Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa dari
rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia. Salah satu pilar
model keperawatan profesional adalah pelayan keperawatan dengan menggunakan sistem
pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system ). Dan sistem pemberian asuhan
keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini adalah auhan keperawatan
pada klien dengan gangguan defisit keperawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri. (Depkes 2000).
Manusia sebagai makhluk holistik yang dipengaruhi oleh lingkungan dalam dirinya dan
lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu
beradaptasi (Susilowati, 2005).
Kegagalan dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam
jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental.
Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan,
perbedaan antar individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).
Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada beberapa aspek yang
mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya: kualitas Sumber Daya Manusia dalam mengawasi
emosional, kemudian aspek sosial yakni kejadian di lingkungan yang berdampak pada gangguan
jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman. Saat ini lebih dari 450 juta penduduk
dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
( RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan gangguan mental emosional seperti gangguan
kecemasan dan depresi sebesar 11, 6 % dari populasi orang dewasa. Jumlah populasi orang

dewasa di Indonesia kurang lebih 150. 000. 000 orang yang mengalami gangguan mental
emosional. (Sunaryo, 2004).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit
perawatan diri dan memberi pengetahuan kepada mahasiswa dan mahasiswi tentang asuhan
keperawatan kepada klien defisit perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang konsep dasar defisit perawatan diri
b. Mengetahui tentang jenis jenis defisit keperawtan diri
c. Mengetahui tentang penyebab defisit keperawtan diri
d. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawat diri.
e. Mengetahui strategi pelaksaan
C. Proses Pembuatan Makalah
Pada makalah ini, kelompok hanya membatasi konsep dasar defisit perawatan diri, jenis
jenis defisit keperawtan diri, penyebab defisit keperawtan diri, asuhan keperawatan defisit
perawat diri, strategi pelaksaan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
menggambarkan konsep dasar defisit perawatan diri dan asuhan keperawatan klien dengan
gangguan defisit perawatan diri dengan melakukan tinjauan terhadap beberapa referensi baik
melalui buku literatur yang terdapat di perpustakaan maupun melalui media informasi.

BAB III
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh individu dikehidupan sehari
hari.
1. Defenisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya,
klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
(mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter dan Perry (2005), personal hygine adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Personal hygine berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan
dan hygine berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatubtindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. ( Tarwoto dan
Wartonah 2000 ).

2. Jenis-jenis defisit perawatan diri


Ada beberapa jenis defisit perawatan diri :
a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri(mengenakan pakaian) merupakan

gangguan kemampuan memakai

pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.


c. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas
makan.
d. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (Nurjannah : 2004,77-79 ).

3. Penyebab defisit perawatan diri


Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2003) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran

4. Pohon masalah

Akibat :

Isolasi sosial

Defisitperawatan diri

Penyebab :

Core problem :

Harga diri rendah

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
1)

Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada proses
kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan
berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.
2) Kemampuan psikologi turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan ketidak
pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :
a) Harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri

b)

Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.

3)

Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan

mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.


b. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi
atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Tarwoto & Wartonah (2003: 59) faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak anak selalu
dimanja dalam kebersihan
diri,
maka
kemungkinan

akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.


3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
5) Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
8) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

9) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
c.

Penilaian terhadap stress


Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan
emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien
semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman
tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak
tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas
daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan
dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumbersumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif).

d. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000)
1)

yaitu :
Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai

tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri
2) Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

RENTANG RESPONS
PERAWATAN DIRI

Adaptif

maladaptif
- Pola perawatan

Kadang perawatan diri - Tidak


melakukan
diri seimbang
-

kadang tidak

perawatan saat stres

Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk berprilaku
adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan

diri.
Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang kadang klien

tidak memperhatikan perawatan dirinya,


Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan

perawatan saat stresor.


e. Tanda dan gejala
Menurut Depkes (2000: 20) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1)

Fisik

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai,
mulut bau, penampilan tidak rapi.
2)

Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa
hina.

3)

Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak
teratur bak dan bab di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a.

Pola kebersihan tubuh

b. Perlengkapan personal hygine yang dipakai


c.

Faktor -faktor yang mempengaruhi personal hygine

2. Alasan masuk rumah sakit


Defisit dalam merawat diri, dari perawatan perawatan diri yang biasa dilakukan, dan
sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah seperti senang menyendiri, tidak mau banyak
berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
3. Faktor yang mempengaruhi
a.

Faktor prediposisi

1)

Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada proses
kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan
berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.

2) Kemampuan psikologi turun


Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :
c) Harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
d) Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
3)

Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari lingkungannya.

4) Faktor presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi
atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Cara klien menilai masalah merupakan awal dari

terbentuknya sumber koping. Jika sumber koping tidak adekuat, bahkan jika ada namun
mekanisme koping maladaptif maka akan menimbulkan permasalahan.
4. Pemeriksaan fisik
a.

Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang
kusam, keadaan tekstur.

b. Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.


c.

Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah

d. Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa


e.

Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan

f.

Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi

g. Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi


h. Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
i.

Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada
pria, cairan yang dikeluarkan

B. Diagnosa keperawatan
Kurangnya perawatan diri : Kebersihan diri.
Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.
Kemungkinan ditemukan data :
a.

Badan kotor dan berbau

b. Rambut kotor
c.

Kuku panjang dan kotor

d. Bau mulut dan kotor


Kondisi klinis :
a.

Stroke

b. Fraktur
c.

Koma
Tujuan yang diharapkan :

a.

Kebersihan diri sesuai pola

b. Keadaan badan, mulut, rambut dan kuku bersih


c.

Pasien merasa nyaman

Intervensi :
a.

Kaji pola kebersihan diri.


R : Data dasar dalam melakukan intervensi

b. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut dan kuku


R : Mempertahankan rasa nyaman
c.

Lakukan penkes : pentingnya kebersihan diri, pola kebersihan diri, cara kebersihan.
R : Meningkatkan pengetahuan dan lebih kooperatif
Objektif :

1.

Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.

2. Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan


tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
3.

Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan


sendiri.

4.

Ketidakmampuan bab/bak secara mandiri ditandai bab/bak tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah bab/bak.

C.

Diagnosa
Defisit perawatan diri

D. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tujuan
a.

Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan
diri, berpakaian/berhias, makan, dan bab/bak.

b. Tindakan keperawatan untuk klien


Tindakan yang dilakukan mencakup SP 1, 2, 3 dan Sp kelurga
No

Kemampuan

Pasien
SP I
Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri
pasien
Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya
kebersihan diri
Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga

1
2
3

Tg
l

Tg
l

Tg
l

Tg Tg
l l

Tg
l

Tg
l

4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
B
1
2
3
1
2
1
2

kebersihan diri
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP II
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Menjelaskan cara mandi yang baik
Membantu pasien mempraktekkan cara mandi
yang baik
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP III p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Menjelaskan cara eliminasi yang baik
Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi
yang baik dan memasukkan dalam jadual
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP IV p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Menjelaskan cara berdandan
Membantu pasien mempraktekkan cara
berdandan
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Keluarga
SP I
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit
perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit
perawatan diri
SP II
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan defisit perawatan diri
Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien defisit perawatan diri
SP III
Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di
rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data Subyektif :
Klien mengatakan sudah tidak mandi selama 7 hari.
Klien mengatakan malas untuk mandi
b. Data Obyektif :
Baju kotor
Rambut acak acakan
Badan bau
Kulit kotor
Menggaruk tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tindakan Keperawatan
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)

Tujuan Sp1
Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri pasien
Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya kebersihan diri
Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga kebersihan diri
Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri
Menganjurkan pasien memasukan kegiatan perawatan diri di kegiatan harian
Intervensi
Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah:

a) Mengucapkan salam terapeutik


b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku malas untuk melakukan perawatan diri
3) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
a) Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan ketika tidak melakukan
perawatan diri
c) Diskusikan kepada klien tentang pentingnya kebersihan untuk diri
d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya tentang
4)
a)
b)
c)
d)
5)
a)
b)

perawatan diri
Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
Menjelaskan berapa kali sehari mandi
Menjelaskan cara eliminasi yang benar
Menjelaskan cara menggosok gigi yang benar
Menjelaskan cara berhias diri
Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri
Mempraktekkan cara gosok gigi yang benar
Mempraktekkan cara berhias diri

6) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


Diskusikan bersama klien tentang aktivitas yang akan dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
klien
B.

Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

1. Orientasi
a.

Salam Kenal
Assalamualaikum..selamat pagi pak?Perkenalkan nama saya Mariyani, biasa dipanggil
yani.saya mahasiswi stikes yarsi pontianak yang akan praktek di ruang 5 ini, selama dua minggu,
yang nantinya saya akan membantu menyelesaikan atau mengurangi masalah yang bapak
rasakan, bapak namanya siapa?Senang dipanggil apa?Asalnya dari mana pak?

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apa ada keluhan atau masalah selama tinggal disini? Apa
bapak sudah makan?Sudah mandi??
c.

Kontrak :

1) Topik

Pak, mari kita berbincang-bincang tentang mengapa bapak tidak mau melaskukan perawatan
diri.selain itu juga kita akan berdiskusi tentang bagaimana manfaat jika bapak melakukan
perawatan diri, Dan kegiatan ini akan kita masukan dikegiatan harian bapak.
2) Waktu
Baiklah pak, berapa lama kita akan berbincang-bincang?
3) Tempat
bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Disini atau dimana?
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a.

b. .dst
3. Terminasi
a.

Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi klien subjektif


Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
b.

Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan):

c.

Kontrak yang akan datang

Topik :
Waktu :
Tempat :

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan diri merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu, karena
dengan melakukan perawatan diri pada tubuh kita dapat menciptakan suatu pola hidup yang
sehat dan memberikan kepedulian pada diri suatu individu. Perawatan diri merupakan

suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
Ketidakmampuan individu yang melakukan perawatan diri itu hampir 90 %,
dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa. Defisit perawatan diri yang sering dialami
yaitu mengenai mandi, makan, berhias diri, dan eliminasi. Oleh sebab itu peran perawatan sangat
penting bagi klien yang mengalami defisit perawatan diri, agar dapat memberikan motivasi dan
mengajarkan klien agar dapat melakukan perawatan diri secara individu sesuai dengan asuhan
keperawatan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kelompok mengambil saran dalam rangka
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran adalah sebagai berikut :
1. Untuk Keluarga
Apabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan dilakukan oleh klien yang
mengalami defisit perawatan diri, maka sebagai orang terdekat / keluarga harus memberikan
motivasi dan nasehat agar pasien dapat melakukan perawatan diri secara individu.
2. Untuk Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis
maupun praktek tentang defisit perawatan diri agar dapat memberikan nasehat, motivasi,
dorongan pada klien yang mengalami defisit perawatan diri agar dapat melakukan perawatan diri
pada dirinya dan dapat memberikan asuhan keperawatan defisit perawatan diri dengan baik.
3.

Untuk Rumah Sakit


Bagi rumah sakit agar dapat memfasilitasi klien dalam melakukan perawatan dirinya
secara individu, agar dapat memberikan atau membiasakan klien dalam melakukan perawatan
diri secara individu.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta : EGC
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan.
Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima
Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3.
Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai