Oleh :
Rizky Saraswati Indraputri
G99141129
Pembimbing :
dr. Trilastiti Widowati, Sp KFR
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESA
A.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
Umur
: 66 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Tegalarum, Surakarta
Status
: Sudah Menikah
B.
Tanggal Periksa
: 23 Juni 2015
No CM
: 01-22-31-00
Keluhan Utama
Batuk sejak 6 hari yang lalu
C.
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat TB
E.
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat TB
: disangkal
F.
: ()
Riwayat Olahraga
: (+)
G.
kesan
kurang
B.
C.
Tanda Vital
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
VAS
: 4 regio bahu
Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
D.
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam
beruban, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E.
Mata
Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G.
Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H.
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi
(-)
I.
Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+2) ,limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (+)
J.
Thoraks
a.
Retraksi (-)
b.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Trunk
Inspeksi
(-),
lordosis(-)
L.
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
: tympani
Palpasi
M.
Ekstremitas
Oedem
-
Akral dingin
-
Status Neurologis
a. Kesadaran
: GCS E4V5M6
b. Fungsi luhur
c. Fungsi otonom
d. Fungsi sensorik
- Rasa Eksteroseptik
- Rasa Propioseptik
e. Fungsi motorik
Kekuatan
Tonus
1/5/5 5/5/5
2/2/2 2/2/2
R. Fisiologis
N
N
+2
+2
R. Patologis
+2
+2
f. Nn. craniales
1)
2)
3)
4)
N.II, III
: pupil isokhor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
N.III, IV, VI : gerak bola mata normal
N.VII
: dalam batas normal
N.XII
: dalam batas normal
Elbow
Wrist
Finger
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
External Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Ulnar deviasi
Radius deviasi
MCP I fleksi
MCP II-IV
ROM
Aktif
0 700
0 400
0 600
0 900
ROM AKTIF
Dextra Sinistra
sde
0-45
sde
0-45
sde
0-90
sde
0-30
sde
0-30
sde
0-30
0-135
0-135
135-180 135-180
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
Pasif
0 700
0 400
0 600
0 900
ROM PASIF
Dextra
Sinistra
sde
0-45
sde
0-45
sde
0-40
sde
0-30
sde
0-30
sde
0-45
0-135
0-135
135-180
135-180
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-30
0-30
0-90
0-90
0-90
0-90
fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I ekstensi
0-45
0-45
0-10
0-45
0-45
0-10
0-90
0-100
0-30
EKSTREMITAS
INFERIOR
ROM AKTIF
Dextra
Sinistra
Fleksi
Sde
sde
Ekstensi
Sde
sde
Abduksi
Sde
sde
Adduksi
Sde
sde
Eksorotasi
Sde
sde
Endorotasi
Sde
sde
Fleksi
0-120
0-120
Ekstensi
Sde
sde
Dorsofleksi
Sde
sde
Plantarfleks
Sde
sde
i
Hip
Knee
Ankle
0-90
0-100
0-30
ROM PASIF
Dextra
Sinistra
0-60
0-60
0-30
0-30
0-45
0-45
0-30
0-30
0-30
0-30
0-30
0-30
0-110
0-110
sde
Sde
0-30
0-30
0-30
0-30
Ekstensor
Shoulder
Ekstremitas Superior
Fleksor
M Deltoideus
anterior
M Biseps
Ekstensor
M Deltoideus
anterior
M Teres mayor
Abduktor
M Deltoideus
M Biceps
Adduktor
M Lattissimus dorsi
M Pectoralis mayor
Internal
M Lattissimus dorsi
M Pectoralis mayor
Rotasi
Eksternal
M Teres mayor
M Infra supinatus
Rotasi
Dextra
1
Sinistra
5
1
1
5
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Elbow
Fleksor
Wrist
Ekstensor
Supinator
Pronator
Fleksor
M Biceps
M Brachialis
M Triceps
M Supinator
M Pronator teres
M Fleksor carpi
radialis
M Ekstensor
digitorum
M Ekstensor carpi
radialis
M ekstensor carpi
ulnaris
M Fleksor digitorum
M Ekstensor
digitorum
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Finger
Hip
Knee
Ankl
e
Fleksor
Ekstensor
Ekstremitas inferior
Fleksor
M Psoas mayor
Ekstensor
M Gluteus maksimus
Abduktor
M Gluteus medius
Adduktor
M Adduktor longus
Fleksor
Harmstring muscle
Ekstensor
Quadriceps femoris
Fleksor
M Tibialis
Ekstensor
M Soleus
Status Ambulasi
Dependent
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Dextra
2
2
2
2
2
2
2
Sinistra
2
2
2
2
2
2
2
tampak
fibroinfiltrat
di
supra-parahiler
kanan,
tampak
Hasil
Satuan
DARAH RUTIN
13,8
g/dl
12.1
ribu/ul
43
%
244.000
/ul
4.85
106/ul
ELEKTROLIT
133
Mmol/L
4.0
Mmol/L
96
Mmol/L
KIMIA
29
u/l
15
u/l
3,9
g/dl
28
mg/dl
0,4
mg/dl
167
Mg/dl
Nonreactive
Analisis Gas Darah
7.362
0.7
Mmol/L
47.9
mmHg
149.1
mmHg
41
%
24.7
Mmol/L
24.2
Mmol/L
99.2
%
Rujukan
13,5-17,5
4.500 11.800
33-45
150.000-450.000
4,5-5,9
136 145
3.7 5.4
98 106
<35
<45
3.2 4.6
10-50
0,9-1,3
60-140
7.310-7.420
-2 - +3
27.0 41.0
80.0-100.0
37-50
21.0 28.0
19.0-24.0
94.0-98.0
IV. ASSESMENT
1. Bekas TB dd TB relaps
2. Neglected Frozen Shoulder Dextra
3. Deconditioning syndrome
V. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa :
O2, 2-3 L / menit
Infus RL 20 tpm
NAC 3x200 mg
Ceftriaxone 2gr/24 jam
Omeprazole 400 mg/12 jam
Meloxicam tab 3 x 1
Non medikamentosa :
Fisioterapi
Infra Red,
TENS
VI.
DAFTAR MASALAH
Problem Medis
: Tidak ada
3. Okupasi Terapi
Gangguan
dalam
Memerlukan
bantuan
untuk
5. Ortesa-protesa
memerlukan
alat
fiksasi bahu
6. Psikologi
Rehabilitasi Medik:
1.
Fisioterapi
breathing control
deep breathing
latihan batuk
postural drainage
3.
Okupasi terapi
a.
a.
b.
Mengembalikan
pasien dalam keluarga dan lingkungan
peran
social
c.
3.
Disability
Handicap
: Keterbatasan
melakukan
aktivitas
sehari-hari,
Planning terapi
hingga
total
kali
fisioterapi,
kemudian evaluasi.
Planning Edukasi
IX. TUJUAN
1.
2.
3.
Meminimalkan
impairment,
disability
dan
handicap
4.
5.
X. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
TUBERKULOSIS
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberkulosis. TB terutama menyerang paru-paru
sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TB dapat juga menyerang kulit,
kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TB menular melalui droplet infeksius
yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TB juga ditularkan
melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah
Mycobacterium bovis.
Etiologi
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat
dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB
BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak
erat.
Manifestasi Klinis
Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
Gejala lain yang sering dijumpai :
Dahak bercampur darah
Batuk darah
Sesak nafas dan rasa nyeri dada
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari satu bulan.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin
ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu
demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun.
Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks
paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi
yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas
tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini
diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.
Pemeriksaan penunjang
- Tuberculin skin testing
Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tweenstabilized liquid PPD pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah.
Dalam wkatu 48 72 jama, area yang menonjol (indurasi), bukan eritema,
diukur. Ukuran tes Mantoux ini sebesar 5mm diinterpretasikan positif pada
kasus-kasus :
1. Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV
2. Memiliki kontak yang erat dengan penderita TB yang infeksius
3. Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan
gambaran proses penyembuhan TB yang lama, yang sebelumnya tidak
mendpatkan terapo OAT yang adekuat
4. Individu yang menggunakan Narkoba dan status HIV-ny tidak diketahui
Sedangkan ukuran 10mm uji tuberculin, dianggap positif biasanya
pada kasus-kasus seperti :
1. Individu dengan kondisi kesehatan tertentu, kecuali penderita HIV
2. Individu yang menggunakan Narkoba (jika status HIV-ny negative)
3. Tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, populasi denganpendapatan yang
rendah, termasuk kelompok ras dan etnik yang beresiko tinggi
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya
kuman BA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA
positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan.
TIPE PENDERITA
Tipe
penderita
ditentukan
berdasarkan
riwayat
pengobatan
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
2.
Frozen Shoulder
Definisi
Sindroma frozen shoulder adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
adanya suatu reaksi peradangan kronik dan kekakuan bahu yang didahului
dengan
bursitis,
tendonitis
dan
kapsulitis
pada
daerah
persendian
payudara
sendi glenohumeral
atau
dada
(tendonitis
dan
infark
bicipitalis,
miokardia,
infalamasi
dari
rotator
dalam
cuff,
Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan
dengan datangnya menopause.
b.
Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder,
contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita
pada saat yang sama.
c.
d.
Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis
menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama.
Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi
bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien
yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana
tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi
tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti
sebelumnya.
Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita
sebelumnya.
Jika mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan
saat itu.
Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan
b.
Yergasons test
Pasien diminta melakukan fleksi aktif sendi siku melawan tahanan sambil
pemeriksa melakukan eksorotasi humerus, akan terjadi subluaksi tendon
yang dirasakan sebagai lucutan dan kejutan. Positif bila terjadi nyeri di
sulcus bisipitalis sewaktu akan melakukan supinasi tangan melawan
tahanan.6
sendi bahu.
MRI, yaitu untuk mengevaluasi jaringan di sekitar sendi.
Penatalaksaan
a. Medikamentosa
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi
nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan
nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian suntikan menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan
kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan
tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun.8
b. Program rehabilitasi medik
Ultrasound (US)
Pada frozen shoulder, modalitas yang sering digunakan adalah
Ultrasound. Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang
secara klinis sering diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus
tertentu
termasuk
kasus
muskuloskeletal.
Terapi ultrasound
menyebabkan
reaksi
oleh
fisiologis
seperti
kerusakan
inflammation. Namun
dengan
terangsangnya P
nyeri
yang
ditimbulkan
oleh
TENS
dapat juga
Latihan
Latihan merupakan bagian yang terpenting dari terapi frozen shoulder.
Pada awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri
begitu berat. Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif
dibantu. Rasa nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara
pasif maupun aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama
latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih
fase akut sehingga latihan gerak aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri
terdapat pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah
berkurang dan latihan secara aktif boleh dilakukan. Pada latihan gerak yang
menimbulkan/menambah rasa nyeri, maka latihan harus ditunda karena rasa
nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan LGS. Tetapi bila gerakan pada
latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan besar terapi latihan
gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan meggunakan alat
seperti shoulder wheel, over head pulleys, finger ladder dan tongkat
merupakan terapi standar untuk penderita frozen shoulder.6
Manajemen
-
Managemen
komprehensif
untuk
Fisioterapi
Tujuan: 1. Mengurangi Spasme otot
2. Pencegahan kontraktur
Cara : Positioning and Turning
Exercise Pasif dan Aktif
b.
Psikologi
Tujuan: Memelihara status mental pasien dan keluarga, berupa
emosi, fungsi intelektual, dan fungsi persepsi
c.
Okupasi Terapi
Tujuan: Melatih keterampilan pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
d.
Orthetik Prostetik
Tujuan: Memfasilitasi ambulasi
e.
3.
Deconditioning Syndrome
Sindrom deconditioning adalah sekumpulan gejala yang menimbulkan
kapasitas
fungsional
menurun
pada
beberapa
sistem
tubuh
akibat
Kulit
Pasien imobilisasi umumnya tidak bergerak pada malam hari karena tidak
adanya gerakan pasif maupun aktif. Tidak adanya aktivitas ini mengakibatkan
peningkatan tekanan pada daerah kulit yang sama secara terus menerus.
Tekanan akan memberikan pengaruh pada daerah kulit sacral ketika dalam
posisi berbaring. Aliran darah akan terhambat pada daerah kulit yang tertekan
dan menghasilkan anoksia jaringan dan nekrosis. Tekanan tersebut juga dapat
menyebabkan kompresi pembuluh darah yang bisa timbul edema.
Sistem Genitourinaria
Aliran urin juga akan terganggu akibat tirah baring yang lama kemudian
menyebabkan infeksi saluran kemih mudah terjadi. Inkotinensia urin juga
sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan imobilisasi yang umumnya
disebabkan ketidakmampuan ke toilet, berkemih yang tidak sempurna.
Retensi urin akan memudahkan terjadinya infeksisaluran kemih dan bila
dibarengi dengan hiperkalsiuria akan mengakibatkan terjadinya pembentukan
batu ginjal.
Sistem metabolisme dan nutrisi
Imobilisasi ternyata juga berperan pada terjadinya hipoalbuminemia,
mempengaruhi system metabolic yang akibatnya akan terjadi perubahan
terhadap metabolism zat gizi. Penurunan nafsu makan dapat mengakibatkan
penurunan berat badan. Keadaan tidak beraktivitas dan imobilisasi akan
meningkatkan ekskresi nitrogen urin, sehingga pasien akan mengalami
hipoprotenimia dan edema.
Sistem endokrin
Pasien lanjut usia yang mengalami imobilisasi akan mengalami intoleransi
glukosa karena sensor insulin menurun yang mengakibatkan penurunan
sensitivitas otot untuk sirkulasi insulin. Selain itu terjadi gangguan circardian
rhythm, gangguan temperatur dan respon keringat, gangguan regulasi
gangguan hormon paratiroid, gangguan tiroid, gangguan adrenal, gangguan
pituitary, growth, dan gangguan androgen.
Sistem neurologis, emosi dan intelektual
Penatalaksanaan
Non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya sekumpulan sindrom ini akibat imobilisasi. Berbagai
upaya yang dapat dilakukan `dengan beberapa terapi fisik dan latihan jasmani
secara teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan
posisi secara teratur dan latihan ditempat tidue dapat dilakukan sebagai upaya
mencegah terjadinya kelemahan dan kontraktur otot serta sendi. Selain itu,
mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional
dapat dilakukan secara bertahap, untuk mencegah terjadinya kontraktur otot
dapat dilakukan gerakan pasif sebanyak satu-dua kali sehari selama 20 menit.
Untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus, hal yang harus dilakukan
adalah menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan pada
kulit. Untuk itu dapat dilakukan perubahan posisi lateral 30 derajat,
penggunaan kasur anti dekubitus, atau menggunakan bantal berongga.
Program latihan jasmani yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi
pasien, berdasarkan ada tidaknya penyakit, status imobilisasi, tingkat
aktivitas, dan latihannya. Control tekanan darah secara teratur dan
penggunaan obat-obatan. Monitor asupan cairan dan makanan mengandung
serat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya konstipasi. Selain itu juga
perlu dilakukan evaluasi dan pengkajian terhadap kebiasaan buang air besar
pasien. Pemberian nutrisi yang adekuat perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya malnutrisi pada pasien imobilisasi.
Farmakologis
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurul S. Penatalaksanaan Fisioterapi padaKasus Capsulitis Adhesiva Dekstra
dengan Menggunakan Short Wave Diathermy (SWD) dan Terapi Manipulasi
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. 5 Desember 2012.
Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/2792/
2. Miharjanto K, Kuntono H, Setiawan D. Perbedaan Pengaruh Antara Latihan
Konvensional Ditambah Latihan Plyometrics dan Latihan Konvensional
Terhadap Pengurangan Nyeri dan Disabilitas Penderita Frozen Shoulder. 5
Desember 2012. Available from: http://penjaskesrek.fkip.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2012/04/jurnal2011.pdf
3. Hanako S. Frozen Shoulder. 5 Desember 2012. Available from:
http://minepoemss.blogspot.com/2010/07/frozen-shoulder.html
4. Anonymous. Frozen Shoulder (Capsulitis Adhesiva). 5 Desember 2012.
Available from: http://poenya-moe.blogspot.com/2012/03/frozen-shouldercapsulitis-adhesiva.html