Katarak Senilis Imature
Katarak Senilis Imature
RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Nama
: Raymond Tanjung
NIM
: 406148050
Dokter Pembimbing
I.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. E
Umur
: 50 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
II.
Tanda Tangan:
Alamat
Tanggal pemeriksaan
: 27 Mei 2015
Pemeriksa
: Raymond Tanjung
Moderator
Anamnesis
a) Anamnesis tanggal: 27 Mei pukul 11.00 WIB
b) Keluhan Utama
keluarga disangkal.
g) Riwayat Kebiasaan dan Nutrisi :
- Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak bisa
berolahraga lagi karena faktor usia.
h) Riwayat Sosial Ekonomi :
- Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
- Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
- Kesan ekonomi kurang.
bersifat
abdominotorakal
f) Suhu
: Afebris
g) Data antropometri dan status gizi: Tidak dilakukan pengukuran
BB dan TB
a) Kepala
: normocephali, deformitas
merata
a. Mulut
tidak kotor
b. Telinga : Normotia, sekret , pendengaran baik, KGB pre &
retro aurikular normal
c. Hidung
: Bentuk normal, septum deviasi , sekret
b) Leher
: Trakea di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
& paratiroid
c) Thorax : Bentuk normal, simetris
a. Paru
: simetris, massa (-/-), suara napas vesikuler, wheezing
(-/-), rhonki (-/-)
b. Jantung
: BJ I & II reguler, murmur , gallop
d) Abdomen: Flat, supel, bising usus +, nyeri tekan e) Ekstremitas
: edema , akral hangat +, sianosis -
V.
Pemeriksaan Oftalmologis :
Keterangan
1. Visus
Axis visus
Koreksi
Addisi
Distansia pupil
Kacamata lama
2. Kedudukan bola mata
Eksoftalmus
Enoftalmus
Deviasi
Gerakan bola mata
3. Supersilia
Warna
Simetris
OD
1/60 PH: Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
62 mm
Tidak ada
OS
1/60 PH:Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
62 mm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Hitam
Normal
Hitam
Normal
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
Punctum Lakrimal
Fissura palpebra
Test Annel
Normal
Simetris
Tidak dilakukan
Normal
Simetris
Tidak dilakukan
Tidak hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
6. Konjungtiva bulbi
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Perdarahan
Subkonjungtiva
Pterigium
Pingekuela
Nevus pigmentosa
Kista dermoid
7. Sklera
Warna
Ikterik
Nyeri tekan
8. Kornea
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik presipitat
Sikatrik
Ulkus
Perforasi
Arcus senilis
Edema
Test placida
9. Bilik mata depan
Kedalaman
Kejernihan
Hifema
Hipofion
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
Putih
Tidak ikterik
Tidak ada
Putih
Tidak ikterik
Tidak ada
Jernih
Rata
10 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Jernih
Rata
10 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Cukup
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Cukup
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
4
Efek Tyndal
10. Iris
Warna
Kripta
Sinekia
Koloboma
11. Pupil
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks
cahaya
langsung
Refleks cahaya tidak
langsung
12. Lensa
Kejernihan
Letak
Shadow test
13. Badan kaca
Kejernihan
14. Fundus okuli
Papil N II
Batas
Warna
Ekskavasio
A/V Ratio
C/D Ratio
Makula Lutea
Edem
Retina
Sheating
Hard Eksudat
Perdarahan
Sikatriks
Ablasio
15. Palpasi
Nyeri tekan
Massa tumor
Tensi okuli
Tonometri Schiotz
16. Kampus visi
Test konfrontasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kecoklatan
Regular
Tidak ada
Tidak ada
Kecoklatan
Regular
Tidak ada
Tidak ada
Di tengah
Bulat, regular
3 mm
+
Di tengah
Bulat, regular
3 mm
+
Keruh
Di tengah
Positif
Keruh
Di tengah
Positif
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
0,3 Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
N
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
N
Tidak dilakukan
Normal
Normal
5
VI. Resume
Telah diperiksa pasien perempuan berusia 50 tahun dengan keluhan
utama penglihatan kedua mata buram secara perlahan sejak 2
tahun SMRS. Selain itu pasien juga mengeluh melihat kabut, silau
bila melihat cahaya.
Riwayat HT (-), DM (-), aleri (-), asma (-).
Pemeriksaan fisik sistem lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan ophtalmologis :
OD
OS
Visus
1/60 PH: -
1/60 PH: -
VII. Diagnosis
a. Diagnosis kerja
ODS
: Katarak
b. Diagnosis banding
matuer ODS
senilis
imatur
Katarak senilis
Katarak
hipermatur ODS
senilis
VIII.Penatalaksanaan
Non-medika Mentosa
- Pemeriksaan rutin pada dokter spesialis mata setiap 3 bulan
Medika Mentosa
KIE
-
IX. Prognosis
OD
OS
6
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
Bonam
dubia ad Bonam
dubia ad Bonam
Bonam
dubia ad Bonam
dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Katarak Senilis
DEFINISI
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, inggris Cataract, dan latin cataracta yang berarti
air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak umumnya terjadi pada usia lanjut (katarak senilis), akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan
retinitis pigmentosa.
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang
menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan,
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.
EPIDEMIOLOGI
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita) yang paling
sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada
usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan biasanya
bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari mata lainnya.
Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan
katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
-
Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak
Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.
Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair
dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.
ii.
Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan
lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam
10
GEJALA KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
11
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau
tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain,
pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada
katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan
lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya
miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata
baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.
12
PENATALAKSANAAN
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila
penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari
penyakit tersebut, contohnya adalah:
-
Refraksi
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan
opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
13
1.
Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak
dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada
kehidupan sehari-hari pasien.
2.
Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi
dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
-
Glaukoma lens-induced
Endoftalmitis fakoanafilaktik
Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.
3.
Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi hitam.
Evaluasi Preoperatif
1.
2.
14
3.
dakriosistitis,
maka
harus
dilakukan
dakriosistektomi
ato
dakriosistorinostomi.
4.
Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,
efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak
5.
15
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui
insisi 9-10mm, lensa intraokular diletakan pada kapsula posterior.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel,
keratoplasti, implantasi IOL posterior, implantasi sekunder IOL, kemungkinan
dilakukan bedah glaukoma, predisposisi prolaps vitreous, sebelumnya mata mengatasi
ablasi retina, dan sitoid makular edema.
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang
kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa
intraokular yang dapat dilipat.
Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat
operasi
minimal,
komplikasi
dan
inflamasi
pasca
bedah
minimal.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta: Widya Medika;
2000: 211-4.
2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit FKUI. 2013.
3. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International (P)
Ltd; 2007: 259-63 & 136.
4. Kanski, Jack J. Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. 7 th ed. 2011. Cina.
Elsevier. P. 534-45
18
5. Lang GK. Ophthalmology A short of Textbook. NewYork: Thieme Stuttgart ;2000: 314-8.
6. Sitompul R. Journal Indonesian Medical Association, Vol: 61 (8); Agustus 2011: 337-41.
19