Disusun oleh:
Etiafani
M2A008024
Fatimah Al-Shofa
M2A008025
Fiona Fisabilia
M2A008028
M2A009149
Amelia Octavianti
M2A009165
M2A009167
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mengenai
Motivasi, Motif Seks, dan Perilaku Reproduksi. Makalah ini disusun sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Psikologi Faal dan juga sebagai sarana dalam
memperluas wawasan mengenai ilmu yang terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dalam segi bahasa maupun sistematika penyusunan
sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai motivasi
kami untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dan guna evaluasi kami
selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang dilengkapi dengan akal budi
untuk bertindak, otak untuk berpikir dan belajar, dan perasaan untuk
mengendalikan emosi. Salah satu kegiatan yang dilakukan manusia adalah
bersetubuh atau berhubungan seksual. Hubungan seksual merupakan naluri
dasar dari mahluk hidup. Seks memiliki arti jenis kelamin atau organ kelamin.
Sedangkan seksualitas secara denotatif memiliki makna lebih luas karena
meliputi semua aspek yang berhubungan dengan seks yang bisa meliputi
nilai, sikap, orientasi,
tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup
tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka
kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena
tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk
melanjutkan generasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MOTIVASI
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata movere dalam bahasa latin, yang kemudian
menjadi to move, yaitu kata kerja dalam bahasa Inggris yang memiliki arti
menggerakkan Zimbardo & Gerring (dalam Sutoyo, 2001). Berdasarkan
makna secara bahasa, motivasi merupakan suatu kondisi aktif dalam diri
manusia. Yaitu suatu motif tertentu demi mendapat kesempatan memperoleh
pemuasan melalui tingkah laku yang sesuai dengan tujuan motif. Penggunaan
istilah motif, motivasi, dan need oleh banyak ahli cenderung digunakan
secara tidak konsisten. Banyak ahli memberikan pengertian yang sama pada
motif, motivasi, dan need, bahkan sering mempertukarkan penggunaannya.
Beberapa ahli menggunakan need atau motif sedangkan ahli yang lain justru
menggunakan istilah motivasi.
Woolfolk (dalam Sutoyo, 2001) mendefinisikan motivasi sebagai suatu
kondisi internal yang membangkitkan (energizing), mengarahkan (directing)
dan menjaga perilaku (maintaining). Istilah-istilah yang biasa digunakan
secara bergantian adalah: kebutuhan, keinginan, harapan dan motif (Neale,
dkk., dalam Sutoyo, 2001). Hersy dan Blanchard (dalam Sutoyo, 2001),
menyatakan bahwa motif merupakan kebutuhan (need): dorongan atau
impuls, sedangkan motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu. Para ahli
memberikan pengertian tentang motivasi dengan titik berat yang berbedabeda, sesuai dengan hasil penelitian yang mereka peroleh dan ilmu
pengetahuan yang mereka pelajari. Meskipun demikian, ada juga semacam
kesamaan pendapat yang dapat ditarik mengenai pengertian motivasi, yaitu:
suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
Sedangkan kata motif adalah suatu alasan/dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu.
teori
homeostatis
selalu
berupaya
menjaga
ekuilibrasi
(dalam Joesoef, 1997) tidak membedakan secara jelas antara motif dan
motivasi.
Menurutnya, motif muncul ketika ada stimulus eksternal yang
menyebabkan kesenjangan antara harapan dan persepsi individu terhadap
realitas. Dasar pemikiran Mc Clelland adalah setiap organisme di setiap
situasi mempunyai beberapa tingkat penyesuaian diri. Ketika situasi berubah
dan menyebabkan kesenjangan antara keduanya maka timbul afeksi. Afeksi
dapat bersifat positif (pengalaman menyenangkan) bila kesenjangan yang
terjadi
kecil
dan
dapat
bersifat
negatif
(pengalaman
yang
tidak
penting bagi
sebagai motif biologis, ada lebih banyak seks daripada sekedar hormon dan
respon fisiologis.
Saat mempertimbangkan motivasi seksual dari sudut pandang biologis,
seks mempunyai ciri yang terangkai sebagai bagian dari dorongan biologis
yang lain. Pertama, seks bukan diperlukan untuk mempertahankan hidup
individu, kecuali bahwa seks tersebut diperlukan untuk kelangsungan hidup
spesies tersebut. Kedua, perilaku seks tidak ditimbulkan dari kekurangan
substansi kimia tertentu dalam tubuh. Ketiga, motivasi seksual lebih
dipengaruhi oleh informasi pancaindera dan lingkungan, yaitu insentif
dibandingkan dengan motivasi biologis lainnya.
1. Hormon Seks dan Peran Pengorganisasiannya
Estrogen, hormon seks pada wanita, sebagian besar berasal dari indung
telur, tetapi mereka juga berasal dari kelenjar adrenal. Estradiol adalah salah
satu dari estrogen yang paling penting. Androgens adalah hormon seks pada
pria, dikeluarkan ke dalam darah dari testes dan kelenjar internal. Testosteron
adalah androgen utama. Baik hormon seks pria maupun wanita ada pada pria
maupun wanita; hanya jumlah relatifnya yang berbeda.
Pada kehidupan kemudian yaitu pada masa pubertas, organ-organ seks
tumbuh dengan cepat dan pengeluaran hormon meningkat. Ciri-ciri seksual
kedua, yaitu pembesaran payudara, bentuk tubuh, pita suara, jumlah dan
permukaan rambut muka, berkembang dibawah pengaruh hormon estrogen
dan endogen selama masa pubertas. Bukan hanya tubuh, tetapi otak,
nampaknya diorganisir oleh hormon seks untuk mempengaruhi seseorang
untuk berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan. Kini jelas dalam kasus
binatang tingkat yang lebih rendah, dimana organisasi anatomis dari bagianbagian tertentu dari otak (khususnya hypothalamus) dapat diubah oleh
pemberian hormon dalam kehidupan awal mereka (Gorski, dkk. dalam
Morgan, dkk. 1986).
manusia. Respon seksual merupakan respon fisik atau respon tubuh terhadap
rangsangan-rangsangan seksual. Aspek-aspek fisik dari pemenuhan seksual,
yang biasanya sama dengan pencapaian orgasme, sama untuk kaum laki-laki
dan perempuan dengan respon-respon fisiologis yang terjadi di dalam alat
kelamin mereka. Respon-respon fisiologis memiliki dua bentuk:
a. Vasocongestion (kongesti vaskular)
Dimana ada aliran darah yang meningkat ke dalam jaringan erektil
sehingga jaringan erektil tersebut membesar dan mengeras.
b. Myotonia
Dimana otot-otot berkontraksi. Refleks yang diaktivasi di medulla spinalis
dimodulasi oleh sistem saraf pusat yang lebih tinggi dan mengendalikan
setiap responsnya.
Master dan Johnson (1966) menyatakan bahwa terdapat empat fase
yang dialami oleh wanita maupun pria ketika melakukan aktivitas seksual,
yaitu :
a. Excitement Phase
Excitement Phase (fase eksitasi) yaitu ketertarikan seksual yang
dirangsang oleh stimulus psikologis atau fisiologis. Pada fase ini,
peningkatan aliran darah pada organ genital mulai terjadi.
Pada pria, peningkatan aliran darah menyebabkan penis menjadi ereksi.
Ereksi terjadi dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) pada otot
polos lakunar penis yang akan menyebabkan penis menjadi besar dan keras.
Rangsangan erektil dapat bersifat psikogenik atau somatogenik. Rangsangan
psikogenik dapat meliputi rangsangan sensoris terhadap imajinasi atau visual
langsung, termasuk gambar erotis. Sinyal ini diintegrasikan di dalam sistem
limbik otak dan ditransmisikan melalui jalur desendens ke medulla spinalis.
Sinyal kemudian berjalan melalui saraf eferen otonom dan visceral menuju
penis. Rangsangan somatogenik melalui sentuhan pada penis atau perineum
di sekelilingnya. Rangsangan taktil ini secara refleks akan mengaktivasi
serabut eferen yang sama seperti jalur medulla spinalis. Refleks taktil ini
biasanya tetap ada setelah transeksi medulla spinalis. Ereksi pada fase ini
dapat cukup rentan terhadap sinyal eksternal dan dapat berakhir tanpa
progresi ke fase berikutnya. Perubahan keadaan fisik sekitar, misalnya suara
bising yang tiba-tiba, dapat menganggu ereksi penis pada fase ini.
Pada wanita, peningkatan aliran darah menyebabkan adanya lubrikasi
pada vagina. Lubrikasi vagina dimulai 10-30 detik setelah menerima
rangsangan yang menggairahkan dan berlanjut secara progresif hingga
mencapai orgasme. Semakin lama fase eksitasi dan plato, semakin banyak
produksi cairan pelumas vagina. Klitoris membengkak sebagai akibat dari
vasocongestion. Dua pertiga bagian atas vagina juga melebar dan memanjang
selama fase ini. Keadaan ini membuat uterus terdorong ke atas ke arah pelvis
palsu, mengembalikan letak serviks di atas dasar vagina dan membuat
tenda pada permukaan vagina tengah. Perubahan ini menyebabkan
pembesaran diameter vagina. Labia minor menjadi bertambah besar akibat
pengumpulan darah selama fase ini. Pembesaran labia minor ini
menyebabkan labia mayor bergeser ke atas dan menjauh dari introitus vagina.
Peningkatan diameter labia minor bertambah setidaknya 1 cm dari panjang
vagina fungsional.
Pada pria maupun wanita, puting dapat mengeras dan menjadi tegak
karena adanya kontraksi pada serat otot. Peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah juga terjadi.
b. Plateau Phase
Fase plato dimana keadaan bergairah meningkat. Pada pria, ukuran
testis membesar dan skrotum beserta testis turun ke arah perineum. Terdapat
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah sistolik. Sesaat sebelum
ejakulasi, terjadi rona kemerahan yang hangat di sekitar abdomen atas,
batang tubuh, leher dan wajah. Terdapat peningkatan ketegangan otot yang
difus dan mendekati maksimal di seluruh tubuh. Emisi dengan cepat terjadi
sebelum ejakulasi. Selama emisi, kontraksi otot di dalam kelenjar prostat, vas
deferens, dan vesikula seminalis diinduksi dan selanjutnya plasma semen
serta spermatozoa dikeluarkan ke dalam uretra bagian posterior.
d. Resolution Phase
Fase resolusi di mana gairah seksual akan menghilang. Resolusi
biasanya membutuhkan waktu selama 15 sampai 30 menit setelah orgasme.
Namun, ketika orgasme tidak terjadi, resolusi bisa membutuhkan waktu
sampai 1 jam. Perubahan-perubahan fisiologis ini berhubungan dengan
kembalinya gairah dan orgasme ke garis dasar. Walaupun pria dan wanita
melalui fase respons seksual yang sama, namun keduanya berbeda dalam
durasi dan intensitas setiap tahapan seksual.
Pengecilan penis selama fase ini terjadi dalam dua tahap berbeda. Tahap
pertama pada involusi penis terjadi sangat cepat. Ukuran penis mengecil dari
ereksi penuh hingga setengah lebih besar daripada keadaan biasa tanpa
stimulasi. Penis tidak dapat distimulasi atau refrakter total selama tahap
pertama ini. Tahap kedua merupakan proses yang lebih lama yang
mengembalikan penis ke ukuran normal. Secara progresif penis mendapatkan
kembali kemampuan responsifnya. Pada wanita, terjadi dekongesti labia,
mengecilnya klitoris, dan relaksasi vagina.
e. Fertilisasi
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan sel
telur di tuba fallopi. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus),
dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita,
akan dilepaskan cairan mani yang berisi sperma ke dalam saluran reproduksi
wanita.
Jika kopulasi terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut masa subur
wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita
akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat
ovulasi.
Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu:
1. Ovulasi terjadi 14 2 hari sebelum haid yang akan datang.
2. Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi.
3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Pertemuan atau penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang
disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo,
pembuahan terjadi di daerah tuba fallopi umumnya di daerah ampula /
infundibulum.
Proses Fertilisasi
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke
dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi
miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat kopulasi.
Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan
umbai pada ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba fallopi. Ovum
yang dikelilingi oleh perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 510
m, yang disebut zona pelusida. Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan
mengempis dan berubah menjadi kuning, membentuk korpus luteum.
Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya.
Dari 60 100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada
saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus
serviks dan mencapai rongga uterus, beberapa ratus sperma dapat melewati
pintu masuk tuba fallopi yang sempit dan beberapa diantaranya dapat
bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopi. Hal ini
disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi.
Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah
sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan
terpengaruh oleh zat zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom
dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona
radiata.
Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona
radiata, trypsine like agent dan lysine zone yang dapat melarutkan dan
membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu
sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma tersebut
ini
akan
memperoleh
kepuasan
seksualnya
dengan
memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan
kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan
semakin
terangsang.
Kondisi
begini
sering
diderita
pria
dengan
seksual.
Setelah
melakukan
kegiatan
mengintipnya,
e. Fetishisme
Penderita kelainan ini, aktivitas seksualnya disalurkan melalui
bermaturbasi dengan breast holder, celana dalam, kaos kaki atau benda lain
yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual.
f. Pedophilia
Adalah orang dewasa yang suka melakukan hubungan seks/kontak fisik
yang merangsang dengan anak di bawah umur.
g. Bestially
Adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang
seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan
lainnya.
h. Frotteurisme
Yaitu suatu bentuk kelainan seksual dimana seorang laki-laki
mendapatkan
kepuasan
seks
dengan
jalan
menggesekkan
atau
BAB III
KESIMPULAN
Dari teori motivasi, motif seks dan perilaku reproduksi yang telah
dijelaskan diatas, didapatkan kesimpulan bahwa motivasi adalah proses dinamis
yang ada dalam diri individu yang mendorong dan mengarahkan perilaku untuk
mencapai tujuan tertentu sebagai usaha perwujudan motif. Ada beberapa motif
yang telah dibahas dalam makalah ini, yaitu motif biologis, seks dan perilaku
reproduksi. Motif biologis sebagian datang dari kondisi fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh, sedangkan motif seks diperlukan untuk
kelangsungan hidup spesies tersebut. Motivasi seksual lebih dipengaruhi oleh
informasi pancaindera dan lingkungan. Reproduksi adalah suatu proses biologis di
mana organisme baru diproduksi. Perilaku reproduksi adalah cara dasar
mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan. Salah satu
bentuk perilaku reproduksi adalah adanya perilaku dari respon seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara,Suwardi.2005. Seksologi Jawa. Yogyakarta: Buana Pustaka
Hall, Calvin S., Lindzey Gardner & Campbell John B. (1998). Theories of
Personality 4th edition. New York: John Wiley & Sons, inc
Heffner, L. J., Schust, D. J. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi (The
Reproduction System at a Glance) Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Kartono, Kartini, Gulo, Dali. 1982. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya
Moeloek, F. A., 2002. Etika dan Hukum Teknik Reproduksi Buatan. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Bagian Obstetri dan Ginekologi.
Moore H, Frisher. 1987.
Rosdakarya
Hubungan
Masyarakat.
Bandung:
PT. Remaja