PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran eksak yang menjadi perhatian khusus baik
guru maupun siswa. Mata pelajaran ini dianggap sulit karena identik dengan rumus-rumus
yang rumit dan materi yang komplek. Hal ini membuat berkurangnya minat siswa untuk
mempelajari Fisika ( Yuliana dkk, 2006). Wiyanto (dalam Amiruddin, 2010) menilai proses
pembelajaran ilmu fisika yang berlangsung di sekolah-sekolah hingga saat ini cenderung
terjebak pada rutinitas. Rutinitas yang dimaksud adalah guru memberi rumus, contoh soal,
dan latihan-latihan yang dikerjakan siswa atau peserta didik, sehingga siswa akan cepat
bosan.
Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, kegiatan pembelajaran
perlu dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (Putri, 2010).
Oleh karena itu guru harus pintar memilih metode yang tepat. Dengan penggunaan metode
yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Penggunaan metode
yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik (Susilo, 2010:107).
Salah satu metode yang tepat untuk pembelajaran fisika yaitu dengan menggunakan
metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan
metode ini siswa diharapkan dapat sepenuhnya terlibat dalam perencanaan eksperimen,
pengumpulan fakta dan data, pengendalian variabel, dan upaya dalam menghadapi masalah
secara nyata (Sugihartono,dkk. 2007:84). Dampak dari pembelajaran dengan eksperimen
yang lain adalah siswa akan mendapatkan pengetahuan langsung bagaimana ilmu Fisika
diterapkan atau menjadi dasar-dasar kerja peralatan teknologi yang ada saat ini.
Pada materi optika yang diajarkan di perguruan tinggi atau sekolah-sekolah saat ini
masih tergolong abstrak dan terbatas materi yang diajarkannya. Sebagian besar hanya
membahas tentang sifat cahaya dan hubungannya dengan cermin dan lensa, serta alat-alat
optik dan kegunaannya. Pembahasan mengenai optika masih dapat diperluas, misalnya
mempelajari berkas cahaya (monokromatik maupun polikromatik) ketika berinteraksi dengan
medium atau lebih spesifik pada medium liquid kimia. Beberapa fenomena fisis akan tejadi
yaitu sebagian berkas sinar masuk akan dipantulkan (refleksi), sebagian diserap (absorpsi),
dihamburkan (scattering) di dalam medium tersebut dan sisanya diteruskan atau
ditransmisikan (Basset, 1991:812).
Fenomena absorpsi dan transmisi adalah menarik dikaji karena merupakan prinsip dasar
dari alat spektroskopi (spectrophotometer) yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran,
kimia dan farmasi. Salah satu alat spektroskopi sederhana adalah kolorimeter. Proses serapan
(absorption) berkas cahaya oleh larutan dapat teramati dengan menggunakan teknologi
kolorimeter. Kolorimeter adalah instrumen yang sensitif terhadap cahaya yang dikaitkan
dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorpsi relatif cahaya sehubungan
dengan konsentrasi tertentu zat itu (Basset, 1991 : 809). Akan tetapi para pendidik tidak
pernah menjelaskan fenomena tersebut secara detail, apalagi mengenai koefisien serap optik
oleh larutan yang mungkin masih sangat asing bagi mahasiswa/siswa. Masalah lain yang
muncul adalah alat spektrofotometer dan kolorimeter di pasaran masih tergolong relatif mahal
untuk keperluan praktikum, sehingga kemungkinan mahasiswa/siswa hanya mendapatkan
dasar teori saja tanpa pernah praktek langsung.
Materi Fisika tentang optik yang terintegrasikan dengan elektronika yang biasa disebut
sebagai opto-elektronika adalah sebuah contoh pengembangan dari mata pelajaran optik. Alat
1. Pokok bahasan optika dalam pembelajaran fisika masih tergolong abstrak dan terbatas
materi yang diberikannya, sehingga perlu untuk dikembangkan
2. Materi optik tentang fenomena absorpsi dan transmisi berkas cahaya oleh medium,
terutama medium liquid kimia adalah materi menarik untuk dikembangkan karena belum
banyak diberikan kepada mahasiswa/siswa secara terperinci
3. Sementara itu beberapa peralatan kedokteran, kimia, dan farmasi seperti spektrofotometer
dan kolorimeter memiliki dasar kerja materi optik fenomena absorpsi dan transmisi ini.
Sayangnya peralatan ini masih tergolong relatif mahal untuk kepentingan praktek,
sehingga kemungkinan besar mahasiswa/siswa hanya akan mendapatkan teori tanpa
praktek
4. Dengan komponen opto-elektronika yang murah dan mudah didapat di pasaran, serta
seperangkat alat akuisisi data secara terkomputerisasi yang juga tersedia di pasaran, maka
pengembangan materi optik fenomena absorpsi dan transmisi ini sangat memungkinkan
untuk dilengkapi dengan seperangkat alat praktikum berbasis computer laboratory yang
mirip dengan prinsip kerja alat spektrofotometer dan kolorimeter yang ada saat ini, agar
pelajaran mudah dimengerti dan tidak membosankan
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah, maka perlu adanya batasan-batasan. Oleh
karena itu dalam penelitian ini dibatasi pada rancang-bangun eksperimen optik untuk
menentukan koefisien serap optik cairan (larutan) secara terkomputerisasi, yaitu sebagai
berikut :
1. Rancang-bangun eksperimen ini dibatasi dengan hanya menggunakan laser pointer
2.
merah sebagai sumber cahaya dan fotodioda sebagai detektor berkas cahaya
Sistem komputerisasinya menggunakan logger Pro dan unit PC sebagai akuisisi dan
3.
penampilan data
Sampel uji yang digunakan berupa larutan berwarna, misalnya larutan pewarna makanan
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Merancang bangun sebuah eksperimen optik untuk pengembangan pembelajaran fisika
pada materi optika, dengan menggunakan konsep opto-elektronik yang terintegrasi
dengan sebuah unit komputer
2. Untuk menentukan koefisien serap optik larutan agar nantinya dapat dijadikan sebagai
acuan pengembangan pembelajaran fisika pada materi optika.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada bidang pendidikan,
diantaranya :
1. Mempermudah pemahaman konsep tentang optik terutama mengenai proses serapan
(absorption) dan transmisi
2. Hasil penelitian dapat digunakan referensi untuk penelitian lain yang terkait dengan
penelitian ini
3. Untuk keperluan pengajaran fisika atau praktikum
4. Sebagai alternatif alat peraga dan alat eksperimen dalam mata kuliah fisika di perguruan
tinggi maupun di sekolah-sekolah
G. Definisi Operasional
1. Pembelajaran
Pembelajaran menurut Sudjana (dalam Sugihartono, 2007) merupakan setiap upaya
yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar.
Pembelajaran menurut
Gulo
(dalam
Sugihartono,
2007)
mendefinisikan
daerah IR (infra merah) sampai UV (ultra violet) dan bahkan sinar X (Tim Praktikum
Fisika Modern, 2010:9).
7. Fotodioda
Fotodioda adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Fotodioda memiliki
sifat-sifat serupa dengan dioda biasa, namun sangat sensitif terhadap cahaya. Fotodioda
merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah besaran cahaya menjadi
besaran listrik. Sebuah fotodioda disambungkan secara bias mundur didalam rangkaian
( Bishop, 2004 : 96).
8. Konsentrasi (concentrations)
Konsentrasi berarti jumlah beberapa zat terlarut per jumlah tertentu pelarut atau
larutan, dalam sebuah campuran yang terdiri dari dua atau lebih komponen (Himmelblau,
1999:17)
Cara menyatakan konsentrasi atau kepekatan larutan. Konsentrasi larutan dapat
dinyatakan dengan dua cara umum :
1) Konsentrasi dinyatakan sebagai massa per berat zat terlarut dalam sejumlah massa
2)
suhu berubah, maka volume berubah dan ini akan mengakibatkan perubahan konsentrasi.
Konsentrasi yang dinyatakan atas dasar berat tidak bergantung pada suhu (Sukamariah,
1990)
9. Absorpsi
Dalam mempelajari sifat kuantitatif dari absorpsi radiasi, berkas radiasi dikenakan
pada sampel dan kemudian intensitas radiasi yang diteruskan/ditransmisikan diukur.
Sampel dapat berupa gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam berbagai pelarut bahkan
padat. Kebanyakan pekerjaan analisa menyangkut larutan, dimana zat yang dianalisa (zat
penyerap radiasi) dilarutkan langsung dalam pelarutnya atau sebelumnya mengalami
perlakuan kimia sehingga mampu mengabsorpsi radiasi. Radiasi yang diabsorpsi oleh
sampel ditentukan dengan membandingkan intensitas dari berkas radiasi yang diteruskan
bila zat penyerap tidak ada dengan intensitas yang diteruskan bila zat penyerap ada. Jika
radiasi yang mengenai sampel memiliki energi yang sama dengan yang dibutuhkan untuk
menyebabkan terjadinya perubahan energi, maka terjadilah absorpsi (Hendayana,
1994:18).
10. Koefisien serap (koefisien absorpsi)
Koefisien absorpsi kadang disebut indeks absorbansi dapat didefinisikan sebagai
absorpsi per satuan ketebalan (panjang jalan) dan satuan konsentrasi. Dalam hal bobot
molekul zat itu tidak diketahui dengan pasti, jelas tak mungkin menuliskan koefisien
absorpsi molekuler, dan didalam hal semacam itu lazim menuliskan satuan konsentrasi
sebagai suatu superskrip, dan satuan panjang sebaga subskrip (Basset, 1991:814)
11. Pulsa
Pulsa adalah tegangan atau arus yang berlangsung beberapa lama berbentuk segi
empat atau gelombang sinus (Depdikbud, 1989).
Pulsa merupakan deretan perubahan yang memiliki bentuk gelombang teratur
dengan besaran variabel yang meningkat tajam dari suatu nilai dasar hingga nilai
maksimum dan kemudian kembali ke nilai dasar dalam waktu yang relatif singkat
(Isaacs, 1994 :349)