ABSTRAK
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Beberapa kasus keracunan atau penyakit karena
mengonsumsi makanan yang tercemar mikroba telah banyak terjadi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
keamanan pangan masih perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang
sering menimbulkan masalah antara lain adalah antraks, foodborne disease, dan waterborne disease, sedangkan
mikroba yang biasa mencemari bahan pangan asal ternak di antaranya adalah Salmonella sp., Escherichia coli,
Coliform, Staphylococcus sp., dan Pseudomonas. Hal ini disebabkan bahan pangan asal ternak merupakan media
yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme patogen. Tulisan ini bertujuan untuk mengulas cemaran
mikroba pada bahan pangan asal ternak khususnya daging dan susu, penyakit yang ditimbulkan, dan strategi
pengendaliannya. Informasi yang disajikan diharapkan dapat memberikan pemahaman dan membangkitkan
kesadaran tentang pentingnya menghasilkan produk ternak yang bermutu, bergizi, halal, dan aman dikonsumsi
melalui penerapan sistem keamanan pangan dalam setiap proses produksi, mulai dari tahap budi daya (good
farming practices), pascapanen (good handling practices), dan pengolahan (good manufacture practices) hingga
makanan siap disajikan di meja.
Kata kunci: Bahan pangan asal hewan, cemaran mikroba, keamanan pangan
ABSTRACT
Controlling microbial contamination on livestock products (meat and milk) from farm to table
Food is a basic need for human living. Some poisoned cases or diseases caused by microbial contaminated livestock
product have been reported in Indonesia. It showed that food safety has to obtain serious attention. Some diseases
caused by microbial contamination are anthrax, foodborne diseases, and waterborne diseases. Microorganisms that
contaminate livestock products are Salmonella sp., Escherichia coli, Coliform, Staphylococcus sp., and
Pseudomonas. The livestock products are good media for microorganism patogen living. This articles reviewed
the existence of microbial contamination on animal products especially meat and milk, diseases caused by microbial
contamination on animal products, and strategy to control the diseases. The information is hopefully useful in
giving understanding and awareness to all of us about the importance of producing high quality product, halalness,
nutritious and safely to be consumed through the implementation of food security system in each process of
production from the farm (good farming practices), postharvest (good handling practices), and processing (good
manufacture practices) until to table.
Keywords: Animal products, microbial contamination, food safety
munculnya isu keamanan pangan. Isu tersebut sering diberitakan di media massa
sehingga mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap kesadaran dan perhatian masyarakat. Kepanikan masyarakat
akibat kasus penyakit sapi gila (mad cow)
di Inggris dan beberapa negara Eropa,
serta kasus penyakit antraks pada domba
dan kambing di Bogor pada tahun 2001,
menggambarkan pentingnya keamanan
pangan asal ternak karena tidak hanya
berdampak terhadap kesehatan manusia,
tetapi juga pada perdagangan domestik
dan global serta perekonomian negara
yang terlibat dalam perdagangan tersebut
(Darminto dan Bahri 1996; Sitepu 2000).
Bahan pangan asal ternak (daging,
telur, susu) serta olahannya mudah rusak
dan merupakan media yang sangat baik
bagi pertumbuhan mikroba. Cemaran
mikroba pada pangan asal ternak yang
dapat membahayakan kesehatan manusia
adalah Coliform, Escherichia coli,
Enterococci, Staphylococcus aureus,
Clostridium sp., Salmonella sp.,
Champhylobacter sp., dan Listeria sp.
(Syukur 2006). Beberapa cemaran mikroba
yang berbahaya pada produk segar antara
lain adalah Salmonella sp., Shigella sp.,
dan E. coli. (Pusat Standarisasi dan
Akreditasi 2004). Jumlah dan jenis mikroba
berbahaya pada daging ayam yang dijual
di pasar tradisional cukup mengkhawatirkan, terlebih lagi bila pemotongan ayam
dilakukan di pasar tradisional (Budinuryanto et al. 2000).
Cemaran mikroba dapat terjadi saat
ternak masih hidup dan selanjutnya
mikroba masuk dalam rantai pangan. Titik
awal rantai penyediaan pangan asal ternak
adalah kandang. Tata laksana peternakan
sangat menentukan kualitas produk
ternak. Cemaran pestisida pada air, tanah,
dan tanaman pakan yang diberikan kepada
ternak dapat masuk ke dalam tubuh ternak
dan residunya akan ditemukan dalam
produk ternak (Soejitno dalam Murdiati
2006). Selain residu pestisida, residu obat
hewan terutama antibiotik dapat terjadi
pada produk ternak akibat pemberian
antibiotik tanpa memperhatikan anjuran
pemakaian. Oleh karena itu, menjaga
kesehatan ternak sangat penting untuk
mengurangi pemberian obat-obatan
kepada ternak.
Pengolahan bahan pangan asal ternak
dapat menekan atau menghambat pertumbuhan bakteri dalam produk pangan
tersebut. Namun, pengolahan tidak selalu
dapat menghilangkan bakteri yang
Jurnal Litbang Pertanian, 28(3), 2009
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Susu Segar Nomor 01-31411998, syarat susu segar antara lain adalah:
1) tanda-tanda organoleptik tidak berubah
atau tidak menyingkir, berwarna putih
kekuningan, bau dan rasa khas susu serta
konsistensi normal, 2) kandungan protein
minimal 2,70% dan lemak minimal 3%, dan
3) cemaran mikroba maksimum 1 juta cfu/
ml. Susu segar yang ASUH dapat
dihasilkan dari ml sapi perah yang sehat
serta pemerahannya baik dan benar.
Pengolahan susu melalui sterilisasi
atau pasteurisasi dapat menekan jumlah
mikroba yang terdapat dalam susu segar.
Menurut Thahir et al. (2005), bahan dasar
susu pasteurisasi pada beberapa produsen
susu di Jawa Barat mengandung mikroba
total 104106 CFU/g susu. Namun, proses
pasteurisasi dapat menurunkan kandungan mikroba hingga 0103 CFU/g susu.
Berdasarkan SNI 01-6366-2000, ambang
batas cemaran mikroba yang diperbolehkan dalam susu adalah 3 x 104 CFU/g
sehingga susu pasteurisasi yang dihasilkan produsen susu di Jawa Barat aman
untuk dikonsumsi.
PENYAKIT AKIBAT
CEMARAN MIKROBA
DALAM BAHAN PANGAN
Sebagian besar penyakit pada manusia
disebabkan oleh makanan yang tercemar
bakteri patogen, seperti penyakit tipus,
disentri, botulisme, dan hepatitis A
(Winarno 1997). Penyakit lain yang
disebabkan oleh bakteri dan sering
menimbulkan masalah serta memiliki
dampak yang cukup berbahaya terhadap
kesehatan manusia antara lain adalah
antraks, salmonellosis, brucellosis,
tuberkulosis, klostridiosis, E. coli, kolibasilosis, dan S. aureus (Supar 2005).
Foodborne disease adalah suatu
penyakit yang merupakan hasil dari
pencernaan dan penyerapan makanan
yang mengandung mikroba oleh tubuh
manusia. Mikroba yang menimbulkan
penyakit dapat berasal dari makanan
produk ternak yang terinfeksi atau
tanaman yang terkontaminasi (Bahri
2001). Makanan yang terkontaminasi
selama pengolahan dapat menjadi media
penularan penyakit. Penularan penyakit
ini bersifat infeksi, yaitu suatu penyakit
yang disebabkan oleh mikroba yang hidup
dan berkembang biak pada tempat
terjadinya peradangan. Mikroba masuk ke
dalam saluran pencernaan manusia melalui
makanan, yang kemudian dicerna dan
diserap oleh tubuh. Dalam kondisi yang
sesuai, mikroba patogen akan berkembang
biak di dalam saluran pencernaan sehingga
menyebabkan gejala penyakit. Foodborne
disease yang disebabkan oleh salmonella
dapat menyebabkan kematian pada
manusia, media pencemarannya dapat
berasal dari air pencuci yang telah
terkontaminasi. Mikroorganisme lainnya
yang dapat menyebabkan foodborne
disease antara lain Compylobacter, E.
coli, dan Listeria (Tabel 1). Gejala umum
foodborne disease adalah perut mual
diikuti muntah-muntah, diare, demam,
kejang-kejang, dan gejala lainnya.
Memperbaiki sanitasi terutama lingkungan, merupakan salah satu solusi
terbaik dalam mengantisipasi cemaran
mikroba. Sanitasi yang buruk yang
menyebabkan air tercemar tinja yang
mengandung kuman penyakit, menyebabkan terjadinya waterborne disease. Angka
kejadian waterborne disease dan foodJurnal Litbang Pertanian, 28(3), 2009
Media/sumber pencemaran
Gejala
Salmonella
Campylobacter
Escherichia coli
Listeria
PENGENDALIAN CEMARAN
MIKROBA
Pemberlakuan perdagangan bebas mengharuskan keamanan pangan mendapatkan
perhatian dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, produsen, dan konsumen. Di
era pasar bebas, industri pangan Indonesia harus mampu bersaing dengan
negara lain yang telah mapan dalam sistem
penanganan mutunya.
Penyediaan pangan asal ternak yang
memenuhi keamanan pangan, yaitu aman,
sehat, utuh, dan halal (ASUH) kepada
masyarakat perlu dilakukan melalui pengendalian residu dan cemaran mikroba.
Upaya ini sangat bermanfaat bagi pemerintah sebagai pengawas peredaran bahan
pangan asal ternak di pasar, terutama
mengenai batas maksimum residu antibiotik dan cemaran mikroba, produsen
sebagai penghasil produk, maupun
konsumen untuk menjamin keamanan dan
kesehatan masyarakat.
Jurnal Litbang Pertanian, 28(3), 2009
Budi daya
pertanian/
peternakan
Konsumen
Pasar
s
Sarana
produksi
Penanganan
(pascapanen)
Produksi
pertanian/
peternakan
GFP
Pengolahan
hasil
Distribusi
GHP
Prapanen
GFP : Good farming practices
GHP : Good handling practices
GMP
GDP
Pascapanen
GMP : Good manufacture practices
GDP : Good distribution practices
Gambar 1. Skema penerapan sistem keamanan pangan pada tiap tahapan produksi.
99
KESIMPULAN
Pengendalian cemaran mikroba pada
bahan pangan asal ternak dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Andriani. 2005. Escherichia coli 0157 H:7
sebagai penyebab penyakit zoonosis. Prosiding Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor.
Bahri, S. 2008. Beberapa aspek keamanan pangan
asal ternak di Indonesia. Pengembangan
Inovasi Pertanian 1(3): 225242.
Bahri, S. 2001. Mewaspadai cemaran mikroba
pada bahan pangan, pakan, dan produk
peternakan di Indonesia. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pertanian 20(2): 5564.
Balia, R.L., E. Harlia, dan D. Suryanto. 2008.
Jumlah Bakteri Total dan Koliform pada Susu
Segar Peternakan Sapi Perah Rakyat dan
Susu Pasteurisasi Tanpa Kemasan di Pedagang
Kaki Lima. Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Betty dan Yendri. 2007. Cemaran mikroba
terhadap telur dan daging ayam. Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat, Padang.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M.
Wootton. 1987. Food Technology. International Development Program of Australian
Universities and College. Department of
Education and Culture, Directorate General
of Higher Education.
Budinuryanto, D.C., M.H. Hadiana, R.L. Balia,
Abubakar, dan E. Widosari. 2000. Profil
keamanan daging ayam lokal yang dipotong
di pasar tradisional dalam kaitannya dengan
penerapan sistem Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP). Laporan Hasil
Penelitian Lembaga Penelitian Universitas
Padjadjaran dan ARMP II Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
100