Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 KETERANGAN UMUM


Nama

: Ny. Nenden

Usia

: 36 tahun

Pekerjaan

: Guru

Alamat

Tanggal Pemeriksaan : 12 Januari 2015

1.2 ANAMNESIS
Keluhan utama: Mata
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan mata merah sebelah kanan, keluhan dirasakan
sejak 5 hari yang lalu. Pada awalnya pasien hanya mengeluhkan gatal saja, dan mata
merah. Namun, sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, dirasakan memberat,
keluhan mata merah disertai pusing mata berair dan nyeri disertai dengan keluarnya
sekret.
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak bisa membuka matanya
dan mata terasa sangat nyeri. Pasien merasa nyeri apabila mata ditekan. Pasien juga

merasa silau apabila melihat cahaya. Sehingga pasien selalu menutup matanya.
Pasien juga merasa tidak bisa melihat dengan jelas. Sebelum mengalami keluhan,
pasien mengaku pernah kejatuhan ulat bulu di matanya.
Keluhan mata merah belum pernah diobati sebelumnya, dan keluhan seperti
ini baru pertama kali di rasakan oleh pasien. Keluhan mual muntah, penglihatan
seperti melihat pelangi, disangkal.Keluhan tidak disertai dengan adanya bruntusbruntus yang berisi cairan di kelopak mata, tidak disertai dengan adanya kelainan
kulit yang muncul mendadak berupa bentol-bentol berisi air yang berwarna merah
dan menyebar di seluruh tubuh.
Riwayat adanya benturan pada mata sebelumnya tidak ada.
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
Riwayat alergi tidak ada.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis :
Kesadaran

: Komposmentis

Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Tanda Vital

: TD: 120/80 mmHg


N: 88 x/m
R: 21 x/m

S: 36,5
Kepala
Mata
THT

: Lihat status lokalis


: Tidak ada kelainan

Leher

: KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat

Thorax

: Bentuk dan gerak simetris

Pulmo
Cor
Abdomen

: VBS kanan = kiri, Wh -/-, Rh-/: BJ I-II murni reguler


: Datar, lembut, NT (-), BU (+) Normal
Hepar dan Lien tidak teraba

Ekstremitas

: Tidak ada kelainan

Status Lokalis

Pemeriksaan Subjektif
Status ophtalmology : (setelah ditetesi dengan pantocain)
VOD : 20/40
Koreksi

VOS :20/20
: tidak dilakukan

OD

OS

Muscle Balance

Orthotropia

Pergerakan bola mata

Normal ke segala arah

Normal ke segala arah

TIO

Normal +

Silia

Madarosis (-), Trikiasis(-), Madarosis (-), Trikiasis(-), krusta


krusta (-)
(-)

Palpebra superior

edema

Tenang

Palpebra inferior

edema

Tenang

Konjungtiva
superior

tarsalis hiperemis

Tenang

Konjungtiva
inferior

tarsalis hiperemis

Tenang

Konjungtiva bulbi

Injeksi Siliar (+)

Normal

Kornea

KP

Jernih

COA

Flare

Sedang

Pupil

Miosis, Ireguler

Bulat, reflek cahaya direk/indirek


(+/+)

Iris

Sinekia (+)

Sinekia (-)

Lensa

Jernih

Jernih

Pemeriksaan Objektif
a. Inspeksi dan Palpasi
OD : N

OS : N

b. Pemeriksaan Tonometri
Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Biomikroskop (SLIT LAMP)
Terdapat Flare

1.4 DIAGNOSIS BANDING


1. Uveitis Anterior OD + Blefaritis
2. Konjunctivitis + Blefaritis
3. Keratitis + Blefaritis

1.5 USUL PEMERIKSAAN


1. FA (Flouresence Angiografi)
FA merupakan pencitraan yang penting dalam mengevaluasi penyakit
korioretinal dan komplikasi intraokular dari uveitis posterior. FA sangat
berguna baik untuk intraokular maupun untuk pemantauan hasil terapi pada
pasien. Pada FA, yang dapat dinilai adalah edema intraokular, vaskulitis
retina, neovaskularisasi sekunder pada koroid atau retina, nervus optikus dan
radang pada koroid.
2. USG

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan keopakan vitreus, penebalan retina dan


pelepasan retina
3. Biopsi Korioretinal
Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis belum dapat ditegakkan dari gejala
dan pemeriksaan laboratorium lainnya.

1.6 DIAGNOSIS KERJA


1. Uveitis Anterior OD + Blefaritis

1.7 PENATALAKSANAAN
Terapi:
kompres dengan air hangat 10 menit 3-4x/hari
analgetik sistemik bila diperlukan
kacamata gelap untuk mengurangi fotofobia
siklopentolat bila keadaan sudah reda pengganti atropin
PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KETERANGAN UMUM


Berdasarkan identitas pasien adalah seorang pasien perempuan usia 36 tahun.
Penyakit peradangan traktus uvea umumnya unilateral, namun pada pasien ini terjadi
pada kedua mata (bilateral). Penyakit ini biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia
pertengahan.Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Dan lebih banyak
terjadi pada laki-laki.
Keluhan Utama

: Penglihatan buram

Pasien datang dengan keluhan penglihatan buram disertai dengan mata merah.
Diagnosis banding untuk keluhan penglihatan mata buram disertai mata merah
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Iridosiklitis
Keratitis
Glaucoma akut
Endoftalmitis
Panoftalmitis

Keluhan penglihatan kedua mata buram yang timbul mendadak, semakin


lama semakin memberat sejak beberapa hari yang lalu. Keluhan penglihatan buram
disertai rasa silau apabila melihat cahaya dan mata berair. Keluhan juga disertai

mata yang terasa nyeri, dan tidak bisa melihat dekat dengan jelas terutama saat
membaca.
Gejala subyektif yang sering dikeluhkan pada penderita uveitis anterior
adalah nyeri, fotofobia, lakrimasi dan penglihatan kabur. Sesuai dengan anamnesis,
pasien memiliki keluhan fotofobia, lakrimasi dan penglihatan kabur. Fotofobia
disebabkan spasmus siliar dan kelainan kornea bukan karena sensitif terhadap cahaya.
Lakrimasi disebabkan oleh iritasi saraf pada kornea dan siliar, jadi berhubungan erat
dengan fotofobia. Pasien juga mengeluhkan kesulitan untuk melihat jarak dekat.
Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis terjadi akibat ikut meradangnya otototot akomodasi.
Pada keluhan penglihatan yang kabur, derajat kekaburan bervariasi mulai
dari ringan sedang, berat atau hilang timbul, tergantung penyebab, seperti:
pengendapan fibrin, edema kornea, kekeruhan akuos dan badan kaca depan karena
eksudasi sel radang dan fibrin dan bisa juga disebabkan oleh kekeruhan lensa, badan
kaca, dan kalsifikasi kornea.

Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan yang serupa sebanyak 2 kali.


Pasien berobat ke dokter spesialis mata dan keluhan membaik, namun beberapa hari
yang lalu keluhan muncul kembali.

Perjalanan penyakit uveitis sangat khas berlangsung antara 2-4 minggu. Akan tetapi
penyakit ini dapat memperlihatkan kekambuhan dengan gejala akut atau menjadi
menahun. Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit, ataupun
datang perlahan dengan mata merah dan sakit ringan dengan penglihatan turun
perlahan-lahan. Iridosiklitis kronis merupakan episode rekuran dengan gejala akut
yang ringan atau sedikit.
Keluhan nyeri mata hebat, mual muntah, dan adanya melihat seperti pelangi
disangkal.
Pada glaukoma, pasien mengeluhkan nyeri hebat pada mata disertai mual muntah,
dan penurunan penglihatan.
Keluhan tidak disertai dengan adanya bruntus-bruntus yang berisi cairan di
kelopak mata.
Tanda klinis dari konjungtivitis herpes simpleks, yaitu terdapatnya vesikel-vesikel
yang terkadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema palpebra
hebat.
Riwayat adanya benturan pada mata sebelumnya tidak ada.
Untuk menyingkirkan mata merah yang disebabkan karena trauma benturan atau
adanya benda asing di dalam mata.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pada keadaan umum, status generalis dalam batas normal.
Status Oftalmologis

Pemeriksaaan subjektif
Visus dan refraksi
VOD

: 1/60

VOS :1/300

Pin hole: 1/60

Pin hole: 1/300

Pemeriksaan visus menunjukkan penurunan fungsi pada kedua mata pasien.


Karena pada penderita terdapat flare dan KP, sehingga terjadi penurunan fungsi
penglihatan.

Inspeksi dan Palpasi


OD

OS

Muscle Balance

Orthotropia

Pergerakan bola mata

Normal ke segala arah

TIO

Tidak
dilakukan Normal +
pemeriksaan
Madarosis (-), Trikiasis(-), Madarosis
krusta (-)
krusta (-)

Silia

10

Normal ke segala arah

(-),

Trikiasis(-),

Palpebra superior

tenang

Tenang

Palpebra inferior

tenang

Tenang

Konjungtiva
superior

tarsalis Tenang

Tenang

Konjungtiva
inferior

tarsalis tenang

Tenang

Konjungtiva bulbi

Injeksi Siliar (+)

Injeksi siliar (+)

Kornea

KP

Jernih

COA

Flare

Sedang

Pupil

Miosis, Ireguler

Miosis, ireguler

Iris

Sinekia posterior (+)

Sinekia posterior (+)

Lensa

Jernih

Jernih

Gambar1merupakan hiperemi pembuluh darah siliar 360 sekitar


limbus, berwarna ungu( kemerahan sirkumkorneal)
Merupakan tanda patognomonik dan gejala dini. Bila hebat hiperemi dapat
meluas sampai pembuluh darah konjungtiva ( injeksi konjungtiva ) dan sekret
yang minimal

11

Gambar 1. Injeksi siliar


Keratik presipitat terjadi karena pengendapan sel radang dalam bilik
mata depan pada endotel kornea akibat aliran konveksi akuos humor, gaya
berat dan perbedaan potensial listrik endotel kornea. Lokalisasi dapat di
bagian tengah dan bawah dan juga difus.

Gambar 2. Keratik presipitat pada kornea


Pupil mengecil karena edema dan pembengkakan stroma iris karena
iritasi akibat peradangan langsung pada sfingter pupil. Reaksi pupil terhadap
cahaya lambat disertai nyeri.
Pada pasien dengan uveitis terdapat penimbunan sel

yang

terlokalisasi di bilik mata depan, banyak, bundar, ukuran kecil, jernih, dan
warna putih keabuan. Penimbunan sel tersebut disebut sebagai flare. Berikut
adalah gambaran tumpukan sel radang pada bilik mata depan.

12

(7)

Perlekatan-perlekatan iris pada lens menyebabkan bentuk pupil tidak teratur.


Pupil dapat pula diisi oleh sel-sel radang yang menyebabkan organisasi jaringan dan
terjadi oklusi pupil.Pupil mengecil karena edema dan pembengkakan stroma iris
karena iritasi akibat peradangan langsung pada sfingter pupil.
Nyeri disebabkan oleh iritasi saraf siliar bila melihat cahaya dan penekanan
saraf siliar bila melihat dekat. Sifat nyeri menetap atau hilang timbul.Lokalisasi nyeri
bola mata, daerah orbita dan kraniofasial. Nyeri ini disebut juga nyeri trigeminal.
Intensitas nyeri tergantung hiperemi iridosiliar dan peradangan uvea serta ambang
nyeri pada penderita, sehingga sulit menentukan derajat nyeri.
Fotofobia disebabkan spasmus siliar dan kelainan kornea bukan karena
sensitif terhadap cahaya. Lakrimasi disebabkan oleh iritasi saraf pada kornea dan
siliar, jadi berhubungan erat dengan fotofobia.

13

2.4 DIAGNOSA BANDING


Diagnosa banding glaukoma dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan mata, kemungkinan diagnosis bandingnya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis:

penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, ada tahi mata dan

umumnya tidak ada sakit, fotofobia, atau injeksi siliaris.

2.

Keratitis atau keratokunjungtivitis: penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit
dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes
zooster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya.

3.

Glaukoma akut: pupil melebar, tidak ada sinekia posterior, dan korneanya
beruap.

Pemeriksaa

Iridosiklitis

Keratitis

Glaukoma akut

Palpebra

Edema +/-

Normal

Normal

Cts

Hiperemis

Hiperemis

Tenang

Cti

Hiperemis

Hiperemis

Tenang

Cb

Injeksi siliar (+)

Injeksi siliar (+)

Injeksi siliar (+)

KP

Infiltrat Ulkus

Edema

14

CoA

Flare

Normal

Dangkal

Sinekia (+)

Normal

Atrofi/normal

Miosis, irreguler

Bulat, isokor

Midriasis

Jernih

Jernih

Jernih

Gambar 3. Keratitis

15

Gambar 4. Glaukoma
2.5 USUL PEMERIKSAAN
1. Flouresence Angiografi ( FA )
FA merupakan pencitraan yang penting dalam mengevaluasi penyakit
korioretinal dan komplikasi intraokular dari uveitis posterior. FA sangat berguna baik
untuk intraokular maupun untuk pemantauan hasil terapi pada pasien. Pada FA, yang
dapat dinilai adalah edema intraokular, vaskulitis retina, neovaskularisasi sekunder
pada koroid atau retina, nervus optikus dan radang pada koroid.
2. USG
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan keopakan vitreus, penebalan retina dan
pelepasan retina

16

3. Biopsi Korioretinal
Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis belum dapat ditegakkan dari gejala
dan pemeriksaan laboratorium lainnya.

2.6 DIAGNOSIS KERJA


Uveitis Anterior OD + Blefaritis

2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi Umum :
kompres dengan air hangat 10 menit 3-4x/hari
analgetik sistemik bila diperlukan
kacamata gelap untuk mengurangi fotofobia
Terapi Khusus:
Midriatikum dan Sikloplegik
OAINS
Steroid topikal : Kortikosteroid : Tetes mata steroid 4-6 x sehari tergantung
beratnya penyakit.
Antibiotik

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia
Pada uveitis anterior gejala klinis dapat hilang selama beberapa hari hingga
beberapa minggu dengan pengobatan, tetapi sering terjadi kekambuhan.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S. Rahayu. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Indonesia; 2011.

18

2. Vaughan, Asbury, Paul. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta. Widya Medika.
2000. hal 220-239.

19

Anda mungkin juga menyukai