Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Kebidanan pada Klien dengan Kehamilan Ektopik

Terganggu di RSUD Kelas B Cianjur


Laporan Kasus ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Praktik Klinik Kebidanan II
Dosen :
Maya Astuti, M.Keb
Risna Dewi Yanti, M. Keb

Oleh

Arum Widianingsih
NIM: P17324212005

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BOGOR
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian maternal yang berhubungan dengan kehamilan
dan persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor kesehatan, antara lain
aborsi, perdarahan, hipertensi, anemia, eklampsie, sepsis serta kehamilan
ektopik terganggu. Di Indonesia masih merupakan salah satu penyebab
utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2011, Angka Kematian Ibu
(AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) pada
tahun 2011 di Provinsi Jawa Barat sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 25,9 per 1000 kelahiran
hidup.
Dari sekian banyak penyebab langsung kematian ibu seperti
perdarahan, infeksi serta pre eklampsie. Kehamilan ektopik terganggu
termasuk suatu masalah besar di Indonesia, karena kehamilan ektopik
yang terjadi pada tahun 2008-2010 berkisar 361 angka kejadian. Atau
1/329 dari kehamilan yang ada. Kematian karena kehamilan ektopik
terganggu cenderung menurun dengan diagnose dini dan persediaan darah
yang cukup, tedapat 6 angka kematian dari 361 kasus tersebut, tetapi bila
pertolongan terlambat angka kematian dapat semakin tinggi. Di Amerika
Serikat, kehamilan ektopik terganggu merupakan 20 % dari semua
kehamilan atau 1/200 kehamilan, di Hongkong hanya 0,77%, dan di Eropa
Utara 1,88%.
Kasus kematian ibu di Kabupaten Cianjur tahun 2012 sebanyak 48
kasus, dengan penyebab terbanyak adalah perdarahan 22 kasus,
pre/eklampsi 15 kasus, infeksi 3 kasus dan penyebab lain 8 kasus. (Dinas
Kesehatan Kabupaten Cianjur). Proporsi kejadian kematian ibu di
Kabupaten Cianjur tahun 2012 paling banyak adalah kematian yang terjadi
pada ibu bersalin (62,5%), disusul pada ibu hamil (20,8%), dan ibu nifas
(16,6%). (Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, 2013). Angka

kejadian kehamilan ektopik terganggu di RSUD Cianjur dari bulan


Januari-Juni 2014, berjumlah 44 kejadian dari 3.349 jumlah obstetric yang
ada.
1.2 Rumusan masalah dan lingkup masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah
bagaimana melakukan asuhan kebidanan pada Ny. N.R, dengan
kehamilan ektopik terganggu di RSUD Cianjur.
1.2.2 Lingkup Masalah
Penulisan makalah kasus ini dibatasi pada lingkup asuhan
kebidanan pada Ny. N.R, dengan kehamilan ektopik terganggu di
RSUD Cianjur. Asuhan dilakukan sejak tanggal 1 Desenber 2014
sampai 10 Desenber 2014.

1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum
Agar dapat memahami dan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan

dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD Cianjur, melalui


pendekatan manajemen kebidanan dan melaksanakan asuhan kebidanan
dengan baik kepada Ny. N.R, G1P0A0 dengan kehamilan ektopik
terganggu.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Diperoleh data subjektif pada Ny. N.R G1P0A0 dengan


Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD Cianjur.
2. Diperoleh data objektif melalui pemeriksaan fisik pada Ny. N.R
G1P0A0 dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD Cianjur.
3. Dibuat assessment pada Ny. N.R G1P0A0 dengan Kehamilan
Ektopik Terganggu di RSUD Cianjur.
4. Dibuat rencana asuhan sesuai dengan manajemen kebidanan
untuk memenuhi kebutuhan klien dan menatalaksanakan
tindakan-tindakan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan yang
diberikan serta mengevaluasi hasil dari asuhan tersebut.

5. Diketahui faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan


asuhan pada Ny. N.R G1P0A0 dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu di RSUD Cianjur.
1.4 Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan
1.4.1

Untuk Pusat Pelayanan Kesehatan


Mampu mengelola Kehamilan Ektopik Terganggu dalam masa
antenatal dengan cepat dan tepat dengan standar pelayanan serta
kemampuan yang dimiliki oleh petugas kesehatan

yang telah

dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk


penanganan kasus kehamilan ektopik terganggu.
1.4.2

Untuk klien dan keluarga


Memberikan informasi kepada klien mengenai dampak yang akan
terjadi apabila Kehamilan Ektopik Terganggu dalam masa antenatal
tidak ditangani secara intensif di rumah sakit.
Memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat tentang
bahaya Kehamilan Ektopik Terganggu dalam masa antenatal dan
cara mengatasinya.

1.4.3 Untuk Profesi


Untuk menambah wawasan dan informasi bagi profesi dengan
menggunakan pendekatan asuhan kebidanan dalam pengelolaan
kasus Kehamilan Ektopik Terganggu dalam masa antenatal.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan Ektopik Terganggu


2.1.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang
telah dibuahi tidak melekat pada dinding rahim namun melekat di
tempat lain yang bukan semestinya yaitu dalam endometrium kavum
uteri. Diantara kehamilan ektopik yang banyak terjadi ialah di tuba
(90%), khususnya di ampulla (Wiknjosastro, 2007).
Kehamilan ektopik adalah implantasi yang terjadi ditempat lain
selain rongga uterus. Tempat tersebut meliputi tuba uterina, ovarium,
serviks, dan abdomen (Myles jilid 14, 2009)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ditempat yang luar biasa.
Tempat kehamilan normal ialah didalam cavum uteri. Kehamilan
ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium, atau
rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim diserviks (Unpad,
1984).

Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang


dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri
(Sarwono Prawirohardjo, 2005).
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang ektopik
yang terganggu dapat terjadi abortus atau pecah, dan hal ini berbahaya
bagi wanita tersebut
Kehamilan ektopik kombinasi adalah kehamilan intra uterine
yang terjadi dalam waktu bersamaan dengan kehamilan ekstra uterine

Kehamilan ektopik rangkap adalah kehamilan intra uterine


dengan kehamilan ekstra uterine yang lebih dulu terjadi, tetapi janin
sudah mati dan menjadi litopedion
Dari semua definisi diatas adalah dapat disimpulkan bahwa
kehamilan ektopik adalah keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi,
tumbuh, dan berkembang dimanapun selain diendometrium rongga
uterus. Bila kehamilan tersebut mengalami pengakhiran maka disebut
dengan kehamilan ektopik terganggu. Tuba falopi merupakan tempat
tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik ( lebih besar
90% ).
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah sebuah keadaan
gawat

darurat

yang

terjadi

dimana

dapat

mengancam

dan

membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan janin.


Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab
utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester 1.
Pada umumnya kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan
melalui tuba falopi (saluran tuba) menuju keuterus (rahim). Telur
tersebut akan berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai tumbuh
menjadi janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan
ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun
begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium (indung telur),
rongga abdomen (perut), atau serviks (leher rahim).
Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak
bisa menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di
saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat
menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan mematikan. Apabila
seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut
harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya.
2.1.2 Klasifikasi
1. Kehamilan tuba

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba


pada dasarnya sama dengan halnya di kavum uteri. Karena tuba
bukan tempat yang normal bagi kehamilan maka sebagian besar
kehamilan akan terganggu pada umur 6-10 minggu. Menurut
tempatnya nidasi maka terjadilah :
Kehamilan ampuler : didalam ampula tuba
Kehamilan isthmika : didalam isthmus tuba
Kehamilan interstisiil : didalam pars interstitialis tuba
Kehamilan yang paling sering terjadi di tuba daerah ampula,
walaupun kehamilan terjadi diluar rahim, rahim akan membesar
juga karena hypertrofi disebabkan pengaruh hormon-hormon yang
disebabkan oleh trofoblast. Begitu pula endometriumnya akan
menjadi desidua vera.
a. Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa
kemungkinan :
- Mati kemudian diresorbsi
- Terjadi abortus tuba (65 %), perdarahannya bisa sedikit atau
banyak. Hasil konsepsi atau perdarahan bisa keluar kearah
kavum uteri dan dikeluarkan pervaginam, atau dari kavum
abdominal sehingga bertumpuk dibelakang rahim disebut
hematoma retrourina atau masa pelvis (pelvic mass).
- Terjadi ruptur tuba (35 %)
Bila robekan kecil maka hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba,
sedangkan dari robekan terjadi perdarahan yang banyak. Bila
robekan besar hasil konsepsi keluar dan masuk dalam rongga perut,
nasib konsepsinya yaitu :
Mati dan bersama darah berkumpul diretrourina
Bila janin agak besar dan mati akan menjadi litopedion dalam
rongga perut
Janin keluar dari tuba diselubungi kantong amnion dan
plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga
perut dan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Selanjutnya
janin dapat tumbuh besar bahkan sampai aterm.

2.

Kehamilan Intertisial
Karena dinding agak tebal, dapat menahan kehamilan
sampai 4 bulan atau lebih, kadang kala sampai aterm. Kalau pecah
dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan keluarnya janin
dalam rongga perut.
Implantasi telur terjadi pada interstitialis tuba. Karena
lapisan myometrium lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lama
kira-kira pada bulan ke-3 atau 4 bulan. Kalau terjadi ruptur maka
bisa terjadi pendarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh
darahnya sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan
kematian. Terapi : histerektomi.

3.

Kehamilan abdomen
a. Kehamilan abdomen ada 2 macam :
- Kehamilan abdomen primer, dimana

telur

dari

awal

mengadakan implantasi dalam rongga telur.


- Kehamilan abdomen sekunder, yang asalnya kehamilan tuba
dan setelah ruptur baru menjadi abdominal.
Kebanyakan kehamilan abdomen adalah kehamilan sekunder,
maka plasenta akan terdapat didaerah tuba. Namun ada kalanya
kehamilan ini bisa mencapai cukup bulan tetapi hal ini jarang
terjadi karena pengambilan makanan untuk janin kurang
sempurna. Jika kehamilan sampai terjadi aterm, maka akan
timbul his dan artinya pasien akan merasakan sakit seperti pada
persalinan biasa. Jika keadaan ini tidak segera ditolong dengan
laparotomi maka janin akan mati.
b. Tanda dan gejala :
Kehamilan

abdomen

(rongga

perut)

biasanya

baru

didiagnosa jika kehamilan agak lanjut :

- Tanda kehamilan sama seperti normal, tetapi pasien lebih


merasakan sakit. Misalnya sering mual, muntah, gembung
perut, obtipasi, dan sakit perut sering dikemukakan.
- Pada kehamilan skunder pasien pernah mengalami sakit perut
hebat, disertai pusing dan terjadi pingsan waktu terjadinya
ruptur tuba.
- Tumor yang mengandung anak tidak mengeras (tidak ada
kontraksi braxton hicks).
- Pergerakan anak dirasakan sakit oleh ibu.
- Bunyi jantung anak lebih jelas terdengar.
- Bagian anak akan mudah teraba karena hanya dibatasi
dinding perut.
- Jika sudah ada his dapat terjadi pembukaan sebesar 1 jari
dan tidak menjadi lebih besar, ketika pemeriksaan kedalam
cavum uteri maka akan teraba uterus kosong.
c. Diagnosa
Untuk menentukan diagnosa dilakukan percobaan sebagai
berikut :
Pitocin test : pitocin disuntikan subkutan dan tumor yang
mengandung anak dipalpasi dengan teliti. Jika tumor itu
mengeras maka kehamilan itu intra uterin.
d. Terapi
Jika diagnosa sudah dikemukakan maka kehamilan
abdomen harus dioperasi segera, karena bahaya seperti
pendarahan hebat, dan anak akan dilahirkan kurang baik.
Operasi dilakukan untuk mngeluarkan anak saja dan tali pusat
dipotong sependek mungkin, dan plasenta biasanya ditinggalkan
untuk mencegah perdarahan. Karena jika plasenta dilepaskan
akan menimbulkan perdarahan yang sangat hebat karena
plasenta melekat pada dinding yang tidak kontraktil. Plasenta
yang ditinggalkan lambat laun akan diabsorpsi, mengingat
perdarahan hebat saat operasi, persediaan darah harus cukup.
4.

Kehamilan ovarium
Jarang terjadi melainkan biasanya terjadi ruptur pada hamil muda.

5.

Kehamilan serviks
Kehamilan serviks jarang sekali terjadi, nidasi terjadi dalam selaput
lendir serviks dan dengan tumbuhnya telur serviks mengembung.
Kehamilan serviks biasanya berakhir pada kehmailan muda, karena
menimbulkan pendarahan hebat. Plasenta sukar dilepaskan dan
pelepasan plasenta tersebut mengakibatkan perdarahan hebat
hingga serviks sangat memerlukan tampon atau kalau ini tidak
menolong maka harus dilakukan histerektomi.

2.1.3 Etiologi
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan
ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi
pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah:
1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan
sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat
sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua
2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih
menggunakan kontrasepsi spiral (3 4%). Pil yang mengandung
hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena
pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di
saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi ke dalam rahim
3. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran
tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam
saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan
gangguan saluran tuba diantaranya adalah :
- Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali
dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan
karena

merokok

menyebabkan

penundaan

masa

ovulasi

(keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel


rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh.

10

- Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam


saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat
terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea.
- Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah
panggul,

pengobatan

infertilitas

seperti

bayi

tabung

menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.


4. Faktor Lain
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba
kiri-atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang
dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi prematur
b. Fertilisasi in vitro

2.1.4 Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla
tuba (lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, ovarium,
rongga abdomen, dan serviks. Pada keadaan yang pertama, zigot
melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian direasorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot.
Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping
yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis
dengan

mudah

menembus

endosalping

dan

mencapai

lapisan

miosalping dengan merusak integritas pem.buluh darah di tempat


tersebut.

Selanjutnya,

hasil

konsepsi

berkembang,

dan

perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

11

tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya


perdarahan akibat invasi trofoblas. Karena tempat implantasi pada
kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu
saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi. Kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah: hasil
konsepsi mati dini dan diresorbsi, abortus ke dalam lumen tuba, dan
ruptur dinding tuba.
2.1.5 Tanda gejala
Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tandatanda seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan
muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara. Tanda-tanda
yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah :
1. Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa
tajam awalnya kemudian perlahan lahan menyebar ke seluruh perut.
2. Nyeri bertambah hebat bila bergerak Perdarahan vagina (bervariasi,
dapat berupa bercak atau banyak seperti menstruasi)
Kehamilan ektopik yang terganggu Selain gejala kehamilan muda
dan abortus imminens, juga ditemui kondisi gawat darurat dan
abdominal akut seperti (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.2011) :
- Kesadaran menurun dan lemah
- Pucat
- Syok hipovolemik sehingga isi dan tekanan denyut nadi berkurang
serta meningkatnya frekuensi nadi > 112/menit
- Perut kembung ( adanya cairan bebas abdomen ) dan nyeri tekan
- Nyeri perut bawah yang makin hebat apabila tubuh digerakkan
- Nyeri goyang porsio
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan
seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang
dokter dapat melakukan: Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon
-hCG. Pemeriksaan ini diulangi 2 hari kemudian. Pada kehamilan
muda, level hormon ini meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari. Kadar
hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti
kehamilan ektopik Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini

12

dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG


dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim,
saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
2.1.7 Diagnosis
1. Anamnesis : terjadi amenorea
2. Bila dijumpai KET : pada abortus tuba tidak begitu berat hanya rasa
sakit di perutdan perdarahan pervaginam, bila terjadi ruptur tuba
maka gejala akan lebih hebat dan membahayakan ibu
3. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut seperti di iris-iris
dengan pisau bahkan sampai pingsan
4. Tanda-tanda akut abdomen : nyeri tekan hebat, mual, muntah, tensi
rendah, nadi kecil, dan anemia
5. Nyeri bahu : karena perangsangan diafragma
6. Pemeriksaan ginekologik : nyeri ayun porsio dan nyeri tekan pada
kavum Dauglasi, teraba masa pelvis
7. Palpasi perut dan perkusi : ada tanda-tanda perdarahan abdominal
8. Pemeriksaan laboratorium : Hb sering di periksa setiap 1 jam,
adanya lekositosis
9. Kuldosentesis (Douglass Pungsi) :
- Bila keluar darah merah tua berwarna coklat sampai hitam yang
tidak membeku atau hanya bekuan kecil maka ini dikatakan
positif (fibrinasi) dan menunjukkan adanya hematoma retrourina
- Bila darah segar berwarna merah dan beberapa menit membeku
maka hasinya negatif karena darah berasak dari arteri atau vena
yang tertusuk
10. Dengan cara diagnostik laparoskopi
11. Dengan cara ultrasonografi
2.1.8 Penanganan
Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal,
antara lain lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh,
penatalaksanaan

kehamilan

tuba

berbeda

dari

penatalaksanaan

kehamilan abdominal. Selain itu, perlu dibedakan pula penatalaksanaan


kehamilan ektopik yang belum terganggu dari kehamilan ektopik
terganggu. Tentunya penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik
yang belum terganggu berbeda dengan penatalaksanaan pasien dengan
kehamilan ektopik terganggu yang menyebabkan syok. Penatalaksanaan

13

bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang


belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja pada
kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat
mungkin. Selain itu macam-macam pembedahan tersebut dapat
dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila pasien
jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi
pembedahan laparoskopi.

14

BAB III
TINJAUAN KASUS
Hari, Tanggal pengkajian

: Senin, 1 Desember 2014

Waktu pengkajian

: 10.00 WIB

Tempat pengkajian

: IGD Kebidanan RSUD Cianjur

A. Data Subjektif
1. Identitas Klien
Istri

Suami

Nama

:Ny. N.R

Tn. A

Umur

:22 tahun

24 tahun

Agama

:Islam

Islam

Suku Bangsa :Sunda

Sunda

Pendidikan

:SD

SMP

Pekerjaan

:Ibu Rumah Tangga

Borongan

Alamat

:Kp. Tanjakan RT 02 RW 03 Kp. Tanjakan RT 02 RW 03

2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah, keluar bercak darah berwarna
kecoklatan, sejak hari Kamis, 27-11-2014, pusing, lemas.
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ini adalah kehamilan yang pertama, tidak pernah keguguran, hari pertama
haid terakhir 11-10-2014, taksiran persalinan 18-07-2015. Ibu melakukan
pemeriksaan USG di dokter pada hari Jumat, 28-11-2014, dengan hasil
kehamilan di luar kandungan.
4. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga

Ibu tidak pernah mengalami demam dalam waktu lama, tidak pernah sesak
napas, tidak pernah batuk dan berkeringat di malam hari, jantung tidak
berdebar, ibu tidak memiliki riwayat hipertensi, tidak mengalami
keputihan berwarna, berbau, dan gatal. Ibu dan suami tidak ada yang
mempunyai riwayat keturunan kembar, tidak ada keturunan diabetes
melitus maupun hipertensi.

15

5. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Ekonomi

a. BIOLOGI
Ibu makan 2-3x/hari dengan nasi, ikan, ayam, telur, tahu, tempe, sayur,
dan minum 5-6 gelas air putih dalam sehari. Ibu biasanya buang air
kecil 3x/hari, buang air besar 1-2 hari sekali, tidak ada keluhan Ibu
Tidur malam 6 jam, tidur siang 1 jam. Ibu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti menyapu, mengepel, memasak dan lain-lain.
b. PSIKOLOGI
Ibu, suami serta keluarga sudah menerima apapun yang terjadi pada
kehamilan ini.
c. SOSIAL
ibu telah menikah selama 3 tahun dengan status pernikahan pertama,
pengambilan keputusan bersama.
d. EKONOMI
ibu sudah mempunyai kartu jaminan kesehatan BPJS.
B. DATA OBJEKTIF
1.
Keadaan umum
2.
Kesadaran
3. Tanda-tanda vital

: sedang
: compos mentis
: TD = 110/60 mmHg, N = 94x/menit
(teratur), P=22x/menit (teratur), S = 36,2oC

4.

Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
Wajah
Mata
Leher

: tidak ada oedema


: conjungtiva dan sclera pucat
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak

b.

ada pembengkakan kelenjar limfa.


: Kedua payudara simetris, pada kedua

Payudara

payudara tidak ada pembengkakan atau


massa, puting susu menonjol, tidak ada
c.

Abdomen

nyeri tekan
: tidak ada luka bekas operasi, ada nyeri
tekan. TFU belum teraba, kandung kemih

d.
e.
f.

Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Genitalia

sedikit penuh.
: kuku pucat, tidak ada oedema
: tidak ada varises.
: vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio
kuncup, nyeri goyang portio, pengeluaran

g. Anus

bercak darah berwarna kecoklatan.


: tidak ada hemoroid
16

5.

Laboratorium

: PP test (+), Hb=11,2 gr%, protein urine (-)


beta-HCG

4000

mIU/ml.

Hasil

USG=kehamilan di luar kandungan (di tuba


fallopi)
C. ANALISA
Ny. N.R, 22 tahun, G1P0A0, 7 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu.
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa terjadi kehamilan di
luar kandungan, dan akan segera dilakukan operasi.
2. Memasang infus RL 20 tetes/menit pukul 10.05 WIB, habis pukul 18.00 WIB
3. Cek laboratrium, dengan hasil PP test (+), Hb=11,2 gr%, protein urine (-), betaHCG= 4.000 mlU/ml
4. Melakukan EKG
5. Melakukan pemasangan dawer kateter pada pukul 10.30 WIB, urine yang keluar
hingga pukul 11.45 WIB yaitu 200 cc, berwarna jernih.
6. Melakukan observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, perdarahan.
7. Memberitahu ibu bahwa ada kemungkinan terjadi lagi pada saluran telur di sisi
lain
8. Memberitahu ibu komplikasi dari kehamilan ektopik terganggu.
9. Kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk USG, akan dilakukan operasi laparotomy
pukul 12.00 wib.

10. Memberitahu ibu untuk puasa terlebih dahulu sebelum dilakukan operasi.
11. Melakukan asuhan pre operasi, mengganti baju pasien dengan baju
operasi.
12. Memberi dukungan emosional/motivasi pada ibu.

Catatan Perkembangan
Hari, Tanggal pengkajian

: Senin, 1 Desember 2014

Waktu pengkajian

: 14.35 WIB

Tempat pengkajian

: Ruang Nifas RSUD Cianjur

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu masih belum bisa menggerakan kedua tangan dan kakinya, lemas, dan
sedikit pusing, ibu sudah minum sedikit-sedikit dengan menggunakan
sendok.
17

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
S=35,1 oC
4. Mata
5. Abdomen
6. Ekstremitas atas

: baik
: compos mentis
: TD=90/60 mmHg, N=89x/menit, P= 24x/menit,
: konjungtiva dan sclera pucat
: luka operasi basah, tidak ada tanda-tanda infeksi.
: kuku tidak pucat, akral teraba dingin, tidak ada
oedema, terpasang infus RL 20 500 ml tetes per

7. Ekstremitas bawah

menit di tangan sebelah kiri.


: akral teraba dingin, tidak ada varises.

C. ANALISA
P1A0 post op. laparotomy 2 jam
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pemantauan keadaan umum, tanda-tanda vital.
3. Melakukan penggantian cairan RL 20 tetes per menit, habis pukul 18.00
WIB.
4. Memberikan Cefotaxime 1 gr 2x1 (IV) pada pukul 14.00 WIB dan
metronidazole 500 mg 2x1 (Infus), kaltrofen 100 mg 2x1 (suppositoria)
pukul 17.00 WIB.
5. Memberikan dukungan dan semangat pada ibu.
6. Memberitahu ibu mengenai istirahat dan mobilisasi.
7. Memberitahu ibu bahwa dapat mulai minum sedikit-sedikit setelah 2
jam post operasi, dan diperbolehkan makan dengan bubur setelah 8 jam
post operasi.
Catatan Perkembangan
Hari, Tanggal pengkajian

: Selasa, 2 Desember 2014

Waktu pengkajian

: 14.30 WIB

Tempat pengkajian

: Ruang Nifas RSUD Cianjur

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu sudah bisa menggerakan kedua tangan dan kakinya, sudah makan siang
dengan bubur, dan minum 1 gelas air putih, masih merasa nyeri pada luka
operasi.
B. DATA OBJEKTIF

18

1. Keadaaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital

: baik
: compos mentis
: TD=110/70 mmHg, N=82x/menit, P= 23x/menit,

S=36,3 oC
4. Mata
5. Abdomen
6. Ekstremitas atas

: konjungtiva merah muda, sclera putih.


: luka operasi basah, tidak ada tanda-tanda infeksi.
: kuku tidak pucat, tidak ada oedema, terpasang

infus RL 20 500 ml tetes per menit di tangan sebelah kiri.


7. Ekstremitas bawah : tidak ada varises.
C. ANALISA
P1A0 post op. laparotomy 1 hari, dengan keadaan umum baik.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pemantauan keadaan umum, tanda-tanda vital.
3. Penggantian cairan RL 500 ml 20 tpm pukul 02.00 WIB, habis pukul
10.00 WIB
4. Pemberian Cefotaxime 1 gr 2x1 (IV) pada pukul 14.00 WIB dan
metronidazole 500 mg 2x1 (Infus), kaltrofen 100 mg 2x1 (suppositoria)
5.
6.
7.
8.
9.

pukul 17.00 WIB.


Perawatan luka operasi.
Memberikan dukungan dan semangat pada ibu.
Memberitahu ibu mengenai istirahat dan mobilisasi.
Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan luka operasi.
Memberitahu ibu bisa melakukan aktifitas seperti biasa dalam 2-4
minggu, tetaapi ibu harus menghindari mengangkat benda berat,
mendorong, dan menarik benda selama 6 minggu.

19

Lembar Observasi

Waktu

TD

15.30 WIB
16.30 WIB
17.00 WIB

(mmHG)
110/70
120/80
120/70

(x/menit)
84
82
83

Pemeriksaan
P
(x/menit)
20
21
20

S
(oC)

36
36,3
36,2

Terapi

metronidazole
500 mg 2x1
(Infus),
kaltrofen 2x1
(suppositoria)

18.30 WIB
19.30 WIB
20.30 WIB
21.30 WIB
22.30 WIB
23.30 WIB
00.30 WIB
01.30 WIB
02.30 WIB
03.30 WIB
04.30 WIB
05.30 WIB
06.30 WIB
07.30 WIB
08.30 WIB
09.30 WIB
10.30 WIB
11.30 WIB
12.30 WIB

120/70
110/80
110/70
110/70
120/70
120/80
120/70
120/70
110/70
110/80
110/80
110/70
110/70
120/70
120/70
120/80
120/80
120/70
120/70

83
82
80
81
81
82
84
83
82
80
82
83
83
81
83
82
83
81
80

22
20
23
23
20
21
21
22
21
23
21
20
23
22
21
23
22
20
20

36,3
36,4
26,1
36,1
36
36,5
36,2
36,2
36,3
36
36,1
36,1
36,2
36,4
36,5
36,2
36,1
36,3
36,2

Catatan Perkembangan
Hari, Tanggal pengkajian

: Rabu, 3 Desember 2014

Waktu pengkajian

: 13.30 WIB

Tempat pengkajian

: Ruang Nifas RSUD Cianjur

A. DATA SUBJEKTIF
20

Ibu sudah makan siang dengan nasi, tahu, sayur, tempe, dan minum 1 gelas
air putih, masih merasa sedikit nyeri pada luka operasi.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
S=36,2oC
4. Mata
5. Abdomen
6. Ekstremitas atas

: baik
: compos mentis
: TD=120/70 mmHg, N=81x/menit, P= 22x/menit,
: konjungtiva merah muda, sclera putih.
: luka operasi kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
: kuku tidak pucat, tidak ada oedema, terpasang
infus RL 500 ml, 20 tetes per menit di tangan

7. Ekstremitas bawah

sebelah kiri.
: tidak ada varises.

C. ANALISA
P1A0 post op. laparotomy 2 hari, dengan keadaan umum baik.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pemantauan keadaan umum, tanda-tanda vital.
3. Penggantian cairan RL 20 tetes per menit pukul 10.00 WIB, habis pukul
18.00 WIB
4. Memberikan Cefotaxime 1 gr 2x1 (IV) pada pukul 14.00 WIB dan
metronidazole 500 mg 2x1 (Infus), kaltrofen 2x1 (suppositoria) pukul
5.
6.
7.
8.

17.00 WIB.
Memberikan dukungan dan semangat pada ibu.
Memberitahu ibu mengenai istirahat dan mobilisasi.
Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan luka operasi.
Memberitahu ibu bisa melakukan aktifitas seperti biasa dalam 2-4
minggu, tetaapi ibu harus menghindari mengangkat benda berat,
mendorong, dan menarik benda selama 6 minggu.

Catatan Perkembangan
Hari, Tanggal pengkajian

: Kamis, 4 Desember 2014

Waktu pengkajian

: 15.30 WIB

Tempat pengkajian

: Ruang Nifas RSUD Cianjur

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu sudah makan siang dengan nasi, telur rebus, sayur, tempe, dan minum 1
gelas air putih, tidak ada keluhan apapun saat ini

21

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
S=36,5 oC
4. Mata
5. Abdomen
6. Ekstremitas atas

: baik
: compos mentis
: TD=120/70 mmHg, N=82x/menit, P= 23x/menit,
: konjungtiva merah muda, sclera putih.
: luka operasi kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
: kuku tidak pucat, tidak ada oedema, terpasang
infus RL 500 ml, 20 tetes per menit di tangan

7. Ekstremitas bawah

sebelah kiri.
: tidak ada varises.

C. ANALISA
P1A0 post op. laparotomy 3 hari, dengan keadaan umum baik.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pemantauan keadaan umum, tanda-tanda vital.
3. Perawatan luka operasi.
4. Melakukan aff infus.
5. Melakukan aff kateter.
6. Memberikan dukungan dan semangat pada ibu.
7. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan luka operasi.
8. Memberitahu ibu bisa melakukan aktifitas seperti biasa dalam 2-4minggu,
tetaapi ibu harus menghindari mengangkat benda berat, mendorong, dan
menarik benda selama 6 minggu.
9. Mengizinkan ibu untuk pulang.
10. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian tanggal 8
Desember 2014, atau bila ada keluhan.
Catatan Perkembangan
Hari, Tanggal pengkajian

: Rabu, 10 Desember 2014

Waktu pengkajian

: 11.15 WIB

Tempat pengkajian

: Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Cianjur

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu datang ingin memeriksakan kondisinya, tidak ada keluhan apapun saat ini
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaaan umum
2. Kesadaran

: baik
: compos mentis

22

3. Tanda-tanda vital

: TD=110/70 mmHg, N=80x/menit, P= 22x/menit,

S=36,2 oC
4. Mata
5. Abdomen
6. Ekstremitas atas

: konjungtiva merah muda, sclera putih.


: luka operasi kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
: kuku tidak pucat, tidak ada varises.

C. ANALISA
P1A0 post partum 9 hari, dengan keadaan umum baik.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan.
2. Mengganti balutan, luka kering tidak ada tanda infeksi.
3. Memberitahu ibu untuk tidak ada pantangan makanan
4. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan luka operasi.
5. Memberitahu ibu bisa melakukan aktifitas seperti biasa dalam 2-4minggu,
tetaapi ibu harus menghindari mengangkat benda berat, mendorong, dan
menarik benda berat selama 6 minggu.
6. Memberitahu ibu untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan, bila ada
keluhan.

23

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis membahas tentang kegiatan selama


melaksanakan asuhan pada Ny. N.R, 22 tahun G1P0A0, hamil 7 minggu
dengan kehamilan ektopik terganggu, di mulai dari tanggal 1 Desember 2014
sampai dengan tanggal 10 Desember 2014.

A. Data Subjektif
Dari hasil anamnesa didapatkan keluhan ibu, nyeri perut bagian bawah,
keluar bercak darah berwarna kecoklatan, sejak hari Kamis, 27-11-2014,
pusing, lemas, sudah melakukan pemeriksaan USG di dokter dengan hasil
kehamilan di luar kandungan.
Menurut Myles (2009), tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu
adalah nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam
awalnya kemudian perlahan lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri
bertambah hebat bila bergerak Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa
bercak atau banyak seperti menstruasi)

B. Data Objektif
Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. N keadaan umum sedang, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 94 x/menit, pernapasan 22
x/menit, suhu 36,20C, konjungtiva dan sklera pucat, pada abdomen terdapat
nyeri tekan, genitalia terdapat nyeri goyang portio.
Menurut Myles (2009), ditemui pula kondisi gawat darurat dan
abdominal akut seperti kesadaran menurun dan lemah, pucat, syok
hipovolemik sehingga isi dan tekanan denyut nadi berkurang serta
meningkatnya frekuensi nadi > 112/menit, perut kembung ( adanya cairan
bebas abdomen ) dan nyeri tekan, nyeri perut bawah yang makin hebat
apabila tubuh digerakkan, nyeri goyang portio

24

C. ASESSMENT
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang ada maka dapat
disimpulkan bahwa Ny. N.R, 22 tahun G1P0A0, hamil 7 minggu dengan
kehamilan ektopik terganggu.
D. PLANNING
Ketika Ny. N.R tiba di IGD kebidanan dilakukan kolaborasi dengan dr.
SpOG dan melakukan pemasangan infus RL 20 tetes per menit di tangan
sebelah kiri, selain itu dilakukan pengosongan kandung kemih dengan
pemasangan dower kateter. Dilakukan pemeriksaan laboratrium, dengan hasil PP
test (+), Hb=11,2 gr%, protein urine (-), beta-HCG= 4.000 mlU/ml, kemudian
dilakukan EKG untuk melihat kondisi jantung ibu , serta observasi keadaan umum,

tanda-tanda vital, perdarahan. Kemudian dilakukan kolaborasi dengan dokter


Obgyn untuk USG, akan dilakukan operasi laparotomy pukul 12.00 WIB, serta
dilakukan asuhan pre operasi, operasi selesai pukul 14.00 WIB, dan dirawat di
ruang nifas RSUD Cianjur.
Kondisi ibu berangsur-angsur membaik. Pada tanggal 4 Desember 2014
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 23x/menit, suhu
36,5oC, luka operasi kering, tidak ada tanda-tanda infeksi, ibu diizinkan untuk
pulang. Ibu diberikan informasi mengenai perawatan luka/ personal hygiene
dan pemenuhan nutrisi dan hidrasi. Ibu dianjurkan kontrol 1 minggu
kemudian.
Pada saat kunjungan ulang tanggal 10 Nopember 2010, post operasi
hari ke-9 hasil pemeriksaan fisik keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 22x/menit,
suhu 36,2C, luka operasi kering, tiadak ada tanda-tanda infeksi. Ibu
dianjurkan melakukan pemeriksaan kembali ke tenaga kesehatan bila ada
keluhan.

.
E.

Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Pendukung

25

a. Klien dan keluarga yang sangat kooperatif dan adanya respon positif
terhadap asuhan yang diberikan.
b. Adanya kerjasama dengan petugas kesehatan yang baik, di ruang IGD
kebidanan, rusng nifas dan poli kebidanan dan kandungan RSUD
Cianjur, sehingga penulis dapat melaksanakan asuhan kepada Ny. N.R
secara optimal.
2. Faktor Penghambat.
Selama melaksanakan asuhan penulis tidak mengalami hambatan
karena adanya kerjasama yang baik dari pihak petugas kesehatan, sikap
kooperatif dari pihak klien dan keluarga.

26

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pentingnya asuhan yang diberikan bidan terhadap ibu pada
masa bersalin untuk mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan janin.
Berdasarkan keseluruhan data yang didapat dan di kaji baik dari teori
maupun praktik, diketahui bahwa dari data Ny.N.R yang didapat di lapangan
praktik sesuai dengan teori. Asuhan yang diberikan terhadap Ny. N.R
ditemukan dalam hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. N.R sebagian
telah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan berdasarkan
teori yang ada dengan praktek yang nyata.
B. Saran
1. Pelayanan Kesehatan
a. Diharapkan petugas kesehatan khususnya Bidan dan dokter di RSUD

Cianjur

mampu mempertahankan pelayanan yang sudah baik dan

dapat meningkatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien.


2. Klien dan Keluarga
Setelah mengetahui tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu,
klien dan keluarga dapat mengambil keputusan secara tepat dan cepat bila
ada yang mengalami kasus serupa.

27

Anda mungkin juga menyukai