Anda di halaman 1dari 6

1:

Artikel http://rumaysho.com

Bukan Pria Idaman


Manusia idaman sejati adalah makhluk langka. Begitu banyak ujian dan rintangan untuk menjadi seorang
idaman sejati. Kebalikannya, yang bukan idaman malah tersebar ke mana-mana. Inilah yang akan kita
bahas pada kesempatan kali ini. Siapakah pria yang tidak pantas menjadi idaman dan tambatan hati?
Apa saja ciri-ciri mereka? Mudah-mudahan -dengan izin Allah- kami dapat mengungkapkannya pada
tulisan yang singkat ini.

Ciri Pertama: Akidahnya Amburadul


Di antara ciri pria semacam ini adalah ia punya prinsip bahwa jika cinta ditolak, maka dukun pun
bertindak. Jika sukses dan lancar dalam bisnis, maka ia pun menggunakan jimat-jimat. Ingain buka usaha
pun ia memakai pelarisan. Jika berencana nikah, harus menghitung hari baik terlebih dahulu. Yang jadi
kegemarannya agar hidup lancar adalah mempercayai ramalan bintang agar semakin PD dalam
melangkah.
Inilah ciri pria yang tidak pantas dijadikan idaman. Akidah yang ia miliki sudah jelas adalah akidah yang
rusak.
Ibnul Qayyim mengatakan, Barangsiapa yang hendak meninggikan bangunannya, maka hendaklah dia
mengokohkan pondasinya dan memberikan perhatian penuh terhadapnya. Sesungguhnya kadar tinggi
bangunan yang bisa dia bangun adalah sebanding dengan kekuatan pondasi yang dia buat. Amalan
manusia adalah ibarat bangunan dan pondasinya adalah iman. (Al Fawaid)
Berarti jika aqidah dan iman seseorang rusak -padahal itu adalah pokok atau pondasi-, maka bangunan
di atasnya pun akan ikut rusak. Perhatikanlah hal ini!

Ciri Kedua: Menyia-nyiakan Shalat


Tidak shalat jama'ah di masjid juga menjadi ciri pria bukan idaman. Padahal shalat jama'ah bagi pria
adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam al Qur'an dan berbagai hadits. Berikut di
antaranya.

2:
Allah Taala menceritakan dalam firman-Nya mengenai shalat khouf (shalat dalam keadaan perang),





Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan
menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan
seraka'at) , maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah
datang golongan yang kedua yang belum shalat, shalatlah mereka denganmu. (QS. An Nisa: 102)

Artikel http://rumaysho.com

Dari ayat ini, Ibnul Qoyyim menjelaskan mengenai wajibnya shalat jamaah:
Ini merupakan dalil bahwa shalat jamaah hukumnya adalah fardhu ain karena dalam ayat ini Allah
tidak menggugurkan perintah-Nya pada pasukan kedua setelah dilakukan oleh kelompok pertama. Dan
seandainya shalat jamaah itu sunnah, maka shalat ini tentu gugur karena ada udzur yaitu dalam
keadaan takut. Seandainya pula shalat jamaah itu fardhu kifayah maka sudah cukup dilakukan oleh
kelompok pertama tadi. Maka dalam ayat ini, tegaslah bahwa hukum shalat jamaah adalah fardhu ain
dilihat dari tiga sisi: [1] Allah memerintahkan kepada kelompok pertama, [2] Selanjutnya diperintahkan
pula pada kelompok kedua, [3] Tidak diberi keringanan untuk meninggalkannya meskipun dalam
keadaan takut. (Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, hal. 110, Dar Al Imam
Ahmad)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam dan berkata,

.




- -

.
.
.





Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi
masjid. Maka ia meminta keringanan kepada Rasulullah untuk tidak shalat berjama'ah dan agar
diperbolehkan shalat di rumahnya. Kemudian Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun
ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi dan bertanya, Apakah kamu mendengar
adzan? Ia menjawab, Ya. Rasulullah bersabda, Penuhilah seruan (adzan) itu. (HR. Muslim). Orang
buta ini tidak dibolehkan shalat di rumah apabila dia mendengar adzan. Hal ini menunjukkan bahwa
memenuhi panggilan adzan adalah dengan menghadiri shalat jamaah. Hal ini ditegaskan kembali dalam
hadits Ibnu Ummi Maktum. Dia berkata,


.

- -


.

Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi shallallahu alaihi wa sallam

3:
bersabda, Apakah kamu mendengar seruan adzan hayya alash sholah, hayya alal falah? Jika iya, penuhilah
seruan adzan tersebut. (HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Lihatlah laki-laki tersebut memiliki beberapa udzur: [1] dia adalah seorang yang buta, [2] dia tidak punya
teman sebagai penunjuk jalan untuk menemani, [3] banyak sekali tanaman, dan [4] banyak binatang
buas. Namun karena dia mendengar adzan, dia tetap diwajibkan menghadiri shalat jamaah. Walaupun
punya berbagai macam udzur semacam ini, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tetap memerintahkan dia
untuk memenuhi panggilan adzan yaitu melaksanakan shalat jamaah di masjid. Bagaimana dengan
orang yang dalam keadaan tidak ada udzur sama sekali, masih diberi kenikmatan penglihatan dan
sebagainya?!

Artikel http://rumaysho.com

Imam Asy Syafi'i sendiri mengatakan, Adapun shalat jamaah, aku tidaklah memberi keringanan bagi
seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur. (Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 107)
Jika pria yang menyia-nyiakan shalat berjama'ah di masjid saja bukan merupakan pria idaman, lantas
bagaimana lagi dengan pria yang tidak menjalankan shalat berjama'ah sendirian maupun secara
berjama'ah?!
Seorang ulama besar, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, dalam kitabnya Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 7,
mengatakan, Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat (sepakat) bahwa meninggalkan shalat wajib
(shalat lima waktu) dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa
membunuh, merampas harta orang lain, zina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang
meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia
dan akhirat.
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kabair (pembahasan dosa-dosa besar), hal. 25, Ibnu Hazm berkata,
Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar
waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.

Ciri Ketiga: Sering Melotot Sana Sini


Inilah ciri berikutnya, yaitu pria yang sulit menundukkan pandangan ketika melihat wanita. Inilah ciri
bukan pria idaman. Karena Allah Ta'ala berfirman,







Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nur: 30)
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman untuk menundukkan pandangan
dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang
wanita yang bukan mahrom, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya.

4:
Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,

.


- -


Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak
sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera
memalingkan pandanganku. (HR. Muslim no. 5770)
Boleh jadi laki-laki tersebut jika telah menjadi suami malah memandang lawan jenisnya sana-sini ketika
istrinya tidak melihat. Kondisi seperti ini pun telah ditegur dalam firman Allah,




Artikel http://rumaysho.com

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS. Ghofir: 19)
Ibnu 'Abbas ketika membicarakan ayat di atas, beliau mengatakan bahwa yang disebutkan dalam ayat
tersebut adalah seorang yang bertamu ke suatu rumah. Di rumah tersebut ada wanita yang berparas
cantik. Jika tuan rumah yang menyambutnya memalingkan pandangan, maka orang tersebut melirik
wanita tadi. Jika tuan rumah tadi memperhatikannya, ia pun pura-pura menundukkan pandangan. Dan
jika tuan rumah sekali lagi berpaling, ia pun melirik wanita tadi yang berada di dalam rumah. Jika tuan
rumah sekali lagi memperhatikannya, maka ia pun pura-pura menundukkan pandangannya. Maka
sungguh Allah telah mengetahui isi hati orang tersebut yang akan bertindak kurang ajar. Kisah ini
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (12/181-182).
Ibnu 'Abbas mengatakan, Allah itu mengetahui setiap mata yang memandang apakan ia ingin khianat
ataukah tidak. Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid dan Qotadah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir,
12/182, Darul Qurthubah)

Ciri Keempat: Senangnya Berdua-duaan


Inilah sikap pria yang tidak baik yang sering mengajak pasangannya yang belum halal baginya untuk
berdua-duaan (baca: berkhalwat). Berdua-duaan (khokwat) di sini bisa pula bentuknya tanpa hadir
dalam satu tempat, namun lewat pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via FB dan lainnya. Seperti
ini pun termasuk semi kholwat yang juga terlarang.
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya. (HR.
Bukhari, no. 5233)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

5:

Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena
sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama
mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

Ciri Kelima: Tangan Suka Usil

Artikel http://rumaysho.com

Ini juga bukan ciri pria idaman. Tangannya suka usil menyalami wanita yang tidak halal baginya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun ketika berbaiat dan kondisi lainnya tidak pernah menyentuh
tangan wanita yang tidak halal baginya.
Dari Abdulloh bin Amr, Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah berjabat tangan dengan wanita ketika
berbaiat. (HR. Ahmad dishohihkan oleh Syaikh Salim dalam Al Manahi As Syariah)
Dari Umaimah bintu Ruqoiqoh dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya aku tidak pernah menjabat tangan para wanita, hanyalah perkataanku untuk seratus
orang wanita seperti perkataanku untuk satu orang wanita. (HR. Tirmidzi, Nasai, Malik dishohihkan oleh
Syaikh Salim Al Hilaliy)
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan
haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


















Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak.
Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan
berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati
adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau
mengingkari yang demikian. (HR. Muslim no. 6925)

Ciri Keenam: Tanpa Arah yang Jelas


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,




Seseorang dianggap telah berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya. (HR.
Muslim no. 996)

6:
Berarti kriteria pria idaman adalah ia bertanggungjawab terhadap istrinya dalam hal nafkah.
Sehingga seorang pria harus memiliki jalan hidup yang jelas dan tidak boleh ia hidup tanpa arah yang
sampai menyia-nyiakan tanggungannya. Sejak dini atau pun sejak muda, ia sudah memikirkan
bagaimana kelak ia bisa menafkahi istri dan anak-anaknya. Di antara bentuk persiapannya adalah
dengan belajar yang giat sehingga kelak bisa dapat kerja yang mapan atau bisa berwirausaha mandiri.
Begitu pula hendaknya ia tidak melupakan istrinya untuk diajari agama. Karena untuk urusan dunia
mesti kita urus, apalagi yang sangkut pautnya dengan agama yang merupakan kebutuhan ketika
menjalani hidup di dunia dan akhirat. Sehingga sejak dini pun, seorang pria sudah mulai membekali
dirinya dengan ilmu agama yang cukup untuk dapat mendidik istri dan keluarganya.

Artikel http://rumaysho.com

Sehingga dari sini, seorang pria yang kurang memperhatikan agama dan urusan menafkahi istrinya patut
dijauhi karena ia sebenarnya bukan pria idaman yang baik.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa sebagai petunjuk bagi para wanita muslimah yang ingin memilih laki-laki
yang pas untuk dirinya. Dan juga bisa menjadi koreksi untuk pria agar selalu introspeksi diri. Nasehat ini
pun bisa bermanfaat bagi setiap orang yang sudah berkeluarga agar menjauhi sifat-sifat keliru di atas.
Semoga Allah memudahkannya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Artikel Rumaysho.com
Diselesaikan di Sleman, 21 Muharram 1431 H.

Anda mungkin juga menyukai