JSKNGSKM
JSKNGSKM
LAPORAN KASUS
: Ny. Nenden
Usia
: 36 tahun
Pekerjaan
: Guru
Alamat
1.2 ANAMNESIS
Keluhan utama: Mata
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan mata merah sebelah kanan, keluhan dirasakan
sejak 5 hari yang lalu. Pada awalnya pasien hanya mengeluhkan gatal saja, dan mata
merah. Namun, sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, dirasakan memberat,
keluhan mata merah disertai pusing mata berair dan nyeri disertai dengan keluarnya
sekret.
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak bisa membuka matanya
dan mata terasa sangat nyeri. Pasien merasa nyeri apabila mata ditekan. Pasien juga
merasa silau apabila melihat cahaya. Sehingga pasien selalu menutup matanya.
Pasien juga merasa tidak bisa melihat dengan jelas. Sebelum mengalami keluhan,
pasien mengaku pernah kejatuhan ulat bulu di matanya.
Keluhan mata merah belum pernah diobati sebelumnya, dan keluhan seperti
ini baru pertama kali di rasakan oleh pasien. Keluhan mual muntah, penglihatan
seperti melihat pelangi, disangkal.Keluhan tidak disertai dengan adanya bruntusbruntus yang berisi cairan di kelopak mata, tidak disertai dengan adanya kelainan
kulit yang muncul mendadak berupa bentol-bentol berisi air yang berwarna merah
dan menyebar di seluruh tubuh.
Riwayat adanya benturan pada mata sebelumnya tidak ada.
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
Riwayat alergi tidak ada.
: Komposmentis
Keadaan Umum
Tanda Vital
S: 36,5
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorax
Pulmo
Cor
Abdomen
Ekstremitas
Status Lokalis
Pemeriksaan Subjektif
Status ophtalmology : (setelah ditetesi dengan pantocain)
VOD : 20/40
Koreksi
VOS :20/20
: tidak dilakukan
OD
OS
Muscle Balance
Orthotropia
TIO
Normal +
Silia
Palpebra superior
edema
Tenang
Palpebra inferior
edema
Tenang
Konjungtiva
superior
tarsalis hiperemis
Tenang
Konjungtiva
inferior
tarsalis hiperemis
Tenang
Konjungtiva bulbi
Normal
Kornea
KP
Jernih
COA
Flare
Sedang
Pupil
Miosis, Ireguler
Iris
Sinekia (+)
Sinekia (-)
Lensa
Jernih
Jernih
Pemeriksaan Objektif
a. Inspeksi dan Palpasi
OD : N
OS : N
b. Pemeriksaan Tonometri
Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Biomikroskop (SLIT LAMP)
Terdapat Flare
1.7 PENATALAKSANAAN
Terapi:
kompres dengan air hangat 10 menit 3-4x/hari
analgetik sistemik bila diperlukan
kacamata gelap untuk mengurangi fotofobia
siklopentolat bila keadaan sudah reda pengganti atropin
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
: Penglihatan buram
Pasien datang dengan keluhan penglihatan buram disertai dengan mata merah.
Diagnosis banding untuk keluhan penglihatan mata buram disertai mata merah
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Iridosiklitis
Keratitis
Glaucoma akut
Endoftalmitis
Panoftalmitis
mata yang terasa nyeri, dan tidak bisa melihat dekat dengan jelas terutama saat
membaca.
Gejala subyektif yang sering dikeluhkan pada penderita uveitis anterior
adalah nyeri, fotofobia, lakrimasi dan penglihatan kabur. Sesuai dengan anamnesis,
pasien memiliki keluhan fotofobia, lakrimasi dan penglihatan kabur. Fotofobia
disebabkan spasmus siliar dan kelainan kornea bukan karena sensitif terhadap cahaya.
Lakrimasi disebabkan oleh iritasi saraf pada kornea dan siliar, jadi berhubungan erat
dengan fotofobia. Pasien juga mengeluhkan kesulitan untuk melihat jarak dekat.
Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis terjadi akibat ikut meradangnya otototot akomodasi.
Pada keluhan penglihatan yang kabur, derajat kekaburan bervariasi mulai
dari ringan sedang, berat atau hilang timbul, tergantung penyebab, seperti:
pengendapan fibrin, edema kornea, kekeruhan akuos dan badan kaca depan karena
eksudasi sel radang dan fibrin dan bisa juga disebabkan oleh kekeruhan lensa, badan
kaca, dan kalsifikasi kornea.
Perjalanan penyakit uveitis sangat khas berlangsung antara 2-4 minggu. Akan tetapi
penyakit ini dapat memperlihatkan kekambuhan dengan gejala akut atau menjadi
menahun. Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit, ataupun
datang perlahan dengan mata merah dan sakit ringan dengan penglihatan turun
perlahan-lahan. Iridosiklitis kronis merupakan episode rekuran dengan gejala akut
yang ringan atau sedikit.
Keluhan nyeri mata hebat, mual muntah, dan adanya melihat seperti pelangi
disangkal.
Pada glaukoma, pasien mengeluhkan nyeri hebat pada mata disertai mual muntah,
dan penurunan penglihatan.
Keluhan tidak disertai dengan adanya bruntus-bruntus yang berisi cairan di
kelopak mata.
Tanda klinis dari konjungtivitis herpes simpleks, yaitu terdapatnya vesikel-vesikel
yang terkadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema palpebra
hebat.
Riwayat adanya benturan pada mata sebelumnya tidak ada.
Untuk menyingkirkan mata merah yang disebabkan karena trauma benturan atau
adanya benda asing di dalam mata.
Pemeriksaaan subjektif
Visus dan refraksi
VOD
: 1/60
VOS :1/300
OS
Muscle Balance
Orthotropia
TIO
Tidak
dilakukan Normal +
pemeriksaan
Madarosis (-), Trikiasis(-), Madarosis
krusta (-)
krusta (-)
Silia
10
(-),
Trikiasis(-),
Palpebra superior
tenang
Tenang
Palpebra inferior
tenang
Tenang
Konjungtiva
superior
tarsalis Tenang
Tenang
Konjungtiva
inferior
tarsalis tenang
Tenang
Konjungtiva bulbi
Kornea
KP
Jernih
COA
Flare
Sedang
Pupil
Miosis, Ireguler
Miosis, ireguler
Iris
Lensa
Jernih
Jernih
11
yang
terlokalisasi di bilik mata depan, banyak, bundar, ukuran kecil, jernih, dan
warna putih keabuan. Penimbunan sel tersebut disebut sebagai flare. Berikut
adalah gambaran tumpukan sel radang pada bilik mata depan.
12
(7)
13
penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, ada tahi mata dan
2.
Keratitis atau keratokunjungtivitis: penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit
dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes
zooster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya.
3.
Glaukoma akut: pupil melebar, tidak ada sinekia posterior, dan korneanya
beruap.
Pemeriksaa
Iridosiklitis
Keratitis
Glaukoma akut
Palpebra
Edema +/-
Normal
Normal
Cts
Hiperemis
Hiperemis
Tenang
Cti
Hiperemis
Hiperemis
Tenang
Cb
KP
Infiltrat Ulkus
Edema
14
CoA
Flare
Normal
Dangkal
Sinekia (+)
Normal
Atrofi/normal
Miosis, irreguler
Bulat, isokor
Midriasis
Jernih
Jernih
Jernih
Gambar 3. Keratitis
15
Gambar 4. Glaukoma
2.5 USUL PEMERIKSAAN
1. Flouresence Angiografi ( FA )
FA merupakan pencitraan yang penting dalam mengevaluasi penyakit
korioretinal dan komplikasi intraokular dari uveitis posterior. FA sangat berguna baik
untuk intraokular maupun untuk pemantauan hasil terapi pada pasien. Pada FA, yang
dapat dinilai adalah edema intraokular, vaskulitis retina, neovaskularisasi sekunder
pada koroid atau retina, nervus optikus dan radang pada koroid.
2. USG
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan keopakan vitreus, penebalan retina dan
pelepasan retina
16
3. Biopsi Korioretinal
Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis belum dapat ditegakkan dari gejala
dan pemeriksaan laboratorium lainnya.
2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi Umum :
kompres dengan air hangat 10 menit 3-4x/hari
analgetik sistemik bila diperlukan
kacamata gelap untuk mengurangi fotofobia
Terapi Khusus:
Midriatikum dan Sikloplegik
OAINS
Steroid topikal : Kortikosteroid : Tetes mata steroid 4-6 x sehari tergantung
beratnya penyakit.
Antibiotik
2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia
Pada uveitis anterior gejala klinis dapat hilang selama beberapa hari hingga
beberapa minggu dengan pengobatan, tetapi sering terjadi kekambuhan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
2. Vaughan, Asbury, Paul. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta. Widya Medika.
2000. hal 220-239.
19