sistematika
yang
punya
hajat,
misalnya
acara
penganten,
khitanan,
1.
2.
3.
4.
pelog
Pertunjukan dibuka dengan tari ngremo
Terdapat adegan bedayan
Terdapat sajian/adegan lawak/dagelan
Terdapat selingan travesti
Lakon diambil dari cerita rakyat, cerita sejarah, dan kehidupan sehari-hari
Terdapat kidungan, baik kidungan tari ngremo, kidungan bedayan,
5. Kidungan terdiri atas pantun atau syair yang bertema kehidupan sehari-hari
6. Tampilan dikemas secara sederhana, dan sangat akrab dengan penonton.
Kasemin (1999:19-20) menyatakan bahwa struktur pementasan ludruk dari
zaman awal kemerdekaan sampai sekarang tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Artinya, struktur pementasan dari awal terciptanya seni ludruk hingga
saat ini masih diikuti oleh generasi-generasi pelapisnya. Struktur pementasan
ludruk tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembukaan, diisi dengan atraksi tari ngrema. Terdiri 2-5 orang.
2. Atraksi bedayan, berupa tampilan beberapa travesti dengan berjoged
ringan sambil melantunkan kidungan jula-juli.
Adegan lawak (dagelan), berupa tampilan seorang lawak yang menyajikan
3.
4.
Biasanya dibagi beberapa babak dan setiap babak dibagi lagi menjadi
beberapa adegan. Di sela-sela bagian ini biasanya diisi selingan yang berupa
tampilan seorang travesti dengan menyajikan satu tembang jula-juli.
Seorang pelawak ludruk terkenal adalah Kartolo, yang berasal dari Surabaya,
Jawa Timur. Dia telah aktif dalam adegan ludruk sejak 1960-an. Dia memiliki
rombongan ludruk sendiri, yang bernama Kartolo CS. Rombongan itu terdiri dari
beberapa aktor, masing-masing memiliki karakter sendiri yang berbeda. Sebagai
contoh, Kartolo selalu yang pintar dan licik, Basman memiliki suara besar dan
merupakan salah satu tokoh yang cerewet, dan Sapari adalah orang nakal yang
selalu jatuh korban untuk satu atau lain hal.
Dulu sekitar tahun 1980-1990 an, setiap malam di salah satu radio di Malang,
seringkali menjadi waktu favorit yang ditunggu tunggu para pendengar. Program
yang ditunggu tersebut adalah siaran ludruk, yang entah sudah disetel berapa ribu
kali, tetapi tetap memiliki pendengar favorit. Pada tahun 1980 an, orang-orang
saling berebutan untuk mengisi bangku kosong penonton untuk pementasan
ludruk, namun sekarang mungkin hanya 10-15 orang yang berminat untuk melihat
dan umumnya adalah kakek-kakek.
Di tengah-tengah masyarakat yang selera global dan lokalnya sangat tinggi,
sangat sulit untuk menarik perhatian mereka agar lebih peduli terhadap kesenian
3
drama tradisional ludruk. Hal ini tentu tidak pernah dibayangkan oleh para pelaku
Ludruk empat puluh tahun yang lalu. Teater tradisional Ludruk kini hanya
terdapat sekitar 20-an kelompok dari puluhan hingga ratusan kelompok Ludruk
yang sebelumnya aktif mengisi waktu luang masyarakat di hampir seluruh Jawa
Timur.
Ludruk memang menjadi ikon penting bagi masyarakat Jawa Timur. Meski
terus terkikis oleh arus globalisasi dan modernisasi, ludruk tetap berada di hati
masyarakat. Tidak sedikit juga kelompok seni di Jawa Timur masih mementaskan
ludruk ini. Demi melestarikan budaya dan sejarah, para pekerja seni ludruk ini
rela mengorbankan sisa hidupnya untuk kelestarian budaya bangsa. Ludruk bisa
bertahan karena lakon-lakon yang dipentaskan sangat aktual dan akrab dengan
budaya setempat seperti legenda, dongeng, kisah sejarah dan kehidupan seharihari yang menggunakan bahasa yang sangat komunikatif, disertai lawakan yang
sangat menghibur.
Meski tak lagi menjadi pertunjukan yang laris manis seperti pada saat belum
muncul televisi dan film layar lebar sebagai sarana hiburan, kehadirannya di
tengah hiruk pikuk seni pop masih ditunggu banyak orang. Ludruk juga masih
muncul di beberapa stasiun televisi dan radio dan menjaring pemirsa yang cukup
meyakinkan, meski sebagian besar penikmatnya tetap masyarakat kelas menengah
ke bawah.
Ada tiga hal yang dapat mempertahankan kehidupan suatu bentuk seni
pertunjukan.
Daftar Pustaka
http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Indonesiaku/Propinsi/Jawa-Timur/SeniBudaya/Ludruk
http://arifprasetya1972.blogspot.com/2009/12/kartolo-tokoh-ludruk-jawatimur.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ludruk
http://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&cd=4&sqi=2&ved=0CC0QFjAD&url=http%3A%2F
%2Fwww.javanologi.info%2Fmain%2Fthemes%2Fimages%2Fpdf
5
%2FReog_Ludruk-Sutarto.pdf&rct=j&q=Kesenian%20Ludruk%20di%20jawa
%20timur&ei=BdOWTrXNNMbWrQfLn9GHBA&usg=AFQjCNEJJ_VdOMahb
2i8V3jJaMhykDfoYQ&cad=rja
http://mamamel.multiply.com/reviews/item/1?&show_interstitial=1&u=
%2Freviews%2Fitem
http://arifprasetya1972.blogspot.com/2009/12/kartolo-tokoh-ludrukjawa-timur.html
http://teatersendratasikunesa.blogspot.com/2008/12/inovasi-pertunjukan-teatertradisional.html
http://lintangbuanatourism.blogspot.com/2011_01_01_archive.html
http://steven.blogdetik.com/2008/03/29/ludruk-1/
http://palingindonesia.com/ludruk-karya-budaya-khas-jawa-timur/