Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULAUN

Munculnya lembaga keuangan syariah di Indonesia pasca Undang Undang No.10


Tahun 1998 yang disertai dengan antusiasme yang begitu tinggi dari masyarakat
untuk memanfaatkan jasa perbankan dan lembaga keuangan syariah membawa
harapan lahirnya nuansa yang lebih baik dalam perekonomian mikro maupun makro.
Konsekuensi

dari

peningkatan

minat

masyarakat

tersebut

diiringi

dengan

membaiknya pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam yang memberikan


pedoman dalam setiap aspek kehidupan termasuk keberadaan akuntansi syariah.
Maka dari itu masyarakat akan menuntut penyelenggaraan lembaga keuangan syariah
yang baik dan bersih dan hal ini mendorong pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas, tepat, teratur, dan efektif.
Lembaga keuangan syariah sendiri yang berdiri berdasarkan nilai-nilai Islam
mengartikan dimensi akuntabilitas secara lebih luas yaitu pada pertanggungjawaban
yang menekankan kepada pertanggungjawaban kepada Allah SWT, dengan demikian
tujuan

akuntansi

tidak

lagi

hanya

pada

pengambilan

keputusan

dan

pertanggungjawaban dunia, tetapi jauh ke depan menembus batas kehidupan jasadi


yaitu kelak pertanggungjawaban manusia kepada Tuhannya.
Sistem ekonomi Islam mengabdikan kepada persaudaraan umat manusia yang
disertai keadilan ekonomi dan sosial serta distribusi pendapatan yang adil. Untuk
menciptakan keselarasan antara pertumbuhan dan pemerataan itu, diperlukan lembaga
yang mengendalikan dan mengatur dinamika ekonomi dalam hal ini perputaran uang
dan barang (Triyanti, 2008).

Bagaimanapun alangkah baiknya jika manajemen sebagai penyaji laporan


keuangan dan pihak yang paling mengetahui kondisi internal entitas yang
dipimpinnya membuat laporan sejauh mana pelaksanaan syariah. Karena laporan laba
rugi diarahkan hanya untuk kepentingan pemegang saham maka laporan ini tidak
sejalan dengan nilai islam yang lebih mengutamakan kepentingan social, penerapan
keadilan dan menempatkan semua pihak Stakeholder dalam posisi yang sama sama
berkepentingan maka laporan yang lebih tepat adalah laporan nilai tambah.
Hal-hal diataslah yang mendasari perlunya laporan pelaksanaan syariah dan
laporan nilai tambah diluar laporan laba rugi bagi perusahaan yang berbasis syariah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Laporan Pelaksanaan Syariah


1. Pengantar

Bagaimanapun alangkah baiknya jika manajemen sebagai penyaji laporan


keuangan dan pihak yang paling mengetahui kondisi internal entitas yang
dipimpinnya membuat laporan sejauh mana pelaksanaan syariah. Dalam entitas
syariah memang memang adalah kewajiban untuk memiliki dewan pengawas
syariah (DPS) dewan ini dibantu staf auditor dan staf lainnya untuk menjamin
terlaksananya pelaksanaan syariah baik dalam produk maupun dalam operasional
dan kegiatan perusahaan.
2. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah organisasi yang memiliki kewajiban
formal yang sangat mulia dan riskan karena dewan ini diberikan tanggung jawab
untuk menjamin agar syariah disemua aspek perusahaan baik produk, sistem,
kegiatan, pelaksanaan transaksi, kepemimpinan, kebijakan dan manajemen SDM
dan semua aspek yang ada dalam perusahaan dipatuhi diterapkan secara
konsekwen dan konsisten.
Disinilah dilemanya, direksi merasa tidak perlu menekankan perhatiannya
kebidang ini karena sudah ditugaskan DPS, sedangkan DPS sendiri dalam
perjalanannya diawal perkembangan lembaga syariah ini masih belum dilingkapi
oleh struktur organisasi, pedoman, SOP, pengetahuan umum, audit, pengawasan,
sistem dan keahliann lainnya untuk melaksanakan tugas mulia tadi.
Demikian juga dewan komisaris, mereka ini juga merasa bahwa yang diatasinya
bukan aspek syariah. Tetapi aspek umum dan syariah itu sangat terbatas pada hal-

hal yang diharamkan secara khusus dalam fikih. Mereka juga melemparkan fungsi
pengawasan ini kepada DPS.
3. Bentuk dan Kegunaan

Lapoan ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Tentu penekanannya adalah pada
kegiatan atau transaksi yang tidak sesuai dengan syariah bukan yag sesuai dengan
aturan syariah.
a. Laporan Kegiatan Syariah
Laporan ini mencoba menjelaskan kegiatan kegiatan yang dinilai masih belum
sesuai dengan aturan syariah dan nama yang masih belum sempurna. Referensi
juga harus jelas misalnya sumbernya adalah:
1. Alquran dan hadits
2. Pendapat ijma, qiyash dari ulama.
3. Kode etik entitas perusahaan yang seharusnya mengacu juga pada ketentuan
syariah.
4. Hasil pendapat siding DPS.
b. Laporan Pelaksanaan Transaksi Syariah
Standar yang digunakan adalah standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan
DSAK baik KDPPLKS maupun PSAK dan aturan lainnya. Bentuk laporannya
juga sudah jelas seperti aturan standar audit.
Kegunaan dari laporan ini adalah untuk upaya mengarahkan semua transaksi
dan kegiatan menuju pelaksanaan syariah secara murni dan konsekwen sehingga
lahir keridhoan illahi sehingga entitas dan manusia yang terkait didalamnya dapat
melepaskan diri dari pelanggaran syariah sehingga tujuan alfalah dunia akhirat
dapat tercapai.

4. Isi Laporan

Laporan ini berisi berbagai macam informasi tentang pelaksanaan syariah


misalnya dibagi Menjadi beberapa kelompok yaitu:

I.

II.

Aspek awal pendirian perusahaan misalnya mencakup:


1) Motivasi, visi, misi pendirian perusahaan
2) Aspek bisnis yang ditekuni
3) Produk yang dikeluarkan
4) Kesiapan semua aspek SOP (Standard operational procedure)
5) Pernyataan kesungguhan untuk melaksanakan syariah
Aspek Operasional dan Internal
1) Recruitment dan manajemen personalia
2) Proses pengambilan keputusan, Crporate governance
3) Penentuan harga, packing
4) Pembagian dividen, laba rugi
5) Manajemen keuangan, sumber dana
6) Kegiatan marketing dan promosi
7) Pelaksanaan kewajiban, zakat infaq, sadaqah
8) Pelaksanaan ibadah dan kesungguhan melaksanakan syariah
9) Proses pelaporan untuk transparansi
10) Dan lain-lain yang bersifat internal

III.

Aspek Eksternal
1) Komitmen pengembangan social
2) Komitmen pemeliharaan lingkungan
3) Hubungan antara pemerintah
4) Kegiatan dakwah

Adapun isi pernyataan Dewan komisaris/Dewan direksi adalah sebagai berikut:


1) Kop surat siapa yang memberikan pernyataan.
2) Kepada siapa pernyataan ditujukan, biasanya kepada semua pihak yang

terkait.
3) Bunyi pernyataan tentang kesungguhan melaksanakan syariah disemua
aspek.
4) Paragraph 1: tentang pernyataan untuk meyakinkan pembaca bahwa
pernyataan tersebut telah disaksikan oleh pihak atau unit yang terkait

5)

6)
7)
8)

misalnya komsaris, Dewan audit, Dewan Pengawas Syariah, Audit Internal,


dan sebagainya.
Paragraf 2: pernyataan tentang kegiatan, transaksi, kegiatan yang belum
sesuai dengan syariah dan alasannya serta besaran atau materialitanya.
Dilanjutkan dengan apa upaya untuk menyelsaikannya
Paragraph 3 atau penutup yang berisi permohonan petunjuk dan ampunan
dari Allah serta penyerahan diri (tawakkal) kepada Allah.
Tempat dan tanggal pernyataan
Tanda tangan dewan direksi dan dewan komisaris.

ELEMEN DASAR LAPORAN DPS


a. Judul
b. Alamat
c. Alinea pendahuluan atau pengantar
d. Aline paragraph yang menjelaskan tentang sifat dari pekerjaan yang dilakukan
e. Alinea pendapat yang berisi pernyataan pendapat tentang kepatuan lembaga

keuangan islam itu pada aturan dan prinsip syariat islam


f. Tanggal laporan
g. Tandatangan dari anggota DPS

JENIS PENDAPAT AKUNTAN


I.
II.
III.
IV.

Pendapat tanpa kualifikasi (Unqualified Opinion)


Pendapat Qualifikasi (Qualified Opinion)
Menolok memberikan pendapat (Disclaimer of opinion)
pendapat tidak wajar (adverse opinion)

5. Indeks Pelaksanaan Syariah

Penegakan syariah itu memang bukan tugas yang mudah dan memerlukan
kekuatan, legalisasi, kerjasama, dan yang lebih penting lagi kemauan politik.
Untuk maksud pelaksanaan syariah yang lebih murni dan cepat salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah mengeluarkan pedoman pelaksanaan syariah dalam
perusahaan, melakukan pengukuran indeks secara objektif dan melakukan
penilaian secara periodic, dan memberikan pengumuman bahkan Reward kepada
perusahaan yang memiliki indeks tertinggi dalam pelaksanaan syariah. Etntu perlu
membentuk lembaga yang independen yang terpercaya untuk mengeluarkan
indeks ini.
Sebenarnya beberapa jenis indeks sudah diluncurkan misalnya indeks persepsi
korupsi yang dikeluarkan Transparancy Internasional, PERCC di Hong Kong,
Human Development Indexes dan sebagainya ini bisa dijadikan contoh, untuk
indeks pelaksanaan syariah ini bisa juga disusun dengan melihat pelanggaran
syariah saja atau pelaksanaan yang sesuai syariah. Yang perlu diperhatikan adalah
penyusunan komponen indeks yang dibuat. Tentu ini memerlukan Standar
Operasional Syariah (SOP Syariah) berdasarkan ini disusun elemen yang menjadi
penilaian dan dibuat indeks dan dilakukan pengukuran untuk masing masing
entitas yang ingin masuk dalam daftar penilaian.

Untuk menentukan indeks pelaksanaan syariah maka masing masing bisa


dinilai dengan skala Likert antara 1-5 yang diartikan sebagai berikut:
Angka 1: menunjukkan indeks bahwa sangat kurang atau belum melaksanakan
syariah dalam aspek yang dinilai
Angka 2: menunjukkan indeks bahwa kurang melaksanakan syariah dalam aspek
yang dinilai
Angka 3: menunjukkan bahwa telah dilaksanakan syriah dalam aspek yang dinilai
secara standar.
Angka 4: menunjukkan perusahaan telah melaksanakan syariah dalam aspek itu
secara memuaskan diatas syandar
Angka 5: menunjukkan telah melaksanakan aspek syariah secara sangat
memuaskan jauh diatas standar

Indeks ini akan dijumlahkan dan indeks itu akan dirata-ratakan baik dari aspek
I: Pre pendirian, Aspek II: Internal dan pelaksanaan operasi dan kegiatan
perusahaan, dan Aspek III: aspek internal serta akumulasinya. Dari indeks ini kita
bisa menilai perusahaan dari aspek I,II,III dan secara keseluruhan sehingga dari
informasi ini kita bisa mengetahui dimana kelemahan dan kekuatan perusahaan
dan mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus diperbaiki.
6. Penutup

Indeks pelaksanaan syariah ini masih merupakan ide mentah yang memerlukan
proses pematangan dalam tataran kebijakan. Maksud dari pembuatan indeks ini
adalah untuk mendorong entitas perusahaan menerapkan syariah disemua bidang
secara murni dan konsekwen. Untuk meniali ini maka diperlukan proses penilaian
dengan menggunakan indeks, indeks penerapan syariah atau indeks pelanggaran
syariah kalau dilihat dari aspek yang dilanggar. Untuk maksud itu maka diperlukan
standar operasional dan prosedur syariah sebagai dasar mengukur kegiatankegiatan mana yang sesuai dengan syariah dan mana yang tidak sesuai dengan
syariah. Yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga yang melakuannya. Lembaga
ini harus independen dan dipimpin oleh mereka yang memilii integritas tinggi,
komitmen syariah, dan amanah. Tidak tertutup kemungkinan ada perbedaan
pendapat tetapi tidak apa untuk permulaan, pada akhirnya akan tercapai standar
dan pedoman yang mapan untuk mencapai tujuan yang baik diatas.

B. Laporan Nilai Tambah dan Laporan Laba Rugi


1. Pengantar

Laporan akuntansi syariah terdiri dari 3 jenis laporan pengamalan syariah,


laporan komitmen social, dan laporan keuangan. Karena laporan laba rugi menurut
pendapat kami diarahkan hanya untuk kepentingan pemegang saham maka laporan
ini tidak sejalan dengan nilai islam yang lebih mengutamakan kepentingan social,
penerapan keadilan dan menempatkan semua pihak Stakeholder dalam posisi
yang sama sama berkepentingan maka laporan yang lebih tepat adalah laporan
nilai tambah.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi dimaksudkan untuk menjelaskan seberapa besar kenaikan
kekayaan yang diperoleh organisasi, lembaga atau perusahaan pada suatu periode
tertentu. Laporan laba rugi ini menyajikan jumlah hasil dikurangi dengan biaya
untuk mendapatkannya. Jika hasil lebih besar maka berarti laba atau keuntungan
finansial dan sebalinya jika hasil lebih rendah daripada biaya maka disebut rugi.
Laba atau rugi ini merupakan Bottom Line laporan yang merupakan kepentingan
pemegang saham
3. Laporan Nilai Tambah
Salah satu laporan keuangan yang diusulkan sebagai bagian dari laporan
akuntansi syariah adalah laporan nilai tambah atau Value added Reporting .
laporan nilai tambah ini memberikan nilai tambah mengenai nilai tambah yang
diperoleh perusahaan selama periode tertentu dan kepada pihak mana nilai tersebut
disalurkan atau kata lain siapa yang menikmatinya. Jadi pelaporannya tidak hanya
menyajikan nilai tambah yang diterima pemilik saham tetapi semua Stakeholder
atau mereka yang ikut berkontribusi dalam penciptaan nilai tambah ini.
Neraca, Laba rugi, dan arus kas selama ini gagal memberikan informasi :
1) Total produktivitas dari perusahaan

2)

Nilai tambah atau Share dari setiap Stakeholder atau anggota team yang ikut
dalam proses manajemen yaitu: pemegang saham, kreditur, pegawai, dan
pemerintah (Belkaoui, 1995)
Laporan nilai tambah memberikan informasi tentang berapa nilai tambah dan

berapa kompensasi yang diberikan kepada pegawai maupun mereka atau pihak
yang berkepentingan lainnya terhadap perusahaan.
Kalau laporan keuangan konvensional menekankan informasinya pada laba atau
pertambahan kekayaan, makal laporan nilai tambah menekankan pada upaya menGenerate kekayaan dan berapa yang degenerate. Dalam laporan laba rugi bisanya
hanya menggambarkan hak atau kepentingan pemegang saham saja bukan seluruh
tim yang ikut terlibat dalam kegiatan perusahaan dimana konsep saat ini diakui
bahwa pertambahan kekayaan itu adalah usaha semua pihak bukan hanya pemilik
saham. Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan
pertambahan nilain menukur kenaikan nilai bagi seluruh Stakeholder.
Beberapa kegunaan dan kesesuaian dengan syariah dari laporan nilai tambah ini
dapat disebut sebagai berikut:
1) Konsep ini dinilai lebih objektif dan adil sehingga dianggap sebagai informasi

yang abash sebagai dasar perhitungan reward dan penghargaan atas kinerja.
2) Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk
mengetahui angka reivestasi (Laba ditahan dan penyusutan)
3) Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dengan
ekonomi dengan mengungkapkan jumlah kekayaan dalam pengukuran
pendapatan nilai tambah social/nasional.
4) Pertambahan nilai besih bisa menjadi dasar disteribusi kekayaan bukan
pertambahan niali kotor:
a. Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus
produktivitas tenaga kerja dengan meberikan penyisihan pada perubahan
modal.

10

b. Dengan mengurangi biaya penysutan akan menghindari double counting

yang bisa terjadi jika ada perukaran aktiva antara dua perusahaan.
c. Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk
semua. Ini akan mendorong spirit team dan sense of belonging dalam
perusahaan.
d. Mestinya remunerasi perusahaan tidak hanya berasal dari gaji, tetapi juga
kenaikan kekayaan, ini konsep baru dalam dunia bisnis modern.
e. Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi dan
social yang dapat mempengaruhi kesehatan perusahaan.
f. Sangat cocok bagi ekonom dalam perhitungan pendapatan nasioanal.

Namun disamping keunggulannya, ada juga beberapa keterbatasan nilai tambah


ini, yaitu:
1) Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu

merasa senang dengan informasi nilai tambah itu. Tidak jarang juga ada
konflik, sehingga laporan ini justru bisa menimbulkan atau memperpanjang
konflik.
2) Ada kemungkinan dengan adanya laporan nilai tambah ini manajemen salah
tanggap seolah mau memaksimasi pertambahan nilai. Padahal sikap ini bisa
menyebabkan inefisiensi.
3) Kesalahan penafsiran terhadap nilai tambah dapat menimbulkan salah
pengertian seperti:
a. Kenaikan pertambahan nilai dianggap kenaikan laba.
b. Kenaikan pertambahan nilai unit dianggap otomatis bermanfaat bagi
pemegang saham.
c. Seolah dianggap bisa menidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan
nilai tambah.
d. Nilai tambah yang tinggi untuk tenaga kerja unit dianggap merupakan
prestasi ekonomi yang baik.
e. Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak
mendapatkan gaji yang tinggi. Dan ini bisa menimbulkan semacam harapan
yang besar dari karyawan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar.

11

4. Penyusunan Laporan Niali Tambah

Sebenarnya Laporan nilai tambah ini adalah modifikasi dari laporan laba rugi
sehingga pada dasarnya dapat disusun dengan menggunakan laporan laba rugi ini.
Langkah yang diikuti dalam menyusun laporan pertambahan nilai dari laporan laba
rugi adalah (Belkaoui, 1995) :
Langkah 1:
Di sini dihitung laba ditahan yang didapat dari hasil penjualan dikurangi biaya,
pajak, dividen atau :
Penerimaan Penjualan
Rp. xxxx
Dikurangi:
Pembelian Barang dan Jasa
Penyusutan
Biaya Karyawan
Biaya Bunga
Dividen
Pajak
Total Pengurangan
Laba Diatahan

Rp xxxx
Rp xxxx
Rp xxxx
Rp xxxx
Rp xxxx
Rp xxxx
Rp xxxx
Rp xxxx

Langkah 2:
Laporan Pertambahan nilai dapat disusun dari data diatas denga format sebagai
berikut:
Penerimaan Penjualan
Dikurangi: Pembelian Barang dan Jasa
Pertambahan Nilai Kotor
Pertambahan nilai ini dirinci sebagai berikut:
Penyusutan
Biaya Karyawan

Rp xxxx
Rp xxxx

12

Rp xxxx
Rp xxxx
Rp xxxx

Biaya Bunga
Rp xxxx
Dividen
Rp xxxx
Pajak
Rp xxxx
Total Pertambahan Nilai

Rp xxxx

5. Laporan Laba Rugi Menurut PSAK

Sebagai informasi dibawah ini disajikan contoh laporan laba rugi bank syariah
menurut PSAK No 101 sebagai berikut:
Laporan Laba Rugi

dengan mengacu pada PSAK untuk pos-pos umum. Dengan


Memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank syariah menyajikan laporan
laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
(a) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib:
(i)
Pendapatan dari jual beli:
1. pendapatan marjin murabahah;
2. pendapatan bersih salam parallel;
3. pendapatan bersih istishna Parallel;
(ii)
Pendapatan dari sewa
1.pendapatan bersih ijarah.
(iii)
Pendapatn dari bagi hasil:
1. pendapatan bagi hasil mudharabah;
2. pendapatan bagi hasil musyarakah;
(iv)
Pendapatan usaha utama lainnya;
(b) Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer;
(c) Pendapatan usaha lainnya;
(i)
Pendapatan imbalan(fee) jasa perbankan;
(ii)
pendapatan imbalan investasi terikat
(d) Beban usaha;
(e) Laba atau rugi usaha;
(f) Pendapatan nonusaha;
(g) Beban nonusaha;
(h) Laba atau rugi dari aktivitas normal;

13

(i) Pos luar biasa


(j) Beban pajak; dan
(k) Laba atau rugi bersih.
6. Penutup

Salah satu yang diharapkan dari laporan nilai tambah ini adalah untuk bisa
menerapkan tujuannya. Laporan niai tambah ini akan memberikan informasi
tentang sejauh mana keadilan dalam distribusi nilai tambah kepada pihak pihak
yang terlibat dilaksanakan. Informasi ini memberikan berapa nilai tambah itu
dinikmati pemilik, komisaris, direksi, karyawan pajak, bank, masyarakat.
Diharapkan dengan kewajiban menyusun laporan ini jurang pembagian
kekayaan dapat dipersempit sehingga kemiskinan dapat dikurangi dan keadilan
dapat ditegakkan.tegaknya keadilan adalah awal dari peningkatan produktifitas
dan keamanan serta kesejahteraan bersama dan sesuai anjuran islam.

14

BAB III
KESIMPULAN

A. Laporan Pelaksanaan Syariah


Lapoan ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Tentu penekanannya adalah pada
kegiatan atau transaksi yang tidak sesuai dengan syariah bukan yang sesuai dengan
aturan syariah.
Laporan Pelaksanaan Syariah dibagi 2, yaitu
a. Laporan Pelaksanaan Transaksi Syariah
b. Laporan Kegiatan Syariah
Laporan ini berisi berbagai macam informasi tentang pelaksanaan syariah
misalnya dibagi Menjadi beberapa kelompok yaitu:
I.
Aspek awal pendirian perusahaan misalnya mencakup:
II.
Aspek Operasional dan Internal
III.
Aspek Eksternal
B. Laporan Laba Rugi dan Nilai Tambah
Laporan laba rugi dimaksudkan untuk menjelaskan seberapa besar kenaikan
kekayaan yang diperoleh organisasi, lembaga atau perusahaan pada suatu periode
tertentu. Laporan laba rugi ini menyajikan jumlah hasil dikurangi dengan biaya untuk
mendapatkannya.
laporan nilai tambah ini memberikan nilai tambah mengenai nilai tambah yang
diperoleh perusahaan selama periode tertentu dan kepada pihak mana nilai tersebut
disalurkan atau kata lain siapa yang menikmatinya. Jadi pelaporannya tidak hanya
menyajikan nilai tambah yang diterima pemilik saham tetapi semau Stakeholder atau
mereka yang ikut berkontribusi dalam penciptaan nilai tambah ini.

15

. Laporan niai tambah ini akan memberikan informasi tentang sejauh mana
keadilan dalam distribusi nilai tambah kepada pihak pihak yang terlibat
dilaksanakan. Informasi ini memberikan berapa nilai tambah itu dinikmati pemilik,
komisaris, direksi, karyawan pajak, bank, masyarakat.

16

Daftar Pustaka

Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta:
Pustaka Quantum.
M. Amrullah Reza Putra Tara, April 2014, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah Menggunakan Pendekatan Laba Rugi (Income Statement) dan
Nilai Tambah(Value Added Statement), Skripsi.

17

Anda mungkin juga menyukai