Widia Astuti
Program Magister Sains Akuntansi FEB UGM
widia7@ymail.com
Widyastutimsc@gmail.com
Jalan Jend. Sudirman no 39 Dasan Baru Sakra
Lombok Timur, NTB
Supriyadi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
Yogyakarta
Abstract
This research examines the difference of knowledge balanced scorecard,
and extrinsic motivation toward objectivity use performance measures
balanced scorecard. Knowledge balanced scorecard and extrinsic
motivation is expected to increase the use of performance measures
balanced scorecard becomes more objective. Objectiveness use
performance measures are shown in the use of a balanced scorecard
performance measures comparable to the use of unique measures of
common performance. The data collection method is used 2x2 full factorial
experimental design, with participants 127 postgraduates students from
programs Magister of Science, Magister of Management and Magister of
Accounting at Faculty of Economics and Business Universitas Gadjah
Mada. Data analysis was performed by two-way ANOVA test. Results
showed knowledge of the balanced scorecard, and interaction with extrinsic
motivation does not cause differences in the use of performance measures
balanced scorecard. Whereas extrinsic motivation results in disparities in
the use of performance measures balanced scorecard.
Keywords: Balanced scorecard,
extrinsic motivation.
performance
measures,
knowledge,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Balanced scorecard (BSC) merupakan salah satu sistem implementasi strategiyang
dikembangkan oleh Kaplan dan Norton tahun 1992. Balanced scorecard membantu
paraeksekutif memahami perusahaan dengan menyediakan rerangka kerjakomprehensif
dan cepat untuk menguraikan visi perusahaan menjadi tatanan pengukuran kinerja yang
sesuai dan saling berkaitan.Pada dasarnya pengukuran kinerja dipandang sebagai alat
untuk mengendalikan perilaku karyawan dan mengevaluasi kinerja sebelumnya (Kaplan
dan Norton, 2001). Hoque (2006) menyebutkan balanced scorecard sebagai filosofi
yang dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi.
Penerapan balanced scorecard pada perusahaan, mengakibatkan setiap unit bisnis
harus mengembangkan scorecard tersendiri yang menjabarkan strategi unit bisnis itu
dantetap selaras dengan strategi perusahaan secara keseluruhan (Kaplan dan Norton,
1993). Implikasinya perusahaan memiliki ukuran kinerja umum dan ada di semua unit
bisnis serta ukuran kinerja unik yang hanya terdapat di setiap unit bisnis. Hal ini
mengakibatkan
balanced
scorecard
menjadi
kompleks.Kompleksitas
balanced
Hal ini disebabkan karena manager lebih memerhatikan ukuran keuangan (Ittner dkk.
2003).
Beberapa peneliti menemukan faktor-faktor yang dapat mengatasi masalah bias
akibat kompleksitas ukuran umum dan unik balanced scorecard. Penelitian Roberts
dkk. (2004) dilakukan secara disaggregate, dengan melaksanakan evaluasi kinerja
secara terpisah dan bertahap di setiap ukuran lalu menjumlahkan kembali bobot hasil
ukuran kinerja. Prosedur evaluasi kinerja mekanik ini memungkinkan pemakaian
ukuran umum dan unik lebih seimbang. Sedangkan Banker dkk. (2004) menyatakan
bahwa manager harus mengetahui keterkaitan antara ukuran kinerja dengan strategi unit
bisnis untuk memperoleh manfaat dalam mengadopsi balanced scorecard.
Penelitian masalah kognitif pada balanced scorecard juga dilakukan oleh Cheng
dan Humphreys (2012). Prosedur penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh
penyajian informasi dalam bentuk peta strategi dan perspektif scorecard. Peta strategi
merepresentasi informasi yang lebih relevan bagi manager dan memberikan penilaian
strategi yang memadai. Peta strategi secara lebih eksplisit menggambarkan keterkaitan
antara tujuan strategik dan peta strategi dibandingkan representasi dengan perspektif
scorecard.
Jika manager berupaya melalui proses pertanggungjelasan dan perbaikan persepsi
kualitasbalanced scorecard, maka dia dapat meningkatkan penggunaan ukuran unik
dalam evaluasi kinerja (Libby dkk. 2004). Di samping itu, persepsi manager terhadap
keadilan prosedural atas penggunaan dimensi keuangan dan nonkeuangan dalam
balanced scorecard, secara signifikan menguatkan hubungan antara ukuran-ukuran
nonkeuangan dan komitmen organisasi, serta hubungan antara ukuran-ukuran keuangan
dan komitmen organisasi. Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh pemoderasi
pada keadilan prosedural antara dimensi keuangan dan nonkeuangan dari balanced
scorecard dengan komitmen organisasi dan pengaruhnya terhadap kinerja managerial
(Supriyadi, 2010).
Tayler (2010) menambahkan bahwa untuk mengurangi bias penggunaan ukuran
balanced scorecard, manager harus terlibat dalam pemilihan strategi unit bisnis.
Keterlibatan ini berdampak pada motivation reasoning manager. Adanya motivasi dapat
memengaruhi individu untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang mengarah sasaran
dan melaksanakan tugas dengan baik (Belkaoui, 2002). Motivation reasoning
mengakibatkan manager termotivasi secara ekstrinsik, karena partisipasi mereka dalam
pengambilan keputusan mengakibatkan mereka memiliki usaha lebih baik untuk
mencapai tujuan yang telah mereka putuskan. Individu yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang pengembangan balanced scorecard, menggunakan ukuran umum
dan unik secara seimbang. Tetapi dalam pengukuran kinerja dan alokasi bonus
cenderung memerhatikan ukuran umum dibandingkan ukuran unik (Dilla dan Steinbart,
2005). Pengaruh tingkat pengetahuan berperan penting dalam kemampuan individu
untuk melakukan interpretasi atas informasi. Namun, hasil penelitian Dilla dan Steinbart
(2005) masih menemukan perilaku subjektif manager yang lebih menggunakan ukuran
umum dalam pemberian kompensasi. Penggunaan ukuran umum dan unik secara
berimbang merupakan indikasi keobjektifan dalam memanfaatkan balanced scorecard.
Beberapa
penelitiantentang
pengurangan
bias
ukuran
umum
balanced
yang
memadai sangat relevan dalam mengurangi bias ukuran umum tetapi penelitian Dilla
dan Steinbart (2005) belum mengakomodasi proses pembelajaran balanced scorecard.
Penelitian ini menggabungkan variabel pengetahuan balanced scorecard dan motivasi
ekstrinsik untuk meningkatkan keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja
balanced scorecard. Selain karena pengetahuan yang baik, untuk melaksanakan tugas
dengan struktur yang kompleks juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti akuntabilitas,
kemampuan memecahkan masalah umum dan motivasi yang dimiliki individu
(Dearman dan Shields, 2005).
Sehingga penelitian ini berusaha menemukan perbedaan pengaruh ketersediaan
pengetahuanbalanced scorecard dan adanya motivasi ekstrinsik terhadap keobjektifan
penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard. Penjabaran strategi unit bisnis
sampai level pengukuran kinerja, dibedakan dalam ukuran umum dan ukuran unik
mengakibatkan balanced scorecard menjadi kompleks. Faktor-faktor ini diharapkan
ini
dilaksanakan
melalui
eksperimen
laboratorium
dengan
kinerja.
Masalah
utama
pemakaian
balanced
scorecard
adalah
pengambilan
membantu
subjek
dalam
mengambil
keputusan
untuk
memecahkan
Motivasi Ekstrinsik
Secara eksplisit, motivasi berhubungan dengan bagaimana perilaku itu dimulai,
dikuatkan, didukung, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif tertentu yang timbul
dalam organisasi ketika semua berlangsung (Belkaoui, 2002). Para manager perlu
melakukan identifikasi faktor-faktor dan kondisi yang dapat memengaruhi dan
koordinasi tindakan karyawan agar sesuai dengan tujuan perusahaan.Para ahli sosiologi
sering menghubungkan motivated reasoningdengan dua teori besar yaitu dissonance
theory dan attribution theory. Dissonance theoryberdasarkan asumsi bahwa motivasi
dapat mengurangi pertentangan kognitif yang memengaruhi penilaian dan perilaku
individu. Attribution theoryberdasarkan pada kecenderungan individu mengatributkan
suatu kejadian dengan alasan yang dapat memuaskan dirinya.Kedua teori ini
memandang adanya tujuan tertentu yang mendorong individu menyimpulkan dirinya
berjasa. Penelitian tentang bias akibat motivated reasoning lebih banyak disebabkan
oleh faktor kognitif daripada faktor motivasional (Anas, 2011).
Motivasi dapat memengaruhi pemilihan elemen kognitif seperti keyakinan,
konsep dan aturan penyimpulan ketika memberikan judgment. Individu akan cenderung
memilih dan menggunakan struktur pengetahuan yang mendukung simpulan yang
Penggunaan
ukuran-ukuran
kinerja
balanced
scorecard
yang
seimbang
METODA PENELITIAN
Desain Eksperimen
Eksperimen menggunakan 2x2 full factorialdesain between subjects. Faktor dalam
penelitian adalah pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik. Partisipan
penelitian secara random mendapat salah satu dari empat kondisi eksperimen dengan
jumlah yang sama disetiap sel. Ke empat kondisi itu berdasarkan manipulasi dua
variabel independen yaitu pengetahuan balanced scorecard (dengan representasi
pengetahuan balanced scorecard dantanpa representasi pengetahuan balanced
scorecard) dan motivasi ekstrinsik (dengan representasi motivasi ekstrinsik dan tanpa
representasi motivasi ekstrinsik).
Instrumen
Studi eksperimen ini menggunakan empat item ukuran kinerja di setiap perspektif
(jumlah total menjadi 16 item untuk semua perspektif) dari instrumen Lipe dan Salterio
(2000) yang dimodifikasi. Penelitian ini hanya memilih satu paket pengukuran
kinerja(divisi RadWear) yang digunakan oleh Lipe dan Salterio (2000), namun cukup
memadai dengan lingkungan bisnis di Indonesia (Supriyadi, 2010).Pertimbangan dalam
pemilihan instrumen ini karena tiga alasan: pertama, instrumen Lipe dan Salterio
dikembangkan dari kasus implementasi balanced scorecard dalam buku Kaplan dan
Norton (1996). Kedua, Lipe dan Salterio memilih 16 item ukuran-ukuran untuk
penilaian kinerja berdasarkan kapasitas kognitif individu dalam pemerosesan informasi
yang berkisar antara 15 sampai 20 poin. Terakhir, Lipe dan Salterio telah melakukan
pilot test instrumen mereka pada mahasiswa program MBA dan mahasiswa Akuntansi
setara S1. Hasil pilot test cukup valid mewakili kategori ukuran-ukuran penilaian
kinerja balanced scorecard (Supriyadi, 2010).
Materi tugas eksperimen terdiri dari tiga bagian: (1) surat permohonan kesediaan
menjadi partisipan dan penjelasan tata cara selama eksperimen, (2) tugas eksperimen
dan pertanyaan cek manipulasi, dan bagian terakhir (3) keterangan identitas partisipan
sebagai data demografi penelitian. Sebelum dicetak, peneliti mengatur desain tugas
eksperimen agar lebih menarik dan memudahkan partisipan menyelesaikan prosedur
eksperimen.
Prosedur Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dalam ruang kelas dan suasanacenderung formal tetapi
tidak kaku. Suasana eksperimen ini mendekati situasi pengambilan keputusan yang
biasa terjadi dalam perusahaan. Peneliti memberikan pengarahan prosedur eksperimen
secara langsung untuk menjaga kontak komunikasi dan mendapatkan perhatian dari
partisipan. Peneliti dapat menjaga konsistensi efek pengarahan secara langsung, jika ada
kemungkinan eksperimen dilaksanakan dalam beberapa batch. Faktor belum ada kontak
sosial antara peneliti dan calon partisipan memudahkan peneliti mengatur dan menjaga
pola berkomunikasi tetap konsisten.Pelaksanaan eksperimen diperkirakan berlangsung
selama 20 menit.Partisipan yang telah mengikuti eksperimen mendapatkan fasilitas
seperti: alat tulis, makanan dan minuman ringan sebagai bentuk apresiasi atas kesediaan
berpartisipasi.
Partisipan
Partisipan penelitian inidiperoleh melalui undangan yang umumkan pada kampus
Program Magister Akuntansi, Magister Managemen dan Magister Sains di Fakultas
Ekonomika
dan
Bisnis,
Universitas
Gadjah
Mada.
Sebelum
menempelkan
yang relevan, sehingga bisa bertindak dengan tepat berdasarkan data tersebut (Libby
dan Luft, 1993). Manipulasinya diberikan dalam deskripsi konsep balanced scorecard
sebagai representasi pengetahuan untuk memberikan pemahaman tentang balanced
scorecard.
Motivasi Ekstrinsik
Motivation reasoning mengakibatkan manager termotivasi secara ekstrinsik,
karena partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan, mengakibatkan mereka
memiliki upaya lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah mereka putuskan. Kinerja
manager dengan motivasi ekstrinsik merupakan bentuk aktualisasi diri, mereka terlibat
dalam aktivitas sebagai upaya memperoleh umpan balik positif dan menghindari
konsekuensi negatif (Wing dkk. 2010). Manipulasi motivasi ekstrinsik direpresentasi
dalam deskripsi konsekuensi akibat pengambilan keputusan. Deskripsi ini merupakan
modifikasi dari item kuesioner yang digunakan dalam penelitian Wing dkk. (2010).
Alat Analisis
Pengujian Hipotesis 1, Hipotesis 2 dan Hipotesis 3 menggunakan uji two-way
Analysis of Variance (Anova) dengan variabel independen pengetahuan balanced
scorecard dan motivasi ekstrinsik. Sedangkan variabel dependen berupa keobjektifan
penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard.
disediakan.
Partisipan
pilot
test
tidak
dipersilakan
untuk
mengikuti
eksperimen.Evaluasi hasil pilot test berupa perbaikan pada tata bahasa dan prosedur
eksperimen agar lebih mudah dipahami oleh partisipan.
sebanyak 32 orang (25.20%). Hal ini disebabkan karena partisipan tidak memahami
ilustrasi dalam instrumen dan memberikan pernyataan tidak sesuai dengan situasi yang
digambarkan. Sebanyak 6 partisipan (4.72%) menyelesaikan tugas eksperimen tidak
sesuai dengan instruksi peneliti. Partisipan yang tidak menyelesaikan seluruh prosedur
eksperimen, tidak setuju menjawab pertanyaan manipulasi dan tidak menjawab
pertanyaan manipulasi dengan benar dikeluarkan dalam analisis lanjutan sehingga data
yang dapat digunakan sebanyak 87 partisipan.
Statistika Deskriptif
Hasil statistika deskriptif menunjukkan partisipan laki-laki berjumlah 45 orang
(51.72%) sedangkan partisipan perempuan sebanyak 41 orang (47.13%). Terdapat 1
partisipan yang tidak mengisi kolom gender pada lembar demografi partisipan. Rentang
usia partisipan didominasi oleh kelompok usia antara 20 sampai 25 tahun sebanyak 53
orang (60.92%). Berikutnya diikuti oleh kelompok umur antara 26 sampai 30 tahun
sebanyak 22 orang (25.29%).Partisipan terdiri dari mahasiswa S2 Program Magister
Sains Jurusan Akuntansi sebanyak 35 orang (40.23%) dan Magister Sains Jurusan
Managemen sebanyak 17 orang (19.54%). Eksperimen juga melibatkan 23 mahasiswa
Program Magister Managemen dan 12 mahasiswa Program Magister Akuntansi,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Sebagian besar partisipan dalam eksperimen ini menyatakan pernah bekerja
yaitu sebanyak 45 orang (51.73%) dari keseluruhan partisipan dengan lama pengalaman
kerja yang bervariasi. Sebanyak 50 partisipan (57.47%) pernah menempuh perkuliahan
dengan materi balanced scorecard. Terdapat 28 partisipan (32.18%) menyatakan pernah
mengetahui penelitian dengan topik balanced scorecard dan 64 partisipan (73.56%)
belum pernah mengikuti eksperimen sebelumnya.
Pengujian Hipotesis
Pada tabel 1menunjukkan nilai rerata penggunaan ukuran umum dan unik
balanced scorecard disetiap sel beserta nilai deviasi standard.
Ada representasi
Motivasi Ekstrinsik
Tanpa representasi
Motivasi Ekstrinsik
Total
Ada representasi
pengetahuan BSC
Tanpa representasi
pengetahuan BSC
Mean = 7.86
S.D. (2.03)
n = 21
Grup A
Mean = 6.68
S.D. (1.84)
n = 22
Grup C
Mean = 7.26
S.D. (2.00)
n = 43
Mean = 8.30
S.D. (2.08)
n = 23
Grup B
Mean = 7.10
S.D. (1.97)
n = 21
Grup D
Mean = 7.73
S.D. (2.10)
n = 44
Total
Mean = 8.09
S.D. (2.04)
n = 44
Mean = 6.88
S.D (1.89)
n = 43
Mean = 7.49
S.D. (2.05)
n = 87
menggunakan Lavenes Test (tabel 3) menunjukkan bahwa p-value > 5%. Hasil
pengujian menunjukkan varians antar grup secara statistis memiliki varians yang sama.
Sehingga asumsi penggunaan Anova dapat terpenuhi.
Tabel 3 Levenes Test of Equality of Error Variances
Variabel dependen: keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja BSC
F
df1
df2
Sig.
0,071
3
83
0.976
Hipotesis penelitian (H1) memprediksi pengaruh ketersediaan pengetahuan
balanced scorecard terhadap keobjektifan penggunaan ukuran-ukuran kinerja balanced
scorecard. Hasil analisis data menunjukkan pengaruh variabel pengetahuan tidak
signifikan pada tingkat signifikansi 0.05 dengan nilai F=1,024 dan nilai p=0.315 (tabel
2). Sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan pengaruh pada subjek yang memiliki
representasi pengetahuan balanced scorecard
scorecard. Subjek dengan motivasi ekstrinsik lebih memilih menggunakan ukuran unik
dalam mengevaluasi kinerja. Hal ini berbeda dengan subjek tanpa motivasi ekstrinsik
yang lebih banyak menggunakan ukuran umum balanced scorecard. Subjek yang
memiliki pengetahuan balanced scorecard dan motivasi ekstrinsik menggunakan
ukuran-ukuran kinerja balanced scorecard yang sama dengan subjek
yang tidak
ini,
subjek
memberikan
penilaian
yang
lebih
objektif
dengan
scorecard. Hasil ini sejalan dengan penelitian Tayler (2010) yang menemukan
keterkaitan antara keterlibatan subjek dalam penyusunan strategi terhadap penurunan
bias ukuran umum balanced scorecard.Interaksi antara variabel pengetahuan balanced
scorecard dan motivasi ekstrinsik tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam
menurunkan bias ukuran umum balanced scorecard. Berbeda dengan hasil penelitian
Dearman dan Shield (2005) yang menemukan pengaruh kompilasi pengetahuan dan
motivasi terhadap kompleksitas penugasan dalam audit.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang tidak dapat dihindari yang
memengaruhi interpretasi simpulan hasil penelitian. Keterbatasan yang dihadapi adalah;
informasi untuk menggambarkan situasi dalam instrumen tidak mencerminkan secara
lengkap situasi yang terjadi pada perusahaan.Desain kasus dalam eksperimen sangat
sederhana sehingga kurang mampu menangkap realita penilaian kinerja menggunakan
balanced scorecard.Partisipan penelitian ini merupakan subjek yang belum populer
dengan
penggunaan
balanced
scorecard
khususnya
pada
bisnis
retaildi
Referensi
Anand, Manoj., B. S. Sahay, dan Subashish Saha. 2005. Balanced scorecard in Indian
companies. Vikalpa 30 (2): 11-25.
Anas, Syaiful. 2011. Pengaruh Keterlibatan dalam Pemilihan Inisiatif Strategis dan
Umpan Balik Strategis terhadap Evaluasi menggunakan Balanced Scorecard.
Unpublished Tesis S2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bazerman, Max H. 1994. Judgment in Managerial Decision Making. Singapore: John
Wiley & Sons, Inc.
Belkaoui, Ahmed R. 2002. Behavioral Management Accounting. USA: Quorum Books.
Bolland, dkk. 2001. Knowledge representationsand knowledge transfer. Academy of
management journal 44 (2): 393-417.
Bonner, S. E. 1990. Experience effects in auditing: the role of task specific knowledge.
The Accounting Review 65 (1): 72-92.
Bonner, S. E., dan P. L. Walker. 1994. The effects of instructions and experience on the
acquisition of audit knowledge. TheAccounting Review 69 (1): 157-178.
Burney, Laurie L., dan Nancy J. Swanson. 2010. The relationship between balanced
scorecard characteristics and managers job satisfaction. Journal of Managerial
Issues 22 (2): 166-181.
Cardinaels, Eddy., dan Paula M.G. van Veen-Dirks. 2010. Financial versus nonfinancial information: The impact of information organization and presentation
in a balanced scorecard. Accounting, Organizations and Society 35: 565-578.
Cheng, Mandy M., dan Kerry A. Humphreys. 2012. The differential improvement
effects of the strategy map and scorecard perspectives on managers strategic
judgments. The Accounting Review 87 (3): 899-924.
Dearman, David T., dan Michael D. Shields. 2001. Cost knowledge and cost-based
judgment performance. Journal of Management Accounting Research 13:1-8.
Dearman, David T., dan Michael D. Shields. 2005. Avoiding accounting fixation:
Determinants of cognitive adaption to differences in accounting methods.
Contemporary Accounting Research 22 (2): 351-384.
Dilla, William N., dan Paul John Steinbart. 2005. Relative weighting of common and
unique balanced scorecard measures by knowledgeable decision makers.
Behavioral Research in Accounting 17: 43-53.
Hoque, Zahirul. 2006. Strategic Management Accounting: Concepts, Processes and
Issues. Australia: Pearson Education.
Ittner, Christopher D., David F. Larcker, dan Marshall W. Meyer. 2003. Subjectivity
and the weighting of performance measures: evidence from a balanced
scorecard. The Accounting Review 78 (3): 725-758.
Jatiningsih, Dyah E.S. 2010. Dampak format penyajian informasi terhadap kualitas
keputusan: Studi eksperimental atas pengambilan keputusan berbasis biaya.
Unpublished Tesis S2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Juhmani, Omar I. H. 2007. Usage, motives and usefulness of the balanced scorecard
(BSC): evidence from Bahrain. International Journal of Business Research 8
(5): 106-117.
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 1993. Putting the balanced scorecard to work.
Harvard Business Review (September-October): 134-147.
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 1996. Using the balanced scorecard as a
strategic management system. Harvard Business Review (January-February):
75-85.
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 2001. The Strategy-Focused Organization:
How Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Business environment.
USA: Harvard Business School Press.
Libby, Robert., dan J. Luft. 1993. Determinants of judgment performance in accounting
settings: Ability, knowledge, motivation, and environtment. Accounting,
Organizations and Society 18 (5): 425-450.
Libby, Theresa., Steven E. Salterio, dan Alan Webb. 2004. The balanced scorecard: the
effects of assurance and process accountability on managerial judgment. The
Accounting Review 79 (4): 1075-1094.
Liedtka, Stephen L., Bryan K. Church, dan Manash R. Ray. 2008. Performance
variability, ambiguity intolerance, and balanced scorecard-based performance
assessments. Behavioral Research in Accounting 20 (2): 73-88.
Lipe, Marlys G., dan Steven E. Salterio. 2000. The Balanced Scorecard: Judgmental
Effects of Common and Unique Performance Measures. The Accounting
Review 75 (3): 283-298.
Neumann, Bruce R., Michael L. Robert, dan Eric Cauvin. 2010. Information search
using the balanced scorecard: what matters? The Journal of Corporate
Accounting & Finance (March- April): 61-66.
Nonaka, Ikujiro. 2007. The knowledge-creating company. Harvard Business Review
(July-August): 162-171.
Roberts, Michael L., Thomas L. Albright, dan Aleecia R. Hibbets. 2004. Debiasing
balanced scorecard evaluations. Behavioral Research in Accounting 16: 75-88.
Sartorius, K., N. Trollip, dan C. Eitzen. 2010. Performance measurement frameworks in
a state controlled research organization: can the balanced scorecard (BSC) be
modified? South African Journal of Business Management 41 (2): 51-63.
Supriyadi. 2010. The moderating effect of procedural justice on the efectiveness of the
balanced scorecard in improving managerial performance through
organizational commitment. The Gadjah Mada International Journal of
Business 12 (3): 415-434.
Tempo.Co. 2012. Belanja Lebaran Tembus Rp 49 Triliun. (30 Agustus).
Wu, Shwu-Ing., dan Jr-Ming Hung. 2008. A performance evaluation model of CRM on
nonprofit organisations. Total Quality Management 19 (4): 321-342.
Wong-On-Wing, B. Guo, L. dan Lui, G. 2010. Intrinsic and extrinsic motivation and
participation budgeting: antecedents and consequences. Behavioral Research in
Accounting 22 (2): 133-153.
Appendix
Gambar Desain Eksperimen
Manipulasi
Ada Representasi
Pengetahuan BSC
Tanpa Representasi
Pengetahuan BSC
Ada Representasi
Grup A
Motivasi Ekstrinsik
Tanpa Representasi Motivasi
Grup C
Ekstrinsik
Instrumen Pengetahuan Balanced Scorecard
Grup B
Grup D
Balanced Scorecard
Balanced scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang terdiri dari perspektif
ukuran keuangan sebagai ukuran hasil akhir kesuksesan perusahaan yang dilengkapi
dengan tiga perspektif lain yaitu pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan sebagai penyebab dalam menciptakan nilai pemegang saham jangka
panjang (Kaplan 2009). Visi dan strategi dalam balanced scorecard ditempatkan
sebagai pusat perhatian. Fungsinya untuk memberikan indikasi bahwa ukuran-ukuran
kinerja menjadi pendorong individu bertindak dengan baik sesuai dengan peranan
mereka dalam organisasi untuk membantu pencapaian visi dan strategi.
Kaplan dan Norton (1996) menjelaskan bahwa ukuran-ukuran dalam balanced
scorecard digunakan oleh para eksekutif untuk berbagai manfaat seperti artikulasi
strategi ke dalam bisnis, mengkomunikasi strategi ke dalam bisnis dan membantu
menyelaraskan inisiatif individu, organisasi dan lintas departemen untuk mencapai
tujuan bersama. Sehingga ukuran-ukuran dalam balanced scorecard harus dapat
memberikan representasi strategi jangka panjang organisasi untuk kesuksesan
persaingan.
Instrumen Placebo
Belanja Lebaran
TEMPO.CO. Jakarta. Informasi yang diperoleh dari Asosiasi Pengusaha Retail
Indonesia (Aprindo) memperkirakan angka belanja masyarakat saat Lebaran 2012
mencapai Rp 49 triliun. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Aprindo, Satria Hamid
Ahmadi, jumlah belanja ini mencapai 35 persen dari target perolehan sektor retail
hingga akhir 2012. Satria Hamid menyatakan pada Tempo, Kamis, 30 Agustus 2012
bahwa "daya beli masyarakat Indonesia masih tinggi". Menurut Satria, penjualan
tersebut sebagian besar berupa penjualan barang kebutuhan pokok, seperti makanan dan
fashion. Selebihnya berupa produk lain, seperti elektronik.
Hingga Desember 2012, Aprindo menargetkan penjualan retail mencapai Rp 140 triliun,
atau naik 16,6 persen dari 2011 sebesar Rp 120 triliun. Hingga kuartal ketiga lalu, target
tersebut baru terpenuhi 65 persen atau sekitar Rp 90 triliun.Satria Hamid mengatakan
sisa target tersebut dapat terpenuhi lantaran masih ada tiga momen di akhir tahun; yaitu
perayaan Idul Adha, Natal, dan tahun baru. Perkiraan omzet pengusaha retail mencapai
Rp 28 triliun, atau 20 persen dari target penjualan tahun 2012. Kondisi ini terjadi karena
membaiknya pendapatan masyarakat.
Instrumen tugas eksperimen dengan representasi motivasi ekstrinsik.
Kasus PT Busana Indah
PT Busana Indah merupakan perusahaan retail yang khusus menjual busana perempuan.
Misi PT Busana Indah adalah menjadi teman setia perempuan yang selalu mengerti
perkembangan selera dalam berbusana. Sejak berdiri tahun 2005, PT Busana Indah
mencapai pertumbuhan pesat dan memiliki 27 gerai di Indonesia.
Anggun
sebagai
Direktur
PT
Busana
Indah,
menghadiri
simposium
yang
sebagai
Direktur
PT
Busana
Indah,
menghadiri
simposium
yang
pertumbuhan dengan membuka gerai baru, dan meningkatkan jumlah merk produk
untuk menarik minat pelanggan remaja. Selain itu, divisi Anda juga memerhatikan jarak
dengan gerai pesaing yang relatif dekat untuk antisipasi perilaku remaja yang kurang
menyukai berpindah ke tempat perbelanjaan lain. Tabel berikut ini menyajikan alternatif
ukuran kinerja untuk Anda pilih.
Petunjuk: Berilah tanda centang (v) pada salah satu ukuran kinerja yang Anda
pilih di setiap perspektif balanced scorecard.
No
(v)
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Ukuran-ukuran Kinerja
Perspektif Keuangan
Pertumbuhan penjualan
Pendapatan penjualan dari produk baru dan pelanggan baru
Pendapatan penjualan dari toko yang baru dibuka.
Pangsa pasar relatif dibanding luas area toko
Perspektif Pelanggan
Rating kepuasan pelanggan
Penjualan pada konsumen yang sama
Persentase retur penjualan pada pelanggan
Rating program pembeli misterius
Perspektif Proses Bisnis Internal
Rata-rata diskon yang diberikan pada pembeli
Persentase retur pembelian pada pemasok
Penjualan dari market leader baru
Rata-rata jumlah nama merk utama di setiap toko
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Jumlah jam pelatihan setiap karyawan
Jumlah saran dari setiap karyawan
Rata-rata masa kerja tenaga penjualan
Koneksi jaringan komputer toko
2. Berilah tanda (v) pada pernyataan berikut yang merupakan pengaruh pemilihan
ukuran kinerja dalam balanced scorecard.
[
3. Berilah tanda (v) pada pernyataan berikut yang merupakan peranan balanced
scorecard dalam perusahaan.
[