Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi geografis Indonesia yang berada di atas sabuk vulkanis yang


memanjang dari Sumatra hingga Maluku disertai pengaruh global warming
menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. Sayangnya hal ini
tidak diimbangi dengan manajemen dan fasilitas penanggulangan pasca bencana
yang baik.

Gambar 1 Peta Daerah Sebaran Bencana


di Indonesia (Sumber BMG)

Sedangkan kondisi yang ada di masyarakat adalah terbatasnya


pengetahuan tentang manajemen penanggulangan bencana dan pengungsian.
Masyarakat masih bereaksi lambat terhadap penginformasian bencana.
Seringnya masih bersikap wajar karena menganggap mereka sudah sering
mengalami. Orientasi pemikiran masyarakat pun masih perlu diarahkan. Rakyat
yang terpaksa mengungsi pun lebih mengutamakan harta benda, dan ternak, alih
alih keselamatan dan kesehatan keluarga. Hal ini sangat unik dan perlu
diselami lebih dalam untuk menemukan solusi yang tepat.
Fasilitas darurat penanggulangan bencana, contohnya dapur umum,
dibangun seadanya. Walaupun ada bantuan dapur umum yang didirikan PMI,
TNI, atau lembaga yang lain, rupanya kurang memenuhi kebutuhan pengungsi.
Hal ini mendorong munculnya gagasan sebuah desain dapur umum bencana

yang mudah dioperasikan oleh masyarakat, serta mudah dipindahkan dan


praktis supaya bisa memenuhi kebutuhan pangan pengungsi dengan cepat.
1.1 Latar Belakang
Permasalahan umum yang sering terjadi dalam penanggulangan bencana alam
dan penanganan pengungsi antara lain :
-

Manajemen pasca bencana yang masih terkesan lambat, lambatnya


penanganan, khususnya pasokan bantuan makanan yang masih sering terjadi.

Belum adanya fasilitas yang memadai untuk dapur bencana, fasilitas


yang ada masih belum mememenuhi kebutuhan dan pelayanan dapur umum
pasca bencana.

Berikut beberapa contoh kasus penanggulangan bencana di Indonesia:


Pasca gempa yang mengguncang Bengkulu dan Sumatera secara umum,
tidak ditemukan posko umum serta dapur umum di Bengkulu secara
keseluruhan, termasuk di MukoMuko. Area bencana yang mencakup wilayah
yang sangat luas, bisa dibayangkan, jarak dari Kota Bengkulu ke Kabupaten
Muko-Muko saja bisa memakan waktu perjalanan hingga 9 jam. Jika dihitung
jarak, tidak kurang dari 300 km. Nah, sepanjang area tersebut tidak satupun
ditemukan dapur umum, meski sepanjang jalan itu pula bisa ditemukan tak
terhitung tenda-tenda darurat pengungsi.
Tidak hanya dapur umum, tenda peleton yang biasa dipakai untuk
sejumlah pengungsi pun tidak cukup laku untuk ditempati. Memang bukan
hanya di MukoMuko, melainkan secara keseluruhan tidak akan ditemukan
dapur umum tersebut. Penyebabnya yakni masyarakat pengungsi di Bengkulu
sendiri yang nampaknya lebih suka berkumpul dengan keluarga masing-masing.
Kondisi yang demikian pun cukup mempengaruhi dalam hal distribusi bantuan.
Pihak

Satkorlak

di

MukoMuko

misalnya,

mengaku

kesulitan

dalam

mendistribusikan bantuan karena harus membagi-bagikannya per kepala


keluarga
Untuk membantu meringankan beban para korban bencana longsor di
Kab.Cianjur pada pasca bencana, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI)
menyerahkan bantuan kemanusiaan seperti bahan makanan, pakaian layak
pakaian, tenaga dan peralatan medis, serta bantuan logistik di depan kantor desa
Girimukti, Cempaka, Cianjur, Jumat (21/11). Bantuan kemanusiaan tersebut
2

juga akan dilaksanakan di beberapa daerah pos pengungsi di desa Cibokor,


Cibeber yang merupakan daerah paling banyak jumlah pengungsi korban
bencana longsor.
Selain bahan bantuan tersebut, BSMI juga menyiapkan mobil khusus
dapur umum di lokasi penampungan pengungsi yang digunakan untuk
membantu tempat dapur umum yang telah ada. Menurut Humas BSMI Pardian
Sulaiman S.Sos, mobil khusus dapur umum itu memang sengaja dirancang
untuk ditempatkan ke daerah-daerah bencana seperti daerah bencana longsor di
Cianjur.
Mudah-mudahan dengan adanya mobil dapur umum yang merupakan nobil
dapur umum yang pertama di Indonesia, bisa membantu para pengungsi dan
relawan untuk mendapatkan kebutuhan makan sehari-hari, ujarnya.
Pada kesempatan tersebut juga diserahkan ratusan dus makanan siap saji
kepada para pengungsi dan relawan yang dinasak dengan menggunakan dapur
umum itu.
Kami sudah berkoordinasi dengan penanggung jawab dapur umum yang telah
tersedia sebelumnya. Mereka sangat menghargai apabila BSMI meringankan
pekerjaan mereka setiap hari karena selama 24 jam mereka harus memasak
untuk waktu pagi, siang dan malam. Sedangkan petugas memasak di mobil
dapur umum, sengaja mendatangkan staf khusus bagian ahli memasak,
pungkas Sulaiman
Dari kasus kasus penanggulangan bencana di atas kita bisa melihat
bahwa fasilitas yang digunakan masih belum memadai, padahal dibutuhkan
kecepatan dalam menanggulangi bencana yang terjadi.

Berikut ini adalah contoh beberapa dapur bencana yang ada di Indonesia :

Gambar 2 Dapur umum bencana di Indonesia

Gambar 3 Dapur umum bencana di Indonesia

Ada beberapa permasalahan yang harus digarisbawahi dari kondisi dapur


bencana eksisting yang ada saat ini:
-

Tidak efisien, dapat dilihat pada gambar bahwa dapur umum pasaca
bencana yang banyak dipakai adalah dapur dengan konstruksi tenda.

Tidak higienis, karena penggunaannya yang darurat dan digunakan oleh


banyak orang maka seringkali aspek kebersihan dan kesahatan justru
banyak diabaikan.

Fasilitas tidak memadai, karena mengutamakan kecepatan tanpa


diimbangi oleh persiapan yang matang, tidak jarang fasilitas yang ada
pada dapur umum tidak memadai.

Tidak ergonomis, dapur umum yang dibuat dalam waktu singkat dalam
kondisi darurat hanya mengutamakan aspek fungsi. Meskipun pada
pemakaian dalam jangka waktu yang lama dapat memunculkan
permasalahan lain yang berhubungan dengan kesehatan pemakai.
Sedangkan kita bisa lihat fasilitas penggulangan bencana khusunya dapur

di luar negeri lebih lengkap dengan desain yang lebih baik sehingga dapat
menjangkau daerah daerah bencan dengan lebih efektif. Berikut contoh
bebrapa desain dapur bencana di luar negeri :

Gambar 4 Dapur umum di luar negeri (Inggris)

Gambar 5 Dapur umum di luar negeri (Amerika)

Tentunya kita tidak bisa mengambil secara langsung desain dapur bencana
yang ada di luar negeri karena tidak sesuai dengan kondisi demografis
masyarakat Indonesia. Disini desain produk menjembatani permasalahan yang
ada dengan solusi terbaik, penelitian ini bertujuan untuk menemukan inovasi
desain dapur bencana yang mobile dan portable yang sesuai dengan kondisi
demografis serta kebutuhan masyarakat Indonesia. Manajemen pasca bencana
dalam pelaksanaanya membutuhkan kecepatan dan fleksibilitas yang tinggi. Hal
6

ini berimbas pada pemenuhan fasilitas yang mampu mengakomodasi kebutuhan


dalam kegiatan mitigasi bencana. Dapur umum pasca bencana pun seharusnya
memiliki kemampuan mobilitas yang tinggi.
Dapur umum pasca bencana yang baik harus dapat memenuhi kaidah
sebagai berikut, yaitu : (a) Sehat, (b) Aman, (c) Nyaman, (d) Efisien, (e) Mobile.
Pada tahap awal akan diidentifikasi kebutuhan di dapur berdasar pada
kecenderungan perilaku konsumen (antara lain kegiatan inti di dapur : memasak
mencuci menyimpan makanan/peralatan dan membagikan makanan. Selain
itu perlu diperhatikan juga kegiatan mendirikan dapur umum ini, seperti
membangun konstruksi hingga memasang bagian-bagian dapur umum).
Setelah kebutuhan keseluruhan aktivitas di dapur itu terindentifikasi,
dilakukan telaah ergonomi untuk mendukung kegiatan di dapur umum secara
optimal. Rekomendasi ergonomi itu akan menjadi masukan dalam membuat
rancang bangun desain dapur umum bencana yang mobile dan portable.

1.2

Perumusan dan Pembatasan Masalah


Bagaimana rancang bangun dapur umum pasca bencana yang mudah

dipindah (mobile) dan mudah dibawa (portable) serta sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Indonesia?

Definisi
Studi

: Kajian / Telaah untuk menghasilkan rekomendasi / pedoman

Desain

: Rancang Bangun

Dapur

: Suatu tempat, biasanya di dalam rumah di mana seseorang


melakukan aktivitas mengolah dan menyediakan bahan makanan
atau pangan.

Mobile

: Dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Portable

: Mudah dibawa

Bencana : Bencana alam

Studi Desain Dapur Umum Pasca Bencana dengan Konsep Mobile dan
Portable:
Kajian/telaah untuk menghasilkan rekomendasi / pedoman rancang
bangun dapur umum bencana agar dapat berfungsi optimal sesuai dengan
kondisi demografis dan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Asumsi
Pengguna dapur umum ini adalah para korban bencana alam meliputi
pria dan wanita segala umur di Indonesia.

1.3

Tujuan
-

Mendesain Dapur Umum Pasca Bencana Dengan Konsep Mobile Dan


Portable Untuk Daerah Bencana Di Indonesia

1.4

Relevansi
Penelitian ini menghasilkan dapur umum bencana yang bisa berpindah

dari satu tempat ke tempat yang lain (mobile) dan mudah dibawa (portable)
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Indonesia yang saat ini banyak
mengalami bencana.

1.5
Target Luaran (sesuai jenis luaran yang dijanjikan pada lampiran
surat perjanjian penelitian)
-

Publikasi artikel ilmiah yang diterbitkan dalam Konferensi Nasional/


Internasional

Model pembelajaran masyarakat

Anda mungkin juga menyukai