Anda di halaman 1dari 20

Tugas Presentasi Kasus

TOA (TUBA OVARIAL ABSES)

Oleh:
Dwi Ariono

G99141142

Ivan Aristo

G99141146

Dimas Alan S

G99141148

Ivan Jazid Adam

G99131088

Pembimbing:
dr. Darto, SpOG (K)

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantaraan
traktus genetalis. Radang organ kandungan mungkin lebih sering terjadi di negara tropis karena
organ kewanitaan menjadi mudah sekali lembab disebabkan udara yang panas sehingga
menyebabkan sering berkeringat sedangkan personal hygiene masih kurang terjaga, infeksi
veneris belum terkendali, serta perawatan persalinan dan abortus yang belum memenuhi syaratsyarat. Namun dengan adanya antibiotika, pada umumnya infeksi organ kandungan berkurang.
Infeksi organ kandungan dapat menentukan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu kehidupan sex.
Salah satu penyakit yang menimpa seorang wanita usia produktif adalah TOA (Tuba
Ovarial Abses), abses ini biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi saluran genital bagian
bawah dan merupakan salah satu komplikasi akut dari PID (Pelvic Inflammatory Disease). TOA
berhubungan erat dengan dengan PID, dimana PID ini disebabkan oleh mikroorganisme yang
menghuni endoservik kemudian naik ke endometrium dan tuba fallopi. TOA merupakan endstage process dari PID akut. Penanganan TOA mencakup antibiotika, drainase terarah, dan
pembedahan.

BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama

: Ny. AR

Umur

: 39 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Status paritas : P2A0
Alamat

: Baturan, Colomadu, Karanganyar

Status

: Kawin

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Tgl masuk

: 31 Maret 2014

No. RM

: 01295668

2. Suami
Nama

: Tn. S

Umur

: 45 tahun

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien rujukan dari Sp.OG RSUD Surakarta dengan diagnosis kistoma ovarii suspek
malignansi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Datang seorang P2A0, 39 tahun, datang dengan rujukan dari Sp.OG RSUD
Surakarta dengan diagnosis kistoma ovarii suspek malignansi. Pasien mengeluhkan
nyeri perut bagian bawah sampai pingsan, nyeri sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS,
demam dirasakan baru kemarin, dismenore (+), keputihan (+), disparenia (-), keluhan
BAK dan BAB disangkal. Riwayat menstruasi lancar 1x/bulan, 5-6 hari/siklus, ganti
pembalut 3-4x/hari.

3. Riwayat Menstruasi
Menarche

: 12 tahun

Siklus menstruasi

: 30 hari

Lama menstruasi

: 5 hari

Darah haid

: 70 cc (3-4x kali ganti pembalut)

Dismenorea

: (+)

Perdarahan di luar siklus : disangkal


4. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, dengan usia pernikahan 21 tahun
5. Riwayat Fertilitas
Riwayat fertilitas dinilai baik
6. Riwayat Obstetrik
I. Laki-laki, 1 minggu, meninggal, premature 7 bulan, partus spontan
II. Perempuan 14 tahun, 4300 gram, partus spontan di RS Panti Waluyo
Riwayat obstetrik dinilai baik
7. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi obat

: disangkal

Riwayat alergi makanan

: disangkal

Riwayat mondok

: di RSUD Ngipang dengan keluhan nyeri perut,


di rawat 3 hari tetapi tidak ada perubahan

8. Penyakit dan Operasi yang Pernah Dialami


Tidak ada
9.

Riwayat Kontrasepsi
Pasien KB suntik tiap 3 bulan tetapi semenjak 3 tahun yang lalu berhenti

C. PEMERIKSAAN FISIK
1.
2.
3.

KU
Kesadaran
Vital Sign

: Sakit sedang
: Kompos mentis
: TD
: 130/80 mmHg

Nadi : 86x/ menit

RR
4.
5.
6.
7.
8.

TB/BB
Gizi
Kepala
Mata
Leher

:
:
:
:
:

: 20x/ menit

Suhu : 36,70C

160 cm / 70 kg
Kesan overweight (BMI = 27,34)
Bentuk mesocephal
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Tidak ada pembesaran limfonodi, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, JVP tidak meningkat

9.

Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru-paru
Inspeksi

Palpasi
Perkusi
Auskultasi
10. Abdomen

: Ictus cordis tidak terlihat


: Ictus cordis tidak kuat angkat
: Batas jantung kesan tidak melebar
: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
: Retraksi dada (-), pengembangan dinding dada kanan = dada kiri,
simetris kanan dan kiri
: Fremitus taktil kanan = kiri
: Sonor/sonor
: Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Hati

: Tidak teraba

Lien

: Tidak teraba

11. Anggota gerak : Odema


- -

akral dingin
- - -

refleks
+ +
+

STATUS OBSTETRI
1. Inspeksi
Kepala
: Mesocephal
Mata
: Conjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-)
Thorax
: Glandula mammae hipertrofi (-), aerola mammae hiperpigmentasi
Abdomen : Dinding perut sejajar dinding dada, tidak nampak adanya penonjolan,
sikatrik (-)
2. Palpasi
Supel, nyeri tekan (+) di perut kanan bawah, massa sulit dievaluasi karena pasein
merasa kesakitan
3. Auskultasi : Bising usus (+) normal reguler
4. Perkusi
: Timpani (+), pekak alih (-), pekak sisi (-)
5. Genitalia eksterna
V/U tidak ada kelainan, dinding vagina dbn, darah (-), discharge (+)

6. Pemeriksaan Dalam
VT
:
VU tenang, dinding vagina dbn, portio licin, OUE tertutup, cavum uteri sebesar telur
ayam, teraba massa kesan dari adneksa kanan sebesar telur bebek, nyeri (+), A/P kiri
dbn, darah (-), discharge (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah
Pemeriksaan
Tgl 1/4/15
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit

Hasil

Satuan

12
37
4.42
19,2
327

g/dl
%
Juta/ul
Ribu/ul
Ribu/ul

2. USG
VU kesan terisi cukup
Tampak uterus normal ukuran 6 x 5 x 3 cm
Tampak lesi hipoechoic bilateral multilokulare papiliferum, ground glass (+),
ukuran 6x6 cm (I), 8x7 cm (II) menyokong gambaran TOA (Tuba Ovarial Abses)
Floating gut (-)
Acites (-)
E. KESIMPULAN
Datang seorang P2A0, 39 tahun, datang dengan rujukan dari Sp.OG RSUD
Surakarta dengan diagnosis kistoma ovarii suspek malignansi. Pasien mengeluhkan nyeri
perut bagian bawah sampai pingsan, nyeri sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS, demam
dirasakan baru kemarin, dismenore (+), keputihan (+), disparenia (-), keluhan BAK dan
BAB disangkal. Riwayat menstruasi lancar 1x/bulan, 5-6 hari/siklus, ganti pembalut 34x/hari. Nyeri tekan (+) di perut kanan bawah, massa sulit dievaluasi. Secara USG,
tampak lesi hipoechoic bilateral multilokulare papiliferum, ground glass (+), ukuran 6x6
cm (I), 8x7 cm (II) menyokong gambaran Tuba Ovarial Abses (TOA).
F. DIAGNOSIS SEMENTARA
TOA dd kista coklat
Suspek adenomyosis

G. PROGNOSIS
Dubia at bonam
H. PENATALAKSANAAN
-

Konsul divisi fetomaternal

Mondok bangsal

Infus metronidazole 500 mg/8jam

Injeksi Ceftriaxon 2gr/24 jam

Injeksi gentamicin 80mg/12jam


FOLLOW UP PASIEN

Follow up
S
O
Tanda Vital

Kepala
Thorax

Abdomen

Genital
Ekstremitas

Asessment

Terapi

Plan
Hasil

2 April 2015
Nyeri perut (+)
kompos mentis, sakit sedang
TD : 120/80 mmHg

3 April 2015
Nyeri perut (+) berkurang
kompos mentis, sakit sedang
TD : 130/70 mmHg

4 April 2015
Nyeri perut (+) berkurang
kompos mentis, sakit sedang
TD : 120/70 mmHg

HR : 81 x/menit

HR : 87 x/menit

HR : 78 x/menit

RR : 19 x/menit

RR : 22 x/menit

RR : 25 x/menit

S : 36,7oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

S : 36,8oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

S : 36,5oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,

Cor : BJ I-II intensitas normal,

Cor : BJ I-II intensitas normal,

bising (-)

reguler, bising (-)

reguler, bising (-)

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding

nyeri tekan (+) di perut kanan bawah,

nyeri tekan (+) di perut kanan bawah,

dada, nyeri tekan (+) di perut kanan

TFU tidak teraba, massa tidak teraba,

TFU tidak teraba, massa tidak teraba,

bawah, TFU tidak teraba, massa

tympani, bising usus (+) normal

tympani, bising usus (+) normal

tidak teraba, tympani, bising usus

Darah (-), discharge (-)


Akral dingin (-)

Darah (-), discharge (-)


Akral dingin (-)

(+) normal
Darah (-), discharge (-)
Akral dingin (-)

sianosis (-)

sianosis (-)

sianosis (-)

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat ovarium

- Suspek adenomyosis

- Suspek adenomyosis

terinfeksi

- Infus metronidazole 500 mg/ 8jam

- Infus metronidazole 500 mg/ 8jam

-Suspek adenomyosis
- Infus metronidazole 500 mg/ 8jam

- Inj Ceftriaxon 2 gr/24 jam

- Inj Ceftriaxon 2 gr/24 jam

- Inj Ceftriaxon 2 gr/24 jam

- Pemeriksaan staff fetomaternal hari

- Pemeriksaan staff fetomaternal hari

Sabtu 4/4/15

Sabtu 4/4/15
Cek DR3

SOD + OSADA
Lab
Hb 11,8

Ureum 13

Hct 37

GDS 108

AL 8,3

Na 135

AT 404

K 3,7

AE 4,46

Cl 109

Creatinin 0,5
HbsAg Non reactive
USG
VU terisi cukup
Tampak uterus ukuran 8x9,9x5,75
cm
Tam pak lesi hipoechoic sebagian
hiperechoic,

multiluculare

nonpapiliferum dari adneksa kanan


ukuran 8,55x8,35 cm

Follow up
S
O
Tanda Vital

Kepala
Thorax

Abdomen

Genital
Ekstremitas

Asessment

Terapi

Plan
Hasil

5 April 2015
(-)
kompos mentis, sakit sedang
TD : 120/70 mmHg

6 April 2015
(-)
kompos mentis, sakit sedang
TD : 130/70 mmHg

7 April 2015
(-)
kompos mentis, sakit sedang
TD : 120/70 mmHg

HR : 83 x/menit

HR : 87 x/menit

HR : 78 x/menit

RR : 24 x/menit

RR : 22 x/menit

RR : 25 x/menit

S : 36,6 C (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

S : 36,8 C (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

S : 36,5oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,

Cor : BJ I-II intensitas normal,

Cor : BJ I-II intensitas normal,

bising (-)

reguler, bising (-)

reguler, bising (-)

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding

nyeri tekan (+) di perut kanan bawah,

nyeri tekan (+) di perut kanan bawah,

dada, nyeri tekan (+) di perut kanan

TFU tidak teraba, massa tidak teraba,

TFU tidak teraba, massa tidak teraba,

bawah, TFU tidak teraba, massa

tympani, bising usus (+) normal

tympani, bising usus (+) normal

tidak teraba, tympani, bising usus

Darah (-), discharge (-)


Akral dingin (-)

Darah (-), discharge (-)


Akral dingin (-)

(+) normal
Darah (-), discharge (-)
Akral dingin (-)

sianosis (-)

sianosis (-)

sianosis (-)

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat ovarium terinfeksi

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat ovarium

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat ovarium

-Suspek adenomyosis

terinfeksi

terinfeksi

-Suspek adenomyosis
- SOD + OSADA

- SOD + OSADA

OSADA

- Infus metronidazole 500 mg/ 8jam

- Infus metronidazole 500 mg/ 8jam

- Infus metronidazole 500 mg/ 8jam

- Inj Ceftriaxon 2 gr/24 jam

- Inj Ceftriaxon 2 gr/24 jam

- Inj Ceftriaxon 2 gr/24 jam

- KIE

- KIE

- KIE

- Inform consent

- Inform consent

SOD

(superoxide

dismutase)

- Inform consent
Cek PT/APTT

- Vit. C
Lab
PT 14,2
APTT 37,8
INR 1,170

Follow up
S
O
Tanda Vital

Kepala
Thorax

Abdomen

Genital
Ekstremitas

Asessment
Terapi

8 April 2015
(-)
kompos mentis, sakit sedang
TD : 120/70 mmHg

9 April 2015
(-)
kompos mentis, sakit sedang
TD : 130/80 mmHg

10 April 2015
nyeri di bekas operasi
kompos mentis, sakit sedang
TD : 110/70 mmHg

HR : 80 x/menit

HR : 84 x/menit

HR : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

RR : 20 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,6oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

S : 36,5oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

S : 36,7oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,

Cor : BJ I-II intensitas normal,

Cor : BJ I-II intensitas normal,

bising (-)

reguler, bising (-)

reguler, bising (-)

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

nyeri tekan (+) di perut kanan bawah,

nyeri tekan (+) di perut kanan bawah,

nyeri tekan (-), tampak luka bekas

TFU tidak teraba, massa tidak teraba,

TFU tidak teraba, massa tidak teraba,

operasi tertutup verban dengan drain

tympani, bising usus (+) normal


Darah (-), discharge (-)
Akral dingin (-)

tympani, bising usus (+) normal


Darah (-), discharge (-)
Akral dingin (-)

Darah (-), discharge (-)


Akral dingin (-)

sianosis (-)

sianosis (-)

sianosis (-)

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat ovarium terinfeksi
- SOD + OSADA

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat (D)
Pro operasi (salphingoovorektomi

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat (D)
- Inj Ampicillin 1 gr/8jam

- Infus Metronidazole 500 mg/ 8jam

dextra)

- Inj Ketorolac 1 amp/8jam

- Inj Ceftriaxon 2 gr/24 jam

Instruksi post operasi=

- Inj Asam tranexamat 500mg/8jam

- KIE

- Awasi KUVS + tanda perdarahan

- Inform consent

- Puasa s/d peristaltik usus (+)

- Vit. C

- Inj Ampicillin 1 gr/8jam


- Inj Ketorolac 1 amp/8jam

Plan

Hasil

- Insisi drainase 9/4/15

- Inj Asam tranexamat 500mg/8jam


- Cek DR3

- Persiapan operasi 9/4/15

- Cek PA

- AGD
Lab

AGD (04:56:34)

PA

GDS 61

Ph 7,45

Hct 46

Makros: Tampak ovarium dengan

Hct 37

SGOT 18

BE 28,1

HCO3 42,9

gambaran

AL 8,3

SGPT 8

PCO2 75

Total CO2 54,4

luteum, fibrosis, degenerasi kistik

AT 404

Albumin 3,4

PO2 133

Saturasi 99

dengan sisa epitel kuboid dan stroma

Hb 11,8

AE 4,46

PT/APTT 14,2/37,8

hiperplastik,

DR3 (20:54:11)

dengan pigmen coklat, tidak tampak

Ro Thorax

Hb 12,9

AT 609

tanda keganasan.

Efusi pleura bilateral

Hct 40

AE 4,80

Simpulan: Kista coklat (D)

Perselubungan homogen di hemothorax

AL 19,4

kanan bawah yang pada foto lateral


membentuk

sudut

tumpul

terhadap

hemidiafragma kanan, dd
1.
2.

Follow up
S

folikel

Suspek massa subpleural kanan


Lokulated pleural effusion kanan

11 April 2015
nyeri di bekas operasi

12 April 2015
nyeri di bekas operasi berkurang

13 April 2015
-

O
Tanda Vital

Kepala
Thorax

Abdomen

Genital
Ekstremitas

Asessment
Terapi

Plan

kompos mentis, sakit sedang


TD : 120/80 mmHg

kompos mentis, sakit sedang


TD : 110/70 mmHg

kompos mentis, sakit sedang


TD : 120/80 mmHg

HR : 80 x/menit

HR : 80 x/menit

HR : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

RR : 20 x/menit

RR : 18 x/menit

S : 36,7oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

S : 36,7oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

S : 36,5oC (per axiler)


mikrocefal, CA (-/-), SI (-/-)
Retraksi (-)

Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler,

Cor : BJ I-II intensitas normal,

Cor : BJ I-II intensitas normal,

bising (-)

reguler, bising (-)

reguler, bising (-)

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

Pulmo: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)


Supel, Dinding perut // dinding dada,

nyeri tekan (-), tampak luka bekas

nyeri tekan (-), tampak luka bekas

nyeri tekan (-), tampak luka bekas

operasi tertutup verban dengan drain


Darah (-), discharge (-)
Akral dingin (-)

operasi tertutup verban dengan drain


Darah (-), discharge (-)
Akral dingin (-)

operasi tertutup verban dengan drain


Darah (-), discharge (-)
Akral dingin (-)

sianosis (-)

sianosis (-)

sianosis (-)

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat (D)
- Inj Ampicillin 1 gr/8jam

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat (D)
- Cefadroxil 2x1

CRT < 2 detik


- TOA dd kista coklat (D)
- Medikasi luka luka kering

- Inj Ketorolac 1 amp/8jam

- Metronidazol 3x1

- Cefadroxil 2x1

- Inj Metronidazol 500mg/8jam

- Asam Mefenamat 3x1

- Metronidazol 3x1

- Diet TKTP

- Diet TKTP

- Asam Mefenamat 3x1


- Diet TKTP
- Usul BLPL
- Kontrol poli

Hasil

BAB III
ANALISA KASUS
Dalam kasus ini, seorang wanita berusia 39 tahun serta adanya tanda dismenore yang
merupakan nyeri saat menstruasi memberikan informasi bahwa pasien tersebut masih
digolongkan sebagai wanita usia produktif. Hal ini merupakan informasi yang harus dipegang
seorang dokter dalam keperluan untuk diagnosis. Untuk lebih menyempitkan suatu diagnosis
pada wanita usia produktif, perlu ditanyakan apakah pasien tersebut sedang hamil atau tidak.
Apabila dalam anamnesis timbul adanya keraguan, pemeriksaan penunjang seperti tes kehamilan
perlu dilakukan. Pada kasus ini, pasien menceritakan bahwa tidak ada keterlambatan siklus
menstruasi dan mengaku sedang tidak hamil.
Nyeri yang dikeluhkan pada perut bagian bawah bisa merupakan gejala yang paling dapat
dipercaya dari infeksi pelvis akut. Pada mulanya nyeri unilateral, bilateral, atau suprapubik dan
sering berkembang sewaktu atau segera setelah suatu periode menstruasi. Keparahan meningkat
secara bertahap setelah beberapa jam atau beberapa hari, rasa nyeri cenderung menetap dan
semakin berat dengan adanya pergerakan. Adanya gejala penyerta seperti demam memang lazim
ditemukan pada infeksi pelvis akut. Penyakit ini dapat menyerang rahim, saluran tuba, dan organ
reproduksi lainnya yang menyebabkan gejala nyeri perut bagian bawah. Penyakit ini merupakan
komplikasi dari penyakit menular seksual, terutama klamidia dan gonore. Penyakit ini dapat
merusak saluran tuba dan jaringan di dekat uterus dan ovarium. Komplikasi yang dapat
ditimbulkan semisal kemandulan, kehamilan ektopik, pembentukan abses, dan nyeri panggul
kronis.
Bakteri penyebab infeksi dapat menyerang tuba fallopi, menyebabkan jaringan normal
berubah menjadi jaringan parut sehingga dapat mengganggu pergerakan normal telur ke dalam
rahim. Jika saluran tuba tertutup oleh jaringan parut, sperma tidak dapat membuahi ovum.
Apabila tuba hanya mengalami rusak ringan dapat mengakibatkan telur yang telah dibuahi tetap
berada di tuba fallopi. Jika telur ini mulai tumbuh dalam tuba fallopi seolah-olah berada di dalam
rahim dan hal itu disebut kehamilan ektopik. Jaringan parut di saluran tuba dan struktur panggul
lainnyajuga dapat menyebabkan nyeri panggul kronis.
Penyakit ini sulit untuk di diagnosis karena gejalanya yang ringan dan halus. Banyak
episode penyakit ini yang tidak terdeteksi karena wanita atau penyedia layanan kesehatan gagal

untuk mengenali implikasi dari gejala-gejala ringan atau spesifik. Karena tidak adanya tes yang
tepat, diagnose biasanya berdasarkan temuan klinis. Jika ada gejala seperti nyeri perut bagian
bawah, penyedia layanan kesehatan harus melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan sifat
dan lokasi rasa sakit dan memeriksa demam. Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara cermat
untuk membantu membedakan diantara beberapa keadaan menurut gejala klinisnya. Dilakukan
pemeriksaan pelvis yang cermat dan hati-hati termasuk pemeriksaan bimanual rektal dan vaginal.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan adanya suatu massa atau penebalan adnexa maka
perlu dikonfirmasikan melalui pemeriksaan ultrasonografi.
Pada pemeriksaan USG kasus ini, ditemukan adanya gambaran lesi hipoechoic bilateral
multilokulare papiliferum dan ground glass menunjukan adanya indikasi suatu bagian yang berisi
eksudat ataupun transudat. Apabila dikaitkan dengan penyakit infeksi pelvis, berarti pasien
tersebut sudah mengalami komplikasi.

BAB IV
TINJAUAN TEORI
A.

Pengertian
1.

Tuba adalah saluran


Tuba uterina/fallopii adalah saluran ovum yang memiliki panjang bervariasi
anatara 8-14 cm dan ditutupi oleh peritoneum serta lumennya dilapisi oleh membrane
mukosa. Tuba terbagi menjadi pars interstitial, itsmus, ampula, dan infundibulum. Tuba
berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.

2. Ovarial adalah indung telur


Ovarial/ovarium adalah organ reproduksi wanita bagian dalam yang berbentuk
biji kenali, terletak di kanan dan kiri. Ovarium ke arah uterus bergantung pada
ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
3. Abses
Abses adalah rongga yang terjadi karena kerusakan jaringan/bengkak akibat
proses infeksi.
Jadi tuba ovarial abses adalah pembengkakan yang terjadi pada tuba ovarial yang ditandai
dengan radang bernanah, baik di salah satu tuba ovarial maupun keduanya. TOA merupakan
komplikasi jangka panjang dari salfingitis akut, tetapi biasanya akan muncul dengan infeksi
berulang atau kerusakan kronis dari jaringan adnexa. Biasanya dibedakan dengan ada tidaknya
rupture, dapat terjadi bilateral walaupun 60% dari kasus abses yang dilaporkan merupakan
kejadian unilateral dengan atau tanpa penggunaan IUD dan abses biasanya polimikroba.
B.

Etiologi
TOA biasanya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, seperti disebabkan oleh

Gonococcus, disamping itu oleh Staphylococcus dan Streptococcus. Infeksi dapat terjadi sebagai
berikut :
1. Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium yang meradang.
2. Naik dari cavum uteri.

Dikatakan bahwa nekrosis tuba fallopi dan kerusakan epitel terjadi dikarenakan bakteri
pathogen menciptakan lingkungan yang diperlukan untuk invasi anaerob dan pertumbuhan.
Terdapat salfingitis yang melibatkan ovarium dan ada juga yang tidak. Proses inflamasi ini dapat
terjadi spontan atau merupakan respon dari terapi. Hasilnya dapat terjadi kelainan anatomis yang
disertai dengan perlengketan ke organ sekitar. Keterlibatan ovarium biasanya terjadi di tempat
terjadinya ovulasi yang merupakan tempat masuk infeksi yang luas dan pembentukan abses.
Apabila eksudat purulent itu ditekan, maka akan menyebabkan rupture dari abses yang dapat
disertai peritonitis berat serta tindakan laparotomy. Perlengketan yang lambat dari abses akan
menyebabkan abses cul de sac. Biasanya abses ini muncul ketika penggunaan IUD, atau
munculnya infeksi granulomatous (TBC ataupun aktinomikosis).
Adapun faktor risikonya adalah sebagai berikut :
1. Multiple partner
2. Status ekonomi rendah
3. Riwayat PID
4. Menggunakan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
5. Riwayat STD
C.

Batasan
Tubo Ovarial Abses (TOA) adalah radang bernanah yang terjadi pada ovarium dan atau

tuba fallopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa. TOA dapat terjadi pada anak kecil dan
dewasa. TOA didiagnosis saat laparoskopi dengan adhesi pada dinding pelvis. Namun umumnya,
TOA terjadi pada wanita usia 20-40 tahun, lebih tua daripada puncak prevalensi PID.
D.

Gejala
1. Demam tinggi dengan menggigil
2. Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan
3. Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsang peritoneum
4. Kadang-kadang ada tanesmi karena proses dekat rektum dan sigmoid

Toucher :
1. Nyeri kalau portio digoyangkan
2. Nyeri kiri dan kanan dari uterus

3. Kadang-kadang ada penebalan dari tuba (tuba yang sehat tak teraba)
4. Nyeri pada ovarium karena meradang
E.

Patofisiologi
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan atau

parametrium, terjadilah salfingitis dengan atau tanpa ooforitis, keadaan ini bisa terjadi pada
pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan ginekologik sebelumnya.
Mekanisme pembentukan TOA yang pasti sukar ditentukan, tergantung sampai dimana
keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit, lumen tuba masih terbuka
mengeluarkan eksudat yang purulent dari febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium
sebagaimana struktur lain dalam pelvis mengalami peradangan, tempat ovulasi dapat sebagai
tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih
bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain
seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain.
Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan, keadaan ini
biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya.
Apabila prosesnya menghebat dapat terjadi pecahnya abses.
Infeksi ini sering muncul akibat PID yang berasal dari penyebaran pathogen melalui
lumen organ reproduksi dan kedalam cavum peritoneal pelvis melalui ostium tuba. Jika
organisme tersebut tidak dapat diatasi oleh imunitas tubuh atau pengobatan medis, akan merusak
jaringan tubuh. Infeksi permukaan, aglutinasi dan abses terbentuk saat bakteri, lekosit, dan cairan
terakumulasi pada suatu ruangan tertutup. Perfusi abses ke dinding dalam sangat berbahaya,
menimbulkan lingkungan anaerob asli ataupun fakultatif dapat berkembang biak.
Ovarium dapat melekat dengan fimbria dari tuba yang terinfeksi (pyosalphing) dan
menjadi dinding abses atau infeksi ovarium primer yang dapat berlanjut menjadi abses. Usus,
peritoneum parietale, uterus, dan omentum biasanya menjadi melekat. Abses dapat membesar
dan mengisi cavum douglas atau bocor dan menimbulkan metastasis.
Jika pertahanan tubuh dapat mengatasi, maka infeksi kemudia menjadi steril. Proses ini
mencakup drainase spontan ke dalam celah viskus. Akan tetapi jika terjadi rupture
intraperitoneal, infeksi dapat menyebar cepat dan timbul bakterimia. Pembentukan abses

merupakan keadaaan terakhir pertahanan tubuh dan infeksi mencapai keadaan ini sangat berat
dan berbahaya. TOA merupakan bentuk paling berbahaya dari PID.
F.

Gejala Klinis
Bervariasi bisa tanpa keluhan bisa tampak sakit, dari ringan sampai berat disertai suhu

badan naik, bisa akut abdomen sampai syok septic. Nyeri panggul dan perut bawah disertai pula
nyeri tekan, febris (60-80 % kasus), takhirkardi, mual dan muntah, bisa pula terjadi ileus. Adanya
masa pada perut bawah dan aneksa lebih memastikan suatu TOA. Tes terpilih untuk
mengkonfirmasi atau mengeklusi TOA adalah ultrasonografi.
G.

Pemeriksaan dan Diagnosa


1. Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis
Pernah infeksi daerah panggul dengan umur antara 30-40 tahun, dimana 25-50 % nya
adalah nulipara.
2. Pemeriksaan laboratorium
Adanya lekositosis (60-80 % dari kasus) tetapi ada juga yang leukopenia. Hasil urinalis
memperlihatkan adanya pyuria tanpa bakteriuria. Nilai LED minimal 64mm/h serta nilai
akut C-reaktif protein minimal 20mg/L dapat dipikirkan kea rah diagnose TOA.
3. Foto abdomen
Dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga adanya masa di adneksa.
4. Ultrasonografi
Digunakan pada kecurigaan adanya TOA atau adanya masa di adneksa, melihat ada
tidaknya pembentukan kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi kemajuan terapi. USG
ini dapat membantu mendeteksi perubahan seperti terjadinya progressi, regresi, rupture,
atau pembentukan pus. USG dapat dilakukan dengan transvaginal atau transabdominal.
Pencitraan transvaginal memberikan gambaran lebih detail dimana transduser berada di
dalam dekat dengan daerah pemeriksaan. Sedangkan pencitraan transabdominal
menawarkan keuntungan imaging dalam satu tampilan organ besar seperti rahim.
TOA tampak pada USG berupa gambaran homogeny, kadang simetris, kistik, dinding
tipis, berbatas tegas, berdampingan. Gambaran udara mungkin terlihat bersepta pada
TOA multilokulasi. USG juga prosedur terbaik untuk membedakan antara TOA dan TOC

(komplek tubo ovarian). TOC adalah massa inflamasi pelvic berupa edema, perlengketan,
infeksi struktur pelvis pada PID. Pada gambaran USG akan tampak massa dengan
dinding tebal batas tidak jelas dan tidak ada komponen kistik dominan atau simetri.
5. Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba menonjol. Pada TOA
yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi jaringan. Pada TOA yang pecah atau
pada abses yang mengisi cavum Douglas, didapat pus pada lebih 70 % kasus.
6. Kuldosentesis
Cairan kuldosentesis pada wanita dengan TOA yang tidak rupture memperlihatkan
gambaran reaction fluid sama seperti salfingitis akut. Apabila terjadi rupture TOA, maka
akan ditemukan cairan yang purulent.
H.

Diagnosis Banding
1. TOA utuh dan belum memberikan keluhan
a) Kistoma ovarii, tumor ovarii
b) Kehamilan ektopik yang utuh
c) Abses peri, apendikuler
d) Mioma uteri
e) Hidrosalping
2. TOA utuh dengan keluhan
a) Perforasi apendik
b) Perforasi divertikel / abses divertikel
c) Perforasi ulkus peptikum
d) Kelainan sistematis yang memberi ditres akut abdominal
e) Kista ovarii terinfeksi atau terpuntir

I.

Komplikasi
1. TOA yang utuh
Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, ileus, infertilitas, kehamian ektopik
2. TOA yang pecah
Syok sepsis, abses intra abdominal, abses sub kronik, abses paru/otak

J.

Penatalaksanaan
1. Curiga TOA utuh tanpa gejala
a) Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin 2x / 100
mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari, selama 1 minggu.
b) Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin membesar
adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan untuk laparatomi
2. TOA utuh dengan gejala
a) Masuk rumah sakit, tirah baring posisi semi fowler, observasi ketat tanda vital dan
produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2
b) Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam
c) Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg BB /
hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup
2x / hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal atau
sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7
hari
d) Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
e) Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan seluruh organ
genetalia interna
3. TOA yang pecah, merupakan kasus darurat
a) Dilakukan laporatomi pasang drain kultur nanah
b) Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan metronidazol 2
x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)
Prinsip pengobatan TOA adalah antiobika baru yang poten. Apabila terapi medis gagal

atau ditemukan abses besar, prosedur drainase perlu dikerjakan. Oleh karena kebanyakan wanita
dengan TOA adalah wanita usia produktif, tujuan utama penanganannya adalah sebisa mungkin
secara konservatif jika dipertimbangkan drainase perkutan versus pembedahan. Keberhasilan
prosedur drainase umumnya didefinisikan sebagai kesembuhan dari infeksi akut tanpa diperlukan
laparotomi.
Drainase TOA menggunakan arahan USG atau laparoskopi merupakan kemajuan besar
dalam terapi keadaan ini. Pendekatan transvaginal memberikan jalur langsung dari vagina ke
dalam cavum douglas atau region adneksa dimana abses biasanya terlokalisasi. Selain itu, terapi

TOA juga dapat dilakukan dengan pemasangan kateter atau prosedur tunggal melalui USG,
drainase transgluteal terarah dengan USG, dan drainase cavum douglas dengan insisi kolpotomi.
K.

Prognosis
1. TOA yang utuh
Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan medidinaslis tidak ada
perbaikan keluhan dan gejalanya maupun pengecilan tumornya lebih baik dikerjakan
laparatomi jangan ditunggu abses menjadi pecah yang mungkin perlu tindakan lebih luas.
Kemampuan fertilitas jelas menurun kemungkinan reinfeksi harus diperhitungan apabila
terapi pembedahan tak dikerjakan.
2. TOA yang pecah
Kemungkinan septisemia besar oleh karenanya perlu penanganan dini dan
tindakan pembedahan untuk menurunkan angka mortalitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai