Anda di halaman 1dari 16

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR DALAM

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA PEMBELAJARAN SHALAT

(Study Kasus di Kelas 2 SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered

Kabupaten Purwakarta)

PROPOSAL

Disusun oleh:
HAMDANI
0101.0601.660

PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DR. KHEZ MUTTAQIEN
PURWAKARTA

2010
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian

khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu

pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama

pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Rupert C. Lodge, dalam buku Metodologi Pengajaran Agama Islam

karangan Ahmad Tafsir (2008:5), menyatakan bahwa dalam pengertian yang luas

pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Sedangkan dalam arti sempit, ia

berpendapat bahwa pendidikan adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab

penuh dalam menjalankan amanat pendidikan. Sekolah merupakan suatu institusi

yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di bawah pengawasan

guru atau tenaga pendidik profesional. Sekolah terdiri atas jenjang-jenjang

pendidikan, yaitu tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang

dikembangkan. Proses pendidikan memang tidak sepenuhnya dapat terlaksana di

1
2

sekolah, karena terdapat faktor keluarga dan lingkungan masyarakat yang juga

memiliki pengaruh penting dalam pendidikan peserta didik. Namun, sebagai

lembaga formal sekolah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap

pembentukan karakter dan perilaku peserta didik.

Pendidikan di sekolah dilakukan dalam suatu proses yang disebut

pembelajaran. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam

perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang

diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman.

(Winataputra, 2005:2.3)

Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik. Sutikno (2008:37) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan

suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari: tujuan pembelajaran, materi

pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi.

Setiap proses, apapun bentuknya, memiliki tujuan yang sama, yaitu

mencapai hasil yang memuaskan. Begitu pula proses pembelajaran yang

diselenggarakan dengan tujuan agar siswa mencapai hasil belajar yang

memuaskan.
3

Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki seseorang sebagai

akibat proses belajar yang telah ditempuhnya. Hasil belajar bukan sekedar

penguasaan suatu hasil latihan melainkan adanya perubahan perilaku tahap-demi

tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif, ataupun psikomotor, yang lambat laun

terintegrasi menjadi suatu kepribadian. Seseorang yang telah melakukan proses

belajar akan terlihat perubahan dalam salah satu atau beberapa ranah tingkah laku

tersebut.

William Burton, sebagaimana dikutip dalam skripsi S-1 karya Eka L.

Koncara (2009:26), menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan

yang dicapai oleh pembelajar/peserta didik.

Adapun hasil belajar peserta didik di sekolah hanya dapat diukur melalui

suatu proses evaluasi/penilaian, sehingga tingkat keberhasilan peserta didik

setelah mengikuti proses pembelajaran dapat terlihat dalam bentuk nilai/skor.

Suryosubroto dalam bukunya yang berjudul Proses Belajar Mengajar di

Sekolah (2002:54), menyebutkan fungsi penilaian dalam proses pembelajaran

sebagai berikut: 1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dan

2) untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang dilakukan guru.

Dengan demikian, nilai hasil belajar peserta didik merupakan tolak ukur

keberhasilan dari suatu proses pembelajaran, baik peserta didik maupun guru.

Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan

nilai hasil belajar peserta didik, oleh berbagai pihak, dan dengan berbagai alasan.

Nilai hasil belajar memiliki pengaruh yang cukup besar dalam memotivasi peserta
4

didik, guru, dan bahkan orang tua. Bagi peserta didik, nilai hasil belajar

merupakan hadiah yang paling ditunggu-tunggu dalam proses pembelajaran. Bagi

guru, nilai hasil belajar merupakan tolak ukur prestasinya dalam melakukan

proses pembelajaran. Dan bagi orang tua, nilai hasil belajar buah hatinya

merupakan kebanggaan tersendiri yang tiada duanya.

Demi meningkatkan hasil belajar peserta didiknya, guru yang ideal

senantiasa berupaya dengan berbagai strategi, termasuk di antaranya ialah dengan

menggunakan media belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Media

belajar merupakan sarana bagi guru untuk mempermudah penyampaian ilmu

pengetahuan kepada peserta didiknya. Media belajar juga merupakan sarana bagi

siswa untuk mempermudah pencapaian hasil belajar yang diinginkan. Media

belajar yang tepat akan membuat peserta didik lebih termotivasi, lebih aktif, dan

lebih mudah mencerna ilmu pengetahuan yang diberikan gurunya selama proses

pembelajaran, serta membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan.

Winataputra (2005:5.5) mengemukakan beberapa alasan mengapa media

pembelajaran sangat penting sehingga harus terintegrasi dalam proses

pembelajaran, yaitu:

1. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran

akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut, dan

hal ini hanya dapat terjdi dengan adanya media.

2. Salah satu temuan menyatakan bahwa rata-rata jumlah informasi yang

diperoleh seseorang melalui indera memiliki komposisi sebagai berikut:

a. 75% melalui penglihatan (visual)


5

b. 13% melalui pendengaran (audio)

c. 6% melalui sentuhan

d. 6% melalui penciuman dan pengecap.

3. Temuan lainnya menunjukkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat

seseorang antara lain bergantung pada melalui indera apa ia memperoleh

pengetahuannya.

Terdapat beberapa jenis media belajar, diantaranya:

1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya

3. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya

4. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),

komputer dan sejenisnya.

Media gambar merupakan salah satu jenis media yang paling disukai

peserta didik, terutama peserta didik usia anak-anak (tingkat Sekolah Dasar).

Media gambar lebih memudahkan mereka dalam memahami materi pembelajaran,

apalagi peserta didik kelas bawah yang sebagian besar belum lancar baca tulis.

Menilik pada pernyataan Winataputra di atas, dapat dilihat bahwa media visual

memiliki peranan yang paling besar dalam memudahkan peserta didik untuk

memperoleh informasi.

Penulis pernah melakukan perbincangan kecil dengan Maman

Saepurohaman, Guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 2 Cibogogirang

Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Dalam perbincangan tersebut

dibicarakan beberapa hal yang menyangkut proses pembelajaran yang


6

dilakukannya sehari-hari. Dari itu, penulis mendapatkan informasi bahwa ternyata

beliau jarang sekali menggunakan media gambar dalam proses pembelajarannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti

efektifitas penggunaan media gambar terhadap siswa di SD Negeri 2

Cibogogirang, khususnya pada materi Shalat, sebagai salah satu upaya

meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, penulis bermaksud

untuk melakukan penelitian yang mengambil judul “Efektifitas Pemanfaatan

Media Gambar dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Shalat”

(Study Kasus di Kelas 2 SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten

Purwakarta).

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang dicarikan jawabannya

melalui penelitian, yang dirumuskan dalam suatu kalimat pertanyaan, merupakan

hal yang dipertanyakan. (Arikunto, 2006:61)

Mengacu pada apa yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menyusun

suatu rumusan masalah penelitian yaitu, “Seberapa efektif penggunaan media

gambar dalam peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Shalat?”

Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul pertanyaan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana penggunaan media gambar pada pembelajaran Shalat di kelas

2 SD Negeri 2 Cibogogirang?
7

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang menggunakan media gambar

pada pembelajaran Shalat di kelas 2 SD Negeri 2 Cibogogirang?

3. Seberapa efektif penggunaan media gambar dalam peningkatan hasil

belajar siswa pada pembelajaran Shalat di kelas 2 SD Negeri 2

Cibogogirang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan keinginan yang ada pada peneliti untuk hal-

hal yang akan dihasilkan oleh penelitian, dirumuskan dalam kalimat pernyataan,

merupakan jawaban yang ingin dicari. (Arikunto, 2006:61)

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, penulis menentukan

tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gambar pada

pembelajaran Shalat di kelas 2 SD Negeri 2 Cibogogirang.

2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar peserta didik yang

menggunakan media gambar pada pembelajaran Shalat di kelas 2 SD

Negeri 2 Cibogogirang.

3. Untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan media gambar dalam

peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Shalat di kelas 2 SD

Negeri 2 Cibogogirang.
8

D. KERANGKA BERPIKIR

Kata “efektif” dalam KBBI Mobile ver.1.1.3 berarti ada pengaruhnya,

manjur, dapat membawa hasil guna. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia

(Tim Pusat Bahasa, 2008:1595) dikatakan bahwa “efektif” adalah berpengaruh,

,ujarab, memberikan hasil guna. Maka “efektifitas” adalah keadaan yang

berpengaruh serta memberi/menambah hasil guna terhadap sesuatu.

Media merupakan manusia, materi, dan kejadian yang membangun kondisi

yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membawa

informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik

dengan siswa. (Sutikno, 2008:102)

Sedangkan media gambar merupakan salah satu bentuk media ajar yang

termasuk jenis media visual, yang diketahui memberi pengaruh paling besar

terhadap siswa di antara jenis media lainnya.

Syah (2008:89) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang

berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Syah (2008:92) juga

mengungkapkan belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatkan proses kognitif. Dengan demikian, hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang diperoleh dari suatu proses belajar.

Materi shalat merupakan salah satu materi Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Dasar kelas 2 semester 2, sebagaimana terdapat dalam Standar Isi yang
9

dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Republik Indonesia, sebagai

berikut:

Kelas : 2 (dua)

Semester : 2 (dua)

Standar Kompetensi :

Membiasakan shalat secara tertib

Kompetensi Dasar :

Mencontoh gerakan shalat

Mempraktekkan shalat secara tertib

E. HIPOTESIS

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

(Arikuto, 2006:71)

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

Pemanfaatan media gambar efektif untuk digunakan dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Shalat.

F. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian studi

kasus dengan melakukan penelitian dan observasi di kelas Pendidikan Agama

Islam yang mempelajari materi Shalat dengan memanfaatkan media gambar..


10

Studi kasus merupakan penelitian kasus subjek penelitian yang

berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail

tentang latar belakang atau karakter-karakter yang khas dari suatu kasus untuk

kemudian dijadikan bersifat umum. (Hatimah, 2007:96-97)

2. Prosedur Penelitian

a. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian.

b. Menyusun instrumen penelitian.

c. Memilih populasi dan sampel penelitian.

d. Memberikan tes awal (pre-test).

e. Melaksanakan observasi proses pembelajaran/tindakan penelitian.

f. Memberikan tes akhir (post-test).

g. Menghitung dan menganalisis data.

h. Menyusun dan membahas hasil penelitian.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam Encyclopedia of

Educational Evaluation tertulis: A population is a set (or collection) of all

elements prossessing one or more attributes of ineterest. (Arikunto, 2006:130)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian kepada populasi. (Arikunto, 2006:131)

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 SD Negeri 2

Cibogogirang yang berjumlah 52 siswa, terdiri atas 28 siswa laki-laki dan 24

siswa perempuan.
11

Karena populasi penelitian ini bersifat homogen dan berjumlah kurang

dari 100 orang, maka penulis mengambil sampel populasi. Sebagaimana

pernyataan Suharsimi Arikunto (2006:134) bahwa setiap subjek dalam

populasi yang bersifat homogen memiliki kesempatan yang sama untuk

dijadikan sampel.

4. Instrumen Penelitian

Dalam kegiatan pembelajaran, instrumen merupakan alat ukur yang

digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, baik berupa tes tulis, tes lisan,

atau pun unjuk kerja.

Instrumen digunakan untuk memperoleh data tentang status sesuatu

dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan. (Suharsimi

Arikunto, 2006:138)

Dalam penelitian ini, instrumen digunakan untuk memperoleh data

tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran Shalat dengan menggunakan

media gambar dan seberapa besar peningkatan nilai hasil belajar siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan berupa lembar

observasi dan tes prestasi dalam bentuk tes tulis berupa dan tes unjuk kerja.

5. Pengolahan Data

Instrumen berupa lembar observasi digunakan selama proses

pembelajaran untuk mengamati serta mengumpulkan data tentang bagaimana

pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran Shalat di kelas. Hasil

observasi kemudian di analisis dan di uraikan hingga dapat diperoleh

kesimpulan hasil observasi.


12

Instrumen berupa tes prestasi digunakan pada tes awal dan tes akhir.

Tes awal bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum proses

pembelajaran serta uji coba untuk menemukan tingkat validitas dan reliabilitas

instrumen tersebut. Sedangkan tes akhir bertujuan untuk mengukur hasil

belajar siswa setelah proses pembelajaran.

Validitas adalah suatu ukurran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau keshahihan suatu instrumen. (Arikunto, 2006:169)

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan

data karena instrumen itu sudah baik. (Arikunto, 2006:178)

Untuk itu, setelah data uji coba terkumpul, penulis kemudian

menghitung tingkat validitas dan reliabilitas instrumen dengan menggunakan

Rumus Pearson:

rxy = Koefisien korelasi

N = Jumlah sample uji coba

ΣX = Jumlah skor butir pernyataan ganjil

ΣY = Jumlah skor butir pernyataan genap

ΣXY = Jumlah perkalian X dan Y (Sudjana, 2005:368)


13

Penulis kemudian menghitung r-hitung dan t-hitung dengan menggunakan

Rumus Spearman-Brown:

rXY = Koefisien korelasi

n = Jumlah sampel (Sudjana, 2005:377)

Seluruh data hasil penelitian yang terkumpul, baik nilai tes awal

maupun tes akhir dari kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen,

kemudian dihitung dan dianalisa dengan menggunakan uji-t (t-test) untuk

mendapatkan nilai-t (t-value), yaitu nilai korelasi antara variabel x dan

variabel y, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Menghitung nilai rata-rata (M) tiap kelompok:

M = Rata-rata

X = Nilai hasil tes

n = Jumlah data (Sudjana, 2005:67)

Menghitung standar deviasi (Sd) tiap kelompok:

Sd = Standar deviasi

X = Nilai hasil tes

n = Jumlah data (Sudjana, 2005:93)


14

Menghitung t-value (distribusi selisih) dari pre-test dan post-test:

t = Nilai t (t-value)

M1 = Rata-rata experimental group

M2 = Rata-rata control group

Sd1 = Standar deviasi experimental group

Sd2 = Standar deviasi control group

N1 = Jumlah siswa experimental group

N2 = Jumlah siswa control group (Sudjana, 2005:189)

Setelah nilai-t didapat, lalu dikonsultasikan dengan tabel nilai-t, hingga

diperoleh nilai signifikansi peningkatan hasil belajar antara kelompok

eksperimental dengan kelompok kontrol. (Arikunto, 2006:306)


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Hatimah, Ihat., Susilana, Rudi., Nuraedi. 2007. Penelitian Pendidikan. Bandung:


UPI Press.

Koncara, Eka L. 2009. Skripsi Sarjana Pendidikan Islam; Efektifitas Pemanfaatan


Media Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tajwid. Purwakarta: Tidak diterbitkan.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutikno, M. S. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Winataputra, Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas


Terbuka

Yuku. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Mobile Ver.1.1.3. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

15

Anda mungkin juga menyukai