Anda di halaman 1dari 34

FRAKTUR DAN PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian fraktur.
a. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisik, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
(Chairuddin Rasjad, 2006).
b. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya (Smeltzer, Suzanne C, 2006).
c. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Jong, Wim de,
2004).
2. Anatomi dan fisiologi tulang

a. Pengertian tulang
6

Tulang terdiri dari materi intra sel, baik berupa sel yang hidup ataupun
sel yang tidak hidup. Bahan-bahan tersebut berasal dari embriohialin
tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi tulang, proses ini
oleh sel-sel yang disebut osteoblas. Kualitas kerasnya tulang
merupakan hasil deposit kalsium. (Long, Barbara C, 2005).
b. Fungsi tulang
1) Membentuk rangka badan.
2) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot.
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan
alat-alat dalam, seperti otak, sum-sum tulang belakang, jantung,
dan paru-paru.
4) Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam.
5) Sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain yaitu sebagai
jaringan hemopoietik untuk memproduksi sel-sel darah merah, selsel darah putih dan trombosit.
c. Klasifikasi tulang berdasarkan bentuknya.
(Long, Barbara C, 2005)
1) Tulang panjang (femur, homerus, dan tibia).
2) Tulang pendek (carpals).
3) Tulang ceper (tulang tengkorak).
4) Tulang yang tidak beraturan ; vertebrae (sama dengan tulang
pendek).
5) Tulang sesamoid.

6) Tulang kecil terpendek sekitar tulang persendian dan didukung


oleh tendon dan jaringan fasial. Misalnya patella.
3. Penyebab fraktur
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar
daripada daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, (fraktur patologi) yaitu
kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis (Long,
Barbara C, 2005).
c. Fraktur juga dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
4. Patofisiologi
Tulang dikatakan fraktur atau patah bila terdapat interupsi dari
kontinuitas jaringan tulang, biasanya fraktur disertai cedera jaringan di
seputarnya yaitu ligamen, otot, tendo, pembuluh darah dan persyarafan.
Trauma ini terjadi pada fraktur dapat menyebabkan fraktur yang akan
mengakibatkan

seseorang

memiliki

keterbatasan

gerak,

ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan. Jaringan lunak yang terdapat di


sekitar fraktur : seperti pembuluh darah syaraf dan otot serta organ lain
yang berdekatan dapat dirusak pada waktu orang lain ataupun karena
mencuatnya tulang yang patah. Apabila kulit sampai robek, hal ini akan
menyebabkan potensial injeksi. Tulang memiliki sangat banyak pembuluh
darah, akibat dari fraktur yang keluar dari pembuluh darah ke dalam
jaringan lunak atau pada luka yang terbuka. Luka dan keluarnya darah

tersebut dapat mempercepat pertumbuhan bakteri (Long, Barbara C,


2005).
5. Pembagian fraktur
a. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar (lihat gambar pada lampiran)
1) Closed fracture (fraktur tertutup).
Fraktur yang tidak menyebabkan luka terbuka pada kulit.
2) Compound fracture (fraktur terbuka).
Adanya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan dunia
luar.
b. Berdasarkan jenisnya (lihat gambar pada lampiran)
1) Fraktur komplit :
Garis fraktur mengenai seluruh korteks tulang.
2) Fraktur tidak komplit :
Garis fraktur tidak mengenai seluruh korteks.
c. Berdasarkan garis fraktur (lihat gambar pada lampiran)
1) Fraktur transversa.
Garis fraktur memotong secara transversal.
Sumbu longitudinal.
2) Fraktur obliq.
Garis fraktur memotong secara miring sumbu longitudinal.
3) Fraktur spiral.
Garis fraktur berbentuk spiral.
4) Fraktur butterfly.

Bagian tengah dari fragmen tulang tajam dan melebar ke samping.


5) Fraktur impacted (kompresi).
Kerusakan tulang disebabkan oleh gaya tekanan searah sumbu
tulang.
6) Fraktur avulsi.
Lepasnya fragmen tulang akibat tarikan yang kuat dari ligamen.
d. Berdasarkan garis patah (lihat gambar pada lampiran)
1) Fraktur kominutif
Fragmen fraktur lebih dari dua.
2) Fraktur segmental
Pada satu korpus tulang terdapat beberapa fragmen fraktur yang
besar.
3) Fraktur multiple
Terdapat 2 atau lebih fraktur pada tulang yang berbeda.
6. Gambaran klinik
a. Deformitas.
b. Bengkak atau penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh
darah.
c. Ekimosis.
d. Spasme otot karena kontraksi involunter di sekitar fraktur.
e. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan fraktur yang
meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian
fraktur.

10

f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, di


mana saraf ini dapat terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.
g. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan
tulang, nyeri atau spasme otot.
h. Pergerakan abnormal (menurunnya rentang gerak).
i. Krepitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.
j. Hasil foto rontgen yang abnormal.
k. Shock yang dapat disebabkan kehilangan darah dan rasa nyeri yang
hebat.
7. Proses penyembuhan tulang
Proses penyembuhan tulang pada fraktur terbagi atas 4 bagian tulang :
a. Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase, yaitu :
1) Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur, maka pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.
2) Fase proliferasi seluler sub periosteal dan endosteal.
Terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi.
Penyembuhan-penyembuhan fraktur sekitar terjadi karena adanya
sel-sel osteogenik yang berfroliferasi dari periosteum untuk
membentuk

kalus

eksterna

serta

pada

daerah

endosteum

membentuk kalus interna sebagai aktivitas seluler dalam kanalis


modularis.

11

3) Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis).


Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap
fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada
kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki
oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh
garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur.
Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan
radiologis kalus sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik
pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4) Fase konsolidasi (fase union secara radiologi).
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahanperlahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas
osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus akan
diresorpsi secara bertahap.
5) Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk
bagian yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa
kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi
resorbsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik
pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang.
Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami
peronggaan untuk membentuk ruang sum-sum.

12

b. Penyembuhan fraktur pada tulang spongiosa.


Penyembuhan terutama oleh aktivitas endosteum dalam trabekula. Bila
vaskularisasi/kontak baik, maka penyembuhannya cepat.
c. Penyembuhan fraktur pada lempeng epifisis.
Fraktur epifisis sangat cepat penyembuhannya, oleh karena epifisis
aktif dalam pembentukan tulang.
d. Penyembuhan fraktur pada tulang rawan sendi
Penyembuhan sulit (vaskularisasi kurang/tidak ada). Bila ada celah
fraktur akan diisi oleh jaringan ikat. Penyembuhan kembali menjadi
tulang rawan hialin dimungkinkan bila dilakukan reposisi anatomis
dan fiksasi interna khusus dengan CPM (Continous Passive
Movement).
8. Faktor yang berpengaruh dalam kecepatan penyembuhan fraktur.
a. Umur penderita.
b. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur.
c. Pergeseran awal fraktur.
d. Vaskularisasi pada kedua fragmen.
e. Reduksi serta imobilisasi.
f. Waktu imobilisasi.
g. Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan
lunak).
h. Adanya infeksi.
i. Cairan sinovia.

13

j. Gerakan aktif dan pasif anggota gerak.


9. Penatalaksanaan Fraktur
Yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan untuk melakukan
pengobatan definitif, prinsip pengobatan ada empat (4R), yaitu :
a. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur.
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur
dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan :
1)

Lokalisasi fraktur

2)

Bentuk fraktur

3)

Menentukan

teknik

yang

sesuai untuk pengobatan


4)

Komplikasi yang mungkin


terjadi selama dan sesudah pengobatan.

b. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu.


Restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat
diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan
sedapatmungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah
komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis
di kemudian hari.
Posisi yang baik adalah :
1) Alignment yang sempurna
2) Aposisi yang sempurna

14

Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga,


fraktur impaksi dari humerus, angulasi < 5 0 pada tulang panjang
anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 100 pada
humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50%,
overriding yang tidak melebihi 0,5 pada fraktur femur. Adanya rotasi
tidak dapat diterima dimanapun lokalisasi fraktur.
c. Retention; imobilisasi fraktur.
d. Rehabilitation;

mengembalikan

aktifitas

fungsional

semaksimal

mungkin.
Metode penanganan fraktur.
a. Traksi
Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh
dengan memakai katrol dan tahanan beban untuk menyokong tulang.
b. Gips
Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam
bentuk tertentu dengan mempergunakan alat tertentu.
c. Operation/pembedahan
Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan
pembedahan. Metode ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Tindakan operasi harus diputuskan dengan cermat dan dilakukan oleh
ahli bedah serta pembantunya yang berpengalaman dalam ruangan
yang aseptik. Operasi harus dilakukan secepatnya (dalam satu minggu)
kecuali bila ada halangan. Alat-alat yang dipergunakan dalam operasi

15

yaitu kawat bedah, kawat Kirschners, screw, screw dan plate, pin
Kuntscher intrameduler, pin Rush, pin Steinmann, pin Trephine (pin
Smith Peterson), plate dan screw Smith Peterson, pin plate teleskopik
dan pin Jewett, protesis.
Selain alat alat metal, tulang yang mati ataupun hidup dapat pula
berupa bone graft baik autograft/alograft, untuk mengisi defek tulang
atau pada fraktur yang non-union. Operasi dilakukan dengan cara
membuka daerah fraktur dan fragmen direduksi secara akurat dengan
penglihatan langsung.
Prinsip operasi teknik AO yang sedang dikembangkan berupa reduksi
akurat, reduksi rigid dan mobilisasi dini yang akan memberikan hasil
fungsional yang maksimal.
Reduksi terbuka dengan fiksasi interna diindikasikan pada :
1)

Fraktur

intra-artikuler

misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon, patela.


2)

Reduksi

tertutup

yang

mengalami kegagalan misalnya fraktur radius dan ulna disertai


malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil.
3)

Bila

terdapat

interposisi

jaringan diantara kedua fragmen.


4)

Bila diperlukan fiksasi rigid


misalnya pada fraktur leher femur.

16

5)

Bila terjadi fraktur dislokasi


yang tidak dapat direduksi secara baik dengan reduksi tertutup
misalnya fraktur Monteggia dan fraktur Bennett.

6)

Pada fraktur terbuka.

7)

Bila terdapat kontraindikasi


pada imobilisasi eksterna sedangkan diperlukan mobilisasi yang
cepat, misalnya fraktur pada orang tua.

8)

Eksisi fragmen yang kecil.

9)

Eksisi fragmen tulang yang


kemungkinan mengalami nekrosis avaskuler misalnya fraktur leher
femur pada orang tua.

10)

Fraktur avulsi misalnya pada


kondilus humeri.

11)

Fraktur epifisis tertentu pada


grade III dan IV (Salter-Harris) pada anak-anak.

12)

Fraktur

multiple

misalnya

fraktur pada tungkai atas dan bawah.


13)

Untuk

mempermudah

perawatan penderita misalnya fraktur vertebra tulang belakang


yang disertai paraplegia.
10. Komplikasi fraktur

17

Meskipun kebanyakan yang menderita fraktur setahap demi setahap akan


mengalami proses penyembuhan tetapi ada juga yang menderita
ketidakmampuan fisik akibat komplikasi seperti :
a. Mal union
Keadaan di mana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.

b. Delayed union
Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
c. Non union
Apabila fraktur tidak menyembuh antaran 6 8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartritis (sendi palsu).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu proses
pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki dan memelihara
pasien sampai optimal melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk
membantu pasien.
Proses keperawatan terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan fraktur adalah :

18

a.

Aktifitas istirahat ; keterbatasan/kehilangan


fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri,
atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).

b.

Sirkulasi ; hipertensi (kadang kadang terlihat


sebagai respons terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan
darah), takikardia, penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang
cedera; pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena,
pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.

c.

Neurosensori ; hilangnya gerakan/sensasi,


spasme otot, kebas/kesemutan (parestesis), deformitas lokal; angulasi
abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi.

d.

Nyeri/kenyamaan; nyeri berat tiba tiba pada


saat cedera, spasme/kram otot.

e.

Keamanan ; laserasi kulit, avulsi jaringan,


perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat
secara bertahap atau tiba tiba).

f.

Penyuluhan/pembelajaran : lingkungan cedera.


Pemeriksaan diagnostik

a.

Pemeriksaan

rontgen

menentukan

lokasi/luasnya

fraktur/trauma.

19

b.

Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur,


juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.

c.

Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d.

Hitung darah lengkap; Hematokrit mungkin meningkat


(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah
SDP adalah respon stres normal setelah trauma.

e.

Kreatinin; Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk


klirens ginjal.

f.

Profil koagulasi; Perubahan dapat terjadi pada kehilangan


darah, transfusi multipel, atau cedera hati.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur (Doenges, Marilynn E,
2005) sebagai berikut :
a.

Risiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan


fraktur (kehilangan integritas tulang).

b.

Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergerakan fragmen


tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi,
stress, ansietas.

c.

Risiko tinggi terhadap disfungsi perifer berhubungan dengan


penurunan/interupsi aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema
berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.

20

d.

Risiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan


dengan perubahan aliran darah/emboli lemak, perubahan membran
alveolar/kapiler.

e.

Gangguan mobilitas berhubungan dengan kerusakan rangka


neuromuskuler, nyeri/ketidaknyamanan.

f.

Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan


berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, bedah perbaikan,
pemasangan traksi, pen, kawat, sekrup dan mobilisasi.

g.

Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak


adekuatnya perta-hanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan,
prosedur invasif,traksi tulang

h.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan salah informasi/tidak mengenal
sumber informasi.

i.

Gangguan

pemenuhan

ADL

berhubungan

dengan

immobilisasi.
j.

Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan


fraktur; tindakan traksi.

k.

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan dan

21

mencegah masalah keperawatan klien, maka langkah selanjutnya adalah


memenuhi kebutuhan tersebut melalui suatu perencanaan yang baik.
a. Risiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan fraktur.
Tujuan :
-

Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur.

Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan


stabilitas pada sisi fraktur.

Menunjukkan pembentukan kalus/mulai penyatuan


fraktur dengan tepat.

Tindakan/intervensi :
1)

Pertahankan

tirah

baring/ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi di atas


dan di bawah fraktur.
Rasional

: Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan


gangguan posisi/penyembuhan.

2)

Letakkan papan di bawah tempat


tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik
Rasional

: Tempat tidur empuk atau lentur dapat membuat


deformasi gips yang masih basah, mematahkan gips
yang sudah kering atau mempengaruhi dengan
penarikan traksi.

3)

Sokong

fraktur

dengan

bantal/gulungan selimut, pertahankan posisi netral pada bagian

22

yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan tronkanter,


papan kaki.
Rasional

: Mencegah gerakan yang tak perlu dan perubahan


posisi-posisi yang tepat dari bantal dan juga dapat
mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.

4)

Pertahankan
terhambat

dengan

beban

bebas

katrol

menggantung

tidak
hindari

mengangkat/menghilangkan berat.
Rasional

: Jumlah beban traksi optimal dipertahankan, catatan


memasukkan gerakan bebas beban selama mengganti
posisi pasien menghindari penarikan berlebihan tibatiba pada fraktur yang menimbulkan nyeri dan
spasme otot.

5)

Kaji ulang tahanan yang mungkin


timbul karena terapi.
Contoh pergelangan tidak menekuk/duduk dengan traksi buck atau
tidak memutar di bawah pergelangan dengan traksi Russel.
Rasional

: Mempertahankan integritas tarikan traksi sehingga


traksi berfungsi tepat untuk menghindari interupsi
penyambungan fraktur.

6)

Kaji ulang foto/evaluasi.

23

Rasional

: Memberikan bukti visual mulainya pembentukan


kalus/proses penyembuhan untuk menentukan tingkat
aktivitas dan kebutuhan perubahan/tambahan terapi.

b. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, alat


traksi.
Tujuan :
-

Menyatakan nyeri hilang.

Menunjukkan

tindakan

santai

mampu

berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan cepat.


-

Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.

Intervensi :
1)

Pertahankan immobilisasi bagian


yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat, traksi.
Rasional

: Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi


tulang/tegangan jaringan yang cedera.

2)

Tinggikan

dan

dukung

ekstremitas yang terkena.


Rasional

: Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema,


menurunkan nyeri.

3)

Lakukan

dan

awasi

latihan

rentang gerak pasif/aktif.

24

Rasional

: Mempertahankan kekuatan/mobilitas otot yang sakit


dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan
yang cedera.

4)

Berikan

alternatif

tindakan

kenyamanan, contoh perubahan posisi.


Rasional

: Meningkatkan sirkulasi umum ; menurunkan area


tekanan lokal dan kelelahan otot.

5)

Berikan

obat

sesuai

indikasi

narkotik dan analgetik non narkotik.


Rasional

: Menghambat reseptor nyeri dan menurunkan ambang


nyeri atau spasme otot.

c. Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer.


Tujuan :
-

Mempertahankan perfusi jaringan.

Intervensi :
1) Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur.
Rasional

: Kembalinya warna cepat (3 5 detik), warna kulit


putih menunjukkan gangguan arterial, sianosis
diduga ada gangguan vena.

2) Lakukan

pengkajian

neuromuskuler,

perhatikan

fungsi

motorik/sensori.

25

Rasional

: Gangguan perasaan bebas, kesemutan, peningkatan/


penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi syaraf tidak
adekuat atau syaraf rusak.

3) Tes sensasi syaraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput


antara ibu jari pertama dan kedua dan kaji kemampuan untuk
dorsofleksi ibu jari bila diindikasikan.
Rasional

: Panjang dan posisi syaraf parineal meningkatkan


Risiko

cedera

pada

adanya

fraktur

kaki,

edema/sindrom kompartement, atau melapisi alat


traksi.
4) Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk
pembengkakan/pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang cedera
dan bandingkan dengan yang tak cedera.
Rasional

: Peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat


diduga ada pembengkakan jaringan/edema umum
tetapi menunjukkan perdarahan.

5) Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat, cyanosis, kulit


dingin.
Rasional

: Ketidakadekuatan

volume

sirkulasi

akan

mempengaruhi sistem perfusi jaringan.


6) Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi.
Rasional

: Menurunkan edema/pembentukan hematoma yang


dapat mengganggu sirkulasi.

26

7) Awasi Hb/Ht, pemeriksaan koagulasi.


Rasional

: Membantu dalam kalkulasi kehilangan darah dan


membutuhkan keefektifan terapi penggantian.

d. Risiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


perubahan aliran darah/emboli lemak.
Tujuan :
-

Mempertahankan fungsi pernafasan yang adekuat.

Intervensi :
1)

Awasi frekuensi pernafasan.


Rasional

: Takipnea, dispnea dan insufisiensi pernafasan.

2)

Auskultasi

bunyi

nafas

perhatikan terjadinya ketidaksamaan bunyi hiperesonan, juga


adanya gemericik, ronchi, mengi, dan inspeksi mengorok/sesak
nafas.
Rasional

: Perubahan

dalam/adanya

bunyi

adventisius

menunjukkan terjadinya komplikasi pernafasan.


3)

Observasi sputum untuk tanda


adanya darah.
Rasional

4)

: Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru.


Inspeksi kulit untuk petekie di

atas garis puting pada aksilla meluas ke abdomen/tubuh, mukosa


mulut kantong konjungtiva dan retina.

27

Rasional

: Ini adalah karakteristik yang paling nyata dari tanda


emboli lemak,. Yang tampak dalam 2 3 hari setelah
cedera.

5)

Berikan tambahan oksigen bila


diindikasikan.
Rasional

: Meningkatkan sediaan O2 untuk oksigenasi optimal


jaringan.

6)

Berikan obat sesuai indikasi,


heparin dosis rendah.
Rasional

: Blok siklus pembekuan dan mencegah bertambahnya


pembekuan pada adanya tromboplebitis.

e. Gangguan

mobilitas

berhubungan

dengan

kerusakan

rangka

neuromuskuler, nyeri/ketidaknyamanan.
Tujuan
-

Meningkatkan/mempertahankan

mobilitas

pada

tingkat paling tinggi yang mungkin mempertahankan posisi


fungsional.
Intervensi
1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap mobilitas.
Rasional

: Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan/persepsi diri


tentang

keterbatasan

fisik

aktual

memerlukan

28

intervensi/informasi untuk meningkatkan kemajuan


kesehatan.
2) Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang
tidak sakit.
Rasional

: kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau


menggerakkan

tungkai

dan

membantu

mempertahankan kekuatan massa otot.


3) Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodik bila mungkin,
bila traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.
Rasional

: Menurunkan Risiko kontraksi fleksi pinggul.

4) Berikan / bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, tongkat,


sesegera mungkin, instruksikan keamanan dalam menggunakan
alat mobilitas.
Rasional

: Mobilisasi

dini

mencegah

komplikasi

tirah

baring/contoh decubitus.
5) Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral,
pertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah defekasi
pertama.
Rasional

: pada cedera muskuloskeletal, nutrisi yang diperlukan


untuk penyembuhan berkurang dengan cepat. Sering
mengakibatkan penurunan BB, selama traksi tulang
ini dapat mempengaruhi massa otot, tonus dan
kekuatan.

29

6) Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabiltasi


spesialis.
Rasional

: Untuk membuat aktivitas individual/program latihan


pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang
dengan gerakan, kekuatan dan aktivitas yang
mengandalkan BB.

f. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur


terbuka.
Tujuan
-

Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

Intervensi
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan,
perubahan warna.
Rasional

: Berikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah


yang mungkin disebabkan oleh alat dan atau
pemasangan gips/beban/traksi.

2) Ubah posisi dengan sering, dorong penggunaan trapeze bila


mungkin.
Rasional

: Untuk mengurangi tekanan pada area yang sama dan


meminimalkan Risiko kerusakan kulit, penggunaan
trapeze dapat menurunkan abrasi pada siku/tumit.

3) Bersihkan kelebihan plester dari kulit saat masih basah, bila


mungkin.

30

Rasional

: Plester yang kering dapat melekat ke dalam gips yang


telah lengkap menyebabkan kerusakan kulit.

4) Gunakan plester traksu kulit dengan memanjang pada posisi


tungkai yang sakit.
Rasional

: Plester

traksi

melingkari

tungkai

dapat

mempengaruhi pada sirkulasi.


5) Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan
tulang.
Rasional

: meminimalkan tekanan pada area ini.

g. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya


pertahanan primer ; kerusakan kulit, , prosedur invasif, traksi tulang.
Tujuan
-

Mencegah

terjadinya

infeksi

untuk

mencapai

penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau


eritema dan demam.
Intervensi
1) Inspeksi kulit akibat adanya iritasi atau robekan kontinuitas
jaringan.
Rasional

: Pen atau kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit


yang terinfeksi, kemerahan atau abrasi.

2) Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan


mencuci tangan.

31

Rasional

: Dapat

mencegah

kontaminasi

silang

dan

kemungkinan terjadinya infeksi silang.


3) Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi perubahan
warna kulit kecoklatan, bau drainage yang tak sedap atau asam.
Rasional

: Tanda perkiraan infeksi gas gangren.

4) Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan edema


lokal/eritema ekstremitas cedera.
Rasional

: Dapat mengidentifikasikan adanya osteomielitis.

5) Berikan obat sesuai indikasi, contoh antibiotik IV/topikal.


Rasional

: Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara


profilaktik

atau

dapat

ditujukan

pada

mikroorganisme.
6) Berikan irigasi luka sesuai indikasi yang ada.
Rasional

: Debridemen luka menurunkan mikroorganisme dan


insiden infeksi sistemik.

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan salah informasi.
Tujuan
-

Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan


pengobatan.

Intervensi
1) Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.

32

Rasional

: Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat


membuat pilihan informasi. Catatan : fiksasi internal
dapat

mempengaruhi

intramedulla

atau

kekuatan

piringan

tulang

mungkin

dan

diangkat

beberapa hari kemudian.


2) Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi
dengan terapis fisik bila diindikasikan.
Rasional

: Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit


selama proses perlambatan penyembuhan dapat
terjadi sekunder terhadap ketidaktepatan penggunaan
alat ambulasi.

3) Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat melakukannya secara


mandiri dan yang memerlukan bantuan.
Rasional

: Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan yang dapat


bantuan.

4) Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas


dan di bawah fraktur.
Rasional

: Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan


otot meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari.

5) Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.


Rasional

: Menurunkan Risiko trauma tulang/jaringan dan


infeksi yang dapat berlanjut menjadi ostemielitis.

33

6) Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik,


contoh : nyeri berat, demam tinggi, bau tak enak.
Rasional

: Intervensi cepat menurunkan beratnya komplikasi


seperti infeksi/gangguan sirkulasi.

i. Gangguan pemenuhan ADL ; berhubungan dengan immobilisasi.


Tujuan
-

Kebutuhan rawat diri terpenuhi.

Intervensi
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam merawat dirinya.
Rasional

: Mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam


merawat dirinya.

2) Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan anjurkan


klien agar dapat mengerjakan sebanyak mungkin untuk dirinya
(memandikan klien).
Rasional

: Perawatan ini membantu memelihara harga diri dan


kembali untuk hidup tanpa tergantung kepada orang
lain.

3) Sediakan waktu klien dalam melakukan aktivitas dengan segenap


kemampuannya.
Rasional

: Mengurangi frustasi yang sering menyertai kesulitan


yang dihadapi bila belajar.

4) Berikan pujian terhadap kemampuan yang dicapai oleh klien dalam


menolong dirinya.

34

Rasional

: Untuk

memotivasi

agar

mematuhi

program

rehabilitasi secara kontinyu.


j. Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan fraktur ;
tindakan traksi.
Tujuan
-

Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain tanpa merasa


rendah diri.

Intervensi
1) Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.
Rasional

: Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman


dapat membantu proses rehabilitasi.

2) Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan


perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran
fungsi yang biasanya.
Rasional

: Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan


pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan
masalah.

3) Perhatikan prilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal


negatif, penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat
perubahan nyata/yang diterima.
Rasional

: Dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu


adaptasi lanjut yang optimal dan rehabilitasi.

k. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

35

Tujuan :
-

Mewujudkan kemampuan untuk mengatasi masalah.

Intervensi :
1) Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis.
Rasional

: Dapat mengurangi kecemasan dan ketidakmampuan


pasien untuk membuat keputusan/pilihan berdasarkan
realita.

2) Berikan lingkungan terbuka di mana pasien akan merasa aman


untuk mendiskusikan perasaan atau menahan diri untuk berbicara.
Rasional

: Membantu pasien untuk merasa diterima pada


kondisi sekarang tanpa perasaan dihakimi dan
meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol.

3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten, juga


dukungan untuk orang terdekat.
Rasional

: menciptakan interaksi interpersonal yang lebih baik


dan menurunkan ansietas dan rasa takut.

4) Libatkan orang terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan


keputusan bersifat mayor.
Rasional

: Menjamin adanya sistem pendamping bagi pasien


dan memberikan kesempatan orang terdekat untuk
berpartisipasi dalam kehidupan pasien.

4. Pelaksanaan

36

Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi


tindakan-tindakan yang direncakan oleh perawat.
Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim
kesehatan-kesehatan yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri,
yang meliputi 3 hal :
a. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik
dengan standar praktek dan sumber-sumber yang ada.
b. Mengidentifikasi respon klien.
c. Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
dan respon pasien.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
a. Kebutuhan klien.
b. Dasar dari tindakan.
c. Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.
d. Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri.
e. Sumber-sumber dari instansi.
5. Evaluasi.
Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. tahap evaluasi merupakan
kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan.
Adapun evaluasi klien dengan fraktur mandibula dilakukan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat pencapaian kriteria

37

tujuan perencanaan yang diberikan pada klien dengan gangguan sistem


muskuloskeletal dengan fraktur mandibula.

DAFTAR PUSTAKA
Long, Barbara C, (2005); Perawatan Medikal Bedah, volume 2, penerbit EGC,
Bandung.
Engram, Barbara, (2005); Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,
volume 2, penerbit EGC, Jakarta.
E. Oswari, (2007); Bedah dan Perawatannya, cetakan III, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk (2004); Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III,
penerbit EGC, Jakarta.
Jong, Wim de, (2005); Ilmu Ajar Bedah, penerbit EGC, Jakarta.
PRICE, Sylvia A, (2005); Patofisiologi, jilid 2, penerbit EGC, Jakarta.
Rasjad, Chaeruddin, (2006); Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, cetakan III,
penerbit Bintang Lamumpatue, Makassar.

38

39

Anda mungkin juga menyukai