PERAN
PEMERINTAH
DALAM
PEREKONOMIAN
SANGAT
Page 1
Page 2
dan
neraca
Page 3
populasi
penduduk
menyebabkan
peran
pemerintah
semakin
Page 4
Alokasi
dana
berlebih
pada
pos-pos
tertentu
menyebabkan
pendistribusian pengeluaran tidak efektif dan efisien. Hal ini juga menyebabkan
pemborosan anggaran pada sektor publik yang pada akhirnya menyebabkan
anggaran negara mengalami defisit.
Page 5
Sebagai contoh, distribusi pengeluaran negara dalam APBN untuk pos belanja
pegawai sangat besar sementara pada pos pembangunan infrastruktur dan pelayanan
publik lain sangat terbatas. Seharusnya ditetapkan prioritas yang lebih besar pada
pos infrastruktur dan pelayanan publik karena untuk pos belanja pegawai dapat
lebih diminimalisir.
Page 6
Page 7
untuk penyediaan pelayanan dan barang publik dasar seperti pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur, yang dapat diakses oleh masyarakat miskin.
Pajak dipungut oleh pemerintah pada setiap tingkatan, mulai dari pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pada berbagai negara sebagian
besar pajaknya dipungut oleh pemerintah pusat. Sementara pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota memungut sebagian kecil dari jenis pajak tertentu saja.
Perkembangan selanjutnya melalui kebijakan desentralisasi sistem perpajakan, beberapa
jenis pajak yang semula dipungut oleh pemerintah pusat, dilimpahkan kewenangan
pemungutannya kepada pemerintah daerah, serta beberapa jenis pajak lainnya
dibagihasilkan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Desentralisasi sistem perpajakan adalah pelimpahan kewenangan perpajakan dan
penggunaan dana bagi hasil pajak kepada pemerintah daerah. Desentralisasi sistem
perpajakan bertujuan agar daerah mampu mengurus dan mengelola rumah tangganya
sendiri secara mandiri, termasuk menyangkut penyediaan sumber dana penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan serta barang publik dari penerimaaan pajak. Kebijakan ini
tertuang dalam bentuk perundang-undangan yang mengatur perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan perundangan tentang pajak dan
retribusi daerah. Perimbangan keuangan mengatur tentang bagi hasil pajak dan sumber
daya alam serta dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Perundangan pajak dan retribusi daerah mengatur jenis pajak yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah untuk memungutnya.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah membutuhkan
pendanaan yang cukup, maka dana dari pajak merupakan sumber utama penerimaaan.
Desentralisasi sistem perpajakan diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan
publik sehingga masyarakat dapat langsung merasakan manfaat dari pajak yang mereka
bayarkan, dalam bentuk pelayanan publik yang mereka terima. Dana yang diperoleh dari
masyarakat melalui pajak digunakan sesuai peruntukan sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan masyarakat dan pemerintah daerah melalui kebijakan desentralisasi.
Pemerintah daerah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerahnya karena
pemerintah daerah sendiri lah yang lebih tau kebutuhan dari masyarakatnya sehingga
pengadaan pelayanan dan barang publik dapat segera tertangani tanpa harus bergantung
Page 8
pada instruksi pemerintah pusat karena pemerintah daerah telah diberi wewenang yang
cukup untuk melakukan pelayanan yang terbaik bagi daerahnya.
Contoh dari adanya desentralisasi yang dapat meningkatkan pelayanan publik, pada
kabupaten Sidoarjo redistribusi pendapatan melalui pajak dilakukan untuk perbaikan
pelayanan kesehatan pada rumah sakit dan Puskesmas. Namun pada Kabupaten Biak,
masyarakatnya lebih membutuhkan pemabangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan,
dan perumahan karena belum tersedia infrastruktur yang memadai. Dalam hal ini terjadi
perbedaan prioritas kebutuhan antara satu daerah dengan daerah lain. Melalui
desentralisasi maka pemerintah daerah dapat mengusahakan untuk mendahulukan
prioritas daerahanya dalam pemakaian pajak.
Secara umum, yang ingin dituju adalah daerah mempunyai sumber daya fiskal yang
cukup signifikan untuk menunjang tugas otonominya tanpa membuat pusat
kekurangan sumber daya fiskal untuk menjalankan fungsinya sebagai pemerintah
negara kesatuan.
Page 9
Page 10
untuk
mengurangi
ketimpangan
vertikal
dengan
tetap
menjaga
pajak
pusat
yaitu
pajak
penghasilan
perseorangan
(PPh
perseorangan), pajak bumi dan bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), dan penerimaan dari sumber daya alam (Minyak Bumi,
Gas Alam, Pertambangan Umum, Kehutanan dan Perikanan). Berdasarkan UU
No.33/2004, bagian daerah dari pajak maupun sumber daya alam tersebut telah
ditetapkan besarnya berdasarkan suatu persentase tertentu. DBH dibagikan
kepada pemerintah daerah untuk mengurangi ketidakseimbangan antara
penerimaan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, inilah yang akan
meminimalisir ketimpangan vertikal antara pusat dan daerah. Sebagai contoh,
Pulau Kalimantan adalah penghasil batubara, hasil dari SDA tersebut diambil
oleh pemerintah pusat dan Pulau Kalimantan mendapat persentase pembagian
yang paling besar, sedangkan sisanya akan dibagi untuk pemerintah pusat sendiri
dan dibagi kepada daerah-daerah lain sesuai persentase.
6. DAU difokuskan untuk mengurangi ketimpangan horisontal dengan tetap
menjaga keseimbangan vertikal
DAU merupakan dana perimbangan yang memiliki tujuan utama adalah
pengurangan ketimpangan fiskal antar daerah. Konsep kesenjangan fiskal untuk
mengalokasikan DAU sudah tepat untuk diadopsi di Indonesia, karena
memperhitungkan dua aspek sekaligus, yaitu kebutuhan dan juga kemampuan
fiskal pemerintah daerah. Dalam UU no.33/2004 telah dinyatakan dengan tegas
bahwa DAU dibagikan dengan formula yang didasarkan atas alokasi dasar dan
kesenjangan fiskal (fiscal gap). Alokasi dasar ditetapkan terutama berdasarkan
besarnya belanja pegawai, sedangkan kesenjangan fiskal dihitung dari selisih
antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal.
Page 11
7. Kebutuhan fiskal yang terukur dari setiap tingkat pemerintahan dan kesenjangan
fiskal yang terukur
Kebutuhan fiskal pada setiap daerah hendaknya dihitung seefektif dan sefisien
mungkin agar tidak terjadi pemborosan anggaran. Sementara itu, perhitungan
kebutuhan fiskal pada saat ini belum dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kebutuhan belanja yang sesungguhnya, melainkan masih menggunakan beberapa
variabel pendekatan diantaranya adalah: jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Referensi :
Vining, Aidan R. & Weimer, David L., 1992. Welfare economics as the foundation for
public policy analysis: Incomplete and flawed but nevertheless desirable. Journal of
Behavioral and Experimental Economics, Elsevier, vol. 21(1)
Pertama, Hamdi Aniza. 2007. Desentralisasi Pemerintahan: Desentralisasi Sistem
Perpajakan dalam Meningkatkan Efisiensi Ekonomi Sektor Publik dan Kualitas
Pelayanan Publik. Jurnal. STIA LAN Makassar.
*Sumber-sumber lain banyak didapat dari materi perkuliahan Kebijakan Finansial dan
Fiskal oleh Ibu Dr. Firda Hidayati S.Sos, MPA.
Page 12