TINJAUAN PENELITIAN
3.1 Kasus
Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan
institusional
Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional
mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter.
Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang
juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi
proses keperawatan tidak ada.
Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah
dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat
merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit
yang kurang mendukung.
3.2 Pembahasan Kasus
1) Identifikasi Masalah
Kolaborasi antara dokter dan perawat belum dapat dilakukan dengan baik karena
1. Kurang komunikasi
2. Pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga
vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang
mendukung.
2) Solusi
1. Memandang kolaborasi bukan pada hasilnya, tapi pada proses kolaborasi itu sendiri.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan shering pengetahuan
yang direncanakan yang disengaja,dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
merawat pasien.
Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja
saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai
dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap
perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
2. Memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai.
21
lain
4. Percaya
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa
percaya,akan menyebabkan beberapa hal yaitu kerjasama tidak akan terbentuk,
kemudian asertif menjadi ancaman, kelompok terkait akan menghindar dari tanggung
jawab, dan terganggunya komunikasi.
Jadi dari beberapa solusi yang sudah ada dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
mengatasi kolaborasi antara perawat dengan dokter yang mengalami hambatan
sebaiknya dalam melakukan kolaborasi kedua belah pihak saling menghargai dan
percaya dengan satu sama lain. Serta di harapkan kedua belah pihak saling berbenah
dalam mengubah prespektif atau cara pandang satu sama lain seperti mengubah cara
pandang dokter kepada perawat yang semula menganggap perawat sebagai asisten
dokter atau tenaga vokasional untuk dirubah menjadi cara pandang yang
menganggap perawat sebagai mitra dokter. Sehingga,agar perubahan prespektif ini
dapat terjadi di butuhkan rasa percaya, rasa menghargai dan juga komunikasi yang
efektif.
22