NIM
: 11-2014-127
.............................
Dr. Pembimbing
.............................
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
: Ny. S
: 36 tahun
: Perempuan
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: Perum BDB Blok FH 23 003/02
: 8 April 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan tambahan : Pada mata kiri juga terdapat bercak putih-putih yang timbul
sudah sejak kecil. Dan mata kanannya juga terasa kabur saat melihat jauh dan pusing saat
membaca jarak dekat.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh mata kiri terasa kabur sudah sejak kecil, yang membuat pasien
tidak bisa melihat lurus ke depan dan kearah hidung, tetapi pasien masih bisa melihat
sedikit kea rah samping kepala kiri tetapi tidak dapat melihat dengan jelas. Pada mata kiri
pasien terdapat bercak yang berwarna keputihan yang dikatakan sudah timbul sejak kecil
setelah pasien mederita campak dan makin hari bercak putih makin meluas.
Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan mata kanan kabur, hal
ini dirasakan pertama kali oleh penderita pada saat melihat tulisan di televisi. Mata kabur
juga dirasakan pada saat melihat jauh. Penderita juga mengeluh pusing setelah membaca
tulisan di televisi dan melihat jauh. Kadang-kadang pada saat melihat benda penderita
merasakan adanya bayangan. Mata berair, mata nyeri, melihat pelangi dan penglihatan
berasap juga disangkal oleh pasien.
Riwayat trauma pada mata, riwayat adanya benda asing dan riwayat pemakaian
lensa kontak disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Umum
1. Asthma
: tidak ada
2. Alergi
: tidak ada
3. DM
: tidak ada
4. Hipertensi
: tidak ada
5. Dislipidemia
: tidak ada
b. Mata
1. Riwayat sakit mata sebelumnya
2. Riwayat penggunaan kaca mata
3. Riwayat operasi mata
4. Riwayat trauma mata sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga:
Penyakit mata serupa
: tidak ada
Penyakit mata lainnya
: tidak ada
Asthma
: tidak ada
Alergi
: tidak ada
Riwayat Kebiasaan:
Tidak ada
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
2
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
: Baik
: ComposMentis
: Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu
Kepala/leher
Thorax, Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
: 120/80mmHg
: 80 x/menit
: 22 x/menit
: 36.7oC
B. STATUS OPTHALMOLOGIS
OD
0,15 ph 1,0 F2
S -3,25, C -0,75, X 70
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
OS
1/6 temporal
Tidak dikoreksi
(1,0)
60/62
10/7,5 (10,9 mmHg)
Orthoforia
Edema (-), Hiperemis (-)
Distansi Pupil
TIO
Posisi Bola Mata
Palpebra
Konjungtiva
Cornea
spasme (-)
Tenang
Tampak inflitrat putih 5
spasme (-)
Tenang
Jernih
meluas ke tengah.
Dalam
Bulat, sentral, refleks
COA
Iris/Pupil
langsung (+)
Jernih
Jernih
langsung (+)
Jernih
Jernih
Lensa
Vitreus
Fundus
IV.
Konfrontasi Test
+
+
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
V.
RESUME
Anamnesis
Seorang perempuan berumur 36 tahun datang ke poli mata RS FMC dengan
keluhan mata kiri terasa kabur sudah sejak kecil. Pada mata kiri pasien terdapat bercak
berwarna keputihan yang dikatakan sudah timbul sejak kecil setelah pasien mederita
campak dan makin hari bercak putih makin meluas.
Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan mata kanan kabur, hal
ini dirasakan pertama kali oleh penderita pada saat melihat tulisan di televisi. Mata kabur
juga dirasakan pada saat melihat jauh. Penderita juga mengeluh pusing setelah membaca
tulisan di televisi dan melihat jauh. Kadang-kadang pada saat melihat benda penderita
merasakan adanya bayangan. Mata berair, mata nyeri, melihat pelangi dan penglihatan
berasap juga disangkal oleh pasien.
Riwayat trauma pada mata, riwayat adanya benda asing dan riwayat pemakaian
lensa kontak disangkal oleh pasien.
Dari status oftalmologis didapatkan :
OD
0,15 ph 1,0 F2
S -3,25, C -0,75, X 70
(1,0)
60/62
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
Distansi Pupil
4
OS
1/6 temporal
Tidak dilakukan
-
Jernih
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Makula kornea OS
Astigmat Miop Kompositus OD
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding astigmat miop kompositus adalah astigmat miop simpleks.
VIII.
PEMERIKSAAN ANJURAN
Tidak ada.
IX.
PENATALAKSANAAN
Pembedahan untuk Makula kornea : Keratoplasti (transplantasi kornea) OS.
Untuk Astigmat miop kompositus : diberikan kaca mata dengan koreksi S -3,25, C -0,75,
X 70 (1,0) OD.
IX.
PROGNOSIS
Makula Kornea OS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam
Tinjauan Pustaka
Definisi Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrate supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.1
Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan kebutaan yang
membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.1
Etiologi Ulkus Kornea
Infeksi
Penyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba, dan herpes simpleks.
Bakteri yang sering mengakibatkan tukak kornea adalah Streptokokkus alfa hemolitik,
Stafilokokkus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas aeruginosa, Nocardia asteroides,
Alcaligenes sp., Streptokokkus anerobik, Streptokokkus betahemolitik, Enterobakter hafniae,
Proteus sp, Stafilokokkus epidermidis, infeksi campuran erogenes dan Stafilokokkus aureus,
Moraxella sp. dan Stafilokokkus aureu, Streptokokkus alfa hemolitik dan Stafilokokkus aureus.3
Infeksi jamur oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis
fungoides.
Pada tukak kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel yang
dikelilingi leukosit polimorfnuklear.Bila infeksi disebabkan virus, akan terlihat reaksi
hipersensitivitas disekitarnya.
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang
mengandung bakteri dan materi organik. Infeksikornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi
6
yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam
buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar
air atau tanah yang tercemar.1
Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.Bahan asam yang dapat merusak
mata terutama bahan anorganik,organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata
maka akanterjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi
maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja.
Trauma kimia asam adalah trauma pada kornea dan konjungtiva yang disebabkan karena
adanya kontak dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan kerusakan permukaan epitel
bola mata, kornea dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus
permanen baik unilateral maupun bilateral.
Defisiensi
vitamin
A.
Ulkus
kornea
akibat
defisiensi
vitamin
terjadi
karena kekuranganvitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.1
Ulkus marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin.Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau
alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa,
dan lain-lain.Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral.Ditemukan pada
penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.ulkus
mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum
diketahui.Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas
tuberculosis, virus, alergi dan autoimun.Biasanya menyerang satu mata.Perasaan sakit
sekali.Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau
yang sehat pada bagian yang sentral.
c.
Berdasarkan survey ulkus kornea merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah
katarak sebagai penyebab utama kebutaan di banyak Negara berkembang di Asia, Afrika dan
Timur Tengah.Ulkus kornea juga merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu
sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% lakilaki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga
meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.2
Patofisiologi
Epitel merupakan sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam
kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskuler dan membran bowmans mudah
terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, amuba dan jamur.
Perjalanan ulkus kornea dibagi 4 stadium:2
Stadium Infiltrasi Progresif
Mikroorganisme mengalami kesulitan untuk melekat pada epitel, karena epitel
mempunyai permukaan yang licin, membran yang tidak dapat ditembus mikroorganisme, dan
ditambah dengan adanya reflaks mengedip dari kelopak mata. Tetapi dengan adanya penurunan
alamiah ini maka kuman dapat melekat pada permukaan epitel dan masuk ke dalam stroma
melalui epitel yang rusak dan melakukan replikasi.
Dalam waktu 2 jam setelah kerusakan kornea timbul reaksi radang yang diawali
pelepasan faktor kemotaktif yang merangsang migrasi sel polimorphonuclear(PMN) ke stroma
kornea yang berasal dari lapisan air mata dan pembuluh darah limbus. Apabila tidak terjadi
infeksi maka sel PMN akan menghilang dalam waktu 48 jam dan epitel pulih dengan cepat.
Ciri khas stadium ini adalah terdapatnya infiltrat dari leukosit PMN dan limfosit ke dalam
epitel dan stroma. Ciri klinis pada epitel terdapat kekeruhan yang berwarna putih atau kekuningkuningan, edema dan akhirnya terjadi nekrosis. Keadaan tersebut tergantung pada virulensi
kuman, mekanisme pertahanan tubuh dan pengobatan antibiotika.
Mikroorganisme akan difagosit oleh sel PMN. Sel ini akan mengeluarkan enzim enzim
yang mencerna bakteri, dan juga merusak jaringan sekitarnya.
10
Manifestasi Klinis
Tukak kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma enteng yang merusak epitel
kornea. Tukak kornea akan memberikan gejala mata merah sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, pengihatan menurun, dan kadang kotor.
Tukak kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel
yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau ditengahnya. Iris sukar dilihat karena
keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.
Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan Descemet, reaksi
jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), berupa suar, hipopion, hifema dan sinekia
posterior. Biasanya kokus gram positif, staf aureus dan streptokok pneumoni akan memberikan
gambaran tukak yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak
tukak yang supuratif.
Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel
radang. Bila tukak disebabkan pseudomonas maka tukak akan terlihat melebar dengan cepat,
bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan tukak.
Bila tukak disebabkan jamur maka infiltrt akan berwarna abu-abu di keliling infiltrat halus
di sekitarnya (fenomena satelit). Bila tukak berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada
kornea. Tukak yang berjalan cepat dapat membentuk descemetokel atau terjadi perforasi kornea
yang berakhir dengan membuat suatu bentuk lekoma adheren.
Bila proses pada tukak berkurang maka akan terlihat berkurangnya rasa sakit fofobia,
berkurang infiltrt pada tukak dan defek epitel kornea menjadi bertambahkecil.1
Penatalaksanaan Ulkus Kornea
Pengobatan umumnya untuk tukak kornea adalah dengan siklo-plegik, antibiotika yang
sesuai topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak
dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik.
Pengobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangai hidupnya bakteri dengan
antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Secara umum tukak diobati sebagai
berikut:3 tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
inkubator, sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari, diperhatikan kemungkinan
11
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.4
Prognosis Ulkus Kornea
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat
pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.
Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea
12
bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta
timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam
hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika
maka dapat menimbulkan resistensi. Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus
disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat.Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua
metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan
pembuluh darah dari konjungtiva.
Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama,
tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat
membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.4
Astigmat Miop Kompositus
Dikenal ada 5 macam astigmatisma regular, yang dijelaskan berikut ini :
1. Astigmatisma Miopik Simpleks adalah apabila meridian utama yang satu emetropik dan
yang lainnya miopik, sehingga fokusnya satu tepat di retina dan yang lain di depan retina.
Koreksinya dengan pemberian lensa silindris negative untuk memundurkan focus yang di
depan retina agar bias menjadi satu dengan focus yang di retina.
2. Astigmatisma Miopik Kompositus adalah apabila ke dua meridian utama adalah miopik
tetapi denga derajat yang berbeda sehingga kedua focus berada di depan retina tetapi
jaraknya berbeda dari retina. Koreksinya dengan gabungan lensa sferis negative dan
silindris negative (lensa silindris negative untuk memundurkan focus yang lebih jauh dari
retina agar menjadi satu dengan focus yang lebih dekat ke retina, kemudian kedua focus
yang sudah menyatu dimundurkan ke retina dengan sferis negative). Koreksi juga bisa
dilakukan dengan gabungan sferis negative dan silindris positif dengan catatan kekuatan
lensa sferis lebih besar dari silinder (focus yang lebih dekat ke retina dimajukan dulu
bersatu dengan focus lain di depannya dengan silindris positif, kemudian dengan lensa
sferis negative kedua focus dimundurkan ke retina.
3. Astigmatisma hipermetropik simpleks adalah apabila merdian utama yang satu emetropik
dan yang lain hiperopik sehingga fokusnya satu di retina dan yang lain dibelakang retina.
13
Koreksinya dengan lensa silindris positif untuk memajukan focus yang dibelakang retina
ke depan sehingga jatuh tepat di retina.
4. Astigmatisma hipermetropik kompositus adalah apabila kedua merdian utama adalah
hiperopik tetapi dengan derajat berbeda sehingga kedua focus berada dibelakang retina
tapi jaraknya berbeda. Koreksinya dengan gabungan lensa sferis positif dan silindris
positif. Bisa juga dengan gabungan lensa sferis positif dan silindris negative dengan
catatan kekuatan lensa sferis lebih besar dari pada silindris.
5. Astigmatisma miktus adalah apabila merdian utama yang satu miopik dan yang satu
hiperopik sehingga fokusnya satu didepan retina dan satu dibelakang retina. Koreksinya
dengan gabungan lensa sferis negative dan lensa silindris positif dengan catatan kekuatan
lensa silinder lebih besar dari pada sferis. Atau dengan gabungan lensa sferis positif dan
lensa silindris negative dengan kekuatan lensa silinder lebih besar dari sferis
Daftar Pustaka
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005. H. 173-176.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam: Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran. Ed. 2. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.
2002.
3. American Academy of Ophthalmology. Basic and clinical science, external disease and
cornea. USA: MD Association, 2009.p.38-9
4. A. K. Khurana. Comprehensive Ophthalmology. 4th Edition, 2007.p 98-103.
14