9.431.985.600
8.503.761.186
4.247.326.154
7.771.258.457
6.106.496.002
6.268.786.491
1.918.170.721
5.841.778.732
6.944.352.376
4.107.533.203
5.636.607.895
2.484.841.406
8.800.990.848
6.009.202.220
6.159.199.794
3.079.265.556
Jarak
Minimum
antar
Sumur
Pemompaan
(m)
247
212
145
999
798
237
184
208
211
276
205
1.037
80
37
115
453
115
685
64
61
660
286
155
535
535
79
67
76
73
81
92
723
508
782
1.806
389
228
1.861
1.027
323
1.193
464
102
520
725
700
Total
Pemanfaatan
Airtanah
(lt/thn)
18.221.907.052
2.284.926.434
8.636.223.998
14.712.620.706
31.920.619.753
8.448.890.718
21.409.084.954
14.320.598.321
19.298.942.189
38.861.277.353
51.729.320.171
14.878.193.784
4.680.840.429
4.017.908.331
59.273.701.318
19.983.591.762
59.092.609.845
2.062.011.828
1.962.346.945
1.865.734.000
1.720.779.166
1.303.138.330
1.810.995.680
5.451.927.282
1.890.908.123
1.873.416.172
1.783.740.400
1.303.280.680
1.203.668.895
1.284.291.190
54.645.223.507
57.090.015.061
22.123.433.519
24.674.586.038
45.645.934.048
45.633.023.881
3.601.009.326
50.657.664.370
40.376.194.243
20.467.109.916
19.734.344.690
12.898.485.011
35.621.927.156
33.191.159.800
40.297.770.869
11.135.423.030
Ratio
Pemanfaatan
dan
Cadangan
(%)
Tingkat
Pemanfaatan
Airtanah
14,62
2,52
20,01
6,04
2,12
3,92
26,42
13,21
14,25
16,86
80,4
21,41
15,81
14,64
17,21
3,09
18,02
2,51
6,16
3,75
3,84
2,70
10,98
14,37
7,34
3,83
4,26
2,41
2,65
3,11
17,56
16,77
56,14
18,82
17,97
71,26
20,75
17,56
54,70
35,80
56,20
50,35
63,21
37,36
71,01
28,72
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Sangat Tinggi
Sedang
Sedang
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Kumpulan Panduan Teknis Pengelolaan
Air Tanah, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, Jakarta.
Anonim, 2011, Penentuan Geometri Cekungan dan
Konfigurasi Sistem Akuifer AirTanah
Cekungan
Yogyakarta-Sleman,
Dinas
Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi
Sumber Daya Mineral, Yogyakarta.
Anonim, 2012, Penyusunan Peta Zona Pengambilan
dan Pemanfaatan Airtanah di Kota
Yogyakarta,
Dinas
Pekerjaan
Umum,
Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral,
Yogyakarta.
Anonim, 2013a, Penyusunan Neraca Pengambilan Air
Tanah di CAT Yogyakarta-Sleman, Dinas
Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi
Sumber Daya Mineral, Yogyakarta.
Anonim, 2013b, Zona Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Tanah di Wilayah Kabupaten Sleman,
Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan
Energi Sumber Daya Mineral, Yogyakarta.
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai, Universitas GadjahMada
Yogyakarta
Bakosurtanal, 2000, Petunjuk Teknis Neraca
Sumberdaya
Lahan
Spasial,
Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Bear J., 1979, Hydraulics of Groundwater, McGraw-Hill,
Inc., New York.
Danaryanto H., Kodoatie R. J., Hadipurwo S., Sangkawati
S., 2008, Manajemen Air Tanah Berbasis
Cekungan Air Tanah, Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Putra D.P.E., 2003, Integrated Water Resources
Management In Merapi - Yogyakarta Basin,
Universitas Gadjah mada, Yogyakarta. (Tidak
Dipublikasikan).
Fakultas Teknik UGM, 2001, Evaluasi Potensi Air
Bawah Tanah di Zona Akuifer Merapi
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Tidak
Dipublikasikan).
Fetter C.W., 2001, Applied Hydrogeology Fourth
Edition, Prentice Hall, Inc., Upper Sadle River,
New Jersey.
Hendrayana H., 2011, Cekungan Airtanah YogyakartaSleman: Geometri dan Konfigurasi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
(Tidak Dipublikasikan).
Hiscock M. K., 2005, Hydrogeology Principles and
Practice, Blackwell Publishing, United
Kingdom.
Hlting B., 1989, Hydrogeologie: Einfhrung in die
Allgemeine und Angewandte Hydrogeologie, 3.
Auflage, Enke Ferdinand, Stuttgart.
MacDonald and Partners, 1984, Greater Yogyakarta
Groundwater Resource Study, Volume III,
Groundwater Development Project, Direct