Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN DAN STRATEGI MENUJU PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD

GOVERNANCE)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Pemerintahan
Pemerintahan secara popular sering disebut dengan good governance. Istilah Good governance
ini secara umum diterjemahkan dengan pemerintahan yang baik, meskipun istilah aslinya
memandang luas dimensi governance tidak sebatas hanya menjadi pemerintahan saja. Selain itu
good governance dapat juga diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada
nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Sedangkan pemerintahan
dalam artian umum adalah lembaga atau badan-badan publik dalam menjalankan fungsinya
untuk mencapai tujuan Negara. Perintahan dalam artian luas adalah segala kegiatan badan-badan
publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan
Negara. Pada dasarnya konsep good governance memberikan rekomendasi pada system
pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga-lembaga Negara baik di tingkat pusat
maupun daerah, sektor swasta dan masyarakat madani.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum
serta undang-undang di wilayah tertentu1. Berikut sembilan aspek fundamental (asas) dalam
perwujudan good governance, yaitu :
1. Partisipasi (Participation)
Semua warga negara berhak terlibat dalam keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga
perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka.2 Paradigma sebagai center for public
harus diikuti dengan berbagai aturan sehingga proses sebuah usaha dapat dilakukan dengan baik
dan efisien, selain itu pemerintah juga harus menjadi public server dengan memberikan
pelayanan yang baik, efektive, efisien, tepat waktu serta dengan biaya yang murah, sehingga
mereka memiliki kepercayaan dari masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat berperan besar
dalam pembangunan, salah satunya diwujudkan dengan pajak.
2. Penegakan Hukum (Rule of Law)
Penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintah yang profesional dan harus didukung oleh
penegakan hukum yang berwibawa.3 Penegakan hukum sangat berguna untuk menjaga stabilitas
nasional. Karna suatu hukum bersifat tegas dan mengikat. Perwujudan good governance harus di
imbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur
sebagai berikut :

Supremasi Hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara dan peluang
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum dan
peraturan yang jelas dan tega dan dijamain pelaksanaannya secara benar serta independen.
Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum
yang jelas dan pasti, tidak duplikasi dan tidak bertentangan antara satu dengan lainnya.
Hukum yang responsive, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
msyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum yang
berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu jabatan maupun status sosialnya sebagai contoh
aparat penegak hukum yang melanggar kedisiplinan dan hukum wajib dikenakan sanksi.
Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh penguasa
atau pengaruh lainnya. Sayangnya di negara kita independensi peradilan belum begitu baik dan
dinodai oleh aparat penegak hukum sendiri, sebagai contoh kecilnya yaitu kasus suap jaksa.
3. Tranparasi (Transparency)
Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini bangsa indonesia terjebak dalam kubangan korupsi
yang sangat parah. Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak kegiatan
korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak baik. Dalam pengelolaan negara, Goffer
berpendapat bahwa terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara transparasi, yaitu :
Penetapan posisi dan jabatan.
Kekayaan pejabat publik.
Pemberian penghargaan.
Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
Kesehatan.
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
Keamanan dan ketertiban.
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
4. Responsif (Responsiveness)
Asas responsif adalah bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat
secara umum. Pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya, bukan menunggu
masyarakat menyampaikan aspirasinya, tetapi pemerintah harus proaktif dalam mempelajara dan
mengalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Jadi setiap unsur pemerintah harus memiliki dua
etika yaitu etika individual yang menuntut pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan
loyalitas profesional. Dan etika sosial yang menuntut pemerintah memiliki sensitifitas terhadap
berbagai kebutuhan pubik.5 Orientasi kesepakatan atau Konsensus (Consensus Orientation).
Asas konsensus adalah bahwa setiap keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah. Cara pengambilan keputusan secara konsensus akan mengikat sebagiah besar
komponen yang bermusyawarah dalam upaya mewujudkan efektifitas pelaksanaan keputusan.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan maka akan semakin banyak
aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili selain itu semakin banyak yang melakukan
pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum maka akan semakin tinggi tingkat
kehati-hatiannya dan akuntanbilitas pelaksanaannya dapat semaki di pertanggungjawabkan.
5. Keadilan dan Kesetaraan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Pemerintah harus bersikap dan berprilaku adil dalam memberikan pelayanan terhadap publik
tanpa mengenal perbedaan kedudukan, keyakinan, suku, dan kelas sosial.
6. Efektivitas (Effectifeness) dan Efisiensi (Efficiency)
Yaitu pemerintah harus berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas biasanya diukur
dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari
berbagai kelopok dan lapisan sosial. Sedangkan asas efisiensi umumnya diukur dengan
rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semakin kecil biaya
yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran maka pemerintah dalam kategori efisien.
7. Akuntabilitas (Accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.6 Setiap pejabat publik dituntut
untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas
sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas dalam upaya menuju
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
8. Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang.
Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and clean governance. Dengan kata
lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya pada sepuluh
atau dua puluh tahun ke depan. Tidak sekedar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan
datang, seorang yang menempati jabatan publik atau lembaga profesional lainnya harus
mempunyai kemampuan menganalisis persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga
yang dipimpinnya.
B. Good and Clean governance dan kontrol sosial
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good
and clean governance, setidaknya harus melakukan lima aspek pelaksanaan prioritas program,
yakni :
1. Penguatan fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan
Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, DPRD, mutlak dilakukan dalam
rangka peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya pemerintahan7. Selain
melakukan check and balances , lembaga legislatif juga harus mampu menyerap dan
mengartikulasikan aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan pembangunan yang berorientasi
pada kepentingan masyarakat kepada lembaga eksekitif.
2. Kemandirian Lembaga Peradilan

Kesan yang paling buruk dari pemerintahan orde baru adalah ketidak mandirian lembaga
peradilan. Intervensi eksekutif terhadap yudikatif masih sangat kuat,sehingga peradilan tidak
mampu menjadi pilar terdepan dalam penegakan asas rule of law. Hakim, jaksa dan polisi tidak
bisa dengan leluasa menetapkan perkara. Era reformasi sebagai era pembaharuan juga masih
belum memberikan angin segar bagi independensi lembaga peradilan, karna mainstream
pembaharuan independensi lembaga peradilan sampai saat ini belum jelas. Untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa berdasarkan prinsip good and governance peningkatan
profesionalitas aparat penegak hukum dan kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan.
Akuntabilitas aparat penegak hukum dan lembaga yudikatif merupakan pilar yang menentukan
dalam penegakan hukum dan keadilan.
3. Aparatur Pemerintah yang Profesional dan Penuh Integritas
Birokrasi di Indonesia tidak hanya dikenal buruk dalam memberikan pelayanan publik, tapi juga
telah memberi peluang berkembangnya praktik-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN)8.
Dengan demikian pembaharuan konsep, mekanisme dan paradigma aparatur negara dari
birokrasi elitis menjadi birokrasi populis (pelayanan rakyat) harus dibarengi ddengan
peningkatan profesionalitas dan integritas moral jajaran birokrasi pemerintah. Akuntabilitas
jajaran birokrasi akan berdampak pada naiknya akuntabilitas dan legitimasi birokrasi itu sendiri.
Aparatur birokrasi yang mempunyai karakter tersebut dapat bersinergi dengan pelayanan
birokrasi secara cepat, efektif, dan berkualitas.
4. Masyarakat Madani yang Kuat dan Partisipatif
Peningkatan partisipasi masyarakat adalah unsur penting dalam merealisasikan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan publik mutlak
dilakukan dan difasilitasi oleh negara. Masyarakat mempunyai hak untuk menyampaikan usulan,
mendapat informasi, dan hak untuk melakukan kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah.
Kritik dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga perwakilan, pers maupun dilakukan secara
langsung lewat dialog-dialog terbuka dengan jajaran birokrasi bersama LSM, partai politik,
maupun organisasi sosial lainnya9. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dalam Kerangka Otonomi
Daerah.
Salah satu kelemahan dari pemerintahan masa lalu adalah kuatnya sentralisasi kekuasaan pada
pemerintah pusat, sehingga potensi-potensi daerah dikelola oleh pemerintah pusat. Kebijakan ini
menimbulkan akses yang amat parah, karena banyak daerah yang amat kaya dengan sumber daya
alamnya, justru menjadi kantong-kantong kemiskinan nasional. Untuk merealisasikan prinsipprinsip clean and good governance, kebijaksanaan ekonomi daerah dapat dijadikan sebagai
media transformasi pewujudan model pemerinttahan yang menopang tumbuhnya kultur
demokrasi di Indonesia. Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah
memberikan wewenang pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan masyarakat
dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI. Dengan
pelaksanaan otonomi daerah pencapaian tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih
cepat agar pada akhirnya akan mendorong kemandirian masyarakat.

Implementasi otonomi daerah di Indonesia dapat dilihat sebagai sebuah strategi yang memiliki
tujuan ganda. Pertama, diberlakukannya otonomi daerah merupakan strategi dalam merespons
tuntutan masyarakat di daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of powers,
distribution of incomes, dan kemandirian sistem manajemen di daerah. Kedua, otonomi daerah
dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam memperkokoh
perekonomian nasional menuju kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Demikian pula dengan semakin besarnya partisipasi masyarakat, desentralisasi kemudian akan
mempengaruhi komponen pemerintahan lainnya, seperti bergesernya orientasi pemerintah dari
command and control menjadi berorientasi pada demand (tuntutan) and public needs (kebutuhan
public). Orientasi inilah kemudian akan menjadi dasar bagi pelaksanaan peran pemerintah sebagi
stimulator, fasilitator, koordinator dan entrepreneur (wirausaha) dalam proses pembagunan.

Oleh karenanya, otonomi daerah akan menjadi formulasi yang tepat apabila diikuti dengan
serangkaian perubahan di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik tidak saja sekedar
perubahan format institusi, akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk
mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif,
transparan dan akuntabel sehingga cita-cita mewujudkan good governance benar-benar akan
tercapai. Cara untuk menggunakan khazanah kekayaan negara itu dengan sebaik-baiknya ialah:
Melibatkan rakyat atau paling tidak orang miskin untuk memiliki saham dalam
mengusahakan pengeluaran khazanah itu. Dengan diberikan saham kepada mereka secara subsidi
dari pemerintah.
Membuat perusahaan untuk mengusahakan pengeluaran kekayaan bumi tsb, supaya
hasilnya merata dan melimpah-ruah kepada negara dan rakyat, sekaligus menambah pendapatan
rakyat.
Good and Clean Governance dan Gerakan Antikorupsi. Korupsi adalah tingkah laku
individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna meraih keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum dan Negara secara spesifik. Korupsi menjadi penyebab ekonomi menjadi
berbiaya tinggi, politik yang tidak sehat, dan kemerosotan moral bangsa yang terus - menerus
merosot.
Konsepsi Pemerintah Untuk Kesejahteraan Rakyat

1.
2.
3.
4.
5.

Pada abad XX telah berkembang dengan pesat tipe negara kesejahteraan (welfare state) yakni
suatu tipe kenegaraan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bagi warganya. Tipe negara
ini muncul akibat krisis tahun 1930. Konsepsi negara dengan tipe kesejateraan ini , pertama kali
dicetuskan olehBeveridge, yang merupakan anggota parlemen Inggris, di mana dalam tipe negara
kesejahteraan ini mengandung suatu program sosial, dengan perincian antara lain tentang :
Meratakan pendapatan masyarakat.
Usaha kesejahteraan sosial sejak manusia lahir sampai meninggal.
Mengusahakan lapagan pekerjaan yang seluas-luasnya.
Pengawasan terhadap upah oleh pemerintah.
Usaha dalam bidang pendidikan di sekolah-sekolah, pendidikan lanjutan atau latihan
kerja dan sebagainya.

Negara kita nampaknya ikut juga terpengaruh dan termasuk yang menggunakan konsep negara
kesejahteraan. Suau konsekuensi logis dari adanya negara yang bertipe welfare state ini ada
campur tangan yang cukup besar dari pihak pemerintah terhadap aspek-aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
Aspek kehidupan masyarakat seperti aspek sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya tidak
terlepas dari campur tangan pemerintah. Di Indonesia hal ini jelas tercantum di dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUDNRI) Tahun 1945 alinea
keempat tentang tujuan negara Indonesia yang menyatakan :
untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
Di dalam pembukan alinea keempat itu jelas dinyatakan tujuan Negara Indonesia ialah salah
satunya kesejahteraan umum atau kesejahteraan sosial dimana ini sesuai dengan tipe Negara
hukum yang bertujuan untuk kesejahteraan. Tentunya dalam mencapai itu merupakan tugas
pemerintah Negara Indonesia yang menyelenggarakan negara yang akan mewujudkan
kemakmuran bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Sehingga pemerintah diberi kekuasaan didalam
UUDNRI untuk menguasai kekayaan dan segala hal yang bermanfaat bagi kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.
Kemudian hal itu dituangkan di dalam pasal-pasal UUDNRI yang salah satunya terdapat didalam
pasal 33 dan 34 tentang perekonomian dan kesejahteran sosial yang berbunyi :
Pasal 33 ayat (1) : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Ayat (2) : Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai negara. Ayat (3) : Bumi dan air dan kekayaan alam serta yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pasal 34 ayat (1) : Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Ayat (2) :
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat (3) Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak.
Di atas sudah jelas bahwa pemerintah negara Indonesia melalui fungsi aparat pemerintah dituntut
untuk mewujudkan kepentingan umum atau rakyat Indonesia agar hidup makmur dan sejahtera.
Tentunya hal itu dapat dilakukan dengan perwujudan kefungsian aparat pemerintah yang mampu
melayani kebutuhan rakyatnya.

Dalam hukum tata pemerintahan fungsi pemerintah merupakan fungsi pokok yang harus
dilaksanakan sendiri oleh pemerintah dan tidak boleh diwakilkan. Setiap negara pasti
melaksanakan fungsi ini, sebab pelaksanaan fungsi ini merupakan inti jalannya roda
pemerintahan. Kemudian pemerintah juga melakukan fungsi pelayanan yang merupakan fungsi
penunjang yang sifatnya pemberian pelayanan umum/pelayanan publik (public service). Fungsi
pelayanan disebut juga sebagai fungsi relatif karena apabila fungsi ini tidak dilaksanakan maka
roda pemerintahan masih dapat berjalan namun yang terpengaruh adalah perwujudan tujuan
negara. Dalam hal ini, penulis tertarik mengkaji mengenai bagaimana tinjauan yuridis tentang
pelaksanaan fungsi pelayanan yang dilakukan oleh aparat pemerintah.
1.
A. Pengertian pemerintah dan aparat pemerintah
Istilah pemerintah digunakan dalam dua pengertian. Pertama dalam arti luas adalah kegiatan
negara dalam melaksanakan kekuasaan politik. Seluruh kekuasaan yang ada dalam suatu negara
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif) .Kedua, dalam arti sempit adalah meliputi kegiatan negara
kecuali tugas pembuatan undang-undang dan peradilan yakni melaksanakan undang-undang
sebagai penyelenggara negara.
Secara teoritis kekuasaan atau wewenang menyelenggaakan urusan pemerintahan negara
umumnya dibedakan :
1.
2.
3.

1.

Kekuasaan membuat peraturan (statutory legislative power).


Kekuasaan melaksanakan kekuasaan kehakiman (statutory judicial power).
Kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan (statutory adminitratif power).
Di negara belanda istilah pemerintahan yang bersifat eksekutif lazim disebutbestuur. Kegiatan
bestuur meliputi seluruh lapangan kegiatan negara setelah dikurangi regering dan rechtspraak.
Muchsan menyatakan bahwa yang dimaksud aparat pemerintahan (dalam arti sempit) adalah
para pejabat yang melaksanakan kekuasaan eksekutif. Di negara Indonesia berdasarkan
UUDNRI tahun 1945 bentuk aparat pemerintahan dalam arti sempit adalah Presiden sebagai
kepala pemerintahan yang dibantu Wakil Presiden dengan para menteri sebagai pembantu
presiden beserta pejabat-pejabat bawahan lainnya seperi Gubernur, Bupati dan walikota serta
perangkat daerah dan desa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
aparat pemerintahan adalah aparat dalam ruang lingkup pemerintah dalam arti sempit (eksekutif).

B. Tinjauan yuridis tentang pelaksanaan fungsi pelayanan yang dilakukan oleh


aparat pemerintah
Pemerintahan dalam suatu negara, memiliki peran yang sangat besar dalam menjalankan fungsi
dan tanggung jawab negara dalam mencapai tujuan utamanya, yakni kesejahteraan dan
kemakmuran bagi warga negaranya yang tertuang di dalam pembukaan UUDNRI Tahun 1945.
Muchsan[1] menyatakan fungsi itu adalah tugas, fungsi itu berkaitan dengan hak dan kewajiban
Secara garis besar, aparat pemerintah memiliki 2 (dua) fungsi utama dalam menjalankan tugas
dan kewenangannya, yaitu :
1.
Fungsi memerintah (besturen functie)

Fungsi memerintah merupakan fungsi pokok yang melekat pada organisasi pemerintah yang
menjadi tanggung jawab utama untuk dijalankan. Fungsi pokok ini harus dilaksanakan oleh
aparatur pemerintah sendiri berdasarkan fungsi masing-masing. Dalam fungsi pokok ini aparat
pemerintah harus tampil sendiri atau melaksanakan sendiri.
1.

2.
Fungsi pelayanan (verzorgen functie)
Fungsi pelayanan merupakan fungsi penunjang yang bersifat relatif. Fungsi ini ditujukan bagi
terlaksananya tujuan Negara dalam melayani warga negaranya melalui organ pemerintah dan
aparat pemrintah. Di dalam fungsi pelayanan ini aparat melaksanakan amanah undang-undang
yang bertujuan agar negara Indonesia sejahtera dan makmur.
Dalam konteks pelaksanaan fungsi pemerintah, pelayanan dapat dikategorikan sebagai upaya
untuk menyiapkan, menyediakan, atau mengurus keperluan warga masyarakatnya. Pelayanan
pada dasarnya adalah tindakan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dengan
mengharapkan sesuatu atau tidak mengharapkan sesuatu.
Fungsi pelayanan ini memiliki 3 alternatif yang dapat dilakukan yang terdiri dari :
1)

Aparat pemerintah tampil sendiri dengan dasar hukum hak monopoli

Pelaksanaan dari fungsi pelayanan ini merupakan hak monopoli oleh pemerintah. Dalam artian,
bahwa pelayanan menjadi tanggung jawab penuh pemerintah, sebagai hak dan kewenangan yang
dimilikinya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Hak monopoli ini memiliki dasar
hukum, khusunya yang tertuang dalam UUDNRI Tahun 1945 Pasal 33 Ayat (1,2,3), yang pada
prinsipnya Negara menguasai cabang-cabang penting dan segala sumber daya alam di negara
indonesia ini dan kemudian dipergunakan sepenuhnya dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kata-kata dikuasai itulah yang memaknai hak monopoli, dan
digunakan untuk kebutuhan pokok masyarakat.
Contohnya ialah Sembilan bahan pokok (sembako) yang disalurkan oleh BULOG sebagai
kebutuhan pokok masyarakat dikuasai negara merupakan amanah dari konstitusi. begitu juga
dengan penguasaan negara berupa badan-badan usaha milik negara (BUMN) seperti PLN,
PDAM, PERTAMINA, PT. KAI, dll.
Hak monopoli yang diberikan oleh UUDNRI pada pemerintah memiliki tujuan utama dalam 2
(dua) aspek penting, yaitu :
1.

Masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya secara merata. Dengan adanya monopoli,


maka harga-harga kebutuhan pokok masyarakat akan lebih terjangkau, dikarenakan hak
penentuan pengelolaan yang sepenuhnya ditangan pemerintah. Melalui monopoli, pemerintah
dapat melakukan proses pemberian keringanan harga bagi masyarakat melalui subsidi dan
lainnya. Sehingga kaya atau miskin dapat merasakan atau melengkapi kebutuhannya.
Contoh : kebutuhan akan air, listrik, sandang, pangan dan papan.

1.

Agar supaya harga terjangkau oleh taraf standard ekonomi rakyat. Melalui monopoli,
maka pemerintah akan lebih mudah mengontrol harga dan persediaan. Dengan demikian,
distribusi kebutuhan pokok masyarakat akan lebih mampu ditangani dengan baik secara merata
dan adil.
Contoh : pemeritah memberikan subsidi BBM pada rakyat.
Namun demikian, meski pelayanan melalui monopoli ini dianggap positif dan menguntungkan,
akan tetapi bentuk pelayanan tersebut juga mempunyai dampak negatif, yaitu kecenderungan
tingkat pelayanan yang tidak maksimal dan terkesan seadanya dan acap kali menurun. Hal ini
dikarenakan tidak adanya persaingan pelayanan yang tentu saja akan memacu tingkat kualitas
pelayanan. Tidak adanya motivasi pelayanan. Namun diusahakan unsur negatif itu harus ditekan
dan dikurangi.
2) Aparat pemerintah tampil bersama-sama dengan swasta dengan dasar hukumnya berupa
kerja sama atau pemberian subsidi
Bentuk pelayanan ini merupakan model kerjasama antara pihak pemerintah dan pihak swasta.
Secara prinsip, pihak pemerintah membuka peluang dalam bentuk pelayanan kerjasama ini
bersama swasta, agar pelayanan kepada warga masyarakat dapat berjalan dengan lancar, baik
secara kualitas maupun secara kuantitas. Dikarenakan pemerintah butuh bantuan agar negara
yang seluas ini dapat teratasi dengan baik segala permasalahannya.
Contoh : di dalam dunia pendidikan pemerintah bekerja sama dengan swasta berupa pemberian
ijin mendirikan TK, SD, SMP/MTS, SMA/SMK/MAN, PT untuk ikut mencerdaskan bangsa.
Dampak positif dari bentuk pelayanan kerjasama ini tentu saja akan mampu memberikan peluang
bagi pemerintah dalam menutupi tingkat pelayanan yang selama ini dianggap kurang. Melalui
swasta juga, maka kompetisi pelayanan akan menjadi lebih luas, sehingga dapat menyediakan
ruang dan pilihan bagi masyarakat dalam hal kualitas pelayanan. Akan tetapi, perlu untuk
ditegaskan disini bahwa, aktivitas pola kerjasama dengan pihak swasta, tetap memberikan akses
kepada pemerintah untuk mengontrol dan mengawasi jalannya praktek pelayanan yang
dilakukan, melalui pola kerjasama antar kedua belah pihak. Artinya pemerintah dan swasta harus
mematuhi aturan yang sudah ditetapkan agar tidak menyimpang atau swata tetaplah mengikuti
aturan main yang berlaku
3)

Swasta tampil sendiri dasar hukum perijinan

Pelayanan ini dapat dianggap sebagai bentuk pelayanan tunggal yang dijalankan oleh pihak
swasta, tanpa campur tangan pemerintah. Secara prinsip, pelayanan oleh pihak swasta ini terjadi
akibat adanya proses pemberian ijin oleh pemerintah, melalui ketentuan-ketentuan tertentu yang
diatur melalui peraturan perundang-undangan. Ijin inilah yang kemudian menjadi dasar hukum
bagi pihak swasta dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat

Perijinan terbagi dalam empat (4) macam sebagai berikut :


1)
Ijin dalam arti sempit (Verginning), yaitu pemerintah yang sebenarnya acuh terhadap
aktivitas warganya, tetapi karena alasan tertentu, maka pemerintah dituntut untuk mengatur hal
tersebut melalui izin agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi negara dan
masyarakat.
Contoh : ijin mendirikan bangunan rumah sebenarnya pemerintah hanya mendorong, namun
demi menjaga ketertiban, keindahan, kesehatan lingkungan sehingga pemerintah memberikan
ijin pembangunan rumah tersebut.
Intinya campur tangan pemerintah ialah berupa perijinan.
2)
Dispensasi (Dispencatie), yaitu sikap pemerintah tegas melarang tetapi dengan alasan
tertentu, larangan itu tidak diberlakukan terhadap subyek hukum tertentu.
Contoh : minuman keras, sebenarnya dilarang baik oleh agama, tetapi untuk hotel-hotel
berbintang minuman keras boleh diperjual-belikan, karena diberi dispensasi dengan pemikiran
hotel tersebut bertaraf internasional sehinga budayanya pun internasional.
Namun dalam memberikan dispensasi pemerintah pilih-pilih, maksudnya tidak sembarangan
memberikan karena pada prinsipnya dispensasi aturannya tegas dilarang.
3)
Konsesi (Consentie), yaitu perijinan khusus yang diberikan pemerintah pada lenagalemabaga. Yang diberikan khusus pada badan hukum public atau privat. Pemberian izin
kemudian menjadi hak pengelolaan dan pemanfaatan terhadap hal tertentu, sepanjang
memberikan nilai positif bagi kepentingan masyarakat pada umumnya.
Contoh : hak penggunaan hutan yang dikeluarkan oleh dinas kehutanan memberikan ijin kepada
suatu perseroan terbatas (PT) untuk perkebunan sejumlah berapa hektare.
4)
Lisensi (Licentie), yaitu merupakan perijinan, yang diijinkan ialah peralihan monopoli
yang dilimpah. Pelimpahan itu yang berbentuk lisensi.pada hakekatnya perijinan yang
melimpahkan hak monopili pemerintah terhadap swasta
Contoh : Honda mendapat lisensi dari ASTRA Indonesia
Disinilah makna penting dari peran dan fungsi pemerintah dalam melayani warga negaranya.
Dimana pemerintah ditugaskan untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin agar tujuan
Negara yang dituagkan dalam pembukaan UUDNRI Tahun 1945 dapat tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki bersama oleh para pendiri bangsa dan kita semua.
Mengenai pelayanan dari pemerintah tentunya dalam mewujudkan hasil yang baik dalam hukum
tata pemerintahan, aparat pemerintah diwajibkan berlandaskan pada asas-asas umum
pemerintahan yang baik, yaitu : asas kepastian hukum, keseimbangan, kesamaan dalam
mengambil keputusan, bertindak cermat, motivasi, larangan untuk mencampuradukkan
kewenangan atau penyalahgunaan wewenang, permainan yang layak, keadilan dan kewajaran,

menanggapi pengharapan yang wajar, meniadakan akibat-akibat suatu keputusan batal,


perlindungan atas pandangan hidup, asas kebijaksanaan, penyelengaraan kepentingan umum.

Anda mungkin juga menyukai