Anda di halaman 1dari 26

Pengetahuan Balanced Scorecard, Motivasi Ekstrinsik dan Keobjektifan

Penggunaan Ukuran-ukuran Kinerja Balanced Scorecard

Widia Astuti
Program Magister Sains Akuntansi FEB UGM
widia7@ymail.com
Widyastutimsc@gmail.com
Jalan Jend. Sudirman no 39 Dasan Baru Sakra
Lombok Timur, NTB
Supriyadi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
Yogyakarta

Abstract
This research examines the difference of knowledge balanced scorecard,
and extrinsic motivation toward objectivity use performance measures
balanced scorecard. Knowledge balanced scorecard and extrinsic
motivation is expected to increase the use of performance measures
balanced scorecard becomes more objective. Objectiveness use
performance measures are shown in the use of a balanced scorecard
performance measures comparable to the use of unique measures of
common performance. The data collection method is used 2x2 full factorial
experimental design, with participants 127 postgraduates students from
programs Magister of Science, Magister of Management and Magister of
Accounting at Faculty of Economics and Business Universitas Gadjah
Mada. Data analysis was performed by two-way ANOVA test. Results
showed knowledge of the balanced scorecard, and interaction with extrinsic
motivation does not cause differences in the use of performance measures
balanced scorecard. Whereas extrinsic motivation results in disparities in
the use of performance measures balanced scorecard.
Keywords: Balanced scorecard,
extrinsic motivation.

performance

measures,

knowledge,

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Balanced scorecard (BSC) merupakan salah satu sistem implementasi strategiyang
dikembangkan oleh Kaplan dan Norton tahun 1992. Balanced scorecard membantu
paraeksekutif memahami perusahaan dengan menyediakan rerangka kerjakomprehensif
dan cepat untuk menguraikan visi perusahaan menjadi tatanan pengukuran kinerja yang
sesuai dan saling berkaitan.Pada dasarnya pengukuran kinerja dipandang sebagai alat
untuk mengendalikan perilaku karyawan dan mengevaluasi kinerja sebelumnya (Kaplan
dan Norton, 2001). Hoque (2006) menyebutkan balanced scorecard sebagai filosofi
yang dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi.
Penerapan balanced scorecard pada perusahaan, mengakibatkan setiap unit bisnis
harus mengembangkan scorecard tersendiri yang menjabarkan strategi unit bisnis itu
dantetap selaras dengan strategi perusahaan secara keseluruhan (Kaplan dan Norton,
1993). Implikasinya perusahaan memiliki ukuran kinerja umum dan ada di semua unit
bisnis serta ukuran kinerja unik yang hanya terdapat di setiap unit bisnis. Hal ini
mengakibatkan

balanced

scorecard

menjadi

kompleks.Kompleksitas

balanced

scorecard menyebabkan bias dalam pengambilan keputusan karena adanya keterbatasan


aspek heuristik individu.
Terjadinya bias ukuran umum dapat mengakibatkan individu mengabaikan
perhatian pada ukuran unik yang merupakan manfaat penting balanced scorecard (Lipe
dan Salterio, 2000). Penelitian lain terhadap balanced scorecard menyimpulkan desain
balanced scorecard menggunakan informasi yang berlebihan. Sehingga manager
cenderung mengabaikan sebagian informasi dalam balanced scorecard karena terlalu
banyak pilihan ukuran kinerja (Neumann dkk. 2010).
Cardinaels dan Veen-Dirk (2010) melakukan investigasi pengaruh penyajian
ukuran kinerja dalam format BSC dan non-BSC. Penilai kinerja yang menggunakan
format BSC, memberikan bobot lebih besar pada ukuran keuangan dibandingkan penilai
kinerja yang menggunakan format non-BSC. Liedtka dkk. (2008) menemukan adanya
peningkatan jenis ukuran dalam balanced scorecard menyebabkan manager
memberikan penilaian kinerja yang lebih rendah dibandingkan kinerja aktual jika
menggunakan kriteria balanced scorecard. Sedangkan untuk kinerja yang relatif rendah,
manager memberikan penilaian lebih objektif. Perilaku subjektif manager terhadap
penggunaan ukuran dalam balanced scorecard memengaruhi keadilan sistem bonus.

Hal ini disebabkan karena manager lebih memerhatikan ukuran keuangan (Ittner dkk.
2003).
Beberapa peneliti menemukan faktor-faktor yang dapat mengatasi masalah bias
akibat kompleksitas ukuran umum dan unik balanced scorecard. Penelitian Roberts
dkk. (2004) dilakukan secara disaggregate, dengan melaksanakan evaluasi kinerja
secara terpisah dan bertahap di setiap ukuran lalu menjumlahkan kembali bobot hasil
ukuran kinerja. Prosedur evaluasi kinerja mekanik ini memungkinkan pemakaian
ukuran umum dan unik lebih seimbang. Sedangkan Banker dkk. (2004) menyatakan
bahwa manager harus mengetahui keterkaitan antara ukuran kinerja dengan strategi unit
bisnis untuk memperoleh manfaat dalam mengadopsi balanced scorecard.
Penelitian masalah kognitif pada balanced scorecard juga dilakukan oleh Cheng
dan Humphreys (2012). Prosedur penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh
penyajian informasi dalam bentuk peta strategi dan perspektif scorecard. Peta strategi
merepresentasi informasi yang lebih relevan bagi manager dan memberikan penilaian
strategi yang memadai. Peta strategi secara lebih eksplisit menggambarkan keterkaitan
antara tujuan strategik dan peta strategi dibandingkan representasi dengan perspektif
scorecard.
Jika manager berupaya melalui proses pertanggungjelasan dan perbaikan persepsi
kualitasbalanced scorecard, maka dia dapat meningkatkan penggunaan ukuran unik
dalam evaluasi kinerja (Libby dkk. 2004). Di samping itu, persepsi manager terhadap
keadilan prosedural atas penggunaan dimensi keuangan dan nonkeuangan dalam
balanced scorecard, secara signifikan menguatkan hubungan antara ukuran-ukuran
nonkeuangan dan komitmen organisasi, serta hubungan antara ukuran-ukuran keuangan
dan komitmen organisasi. Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh pemoderasi
pada keadilan prosedural antara dimensi keuangan dan nonkeuangan dari balanced
scorecard dengan komitmen organisasi dan pengaruhnya terhadap kinerja managerial
(Supriyadi, 2010).
Tayler (2010) menambahkan bahwa untuk mengurangi bias penggunaan ukuran
balanced scorecard, manager harus terlibat dalam pemilihan strategi unit bisnis.
Keterlibatan ini berdampak pada motivation reasoning manager. Adanya motivasi dapat
memengaruhi individu untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang mengarah sasaran
dan melaksanakan tugas dengan baik (Belkaoui, 2002). Motivation reasoning
mengakibatkan manager termotivasi secara ekstrinsik, karena partisipasi mereka dalam
pengambilan keputusan mengakibatkan mereka memiliki usaha lebih baik untuk

mencapai tujuan yang telah mereka putuskan. Individu yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang pengembangan balanced scorecard, menggunakan ukuran umum
dan unik secara seimbang. Tetapi dalam pengukuran kinerja dan alokasi bonus
cenderung memerhatikan ukuran umum dibandingkan ukuran unik (Dilla dan Steinbart,
2005). Pengaruh tingkat pengetahuan berperan penting dalam kemampuan individu
untuk melakukan interpretasi atas informasi. Namun, hasil penelitian Dilla dan Steinbart
(2005) masih menemukan perilaku subjektif manager yang lebih menggunakan ukuran
umum dalam pemberian kompensasi. Penggunaan ukuran umum dan unik secara
berimbang merupakan indikasi keobjektifan dalam memanfaatkan balanced scorecard.
Beberapa

penelitiantentang

pengurangan

bias

ukuran

umum

balanced

scorecard,menekankan pada dimensi konteks penyajian informasi balanced scorecard


dan bersifat teknis ( Cardinaels dan Veen-Dirk, 2010; Roberts dkk. 2004; Cheng dan
Humpreys, 2012).Disamping itu, peneliti sebelumnya juga menggunakan variabel
kognitif dan perilaku personal manager sebagai upaya pengurangan bias ukuran umum
balanced scorecard (Banker dkk. 2004; Libby dkk. 2004; Supriyadi, 2010; Tayler,
2010).
Dearman dan Shields (2005) berpendapat bias informasi akuntansi dapat
dikurangi jika individu memiliki pengetahuan relevan dengan masalah yang dihadapi.
Manager yang memiliki pengetahuan relevan dengan tugas tertentu, dapat menghasilkan
keputusan lebih tepat karena ketersediaan informasi yang membantu pengambilan
keputusaan (Dilla dan Steinbart, 2005). Pengetahuan balanced scorecard

yang

memadai sangat relevan dalam mengurangi bias ukuran umum tetapi penelitian Dilla
dan Steinbart (2005) belum mengakomodasi proses pembelajaran balanced scorecard.
Penelitian ini menggabungkan variabel pengetahuan balanced scorecard dan motivasi
ekstrinsik untuk meningkatkan keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja
balanced scorecard. Selain karena pengetahuan yang baik, untuk melaksanakan tugas
dengan struktur yang kompleks juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti akuntabilitas,
kemampuan memecahkan masalah umum dan motivasi yang dimiliki individu
(Dearman dan Shields, 2005).
Sehingga penelitian ini berusaha menemukan perbedaan pengaruh ketersediaan
pengetahuanbalanced scorecard dan adanya motivasi ekstrinsik terhadap keobjektifan
penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard. Penjabaran strategi unit bisnis
sampai level pengukuran kinerja, dibedakan dalam ukuran umum dan ukuran unik
mengakibatkan balanced scorecard menjadi kompleks. Faktor-faktor ini diharapkan

dapat mengakibatkan perbedaan keputusan dalam evaluasi kinerja. Manager diharapkan


dapat menggunakan ukuran umum dan ukuran unik secara seimbang.Secara tidak
langsung penelitian ini menghubungkan antara penyebab dan tujuan kompleksitas
informasi balanced scorecard dengan faktor

yang dapat menurunkan bias ukuran

umum balanced scorecard.


Penelitian

ini

dilaksanakan

melalui

eksperimen

laboratorium

dengan

menggunakan desain lebih sederhana dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya.


Eksperimen dilaksanakan pada mahasiswa Program Magister di lingkungan FEB UGM
sebagai penyulih manager unit bisnis. Instrumen dalam eksperimen ini menggunakan
modifikasi bagian divisi Radwear pada instrumen yang dikembangkan Lipe dan Salterio
(2000).

KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Organisasi yang memiliki visi, memandang balanced scorecard sebagai sistem
managemen strategik yang sangat membantu dalam implementasi strategi perusahaan.
Juhmani (2007) menguraikan manfaat penggunaan balanced scorecard pada berbagai
perusahaan di Bahrain. Simpulan hasil survey menunjukkan bahwa balanced scorecard
sebagai sistem managemen strategik, membantu pengembangan kerangka kerja
komprehensif untuk menguraikan tujuan strategik perusahaan sampai tingkatan
pengukuran

kinerja.

Masalah

utama

pemakaian

balanced

scorecard

adalah

membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk meningkatkan pemahaman karyawan


tentang balanced scorecard.
Anand dkk. (2005) menemukan balanced scorecard memiliki peluang yang baik
sebagai alat managemen strategik dan managemen kinerja di masa mendatang. Terdapat
kesulitan dalam memberikan bobot di setiap perspektif dan menentukan hubungan
sebab akibat di antara berbagai perspektif. Sartorius dkk. (2010) memandang
permasalahan dalam pengembangan kerangka kerja yang berfungsi untuk pengukuran
kinerja yang komprehensif sangat kompleks pada lembaga penelitian sektor publik.
Adaptasi balanced scorecard membantu menghasilkan pengukuran kinerja yang dapat
memberikan motivasi bagi para peneliti disetiap level operasional.
Burney dan Swanson (2010) menemukan peningkatan goal congruence karena
dapat membuat tindakan manager selaras dengan tujuan organisasi. Sistem pengukuran
kinerja untuk jangka panjang, menjadi motivasi bagi para manager membuat keputusan
yang dapat menciptakan nilai manfaat dalam jangka panjang sekaligus mencegah fokus

jangka pendek manager. Wu dan Hung (2008) melakukan penelitian cause-related


marketingsejenis tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan bekerjasama
dengan organisasi non-profit berhasil membangun kerangka kerja evaluasi yang baik
berdasarkan adaptasi prinsip balanced scorecard.
Ukuran-ukuran umum balanced scorecard memiliki potensi dalam menghasilkan
bias judgment pengambil keputusan. Hal ini menyebabkan ukuran-ukuran unik yang
merupakan bagian dan keunggulan dari balanced scorecard tidak dimanfaatkan dengan
baik. Penelitian Lipe dan Salterio (2000) menemukan adanya pengaruh aspek heuristik
individu dalam pengambilan keputusan yang lebih memerhatikan ukuran umum
dibandingkan ukuran unik. Munculnya bias kognitif ini memengaruhi penilaian individu
terhadap manfaat penerapan balanced scorecard menjadi tidak signifikan.
Berbagai studi tentang judgment dan pengambilan keputusan, menduga bahwa
individu akan menggunakan informasi umum dan unik secara berbeda (Lipe dan
Salterio, 2000: Dilla dan Steinbart,2005). Informasi yang umum memiliki pengaruh
yang lebih besar dibandingkan dengan informasi yang unik karena lebih mudah untuk
diingat kembali.Bazerman (1994) menyatakan tentang segala sesuatu yang umum atau
yang lebih sering muncul dihadapan individu baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat menyebabkan bias kognitif pada individu saat mengambil keputusan
yang akurat.
Roberts dkk. (2004) melakukan penelitian secara disaggregate, yaitu dengan
melakukan evaluasi kinerja secara terpisah dan bertahap pada setiap ukuran kemudian
menjumlahkan kembali bobot hasil ukuran kinerja. Sehingga dapat mengurangi bias
evaluasi balanced scorecard karena pemakaian ukuran umum dan unik secara
seimbang.Bonner (1990) berargumentasi adanya kegagalan memiliki pengetahuan yang
relevan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam

pengambilan

keputusan menyebabkan keputusan yang dihasilkan individu menjadi tidak tepat.


Sedangkan Boland dkk. (2001) menyimpulkan dari teori kognitif memandang bahwa
representasi pengetahuan berdasarkan konsep abstrak dapat lebih leluasa dan
merupakan jalur yang tepat untuk memahami permasalahan. Pengetahuan yang relevan
mampu

membantu

subjek

dalam

mengambil

keputusan

untuk

memecahkan

masalah.Tingkat pengetahuan subjek membantu dalam memahami konsep sesuai bentuk


penyajian informasi (Cardinaels, 2008).
Kemampuan memecahkan masalah secara umum merupakan konsep multidimensi
yang memiliki pengaruh menguntungkan secara signifikan dalam memperoleh

pengetahuan dan pengambilan keputusan mengenai akuntansi (Bonner dan Walker,


1994) dan telah ditunjukkan sebagai determinan pelaksanaan keputusan dalam kondisi
pengambilan keputusan yang kompleks. Sehingga dengan kemampuan umum yang
dimiliki individu akan mengurangi kecenderungan pengambilan keputusan yang tidak
tepat. Isu kognitif memiliki pengaruh pada judgment manager dalam melakukan
evaluasi kinerja karyawan yang berdasarkan ukuran umum dan ukuran unik balanced
scorecard.

Pengetahuan Balanced Scorecard


Pengetahuan merupakan representasi memori internal setiap individu yang
memberikan pengaruh terhadap kualitas pengambilan keputusan. Selaras dengan teori
representational congruence, individu yang lebih tinggi pengetahuannya memiliki
internal schemata yang akan membantu mereka menggunakan data dengan lebih baik
serta mencari data yang relevan, sehingga dapat bertindak dengan tepat (Libby dan Luft,
1993).
Nonaka (2007) meyakini pengetahuan dapat memberikan nilai lebih bagi
perusahaan. Ada empat pola yang berinteraksi secara dinamis dalam pengetahuan:
sosialisasi, artikulasi, kombinasi dan internalisasi. Dalam konteks pengetahuan
balanced scorecard, semakin baik pengetahuan tentang balanced scorecard diharapkan
akan semakin mengetahui manfaatnya.
Setiap manager dalam perusahaan memiliki tingkat pengetahuan akuntansi yang
berbeda(Dearman dan Shields, 2001), akibat keragaman latar belakang pendidikan
manager. Perbedaan tingkat pemahaman akuntansi sebagai karakteristik managerial
dapat memengaruhi pengambilan keputusan. Cardinaels (2008) mengemukakan adanya
perbedaan tingkat pengetahuan akuntansi biaya pada subjek, akan memperoleh
keuntungan yang lebih baik dengan menggunakan format tabel yang lebih mudah
dipahami.Bonner dan Walker (1994) melakukan analisis mengenai hubungan antara
knowledge dengan kompleksitas penugasan.
Dearman dan Shields (2001) menemukan bahwa manager dengan pengetahuan
akuntansi biaya yang lebih baik dapat memberikan judgment yang lebih baik. Terutama
dalam penugasan yang mengharuskan manager melakukan evaluasi yang kompleks,
terhadap distorsi biaya dalam volume based costing system. Beberapa hasil
penelitianmenyatakan bahwa, pengaruh tingkat pengetahuan yang lebih baik terhadap
kinerja individu dalam penugasan yang lebih kompleks, akan disesuaikan dengan

faktor-faktor lain seperti akuntabilitas, kemampuan pemecahan masalah dan motivasi


(Jatiningsih, 2010).
Pada penelitian ini berusaha untuk mengurangi bias ukuran umum dalam
balanced scorecard dengan menambahkan variabel pengetahuan balanced scorecard
sebagai proksi pemahaman yang relevan tentang balanced scorecard. Berbeda dengan
Banker dkk. (2004) menggunakan pemahaman strategi perusahaan yang berkaitan
dengan deskripsi pekerjaan sebagai upaya memaksimalkan peran balanced scorecard.
Informasi yang tersedia dimanfaatkan secara lebih baik untuk melakukan evaluasi
kinerja dan alokasi kompensasi (Dilla dan Steinbart, 2005). Pengetahuan balanced
scorecard yang memadai mengakibatkan terjadinya perbedaan perilaku. Sehingga
memengaruhi para manager untuk memerhatikan ukuran unik dalam ukuran-ukuran
kinerja balanced scorecard untuk pencapaian tujuan strategik perusahaan. Hipotesis
pertama yang peneliti ajukan sebagai berikut:
H1: Manager yang memiliki pengetahuan balanced scorecard akan menggunakan
ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard lebih objektif dibandingkan dengan
manager yang tidak memiliki pengetahuan balanced scorecard.

Motivasi Ekstrinsik
Secara eksplisit, motivasi berhubungan dengan bagaimana perilaku itu dimulai,
dikuatkan, didukung, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif tertentu yang timbul
dalam organisasi ketika semua berlangsung (Belkaoui, 2002). Para manager perlu
melakukan identifikasi faktor-faktor dan kondisi yang dapat memengaruhi dan
koordinasi tindakan karyawan agar sesuai dengan tujuan perusahaan.Para ahli sosiologi
sering menghubungkan motivated reasoningdengan dua teori besar yaitu dissonance
theory dan attribution theory. Dissonance theoryberdasarkan asumsi bahwa motivasi
dapat mengurangi pertentangan kognitif yang memengaruhi penilaian dan perilaku
individu. Attribution theoryberdasarkan pada kecenderungan individu mengatributkan
suatu kejadian dengan alasan yang dapat memuaskan dirinya.Kedua teori ini
memandang adanya tujuan tertentu yang mendorong individu menyimpulkan dirinya
berjasa. Penelitian tentang bias akibat motivated reasoning lebih banyak disebabkan
oleh faktor kognitif daripada faktor motivasional (Anas, 2011).
Motivasi dapat memengaruhi pemilihan elemen kognitif seperti keyakinan,
konsep dan aturan penyimpulan ketika memberikan judgment. Individu akan cenderung
memilih dan menggunakan struktur pengetahuan yang mendukung simpulan yang

dikehendaki.Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang meningkatkan dan


mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Belkaoui, 2002).Motivasi dari perspektif
mekanisme merupakan faktor yang menyebabkan individu memiliki peningkatan
kepercayaan dan pengendalian diri, rasa memiliki organisasi sehingga mencapai tujuan
dengan lebih baik. Menurut Libby dkk. (2004) manager memiliki variasi latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang membentuk perbedaan data internal yang
memengaruhi penggunaan ukuran-ukuran dalam balanced scorecard. Tersedianya
laporan jaminan dapat meningkatkan persepsi kualitas tentang manfaat balanced
scorecard dalam pengambilan keputusan managerial. Pemilihan ukuran umum dan
ukuran unik dapat seimbang jika ada pengakuan terhadap kinerja manager unit bisnis
strategik dengan kata lain meningkatkan usaha manager melalui proses akuntabilitas.
Penelitian Wing dkk. (2010) mengevaluasi pengaruh motivasi ekstrinsik dan
intrinsik sebagai faktor yang dapat meningkatkan keberhasilan partisipasi anggaran.
Motivasi ekstrinsik dipandang sebagai konsep bentuk aktualisasi diri subjek ketika
mereka terlibat dalam aktivitas. Motivation reasoning mengakibatkan manager
termotivasi secara ekstrinsik, karena partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan,
mengakibatkan mereka memiliki usaha lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah
mereka putuskan. Melihat peranan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja seperti
dijelaskan diatas, maka hipotesis yang diajukan:
H2: Manager yang memiliki motivasi ekstrinsik akan menggunakan ukuran kinerja
balanced scorecard lebih objektif dibandingkan manager yang tidak memiliki
motivasi ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik timbul ketika individu berperilaku sebagai konsekuensi atas


pertimbangan dalam pengambilan keputusannya. Kinerja mereka menjadi lebih baik
karena berusaha memperoleh kompensasi atau untuk menghindari konsekuensi negatif
dari pimpinan. Motivasi intrinsik manager dapat memengaruhi upaya kognitif individu
dalam pengambilan keputusan yang memadai berdasarkan ketersediaan informasi yang
relevan (Dearman dan Shields, 2005). Pengambilan keputusan menjadi lebih tepat
apabila individu memiliki motivasi intrinsik dan pengetahuan yang baik. Tetapi dalam
penelitian ini akan melihat pengaruh pengetahuan balanced scorecard manager dan
motivasi ekstrinsik terhadap penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard
dengan seimbang.

Penggunaan

ukuran-ukuran

kinerja

balanced

scorecard

yang

seimbang

menunjukkan peranan balanced scorecard sebagai alat implementasi strategi telah


dimanfaatkan dengan baik. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi penggunaan
ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini
menguji interaksi antara pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik yang
diharapkan dapat meningkatkan penggunaan ukuran-ukuran kinerja. Hipotesis ketiga
dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
H3: Manager yang memiliki pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik
akan menggunakan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard paling objektif
dibandingkan manager yang tidak memiliki pengetahuan balanced scorecard dan
motivasi ekstrinsik.

METODA PENELITIAN
Desain Eksperimen
Eksperimen menggunakan 2x2 full factorialdesain between subjects. Faktor dalam
penelitian adalah pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik. Partisipan
penelitian secara random mendapat salah satu dari empat kondisi eksperimen dengan
jumlah yang sama disetiap sel. Ke empat kondisi itu berdasarkan manipulasi dua
variabel independen yaitu pengetahuan balanced scorecard (dengan representasi
pengetahuan balanced scorecard dantanpa representasi pengetahuan balanced
scorecard) dan motivasi ekstrinsik (dengan representasi motivasi ekstrinsik dan tanpa
representasi motivasi ekstrinsik).

Instrumen
Studi eksperimen ini menggunakan empat item ukuran kinerja di setiap perspektif
(jumlah total menjadi 16 item untuk semua perspektif) dari instrumen Lipe dan Salterio
(2000) yang dimodifikasi. Penelitian ini hanya memilih satu paket pengukuran
kinerja(divisi RadWear) yang digunakan oleh Lipe dan Salterio (2000), namun cukup
memadai dengan lingkungan bisnis di Indonesia (Supriyadi, 2010).Pertimbangan dalam
pemilihan instrumen ini karena tiga alasan: pertama, instrumen Lipe dan Salterio
dikembangkan dari kasus implementasi balanced scorecard dalam buku Kaplan dan
Norton (1996). Kedua, Lipe dan Salterio memilih 16 item ukuran-ukuran untuk
penilaian kinerja berdasarkan kapasitas kognitif individu dalam pemerosesan informasi
yang berkisar antara 15 sampai 20 poin. Terakhir, Lipe dan Salterio telah melakukan

pilot test instrumen mereka pada mahasiswa program MBA dan mahasiswa Akuntansi
setara S1. Hasil pilot test cukup valid mewakili kategori ukuran-ukuran penilaian
kinerja balanced scorecard (Supriyadi, 2010).
Materi tugas eksperimen terdiri dari tiga bagian: (1) surat permohonan kesediaan
menjadi partisipan dan penjelasan tata cara selama eksperimen, (2) tugas eksperimen
dan pertanyaan cek manipulasi, dan bagian terakhir (3) keterangan identitas partisipan
sebagai data demografi penelitian. Sebelum dicetak, peneliti mengatur desain tugas
eksperimen agar lebih menarik dan memudahkan partisipan menyelesaikan prosedur
eksperimen.

Prosedur Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dalam ruang kelas dan suasanacenderung formal tetapi
tidak kaku. Suasana eksperimen ini mendekati situasi pengambilan keputusan yang
biasa terjadi dalam perusahaan. Peneliti memberikan pengarahan prosedur eksperimen
secara langsung untuk menjaga kontak komunikasi dan mendapatkan perhatian dari
partisipan. Peneliti dapat menjaga konsistensi efek pengarahan secara langsung, jika ada
kemungkinan eksperimen dilaksanakan dalam beberapa batch. Faktor belum ada kontak
sosial antara peneliti dan calon partisipan memudahkan peneliti mengatur dan menjaga
pola berkomunikasi tetap konsisten.Pelaksanaan eksperimen diperkirakan berlangsung
selama 20 menit.Partisipan yang telah mengikuti eksperimen mendapatkan fasilitas
seperti: alat tulis, makanan dan minuman ringan sebagai bentuk apresiasi atas kesediaan
berpartisipasi.

Partisipan
Partisipan penelitian inidiperoleh melalui undangan yang umumkan pada kampus
Program Magister Akuntansi, Magister Managemen dan Magister Sains di Fakultas
Ekonomika

dan

Bisnis,

Universitas

Gadjah

Mada.

Sebelum

menempelkan

pengumuman, peneliti terlebih dulu mengajukan permohonan ijin pada Pengelola


Program.

Definisi Operasional Variabel


Pengetahuan balanced scorecard
Pengetahuan merupakan representasi memori internal individu yang membentuk
internal schemata dan membantu mereka menarik data lebih baik serta mencari data

yang relevan, sehingga bisa bertindak dengan tepat berdasarkan data tersebut (Libby
dan Luft, 1993). Manipulasinya diberikan dalam deskripsi konsep balanced scorecard
sebagai representasi pengetahuan untuk memberikan pemahaman tentang balanced
scorecard.

Motivasi Ekstrinsik
Motivation reasoning mengakibatkan manager termotivasi secara ekstrinsik,
karena partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan, mengakibatkan mereka
memiliki upaya lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah mereka putuskan. Kinerja
manager dengan motivasi ekstrinsik merupakan bentuk aktualisasi diri, mereka terlibat
dalam aktivitas sebagai upaya memperoleh umpan balik positif dan menghindari
konsekuensi negatif (Wing dkk. 2010). Manipulasi motivasi ekstrinsik direpresentasi
dalam deskripsi konsekuensi akibat pengambilan keputusan. Deskripsi ini merupakan
modifikasi dari item kuesioner yang digunakan dalam penelitian Wing dkk. (2010).

Keobjektifan penggunaan ukuran kinerja


Variabel dependen penelitian ini berupa keobjektifan penggunaan ukuranukuran kinerja balanced scorecard. Asumsi bentuk keobjektifan penggunaan ukuranukuran kinerja balanced scorecard adalah jika manager dapat menggunakan ukuran
umum dan unik secara seimbang, sehingga bias ukuran umum dapat dihindarkan.
Dalam penelitian ini diproksi dengan pemilihan ukuran umum dan ukuran unik
yang seimbang pada laporan balanced scorecard PT Nusa Busana.
Peneliti memberikan skor pada setiap perspektif dalam ukuran-ukuran kinerja
balanced scorecard berdasarkan tingkat kesesuaian antara strategi dengan ukuranukuran kinerja yang digunakan. Peneliti memberikan urutan nomor disetiap perspektif
balanced scorecard pada tabel tugas eksperimen, sekaligus merupakan urutan besarnya
skor ukuran-ukuran kinerja di setiap perspektif. Ukuran kinerja paling unik mendapat
skor 4 dan ukuran paling umum mendapat skor 1. Rentang skor yang dapat
dikumpulkan oleh partisipan berkisar antara 4 sampai 16 skor.
Bias ukuran umum dan ukuran unik dapat dilihat dari jumlah perolehan skor
yang dikumpulkan subjek, dengan memerhatikan manipulasi yang diberikan pada
subjek eksperimen. Semakin tinggi perolehan skor subjek maka menunjukkan adanya
penurunan bias ukuran umum, yang memberikan indikasi penggunaan balanced
scorecard lebih objektif.

Alat Analisis
Pengujian Hipotesis 1, Hipotesis 2 dan Hipotesis 3 menggunakan uji two-way
Analysis of Variance (Anova) dengan variabel independen pengetahuan balanced
scorecard dan motivasi ekstrinsik. Sedangkan variabel dependen berupa keobjektifan
penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pilot test
Pelaksanaan pilot testpenelitian ini diikuti oleh 14 mahasiswa Jurusan Akuntansi,
Program Magister Sains, FEB UGM. Setelah partisipan pilot test mengikuti prosedur
eksperimen yang telah didesain, mereka memberikan saran dan kritik pada lembar yang
telah

disediakan.

Partisipan

pilot

test

tidak

dipersilakan

untuk

mengikuti

eksperimen.Evaluasi hasil pilot test berupa perbaikan pada tata bahasa dan prosedur
eksperimen agar lebih mudah dipahami oleh partisipan.

Hasil Cek Manipulasi


Perolehan partisipan eksperimen melalui hasil pendaftaran terbuka yang
dipublikasi pada tanggal 6 November 2012 berjumlah sangat kecil. Peneliti
mengantisipasi jumlah data yang kecil dengan mengajukan surat permohonan ijin pada
Pengelola Program Magister di lingkungan FEB UGM untuk pelaksanaan eksperimen.
Kemudian peneliti juga mengajukan permohonan ijin pada Dosen yang mengajar
dikelas setelah sesi kuliah berakhir, untuk mengajak mahasiswa berpartisipasi dalam
eksperimen tanpa ada unsur paksaan.
Eksperimen dilaksanakan menjadi sebanyak 6 batch untuk memenuhi kecukupan
data. Tiga batch pertama eksperimen dilaksanakan pada program Magister Sains dengan
jumlah partisipan sebanyak 73. Eksperimen berikutnya dilaksanakan di Program
Magister Managemen dengan jumlah partisipan 41. Pelaksanaan eksperimen terakhir
bertempat di Program Magister Akuntansi dengan jumlah partisipan 17 mahasiswa.
Hasil pemeriksaan terhadap jawaban 127 peserta yang mengikuti eksperimen,
terdapat 1 partisipan (0.79%) yang tidak menyelesaikan seluruh prosedur eksperimen
meskipun telah dilakukan pengawasan selama eksperimen berlangsung. Salah satu
partisipan (0.79%) tidak setuju menyelesaikan prosedur eksperimen, dengan tidak
mengisi jawaban pada pertanyaan manipulasi karena peneliti tidak mencantumkan

variabel-variabel yang diujikan.

Partisipan yang tidak lulus cek manipulasi

sebanyak 32 orang (25.20%). Hal ini disebabkan karena partisipan tidak memahami
ilustrasi dalam instrumen dan memberikan pernyataan tidak sesuai dengan situasi yang
digambarkan. Sebanyak 6 partisipan (4.72%) menyelesaikan tugas eksperimen tidak
sesuai dengan instruksi peneliti. Partisipan yang tidak menyelesaikan seluruh prosedur
eksperimen, tidak setuju menjawab pertanyaan manipulasi dan tidak menjawab
pertanyaan manipulasi dengan benar dikeluarkan dalam analisis lanjutan sehingga data
yang dapat digunakan sebanyak 87 partisipan.

Statistika Deskriptif
Hasil statistika deskriptif menunjukkan partisipan laki-laki berjumlah 45 orang
(51.72%) sedangkan partisipan perempuan sebanyak 41 orang (47.13%). Terdapat 1
partisipan yang tidak mengisi kolom gender pada lembar demografi partisipan. Rentang
usia partisipan didominasi oleh kelompok usia antara 20 sampai 25 tahun sebanyak 53
orang (60.92%). Berikutnya diikuti oleh kelompok umur antara 26 sampai 30 tahun
sebanyak 22 orang (25.29%).Partisipan terdiri dari mahasiswa S2 Program Magister
Sains Jurusan Akuntansi sebanyak 35 orang (40.23%) dan Magister Sains Jurusan
Managemen sebanyak 17 orang (19.54%). Eksperimen juga melibatkan 23 mahasiswa
Program Magister Managemen dan 12 mahasiswa Program Magister Akuntansi,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Sebagian besar partisipan dalam eksperimen ini menyatakan pernah bekerja
yaitu sebanyak 45 orang (51.73%) dari keseluruhan partisipan dengan lama pengalaman
kerja yang bervariasi. Sebanyak 50 partisipan (57.47%) pernah menempuh perkuliahan
dengan materi balanced scorecard. Terdapat 28 partisipan (32.18%) menyatakan pernah
mengetahui penelitian dengan topik balanced scorecard dan 64 partisipan (73.56%)
belum pernah mengikuti eksperimen sebelumnya.

Pengujian Hipotesis
Pada tabel 1menunjukkan nilai rerata penggunaan ukuran umum dan unik
balanced scorecard disetiap sel beserta nilai deviasi standard.

Tabel 1 Nilai Rerata dan Deviasi Standard


Variabel dependen: Keobjektifan Penggunaan ukuran-ukuran kinerja BSC
Treatment

Ada representasi
Motivasi Ekstrinsik

Tanpa representasi
Motivasi Ekstrinsik

Total

Ada representasi
pengetahuan BSC

Tanpa representasi
pengetahuan BSC

Mean = 7.86
S.D. (2.03)
n = 21
Grup A
Mean = 6.68
S.D. (1.84)
n = 22
Grup C
Mean = 7.26
S.D. (2.00)
n = 43

Mean = 8.30
S.D. (2.08)
n = 23
Grup B
Mean = 7.10
S.D. (1.97)
n = 21
Grup D
Mean = 7.73
S.D. (2.10)
n = 44

Total
Mean = 8.09
S.D. (2.04)
n = 44
Mean = 6.88
S.D (1.89)
n = 43
Mean = 7.49
S.D. (2.05)
n = 87

Sedangkan hasil pengujian variabel penelitian disajikan dalam tabel 2 berikut


ini.
Tabel 2 Hasil Uji Between Subject Effects
Variabel dependen:Keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja BSC
Type III Sum
Mean
Sumber
df
F
Sig.
of Squares
Square
Corrected Model
35.724a
3
11.908
3,032
.034
Intercept
4866.766
1
4866.766 1238,996
.000
PengetahuanBSC
4.022
1
4.022
1,024
.315
MotivasiEkstrinsik
30.871
1
30.871
7,859
.006
PengetahuanBSC *
.006
1
.006
,002
.968
MotivasiEkstrinsik
Error
326.023
83
3.928
Total
5248.000
87
Corrected Total
361.747
86
a. R Squared = .099 (Adjusted R Squared = .066)
Uraian berikut menjelaskan hasil dan interpretasi pengujian main effect:
Hasil dan Interpretasi Main Effect
Sebelum melakukan pengujian dengan two-way ANOVAterlebih dahulu
melakukan pengujian asumsi yang harus dipenuhi bahwa setiap kelompok subjek
memiliki varians yang sama. Pengujian homogenity of variance dilakukan dengan

menggunakan Lavenes Test (tabel 3) menunjukkan bahwa p-value > 5%. Hasil
pengujian menunjukkan varians antar grup secara statistis memiliki varians yang sama.
Sehingga asumsi penggunaan Anova dapat terpenuhi.
Tabel 3 Levenes Test of Equality of Error Variances
Variabel dependen: keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja BSC
F
df1
df2
Sig.
0,071
3
83
0.976
Hipotesis penelitian (H1) memprediksi pengaruh ketersediaan pengetahuan
balanced scorecard terhadap keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced
scorecard. Hasil analisis data menunjukkan pengaruh variabel pengetahuan tidak
signifikan pada tingkat signifikansi 0.05 dengan nilai F=1,024 dan nilai p=0.315 (tabel
2). Sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan pengaruh pada subjek yang memiliki
representasi pengetahuan balanced scorecard

terhadap penggunaan ukuran-ukuran

kinerja balanced scorecard.


Pengujian hipotesis 2 yang memprediksi perbedaan pengaruh motivasi ekstrinsik
terhadap penggunaan ukuran-ukuran kinerja secara lebih objektif signifikan pada
tingkat signifikansi 0.05 dengan nilai F=7,859 dan nilai p=0.006 (tabel 2). Hasil
penelitian ini memberikan dukungan terhadap hipotesis 2 yang menyatakan bahwa
manager yang memiliki motivasi ekstrinsik akan menggunakan ukuran-ukuran kinerja
balanced scorecard lebih objektif dibandingkan manager yang tidak memiliki motivasi
ekstrinsik.

Hasil dan Interpretasi Uji Interaksi


Hipotesis 3 penelitian ini melihat pengaruh interaksi antara variabel pengetahuan
balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik terhadap keobjektifan penggunaan ukuranukuran kinerja balanced scorecard.Pada tabel 2dapat dilihat pengaruh interaksi variabel
pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik tidak signifikan pada tingkat
signifikansi 0.05 dengan nilai F=0,002 dan nilai p=0.968.

Simpulan, Implikasi dan Keterbatasan Penelitian


Simpulan
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan
penggunaan ukuran umum dan ukuran unik pada subjek akibat pengetahuan balanced

scorecard. Subjek dengan motivasi ekstrinsik lebih memilih menggunakan ukuran unik
dalam mengevaluasi kinerja. Hal ini berbeda dengan subjek tanpa motivasi ekstrinsik
yang lebih banyak menggunakan ukuran umum balanced scorecard. Subjek yang
memiliki pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik menggunakan
ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard yang sama dengan subjek

yang tidak

memiliki pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik.


Diskusi dan Implikasi
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran yang konklusif tentang variabelvariabel yang dapat digunakan dalam menurunkan bias ukuran umum balanced
scorecard seperti penelitian yang dilakukan oleh Dilla dan Steinbart (2005), Cardinaels
dan Veen-Dirk (2010), Roberts dkk. (2004), Cheng dan Humpreys (2012), Banker dkk.
(2004), Libby dkk. (2004), Supriyadi (2010) dan Tayler (2010).Hasil penelitian tidak
dapat mengkonfirmasi penelitian yang dilakukan oleh Dilla dan Steinbart (2005).
Subjek dalam situasi memiliki pengetahuan tentang balanced scorecard lebih memilih
ukuran umum untuk melakukan evaluasi terhadap unit bisnis yang dipimpinnya, namun
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lipe dan Salterio (2000).
Subjek dalam penelitian Dilla dan Steinbart (2005) memiliki tingkat pemahaman
yang baik dan memiliki pengalaman dalam menyusun balanced scorecard. Sedangkan
subjek dalam penelitian ini tidak memiliki pengalaman dalam menyusun balanced
scorecard, kondisi ini sama seperti subjek penelitian yang digunakan oleh Lipe dan
Salterio (2000).Selain itu, subjek penelitian Dilla dan Steinbart (2005) memiliki latar
belakang yang didominasi oleh Mahasiswa Akuntansi dan Sistem Informasi. Penelitian
ini menggunakan subjek dengan latar belakang Pendidikan Akuntansi dan Managemen,
yang lebih bervariasi seperti subjek penelitian Lipe dan Salterio (2000). Dominasi
subjek dengan pengalaman kerja yang singkat bahkan ada yang belum pernah bekerja
mengakibatkan mereka tidak memahami keterkaitan deskripsi tugas yang merupakan
penjabaran strategi dengan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard seperti simpulan
hasil penelitian Roberts dkk. (2004).
Dilla dan Steinbart (2005) menemukan perilaku subjektif manager dalam
menentukan kompensasi karena lebih memerhatikan ukuran umum, sedangkan dalam
penelitian

ini,

subjek

memberikan

penilaian

yang

lebih

objektif

dengan

mempertimbangkan ukuran unik balanced scorecard. Motivasi eksternal manager


memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan bias ukuran umum balanced

scorecard. Hasil ini sejalan dengan penelitian Tayler (2010) yang menemukan
keterkaitan antara keterlibatan subjek dalam penyusunan strategi terhadap penurunan
bias ukuran umum balanced scorecard.Interaksi antara variabel pengetahuan balanced
scorecard dan motivasi ekstrinsik tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam
menurunkan bias ukuran umum balanced scorecard. Berbeda dengan hasil penelitian
Dearman dan Shield (2005) yang menemukan pengaruh kompilasi pengetahuan dan
motivasi terhadap kompleksitas penugasan dalam audit.

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang tidak dapat dihindari yang
memengaruhi interpretasi simpulan hasil penelitian. Keterbatasan yang dihadapi adalah;
informasi untuk menggambarkan situasi dalam instrumen tidak mencerminkan secara
lengkap situasi yang terjadi pada perusahaan.Desain kasus dalam eksperimen sangat
sederhana sehingga kurang mampu menangkap realita penilaian kinerja menggunakan
balanced scorecard.Partisipan penelitian ini merupakan subjek yang belum populer
dengan

penggunaan

balanced

scorecard

khususnya

pada

bisnis

retaildi

Indonesia.Peneliti menempatkan ukuran-ukuran kinerja unik pada baris paling bawah


disetiap perspektif.Sedangkan ukuran tersebut masih belum populer di Indonesia.
Sehingga ada kemungkinan partisipan mengabaikan dan tidak memilih ukuran-ukuran
itu.

Saran untuk Penelitian Berikutnya


Saran untuk penelitian lanjutan adalah kajian kasus dalam instrumen
menggunakan ukuran yang umum digunakan dalam lingkungan bisnis di Indonesia.
Mengadakan pelatihan terlebih dahulu pada partisipan sehingga dapat mengerti tentang
balanced scorecard.Prosedur eksperimen selanjutnya disajikan dengan komputer
sehingga mengurangi kompleksitas dan menjaga kestabilanpelaksanaan eksperimen.
Pada tugas eksperimen, sebaiknya mengganti urutan penyajian ukuran-ukuran kinerja.
Ukuran kinerja paling unik ditempatkan di baris paling atas, kemudian diikuti oleh
ukuran umum pada baris berikutnya.

Referensi

Anand, Manoj., B. S. Sahay, dan Subashish Saha. 2005. Balanced scorecard in Indian
companies. Vikalpa 30 (2): 11-25.
Anas, Syaiful. 2011. Pengaruh Keterlibatan dalam Pemilihan Inisiatif Strategis dan
Umpan Balik Strategis terhadap Evaluasi menggunakan Balanced Scorecard.
Unpublished Tesis S2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bazerman, Max H. 1994. Judgment in Managerial Decision Making. Singapore: John
Wiley & Sons, Inc.
Belkaoui, Ahmed R. 2002. Behavioral Management Accounting. USA: Quorum Books.
Bolland, dkk. 2001. Knowledge representationsand knowledge transfer. Academy of
management journal 44 (2): 393-417.
Bonner, S. E. 1990. Experience effects in auditing: the role of task specific knowledge.
The Accounting Review 65 (1): 72-92.
Bonner, S. E., dan P. L. Walker. 1994. The effects of instructions and experience on the
acquisition of audit knowledge. TheAccounting Review 69 (1): 157-178.
Burney, Laurie L., dan Nancy J. Swanson. 2010. The relationship between balanced
scorecard characteristics and managers job satisfaction. Journal of Managerial
Issues 22 (2): 166-181.
Cardinaels, Eddy., dan Paula M.G. van Veen-Dirks. 2010. Financial versus nonfinancial information: The impact of information organization and presentation
in a balanced scorecard. Accounting, Organizations and Society 35: 565-578.
Cheng, Mandy M., dan Kerry A. Humphreys. 2012. The differential improvement
effects of the strategy map and scorecard perspectives on managers strategic
judgments. The Accounting Review 87 (3): 899-924.
Dearman, David T., dan Michael D. Shields. 2001. Cost knowledge and cost-based
judgment performance. Journal of Management Accounting Research 13:1-8.
Dearman, David T., dan Michael D. Shields. 2005. Avoiding accounting fixation:
Determinants of cognitive adaption to differences in accounting methods.
Contemporary Accounting Research 22 (2): 351-384.
Dilla, William N., dan Paul John Steinbart. 2005. Relative weighting of common and
unique balanced scorecard measures by knowledgeable decision makers.
Behavioral Research in Accounting 17: 43-53.
Hoque, Zahirul. 2006. Strategic Management Accounting: Concepts, Processes and
Issues. Australia: Pearson Education.

Ittner, Christopher D., David F. Larcker, dan Marshall W. Meyer. 2003. Subjectivity
and the weighting of performance measures: evidence from a balanced
scorecard. The Accounting Review 78 (3): 725-758.
Jatiningsih, Dyah E.S. 2010. Dampak format penyajian informasi terhadap kualitas
keputusan: Studi eksperimental atas pengambilan keputusan berbasis biaya.
Unpublished Tesis S2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Juhmani, Omar I. H. 2007. Usage, motives and usefulness of the balanced scorecard
(BSC): evidence from Bahrain. International Journal of Business Research 8
(5): 106-117.
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 1993. Putting the balanced scorecard to work.
Harvard Business Review (September-October): 134-147.
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 1996. Using the balanced scorecard as a
strategic management system. Harvard Business Review (January-February):
75-85.
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 2001. The Strategy-Focused Organization:
How Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Business environment.
USA: Harvard Business School Press.
Libby, Robert., dan J. Luft. 1993. Determinants of judgment performance in accounting
settings: Ability, knowledge, motivation, and environtment. Accounting,
Organizations and Society 18 (5): 425-450.
Libby, Theresa., Steven E. Salterio, dan Alan Webb. 2004. The balanced scorecard: the
effects of assurance and process accountability on managerial judgment. The
Accounting Review 79 (4): 1075-1094.
Liedtka, Stephen L., Bryan K. Church, dan Manash R. Ray. 2008. Performance
variability, ambiguity intolerance, and balanced scorecard-based performance
assessments. Behavioral Research in Accounting 20 (2): 73-88.
Lipe, Marlys G., dan Steven E. Salterio. 2000. The Balanced Scorecard: Judgmental
Effects of Common and Unique Performance Measures. The Accounting
Review 75 (3): 283-298.
Neumann, Bruce R., Michael L. Robert, dan Eric Cauvin. 2010. Information search
using the balanced scorecard: what matters? The Journal of Corporate
Accounting & Finance (March- April): 61-66.
Nonaka, Ikujiro. 2007. The knowledge-creating company. Harvard Business Review
(July-August): 162-171.
Roberts, Michael L., Thomas L. Albright, dan Aleecia R. Hibbets. 2004. Debiasing
balanced scorecard evaluations. Behavioral Research in Accounting 16: 75-88.
Sartorius, K., N. Trollip, dan C. Eitzen. 2010. Performance measurement frameworks in
a state controlled research organization: can the balanced scorecard (BSC) be
modified? South African Journal of Business Management 41 (2): 51-63.

Supriyadi. 2010. The moderating effect of procedural justice on the efectiveness of the
balanced scorecard in improving managerial performance through
organizational commitment. The Gadjah Mada International Journal of
Business 12 (3): 415-434.
Tempo.Co. 2012. Belanja Lebaran Tembus Rp 49 Triliun. (30 Agustus).
Wu, Shwu-Ing., dan Jr-Ming Hung. 2008. A performance evaluation model of CRM on
nonprofit organisations. Total Quality Management 19 (4): 321-342.
Wong-On-Wing, B. Guo, L. dan Lui, G. 2010. Intrinsic and extrinsic motivation and
participation budgeting: antecedents and consequences. Behavioral Research in
Accounting 22 (2): 133-153.

Appendix
Gambar Desain Eksperimen
Manipulasi

Ada Representasi
Pengetahuan BSC

Tanpa Representasi
Pengetahuan BSC

Ada Representasi
Grup A
Motivasi Ekstrinsik
Tanpa Representasi Motivasi
Grup C
Ekstrinsik
Instrumen Pengetahuan Balanced Scorecard

Grup B
Grup D

Balanced Scorecard
Balanced scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang terdiri dari perspektif
ukuran keuangan sebagai ukuran hasil akhir kesuksesan perusahaan yang dilengkapi
dengan tiga perspektif lain yaitu pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan sebagai penyebab dalam menciptakan nilai pemegang saham jangka
panjang (Kaplan 2009). Visi dan strategi dalam balanced scorecard ditempatkan
sebagai pusat perhatian. Fungsinya untuk memberikan indikasi bahwa ukuran-ukuran
kinerja menjadi pendorong individu bertindak dengan baik sesuai dengan peranan
mereka dalam organisasi untuk membantu pencapaian visi dan strategi.
Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan bahwa ukuran-ukuran dalam balanced
scorecard digunakan oleh para eksekutif untuk berbagai manfaat seperti artikulasi
strategi ke dalam bisnis, mengkomunikasi strategi ke dalam bisnis dan membantu
menyelaraskan inisiatif individu, organisasi dan lintas departemen untuk mencapai
tujuan bersama. Sehingga ukuran-ukuran dalam balanced scorecard harus dapat
memberikan representasi strategi jangka panjang organisasi untuk kesuksesan
persaingan.

Instrumen Placebo
Belanja Lebaran
TEMPO.CO. Jakarta. Informasi yang diperoleh dari Asosiasi Pengusaha Retail
Indonesia (Aprindo) memperkirakan angka belanja masyarakat saat Lebaran 2012
mencapai Rp 49 triliun. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Aprindo, Satria Hamid
Ahmadi, jumlah belanja ini mencapai 35 persen dari target perolehan sektor retail
hingga akhir 2012. Satria Hamid menyatakan pada Tempo, Kamis, 30 Agustus 2012
bahwa "daya beli masyarakat Indonesia masih tinggi". Menurut Satria, penjualan
tersebut sebagian besar berupa penjualan barang kebutuhan pokok, seperti makanan dan
fashion. Selebihnya berupa produk lain, seperti elektronik.
Hingga Desember 2012, Aprindo menargetkan penjualan retail mencapai Rp 140 triliun,
atau naik 16,6 persen dari 2011 sebesar Rp 120 triliun. Hingga kuartal ketiga lalu, target
tersebut baru terpenuhi 65 persen atau sekitar Rp 90 triliun.Satria Hamid mengatakan
sisa target tersebut dapat terpenuhi lantaran masih ada tiga momen di akhir tahun; yaitu
perayaan Idul Adha, Natal, dan tahun baru. Perkiraan omzet pengusaha retail mencapai
Rp 28 triliun, atau 20 persen dari target penjualan tahun 2012. Kondisi ini terjadi karena
membaiknya pendapatan masyarakat.
Instrumen tugas eksperimen dengan representasi motivasi ekstrinsik.
Kasus PT Busana Indah
PT Busana Indah merupakan perusahaan retail yang khusus menjual busana perempuan.
Misi PT Busana Indah adalah menjadi teman setia perempuan yang selalu mengerti
perkembangan selera dalam berbusana. Sejak berdiri tahun 2005, PT Busana Indah
mencapai pertumbuhan pesat dan memiliki 27 gerai di Indonesia.
Anggun

sebagai

Direktur

PT

Busana

Indah,

menghadiri

simposium

yang

memperkenalkan balanced scorecard (BSC). Manfaat penerapan BSC adalah


membantu menguraikan strategi perusahaan sampai level operasional. Selain itu, BSC
dapat mengukur kesuksesan tiap unit bisnis menggunakan empat perspektif; yaitu
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Anggun memutuskan akan mulai menggunakan BSC tahun 2013. Kemudian Ia

bersama tim managemen melakukan diskusi tentang ukuran-ukuran kinerja yang


dipilih sebagai patokan penilaian kinerja berdasarkan BSC.
Anda adalah manager unit bisnis yang merupakan anggota tim managemen. Anda
diminta ikut menentukan ukuran kinerja dalam BSC dengan memerhatikan strategi
agresif unit bisnis yang Anda pimpin. Strategi divisi Anda adalah mempercepat
pertumbuhan dengan membuka gerai baru, dan meningkatkan jumlah merk produk
untuk menarik minat pelanggan remaja. Selain itu, divisi Anda juga memerhatikan jarak
dengan gerai pesaing yang relatif dekat untuk mengantisipasi perilaku remaja yang
kurang menyukai berpindah ke tempat perbelanjaan lain. Tabel berikut ini
menyajikan alternatif ukuran-ukuran kinerja untuk Anda pilih.Ketepatan dalam
pemilihan ukuran-ukuran kinerja akan memengaruhi reputasi kinerja Anda
sebagai manager unit bisnis. Di samping itu, kompensasi yang Anda terima
berdasarkan pencapaian kinerja yang diukur menggunakan ukuran-ukuran
kinerja yang sebelumnya Anda tentukan.
Instrumen tugas eksperimen tanpa representasi motivasi ekstrinsik.
Kasus PT Busana Indah
PT Busana Indah merupakan perusahaan retail yang khusus menjual busana perempuan.
Misi PT Busana Indah adalah menjadi teman setia perempuan yang selalu mengerti
perkembangan selera dalam berbusana. Sejak berdiri tahun 2005, PT Busana Indah
mencapai pertumbuhan pesat dan memiliki 27 gerai di Indonesia.
Anggun

sebagai

Direktur

PT

Busana

Indah,

menghadiri

simposium

yang

memperkenalkan balanced scorecard (BSC). Manfaat penerapan BSC adalah


membantu menguraikan strategi perusahaan sampai level operasional. Selain itu, BSC
dapat mengukur kesuksesan tiap unit bisnis menggunakan empat perspektif; yaitu
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Anggun memutuskan akan mulai menggunakan BSC tahun 2013. Kemudian Ia bersama
tim managemen melakukan diskusi tentang ukuran kinerja yang dipilih sebagai patokan
penilaian kinerja berdasarkan BSC.
Anda adalah manager unit bisnis yang merupakan anggota tim managemen. Anda
diminta ikut menentukan ukuran kinerja dalam BSC dengan memerhatikan strategi
agresif unit bisnis yang Anda pimpin. Strategi divisi Anda adalah mempercepat

pertumbuhan dengan membuka gerai baru, dan meningkatkan jumlah merk produk
untuk menarik minat pelanggan remaja. Selain itu, divisi Anda juga memerhatikan jarak
dengan gerai pesaing yang relatif dekat untuk antisipasi perilaku remaja yang kurang
menyukai berpindah ke tempat perbelanjaan lain. Tabel berikut ini menyajikan alternatif
ukuran kinerja untuk Anda pilih.
Petunjuk: Berilah tanda centang (v) pada salah satu ukuran kinerja yang Anda
pilih di setiap perspektif balanced scorecard.
No

(v)

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Ukuran-ukuran Kinerja
Perspektif Keuangan
Pertumbuhan penjualan
Pendapatan penjualan dari produk baru dan pelanggan baru
Pendapatan penjualan dari toko yang baru dibuka.
Pangsa pasar relatif dibanding luas area toko
Perspektif Pelanggan
Rating kepuasan pelanggan
Penjualan pada konsumen yang sama
Persentase retur penjualan pada pelanggan
Rating program pembeli misterius
Perspektif Proses Bisnis Internal
Rata-rata diskon yang diberikan pada pembeli
Persentase retur pembelian pada pemasok
Penjualan dari market leader baru
Rata-rata jumlah nama merk utama di setiap toko
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Jumlah jam pelatihan setiap karyawan
Jumlah saran dari setiap karyawan
Rata-rata masa kerja tenaga penjualan
Koneksi jaringan komputer toko

Pertanyaan Cek Manipulasi


Instruksi: Silakan menanggapi pernyataan berikut ini.
1. Berilah tanda (v) pada pernyataan berikut yang menunjukkan situasi PT Busana
Indah saat ini.
[

] PT Busana Indah telah menggunakan balanced scorecard dalam


pengukuran kinerja di setiap unit bisnis.

] Anggun bersama tim managemen melakukan diskusi untuk memilih


ukuran kinerja di setiap unit bisnis.

2. Berilah tanda (v) pada pernyataan berikut yang merupakan pengaruh pemilihan
ukuran kinerja dalam balanced scorecard.
[

] Pemilihan ukuran kinerja tidak memengaruhi reputasi profesional dan


kompensasi Anda sebagai manager unit bisnis.

] Pemilihan ukuran kinerja mencerminkan strategi dan menjadi target setiap


manager unit bisnis.

3. Berilah tanda (v) pada pernyataan berikut yang merupakan peranan balanced
scorecard dalam perusahaan.
[

] Balanced scorecard sebagai alat managemen untuk menjabarkan strategi


perusahaan.

]Balanced scorecard digunakan oleh managemen hanya sebagai sistem


kompensasi di perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai