Anda di halaman 1dari 19

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Nama

: Raymond Tanjung

NIM

: 406148050

Dokter Pembimbing

I.

: dr. Nanda Lessi, Sp.M

Identitas Pasien
Nama

: Ny. E

Umur

: 50 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

II.

Tanda Tangan:

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Kp. Parigi 1/ 3, Cisarua, Nanggung - Bogor

Tanggal pemeriksaan

: 27 Mei 2015

Pemeriksa

: Raymond Tanjung

Moderator

: dr. Nanda Lessi, Sp.M

Anamnesis
a) Anamnesis tanggal: 27 Mei pukul 11.00 WIB
b) Keluhan Utama

: Penglihatan kedua mata buram perlahan

sejak 2 tahun lalu


c) Keluhan Tambahan : Melihat seperti kabut yang menghalangi
penglihatan, silau bila melihat cahaya.
d) Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli mata RSUD
Ciawi diantar oleh keluarga dengan keluhan utama penglihatan
kedua mata buram sejak 2 tahun SMRS. Penglihatan dirasakan
semakin lama semakin menurun. Selain itu pasien juga mengeluh

melihat kabut yg menghalangi penglihatan, silau bila melihat


cahaya.
Keluhan mata gatal, merah, berair, belekan, pusing, dan melihat
pelangi disangkal. Pasien juga menyangkal ras pusing, mual dan
muntah. Penglihatan berkurang pada malam hari, lapang pandang
yang menyempit juga disangkal.
e) Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat darah tinggi disangkal.
- Riwayat memakai kacamata atau lensa kontak sebelumnya
disangkal.
- Riwayat keluhan mata yang sama sebelumnya disangkal.
- Riwayat asma, alergi dan trauma pada mata disangkal.
f) Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada keluarga yang memilki penyakit dengan keluhan
-

yang sama dengan pasien.


Riwayat kencing manis, darah tinggi, asma dan alergi pada

keluarga disangkal.
g) Riwayat Kebiasaan dan Nutrisi :
- Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak bisa
berolahraga lagi karena faktor usia.
h) Riwayat Sosial Ekonomi :
- Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
- Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
- Kesan ekonomi kurang.

III. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
a) Keadaan Umum
: Tampak sakit ringan
b) Kesadaran
: Compos mentis
c) Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
d) Frekuensi nadi : 80 x/menit, reguler, isi cukup
e) Frekuensi napas
:
20
x/menit,
reguler,

bersifat

abdominotorakal
f) Suhu
: Afebris
g) Data antropometri dan status gizi: Tidak dilakukan pengukuran
BB dan TB

IV. Pemeriksaan Sistem


2

a) Kepala

: normocephali, deformitas

merata
a. Mulut

(-), pertumbuhan rambut

: Ada karies dentis , tonsila palatina T1-T1, lidah

tidak kotor
b. Telinga : Normotia, sekret , pendengaran baik, KGB pre &
retro aurikular normal
c. Hidung
: Bentuk normal, septum deviasi , sekret
b) Leher
: Trakea di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
& paratiroid
c) Thorax : Bentuk normal, simetris
a. Paru
: simetris, massa (-/-), suara napas vesikuler, wheezing
(-/-), rhonki (-/-)

b. Jantung
: BJ I & II reguler, murmur , gallop
d) Abdomen: Flat, supel, bising usus +, nyeri tekan e) Ekstremitas
: edema , akral hangat +, sianosis -

V.

Pemeriksaan Oftalmologis :
Keterangan
1. Visus
Axis visus
Koreksi
Addisi
Distansia pupil
Kacamata lama
2. Kedudukan bola mata
Eksoftalmus
Enoftalmus
Deviasi
Gerakan bola mata
3. Supersilia
Warna
Simetris

OD
1/60 PH: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
62 mm
Tidak ada

OS
1/60 PH:Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
62 mm
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal

Hitam
Normal

Hitam
Normal

4. Palpebra superior & inferior


Edema
Tidak
Nyeri tekan
Tidak
Ekteropion
Tidak
Enteropion
Tidak
Blefarospasme
Tidak
Trikiasis
Tidak
Sikatriks
Tidak

ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada

Punctum Lakrimal
Fissura palpebra
Test Annel

Normal
Simetris
Tidak dilakukan

Normal
Simetris
Tidak dilakukan

5. Konjungtiva superior & inferior


Hiperemis
Tidak hiperemis
Folikel
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Hordeolum
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada

Tidak hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

6. Konjungtiva bulbi
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Perdarahan
Subkonjungtiva
Pterigium
Pingekuela
Nevus pigmentosa
Kista dermoid
7. Sklera
Warna
Ikterik
Nyeri tekan
8. Kornea
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik presipitat
Sikatrik
Ulkus
Perforasi
Arcus senilis
Edema
Test placida
9. Bilik mata depan
Kedalaman
Kejernihan
Hifema
Hipofion

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

ada
ada
ada
ada

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

ada
ada
ada
ada

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

ada
ada
ada
ada

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

ada
ada
ada
ada

Putih
Tidak ikterik
Tidak ada

Putih
Tidak ikterik
Tidak ada

Jernih
Rata
10 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak dilakukan

Jernih
Rata
10 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak dilakukan

Cukup
Jernih
Tidak ada
Tidak ada

Cukup
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
4

Efek Tyndal
10. Iris
Warna
Kripta
Sinekia
Koloboma
11. Pupil
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks
cahaya
langsung
Refleks cahaya tidak
langsung
12. Lensa
Kejernihan
Letak
Shadow test
13. Badan kaca
Kejernihan
14. Fundus okuli
Papil N II
Batas
Warna
Ekskavasio
A/V Ratio
C/D Ratio
Makula Lutea
Edem
Retina
Sheating
Hard Eksudat
Perdarahan
Sikatriks
Ablasio
15. Palpasi
Nyeri tekan
Massa tumor
Tensi okuli
Tonometri Schiotz
16. Kampus visi
Test konfrontasi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kecoklatan
Regular
Tidak ada
Tidak ada

Kecoklatan
Regular
Tidak ada
Tidak ada

Di tengah
Bulat, regular
3 mm
+

Di tengah
Bulat, regular
3 mm
+

Keruh
Di tengah
Positif

Keruh
Di tengah
Positif

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
0,3 Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak ada
Tidak ada
N
Tidak dilakukan

Tidak ada
Tidak ada
N
Tidak dilakukan

Normal

Normal
5

VI. Resume
Telah diperiksa pasien perempuan berusia 50 tahun dengan keluhan
utama penglihatan kedua mata buram secara perlahan sejak 2
tahun SMRS. Selain itu pasien juga mengeluh melihat kabut, silau
bila melihat cahaya.
Riwayat HT (-), DM (-), aleri (-), asma (-).
Pemeriksaan fisik sistem lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan ophtalmologis :
OD

OS

Visus

1/60 PH: -

1/60 PH: -

Arcus Senilis (+)

Arcus Senilis (+)

Keruh, Shadow test


(+)

Keruh, Shadow test


(+)

VII. Diagnosis
a. Diagnosis kerja
ODS

: Katarak

b. Diagnosis banding
matuer ODS

senilis

imatur

Katarak senilis

Katarak
hipermatur ODS

senilis

VIII.Penatalaksanaan
Non-medika Mentosa
- Pemeriksaan rutin pada dokter spesialis mata setiap 3 bulan
Medika Mentosa
KIE
-

Potassium Iodide 5 mg/ml


Edukasi pada pasien tentang penyakitnya dan pentingnya
kontrol serta minum obat secara teratur

IX. Prognosis

OD

OS
6

Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam

Bonam
dubia ad Bonam
dubia ad Bonam

Bonam
dubia ad Bonam
dubia ad Bonam

TINJAUAN PUSTAKA
Katarak Senilis

DEFINISI

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, inggris Cataract, dan latin cataracta yang berarti
air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak umumnya terjadi pada usia lanjut (katarak senilis), akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan
retinitis pigmentosa.
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang
menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan,
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.

EPIDEMIOLOGI

Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita) yang paling
sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada
usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan biasanya
bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari mata lainnya.
Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan
katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
FAKTOR RESIKO

Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
-

Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu


terkena katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut,

Radiasi Ultraviolet: paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia


munculnya katarak.

Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak

Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.

Merokok: merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok menyebabkan


penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang
menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang menyebabkan kekuningan.
Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

Stadium maturasi katarak senilis :


A. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal
I. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus.Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari
roda, terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa
Spokes of a wheel.

Gambar : Katarak stadium insipien Spokes of a wheel


II. Katarak senilis imatur:
Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka
terdapat iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus
lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia.
III. Katarak senilis matur:
Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah menjadi
keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ni, lensa akan
berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.
IV. Katarak senilis hipermatur
i.

Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair
dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.

ii.

Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan
lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

10

B. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:


Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan
kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara
perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat
sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat
(cataracta brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

GEJALA KLINIS

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
11

Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau
tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain,
pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada
katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan
lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya
miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata
baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.
12

PENATALAKSANAAN
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila
penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari
penyakit tersebut, contohnya adalah:
-

Kontrol gula darah pada pasien DM

Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid

Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi

2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin


dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
-

Refraksi

Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada


opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.

4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan
opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.

Indikasi operasi katarak ialah:

13

1.

Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak
dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada
kehidupan sehari-hari pasien.

2.

Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi
dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
-

Glaukoma lens-induced

Endoftalmitis fakoanafilaktik

Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.

3.

Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi hitam.

Evaluasi Preoperatif
1.

Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes


mellitus, hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi seperti
periodontitis dan infeksi saluran kemih. Gula darah harus terkontrol dan hipertensi
tidak boleh diatas 160/100 mmHg

2.

Pemeriksaan fungsi retina:


a. Persepsi sinar: apakah operasi tersebut akan menguntungkan dengan melihat
apakah fungsi retina masih baik atau tidak.
b. RAPD: apabila positif maka kemungkinan ada lesi nervus optikus
c. Persepsi warna
d. Pemeriksaan diskriminasi dua sinar
e. Pemeriksaan objektif seperti elektroretinogram, EOG dan VOR.

14

3.

Mencari sumber infeksi lokalis: infeksi konjungktiva, meibomitis,blefaritis dan


infeksi sakus lakrimalis harus disingkirkan. Dilakukan uji anel untuk melihat patensi
sakus lakrimalis apabila pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat
penyakit

dakriosistitis,

maka

harus

dilakukan

dakriosistektomi

ato

dakriosistorinostomi.
4.

Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,
efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak

5.

Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan


sebelum ekstraksi katarak

Penyulit yang mungkin timbul setelah operasi katarak :


1. Peradangan pada hari pertama post-operasi, dapat dicegah dengan pemberian
antibiotika lokal dan sistemik
2. Prolaps iris melewati lubang diantara sayatan atau tempat jahitan
3. Jika prolaps iris dibiarkan, maka sekitar hari ke 4-5 dapat menyebabkan COA
dangkal, kemudian dapat timbul ablasi retina, akibat badan siliar kedepan
PEMBEDAHAN KATARAK SENILIS
1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan
pada zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus.
ICCE ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien kurang dari 40 tahun
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmat, glaukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)

15

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui
insisi 9-10mm, lensa intraokular diletakan pada kapsula posterior.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel,
keratoplasti, implantasi IOL posterior, implantasi sekunder IOL, kemungkinan
dilakukan bedah glaukoma, predisposisi prolaps vitreous, sebelumnya mata mengatasi
ablasi retina, dan sitoid makular edema.
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang
kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa
intraokular yang dapat dilipat.
Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat
operasi

minimal,

komplikasi

dan

inflamasi

pasca

bedah

minimal.

Gambar : Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

16

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Tehnik ini merupakan bagian dari EKEK dengan irisan yang lebih kecil sehingga
hampir tidak perlu dijahit. Keuntungan metode ini: penyembuhan lebih cepat dan
resiko astigmatisme minimal. Dibanding fakoemulsifikasi: kurve pembelajaran lebih
pendek, dimungkinkan kapsulotomi can opener, instrumentasi lebih sederhana,
alternatif utama jika operasi fakoemulsifikasi gagal, resiko komplikasi rendah, waktu
bedah singkat, lebih murah.

LENSA TANAM INTRAOKULER


Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan
lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang
tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus
siliaris atau kapsula posterior lensa.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta: Widya Medika;
2000: 211-4.
2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit FKUI. 2013.
3. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International (P)
Ltd; 2007: 259-63 & 136.
4. Kanski, Jack J. Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. 7 th ed. 2011. Cina.
Elsevier. P. 534-45

18

5. Lang GK. Ophthalmology A short of Textbook. NewYork: Thieme Stuttgart ;2000: 314-8.
6. Sitompul R. Journal Indonesian Medical Association, Vol: 61 (8); Agustus 2011: 337-41.

19

Anda mungkin juga menyukai