Struktur keuangan adalah perimbangan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil kegitatan operasional suatu perusahaan secara konsepsional dipengaruhi oleh keputusan manajemen dalam menetapkan struktur keuangan. Dengan demikian jika sebuah perusahaan beroperasi pada tingkat efisiensi yang sama untuk memperoleh pendapatannya maka kebijakan penetapan sumber pembelanjaan (financial decision) tidak akan menyebabkan perubahan terhadap pencapaian hasil kegiatan operasional. Tetapi sebaliknya, keputusan penetapan sumber pada tingkat efisiensi operasional tersebut akan mempunyai keragaman pengaruh terhadap penghasilan perusahaan. Dengan kata lain bahwa penetapan struktur pembelanjaan atau struktur keuangan yang berbeda akan mempunyai kekuatan berlainan bagi perubahan penghasilan dan nilai perusahaan. Keadaan tersebut disebabkan karena setiap perubahan struktur modal akan selalu disertai oleh adanya perubahan tingkat resiko finansiilnya. Sinaga (1999) mengemukakan bahwa struktur keuangan suatu badan usaha tercermin dalam semua pos pada sisi pasiva neraca perusahaan. Seluruh pos ini bila dikurangi dengan kewajiban jangka pendek adalah struktur pemodalan perusahaan. Sisi kanan neraca perusahaan ini, identik dengan sumber dana yang diperoleh perusahaan yang menciptakan adanya kewajiban termasuk ekuitas atau modal sendiri. Kewajiban yang tercipta harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak melebihi kekayaan perusahaan. Dalam hubungannya dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan, ada pedoman atau aturan struktur keuangan yang konservatif, baik yang vertikal maupun yang horizontal. Aturan struktur keuangan konservatif yang vertikal memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dengan modal sendiri. Sedangkan aturan struktur keuangan yang horizontal memberikan batas imbangan antara besarnya modal sendiri di satu pihak dengan besarnya aktiva tetap dan persediaan besi dilain pihak. Aturan tersebut menyatakan bahwa keseluruhan aktiva tetap dan persediaan besi harus sepenuhnya ditutup atau dibelanjai dengan modal sendiri, yaitu modal yang tetap tertanam di dalam perusahaan.