Disusun oleh :
Amalia Rizky Primadika
P17420213078
P17420213079
Andriyanto
P17420213080
Annisatul Maqhfiroh
P17420213081
Anugrah Pinundhi IK
P17420213082
Apri Zulkhum A
P17420213083
KELAS 2 C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
hidayah Nya kami dapat menyelesaikan tugas terstruktur yang berjudul BBL DENGAN
HIPERBILIRUBIN dengan baik dan tanpa halangan sedikitpun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas yang
diampu oleh Ibu Dina Indrati.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu ijinkan penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dina Indrati , selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas.
2. Petugas perpustakaan yang telah memberi kemudahan pada kami untuk mencari
bahan referensi
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah memberi
dukungan baik secara moril maupun materiil.
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak kekurangannya, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Sehingga dalam
pembuatan makalah yang selanjutnya akan lebih baik lagi.
Puwokerto,
Februari 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru
lahir adalahterjadinya hiperbillirubin yang merupakan salah satu kegawatan pada bayi
baru lahir karenadapat menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang bayi.Kelainan ini
tidak termasuk kelompok penyakit saluran pencernaan makanan, namun karena kasusnya
banyak dijumpai maka harusdikemukakan.Kasus ikterus ditemukan pada ruang neonatus
sekitar 60% bayi aterm dan pada 80 % bayiprematur selama minggu pertama kehidupan.
Ikterus tersebut timbul akibat penimbunan pigmenbilirubin tak terkonjugasi dalam
kulit. Bilirubin tak terkonjugasi tersebut bersifat neurotoksik bagi bayi pada tingkat
tertentu dan pada berbagai keadaan.Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu
gejala fisiologis atau patologis.Ikterusfisiologis terdapat pada 25-50% neonatus cukup
bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurangbulan sebesar 80%.Ikterus tersebut
timbul pada hari kedua atau ketiga, tidak punya dasarpatologis, kadarnya tidak
membahayakan, dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.Ikterus patologis
adalah ikterus yang punya dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapaisuatu nilai
yang disebut hiperbilirubin.
Dasar patologis yang dimaksud yaitu jenis bilirubin,saat timbul dan hilangnya
ikterus, serta penyebabnya.Neonatus yang mengalami ikterus dapat mengalami
komplikasi
akibat
gejala
sisa
yang
dapatmempengaruhi
pertumbuhan
dan perkembangannya. Oleh sebab itu perlu kiranya penangananyang intensif untuk
mencegah hal-hal yang berbahaya bagi kehidupannya dikemudian hari.Perawat sebagai
pemberi perawatan sekaligus pendidik harus dapat memberikan pelayanan yangterbaik
dengan berdasar pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu kami
mengangkat hiperbilirubin pada anak sebagai judul dari makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, etiologi, klasifikasi dari penyakit hiperbilirubin pada bayi baru lahir?
2. Bagaimana pathofisiologi dan patway keperawatan dari penyakit hiperbilirubin pada
bayi baru lahir?
3. Apa saja manifestasi klinik, komplikasi, dan pemeriksaan penunjang dari penyakit
hiperbilirubin pada bayi baru lahir?
4. Bagaimana penatalaksanaan hiperbilirubin pada bayi baru lahir?
5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin?
6. Apa saja diagnosa keperawatan dan intervensi yang muncul pada bayi baru lahir
dengan hiperbilirubin?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian, etiologi, klasifikasi dari penyakit hiperbilirubin pada
bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui
pathofisiologi
dan
patway
keperawatan
dari
penyakit
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBIN
A. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang
dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi
kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000)
Nilai normal: bilirubin indirek 0,3 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002).Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan
efek pathologis. (Markum, 1991:314).Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Ikterus adalah gambaran klinis gambaran klinis berupa perwarnaan kuning pada
kulit, mukosa, sklera, selaput lendir dan organ lain akibat penunmpukan bilirubin,
secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih
dari 5 mg/dL2.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar
bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk bayi yang
baru lahir cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl, sedangkan
bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl.
B. ETIOLOGI
1. Peningkatan produksi :
a) Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
b) Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
diol (steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin Indirek
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis.
bilirubin dalam urin, tetapi tidak didapatkan urobilinogen dalam tinja dan urin.
d) Ikterus Neonatus Fisiologis terjadi pada 2 4 hari setelah bayi lahir dan akan
sembuh pada hari ke 7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam
memproses bilirubin.
e) Ikterus Neonatus Patologis karena faktor penyakit atau infeksi. Biasanya
disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan tak bertambah.
D. PATOFISIOLOGI
Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan
hemoglobin oleh kerja heme oksidase, biliverdin reduktase dan agen pereduksi
nonenzimatik dalam sistem retikuloendotelial.Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin
tak terkonjugasi diambil oleh protein intraseluler Y protein dalam hati.Pengambilan
tergantung pada alairan darah hepatik dan adanya ikatan protein.Bilirubin yang tidak
terkonjugasi dalam hati dirubah (terkonjugasi) oleh enzim asam uridin disfosfoglukuronat
(UDPGA; Uridin Diphospgoglucuronic Acid). Glukuronil transferase menjadi bilirubin
mono dan diglukuronida yang polar larut dalam air (bereaksi direk)Bilirubin yang
terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal. Dengan konjugasi,
bilirubin masuk dalam empedu melalui membran kanalikular.Akhirnya dapat masuk ke
sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja
dan urine.Beberapa bilirubin diabsorbsi kembali menjadi sirkulasi enterohepti.Warna
kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak, tak
terkonjugasi, non-polar (bereaksi indirek).Pada bayi hiperbilirubinemia kemungkinan
merupakan hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transferase.Rendahnya
pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein hepatik sejalan
dengan penurunan aliran darah hepatic.Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI
merupakan hasil dari hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam
lemak bebas yang terdapat dalam ASI. Terjadi 4 sampai 7 hari setelah lahir. Dimana
terdapat kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama
minggu ke-2 sampai minggu ke-3. Biasanya dapat mencapai usia 4 minggu dan menurun
10 minggu.Jika pemberian ASI dilanjutkan, hiperbilirubinemia akan menurun berangsurangsur dan dapat menetap selama 3 sampai 10 minggu pada kadar yang lebih rendah.Jika
pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum akan turun dengan cepat., biasanya
mencapai normal dalam beberapa hari.Penghentian ASI selama 1 sampai 2 hari dan
penggantian ASI dengan formula menfakibatkan penurunan bilirubin serum dengan
cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hiperbilirubin tidak kembali ke
kadar yang tinggi seperti sebelumnya.Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan
bilirubin dalan 24 jam pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan ikterus
fisiologis, muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir.(Suriadi, 2001).
E. PATHWAY
Peningkatan destruksi eritrosit ( Gangguan konjugasi bilirubin / gangguan transport
bilirubin / peningkatan siklus entero hepatik )
Gangguan
integritas
kulit
Hipertermi
injury
Diare
Ketidakseimbangan
cairan elektrolit
F. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala neonatus dengan hiperbilirubinemia adalah sebagai
berikut (AH Markum, 2002) :
1. Kulit jaundice (kekuningan).
2. Sklera ikterik.
3. Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10mg% pada neonatus yang cukup bulan
dan 12,5mg% pada neonatus yang kurang bula.
intake kalori.
Asfiksia.
Hipoksia.
Sindrom gangguan pernafasan.
Pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang membuncit.
Peses berwarna seperti dempul dan pemerikasaan neurologist dapat ditemukan
adanya kejang.
10. Epistotonus (posisi tubuh bayi melengkung).
11. Terjadi pembesaran hati.
12. Tidak mau minum ASI.
13. Letargi.
14. Refleks Moro lemah atau tidak ada sama sekali.
pada kulit mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga.
Sedangkan ikterus obstruksi(bilirubin direk) memperlihatkan warna kuning-kehijauan
atau kuning kotor. Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang
berat(Nelson, 2007).
Gambaran klinis ikterus fisiologis:
a) Tampak pada hari 3,4
b) Bayi tampak sehat(normal)
c) Kadar bilirubin total <12mg%
d) Menghilang paling lambat 10-14 hari
e) Tak ada faktor resiko
f)Sebab: proses fisiologis(berlangsung dalam kondisi fisiologis)(Sarwono et al, 1994)
Gambaran klinik ikterus patologis:
a) Timbul pada umur <36 jam
b) Cepat berkembang
c) Bisa disertai anemia
d) Menghilang lebih dari 2 minggu
e) Ada faktor resiko
f) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)
G. KOMPLIKASI
Keadaan bilirubin yang tidak teratasi akan menyebabkan memperburuk keadaan,
dan menyebabkan komplikasi (Suriadi, 2001);
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian
ASI).
7.Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.
(Suriadi, 2001).
Atau bisa dilakukan hal sebagai berikut :
1.
Visual
a.
b.
Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna
dibawah kulit dan jaringan subkutan.
c.
Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang
tampak kuning.Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari
pertama dan terlihat pada lengan , tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua,
maka digoongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar
secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum
untuk memulai terapi sinar.
I. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan
pada
penyebabnya,
maka
manejemen
bayi
dengan
Menghilangkan Anemia
2.
3.
4.
a. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal
b. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
c. Menghilangkan Serum Bilirubin
d. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.
3. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya.Obat ini efektif, baik diberikan
pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan.
Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek
sampingnya (letargi). Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya
lewat urine sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
A. PENGKAJIAN
Wawancara
a. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau
golongan darah A,B,O). Polisistemia,infeksi,hematoma,gangguan metabolisme hepar
obstruksi saluran pencernaan ibu menderita DM.
b. Riwayat Kehamilan
Kurangnya
antenatal
care
yang
baik.
Penggunaan
obat
obat
yang
Pemeriksaan Fisik
Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat seperti teh, letargi, hipotonus,
refleks menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan melengking. Selain
itu, keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh ( hipo / hipertemi ).
Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot ( kejang /tremor ).
Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas, sclera mata
kuning ( kadang kadang terjadi kerusakan pada retina ) perubahan warna urine dan
feses.
Laboratorium
Rh darah ibu dan janin berlainan. Kadar bilirubin bayi aterm lebih dari 12,5
mg\dl,prematur lebih dari 15 mg\dl.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototerapi.
2. Potensial ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan tranfusi tukar
3. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan ikterus dan diare
4. Diare berhubungan dengan efek fototerapi
5. Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan panas (efek fototerapi),dehidrasi
C. INTERVENSI
a.
1.
2.
Tutup mata dengan kain yang dapat menyerap cahaya dan dapat
memproteksi mata dari sumber cahaya.
3.
Matikan lampu dan buka penutup mata bayi setiap 8 jam, lakukan
inspeksi warna sklera.
4.
5.
6.
frekuensi sering, pantau asupan, bila perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan
normal, pantau haluaran dan turgor kulit.
4. Kolaborasikan pemberian cairan intravena
5. Atur kemungkinan transfusi
6. Kolaborasi dengan Dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
c. Dx. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan ikterus dan diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit
baik/utuh
NOC : Pressure Management
Kriteria Hasil :
1. Suhu dalam rentang yang diharapkan ( 36 37 C )
2. Hidrasi dalam batas normal.
3. Elastisitas dalam batas normal.
4. Keutuhan kulit.
5. Pigmentasi dalam batas normal
Skala penilaian:
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
NIC : Pengawasan Kulit
1.
2.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering,catat warna kondisi kulit tiap 8
jam dan pada saat perawatan
3.
4.
Oleskan lotion atau minyak atau baby oil pada daerah yang tertekan
5.
6.
5. Instruksikan pada keluarga agar pasien makan rendah serat,tinggi protein dan
tinngi kalori jika memungkinkan
6. Monitor persiapan makanan yang aman
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Kompres pasien dengan air hangat pada daerah lipat paha, dan aksila.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2001. Rencana Perawatan Maternal /
Bayi..Jakarta : EGC
Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. Jakarta : FKUI,
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Surasmi, Asrining.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta : EGC.
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Jakarta: Fajar Inter
Pratama.