Anda di halaman 1dari 2

Artikel 52

CERITAKU TENTANG DEMOKRASI DI PESTA 9 JULI 2014


Muhammad Arif
SMKN 2 Banda Aceh

9 Juli menjadi yang lalu menjadi hari yang sangat penting bagi saya sebagai
warga Negara, dimana untuk pertama kalinya saya sebagai warga dapat
menyumbangkan suara saya dalam pesta demokrasi 9 Juli 2014 pemilihan calon
presiden dan wakil presiden Republik Indonesia 2014 setelah Bapak SBY habis masa
jabatannya 10 tahun dalam dua periode memimpin Indonesia. Pemilihan yang
melibatkan 2 calon presiden dan 2 calon wakil presiden. Bapak Prabowo dengan
wakilnya Bapak Hattarajasa yang bernomor urut 1 dan juga bapak Joko Widodo
dengan wakilnya Bapak Jusuf Kalla yang bernomor urut 2.
Indonesia sebagai Negara demokrasi akhirnya memilih Bapak Joko Widodo
dengan pasangannya Bapak Jusuf Kalla sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke6 setelah menang dalam persentase suara dalam pemilu. Sebagai warga Negara yang
hidup dalam Negara yang berprinsip demokrasi tentu bangga dapat terlibat langsung
dalam pemilihan umum, terlepas dari apakah yang saya pilih kalah atau menang. Yang
membuat saya bangga sudah menyumbangkan suara saya dalam pemilihan umum
tersebut dengan tanpa ada intimidasi dari para pendukung presiden bukan pilihan
aya.
Jujur, dalam pemilihan umum kemarin saya memilih Bapak Prabowo. Debat
panas menjelang pemilu sangat terasa tidak hanya dilakukan oleh calon-calon
Presiden saja, bahkan sampai kemasyarakat-masyarakat yang masing-masing punya
pandangan sendiri terhadap capres-capres pilihannya, termasuk saya yang
mengharapkan Bapak Prabowo menjadi Presiden Indonesia yang keenam, tentunya
dengan alasan tertent saya memilih beliau.
Siapapun presidennya saya tetap harus tunduk kepada penguasa tanah Air.
Seperti diketahui Bapak Jokowi akhirnya menjadi presiden pilihan rakyat Indonesia,
walaupun saya tidak menyumbangkan suara untuk beliau, saya sebagai rakyat tetap
harus mendukung, mengakui dan patuh kepada beliau sebagai Presiden pilihan
rakyat.
Inilah yang namanya Negara demokrasi, Negara dimana bentuk
pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup kita sebagai warga negara. Selain itu
Demokrasi juga mengizinkan kita sebagai warga negara berpartisipasi baik secara
langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.
Berbeda dengan Negara lain contohny asaja Malaysia yang sistem
pemerintahannya Monarki. Monarki merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin
oleh seorang penguasa monarki. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah
sistemt ertua di dunia. Pada awal kurun ke-19, terdapat lebih 900 tahta kerajaan di
dunia, tetapi menurun menjadi 240 dalam abad ke-20. Sedangkan pada dekade
144

kedelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari jumlah tersebut,
hanya empat negara mempunyai penguasa monarki yang mutlak danselebihnya
terbatas kepada sistem konstitusi.
Perbedaan di antara penguasa monarki dengan presiden sebagai kepala negara
adalah penguasa monarki menjadi kepala negara sepanjang hayatnya, sedangkan
presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka waktu tertentu. Namun dalam
negara-negara federasi seperti Malaysia, penguasa monarki atau Yang dipertuan
Agung hanya berkuasa selama 5 tahun dan akan digantikan dengan penguasa monarki
dari negeri lain dalam persekutuan. Pada zaman sekarang, konsep monarki mutlak
hampir tidak ada lagi dan kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu
penguasa monarki yang dibatasi kekuasaannya oleh konstitusi.
Kembali kepemilihan umum tanggal 9 Juli alu. Demokrasi memang sebuah
ideologi bangsa kita Indonesia, dandalam penerapan sistem demokrasi kita tidak
hanya di tuntut untuk negara saja, tetapi juga berdemokrasi dalam lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Contoh penerapan sistem demokrasi di lingkungan
masyarakat saat pemilu yang dapat saya lihat dengan jelas adalah tidak adanya
pemaksaan dalam pemilihan umum yang telah berlalu itu. Meskipun, ada sedikit
perdebatan dalam masalah memilih calon presiden yang masing-masing punya
argument tersendiri dalam memilih calon presiden pilihannya. Namun tidak sampai
kepada pemaksaan atau ancaman untuk merubah kepada calon presiden A kecalon
presiden B.
Itulah sedikit ceritaku tentang pesta demokrasi 9 Juli lalu, meski sudah berlalu
beberapa bulan sudah dan juga sudah terpilihnya seorang presiden, menjadi bagian
dalam pemilihan presiden tersebut membuat saya bangga sebagai rakyat.

145

Anda mungkin juga menyukai