Pre Case
Pre Case
Pengantar
PT Citilink Indonesia mengadakan perayaan ulang tahun yang ke-2 pada tanggal 30 Juli 2014
yang dihadiri oleh CEO Arif Wibowo, para Direktur, Vice Presidents, dan sekitar 100
karyawan. Dalam pidato sambutannya, Pak Arif mengajak karyawannya untuk meningkatkan
upaya untuk memacu mesin pertumbuhan Citilink untuk masa depan di tengah-tengah
perlambatan ekonomi Indonesia dan persaingan industri yang semakin intensif. Pada usia
yang sangat muda, Citilink ibaratnya masih berada pada climb phase yang mana merupakan
fase kritikal. Pada fase ini Citilink membutuhkan engine thrust pada kondisi full power agar
perusahaan dapat mencapai ketinggian jelajah dengan cepat, kata Pak Arif pada
sambutannya. Pencapaian yang sangat baik selama 2 tahun ini, jangan sampai membuat
kita merasa puas diri. Hendaknya kita bersiap-siap untuk masa depan Citilink yang semakin
baik.
Selain itu, Pak Arif juga menjelaskan tantangan yang dihadapi Citilink dalam persaingan
bisnis di industri penerbangan nasional. Kepadatan di bandara-bandara besar, khususnya di
Bandara Soekarno-Hatta, menyebabkan Citilink kesulitan untuk menambah frekuensi
penerbangan dan membuka rute-rute baru. Padahal rute-rute yang terhubung dengan kota
Jakarta merupakan rute dengan demand yang paling besar secara nasional. Persoalan lain
yang dihadapi Citilink adalah melemahnya nilai rupiah terhadap US Dollar dan kenaikan
harga bahan bakar. Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi besaran biaya operasi
penerbangan, karena komponen biaya bahan bakar berkisar 45%-55% dari total biaya
operasi. Maskapai penerbangan yang tidak dapat mengatasi masalah-masalah di atas
dipastikan akan mengalami kebangkrutan, dan hal ini sudah terjadi di Indonesia. Selama
periode tahun 2013-2014 sudah ada enam maskapai nasional yang mengalami
kebangkrutan dan terpaksa menghentikan operasinya. Pak Arif sangat mengharapkan kerja
keras dari seluruh karyawan agar Citilink dapat berjaya dan menjadi perusahaan angkutan
yang menguntungkan di Indonesia sesuai dengan Visi Misi perusahaan.
Sejarah Citilink
PT Citilink Indonesia (Citilink) adalah sebuah maskapai penerbangan anak perusahaan dari
PT Garuda Indonesia. Citilink menjadi salah satu maskapai penerbangan yang menyasar
pangsa pasar konsumen yang sadar biaya (cost concious customers) dan ingin berhemat
dalam membeli jasa transportasi udara. Pada tanggal 30 Juli 2012 Citilink secara resmi
beroperasi sebagai entitas bisnis yang terpisah dari Garuda Indonesia setelah mendapatkan
Air Operator Certificate (AOC). Citilink beroperasi menggunakan 14 unit pesawat dengan
logo, tanda panggil, serta seragam baru yang berbeda dengan induk perusahaannya.
Pada Juli 2012, Citilink melayani delapan tujuan domestik yang menghubungkan Jakarta
dengan Surabaya, Denpasar, Medan, Banjarmasin, Balikpapan, dan Batam. Maskapai ini juga
mengoperasikan penerbangan dari Surabaya ke Balikpapan, Banjarmasin, Denpasar, dan
Makassar, serta mengoperasikan penerbangan dari Medan ke Batam. Pada akhir Juli tahun
2014, rute domestik Citilink sudah berjumlah 37 rute dan menerbangi 22 kota di Indonesia.
Jumlah penerbangan per hari mencapai 160 flights, dengan frekuensi terbanyak di rute-rute
yang terhubung dengan kota Jakarta.
Peningkatan produksi Citilink yang sangat besar dalam 2 tahun terakhir ini diiringi dengan
bertambahnya jumlah pesawat yang dioperasikan. Pada Juli 2014, Citilink mengoperasikan
26 pesawat Airbus A320-200 dan menambah lagi 8 pesawat sampai akhir tahun, sehingga
3
Misi
Menyediakan
jasa
angkutan
udara
komersial
berjadwal,
berbiaya
murah,
dan
mengutamakan keselamatan.
Sasaran
Berdasarkan visi dan misi perusahaan, maka dirumuskan sasaran yang hendak dicapai oleh
Citilink, yaitu:
4
2008
234.2
510.2
6
2178
9.8
152.1
146.7
2009
237.4
539.6
4.6
2272
4.8
130.3
115.2
2010
240.6
709.2
6.2
2946
5.1
174.3
162.4
2011
243.8
846.3
6.5
3470
5.4
223.0
211.1
2012
246.8
876.7
6.2
3551
4.3
212.9
226.7
2013
249.9
868.3
5.78
3475
6.4
206.2
223.5
Sumber: www.worldbank.org
Ekonomi Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-16 dalam global Gross Domestic Product
(GDP) ranking dan diperkirakan dapat menduduki peringkat ke-7 pada tahun 2030
mendatang. Hingga tahun 2010 silam pertumbuhan kelas menengah di Indonesia telah
mencapai 45 juta orang dan diperkirakan akan mencapai 135 juta orang pada tahun 2030.
Kebutuhan akan tenaga kerja yang terlatih pun akan meningkat dari 55 juta jiwa menjadi
113 juta jiwa pada 2030 mendatang.
Current
2030
Secara demografi, 53% penduduk Indonesia sekarang tinggal di kota besar yang mencakup
74% sumber GDP dan diperkirakan pada tahun 2030 mendatang ada 71% penduduk
Indonesia yang akan berdomisili di kota besar yang mencakup 86% sumber GDP.
Pertumbuhan ekonomi disumbang dari 4 sektor utama, yaitu jasa konsumen, pertanian dan
perikanan, pertambangan, dan tenaga kerja. Sektor-sektor tersebut juga menawarkan
kesempatan usaha senilai USD 1.8 triliun pada tahun 2030, yang pada saat ini hanya
memiliki nilai sebesar USD 0.5 triliun.
Performa Citilink
Manajemen Pemasaran
Keberhasilan Citilink dalam berkompetisi di pasar domestik sangat ditentukan oleh program
komunikasi dan promosi yang dijalankan secara efektif. Citilink diposisikan sebagai leading
budget brand dan LCC yang unggul untuk segmen pasar penumpang sadar biaya. Di pasar
domestik, Citilink menawarkan layanan kemudahan, tepat waktu, dan kenyamanan.
Pengembangan dan inovasi produk senantiasa dilakukan untuk meningkatkan daya saing
serta memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Melalui berbagai media, antara lain social media, digital media, media cetak, radio,
dan televisi.
Secara khusus melalui public relations yang terarah untuk meningkatkan awareness
dan usage pelanggan terhadap produk layanan Citilink.
Ada pun alokasi budget dari kegiatan marketing & communication Citilink adalah sebesar 3%
dari total keseluruhan biaya operasional, yang diantaranya mencakup kegiatan advertising
(50%), promo campaign (15%), digital marketing (10%), event (10%), dan branding (15%).
DistributionChannel
TravelAgent
Website
Mobile
CallCenter
GroupDesk
TO/Airport
Total
Sumber data: Citilink
55%
25%
5%
5%
3%
7%
100%
Pelayanan Penumpang
Berbagai upaya perbaikan terus dilakukan oleh Citilink dalam memberikan pelayanan preflight yang terbaik kepada penumpang. Selain kemudahan dalam pemesanan dan
pembayaran tiket, penumpang juga diberikan kemudahan dalam proses check-in melalui
website, mobile kiosk, mobile apps dan self check-in di bandara. Mulai 1 Februari 2014 harga
tiket Citilink sudah termasuk PSC (Passenger Service Charge), sehingga mengurangi antrian
di check-in counter.
Untuk pelayanan in flight, Citilink meyediakan bahan bacaan berupa majalah Linkers yang
menemani penumpang selama perjalanan. Selain itu juga penumpang dapat membeli
makanan dan minuman ringan yang disediakan. Citilink berkomitmen memberikan
pelayanan yang terbaik kepada penumpang selama penerbangan dengan didukung awak
kabin yang professional dan ramah dalam melayani penumpang.
Citilink berhasil meraih dua penghargaan dan mencatat rata-rata On Time Performance
(OTP) tahun 2013 sebesar 80,5%. Penghargaan ini adalah Service to Care Awards yang
diterima dari Marketeers pada bulan Maret 2013 berdasarkan survei pembaca Market Plus
Magazine dan pakar industri serta Indonesia Leading Low Cost Airline dari program The
Indonesian Travel and Tourism Awards (ITTA) pada bulan Desember 2013.
Kinerja OTP operasional Citilink untuk semester pertama tahun 2014 ini mengalami
kenaikan dengan rata-rata OTP sebesar 82%, seperti terlihat pada grafik dibawah ini.
OTP (%)
80%
77%
78%
Jan-14
Feb-14
87%
86%
83%
Apr-14
May-14
Jun-14
82%
60%
40%
20%
0%
Mar-14
MONTH
10
Manajemen Produksi
Di tahun 2013, Citilink terus menunjukkan pertumbuhan yang positif, salah satunya melalui
penambahan armada pesawat sebanyak sepuluh unit Airbus A320-200. Sementara itu, satu
unit pesawat milik Boeing 737-300 sudah dipensiunkan. Dengan demikian, jumlah pesawat
bertambah dari 21 unit di tahun 2012 menjadi 30 unit di tahun 2013.
Jenis Pesawat
Airbus A320-200
Boeing 737-300
Boeing 737-400
TOTAL
End of 2013
24
5
1
30
End of 2014
32
4
0
36
Perubahan (%)
33.33
0
0
26.67
Per 31 Desember 2013, Citilink mengelola 24 unit Airbus A320-200 sewa, 4 unit Boeing 737300 milik sendiri, 1 unit Boeing 737- 400 sewa, dan 1 unit Boeing 737-300 sewa. Usia ratarata pesawat pun mengalami penurunan dari 9 tahun di tahun 2012 menjadi 4,2 tahun pada
2013. Hingga 31 Desember 2014 mendatang, Citilink merencanakan akan menerima delapan
unit pesawat Airbus A320-200 untuk semakin meningkatkan kinerja operasional usaha.
2010
1,183
2.7%
NA
72%
2011
1,683
42%
3.4%
14,011
77%
2012
2,961
76%
5.6%
24,414
72%
2013
5,733
94%
9%
39,447
78%
Jumlah penumpang yang diangkut pada tahun 2013 meningkat cukup besar, yaitu sebesar
94% menjadi 5.7 juta orang dibandingkan dengan tahun 2012. Pangsa pasar Citilink di pasar
domestik pun meningkat 3,4% menjadi 9%. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan
kapasitas dan tingkat isian tempat duduk (seat load factor). Frekuensi penerbangan pun
mengalami peningkatan setiap tahunnya, kenaikannya mencapai 64.5% antara 2011 hingga
2013.
Jumlah penerbangan per hari pada akhir bulan Juli 2014 sebanyak 160 flights, dengan
jumlah kota yang diterbangi 22, dan 37 rute domestik.
11
CITILINK
15.43%
AIR ASIA
4.67%
MANDALA
1.34%
MERPATI
1.19%
LION AIR
47.37%
SRIWIJAYA
9.07%
Sumber: Citilink
Market share Citilink pada tahun 2013 pada semua rute yang diterbangi sebesar 15.4%. Nilai
ini lebih besar dibandingkan market share secara nasional yang hanya sebesar 9%. Citilink
berhasil menempati posisi ke-3 dalam perebutan pangsa pasar penumpang.
Selama tahun 2013, beberapa inisiatif yang dilakukan oleh Citilink untuk memperbaiki
kinerja operasionalnya adalah:
Payment channel di Alfamart, Alfamidi, dan Lawson (sekitar 7.000 8.000 toko)
Keselamatan
Keselamatan (safety) adalah prioritas utama dalam dunia penerbangan. Pada dasarnya,
Citilink telah mempunyai safety system yang sama dengan yang dimiliki oleh Garuda, baik
dari manual-manual, safety report, safety culture, hazard report, safety management
system, dan lain-lain. Joint Safety Board antara seluruh anggota Garuda Group juga menjadi
alat utama agar safety level di seluruh Garuda Group sama. Incident rate Citilink pun
menunjukkan tingkat yang terus membaik dari waktu ke waktu dengan tingkat ALOS
(acceptable level of safety) pada semester pertama tahun 2014 sebesar 0.8 incidents per
1000 departures.
Incident Rate
1.800
Rate/1000 Departue
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
Incident Rate
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
1.658
0.365
0.579
0.54
0.263
0.272
13
Manajemen Keuangan
Di masa-masa awal pendirian usahanya, yaitu pada tahun 2012, Citilink terhitung hanya
memiliki masa aktif beroperasi selama 5 bulan (Agustus hingga Desember). Sebelum periode
tersebut, Citilink menggunakan AOC Garuda Indonesia, sehingga dibukukan dalam laporan
keuangan Garuda Indonesia. Dengan demikian, angka perbandingan merupakan angka 12
bulan di tahun 2013 dibandingkan dengan 5 bulan di tahun 2012.
Investasi dan penambahan aset yang dilakukan berhasil meningkatkan jumlah aset sebesar
45% dari USD 73 juta pada 31 Desember 2012 menjadi USD 106 juta pada 31 Desember
2013. Aset yang meningkat antara lain adalah dana perawatan pesawat dan uang jaminan,
uang muka pembelian pesawat serta aset pajak tangguhan. Liabilitas mengalami
peningkatan terutama liabilitas jangka panjang, sedangkan ekuitas menurun karena
kerugian yang dialami.
14
Citilink menggunakan kas untuk aktivitas operasi dan investasi masing-masing sejumlah US$
31 juta dan US$ 30 juta. Pendanaan bersih yang diperoleh berjumlah USD 61 juta yang
berasal dari induk perusahaan.
Citilink dapat meningkatkan pendapatan dari penumpang dengan menaikkan harga jual tiket
rata-rata per kilometer (passenger yield) dan kenaikan SLF. Harga jual tiket rata-rata
dinaikkan sebesar 5,4% dari US Cent 5,8 menjadi US Cent 6,1 pada 2013. Tingkat isian
penumpang meningkat sebesar 6 percentage points dari 72% pada tahun 2012 menjadi 78%
pada tahun 2013. Kenaikan ini didukung oleh network penetration, peningkatan brand
awareness dan penerapan revenue management yang dilakukan dalam upaya merebut
pangsa pasar dan memasarkan rute-rute baru.
Biaya Cost/ASK dapat ditekan sebesar 1,7% dari US Cent 6.5 pada tahun 2012 menjadi US
Cent 6,3 pada tahun 2013. Penurunan ini terutama dimungkinkan oleh penurunan harga
fuel sebesar 5,3% menjadi US Cent 87,4 per liter, penggunaan jenis pesawat Airbus A320200 yang berkapasitas 180 kursi, dan inisiatif untuk mengurangi biaya.
15
Bagi Citilink, karyawan adalah sumber daya perusahaan yang paling berharga. Pembinaan
dan pengembangan karyawan senantiasa menjadi prioritas utama dalam pengembangan
usaha perusahaan. Citilink menetapkan perencanaan karyawan mengacu pada kebutuhan
perusahaan berdasarkan rencana usaha (business plan), arah kebijakan, dan strategi
perusahaan. Dalam pelaksanaannya Citilink menjalankan usaha ini dengan mengutamakan
keselamatan penerbangan dan berpegangan kepada peraturan yang berlaku.
Sumber: Citilink
Struktur organisasi Citilink juga dibuat lebih ramping agar semakin efisien dan dibuka jalur
komunikasi antar level dan bagian. Struktur ini perlu diatur sedemikian rupa sehingga
jumlah jenjang hirarki dari pejabat satu tingkat di bawah Direksi sampai kesemua tingkatan
karyawan dapat diatur seoptimal mungkin. Organisasi perusahaan disusun berdasarkan
16
model bisnis Low Cost Carrier dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Keselamatan
Penerbagan Sipil (PKPS).
Gender
L
P
Grand Total
Sumber: Citilink
Count of Pers.No.
Total
574
437
1011
43%
57%
L
P
17
Sumber: Citilink
3%
1%
Total
0%
0%
9%
Direktur
Komisaris
Manager
Officer
87%
Senior Manager
Vice President
Sumber: Citilink
18
Count of Pers.No.
>55
35-45
45-55
25-35
>25
Grand Total
45
214
65
376
311
1011
Sumber: Citilink
Rencana tahapan kebutuhan tahunan jumlah cockpit dan cabin crew yang disesuaikan
dengan jumlah pesawat dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kebutuhan Awak Pesawat
2014
2015
2016
2017
2018
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Pesawat
24
24
24
24
24
25
26
28
29
30
31
32
42
52
62
72
Captain
96
96
96
96
96
100
104
112
116
120
124
128
168
208
248
288
FO
96
96
96
96
96
100
104
112
116
120
124
128
168
208
248
288
SFA
96
96
96
96
96
100
104
112
116
120
124
128
168
208
248
288
FA
288
288
288
288
288
300
312
336
348
360
372
384
504
624
744
864
Sumber: Citilink
19
Di pasar tenaga kerja nasional, ketersediaan sumber daya manusia langsung dengan
kebutuhan (lowongan) tenaga kerja masih berbanding terbalik dikarenakan kelangkaan
sumber daya yang memenuhi standar penerbangan internasional. Sebagai gambaran, untuk
dapat mengoperasikan 1 unit pesawat Airbus A320-200 seperti yang dimiliki Citilink,
diperlukan 4 orang kapten, 4 orang FO (first officer), 4 orang awak kabin senior, serta 12
orang awak kabin junior dan semuanya harus bersertifikat. Sertifikasi ini diperoleh melalui
training yang memakan waktu beberapa bulan hingga mencapai tahunan. Selain itu, untuk
mendapatkan sertifikasi pun dibutuhkan biaya yang tak murah.
Rekrutmen dan Program Pelatihan SDM
Sistem rekruitmen Citilink dilakukan secara langsung ke lembaga pendidikan penerbangan,
Universitas Negeri/Swasta, sistem outsourcing dari penyedia tenaga kerja, dan juga sistem
terbuka melalui media cetak/radio dan/atau dilaksanakan bekerjasama dengan penyedia
bursa kerja (job fair).
Dalam mengoperasikan pesawat udara dibutuhkan adanya awak pesawat dan tenaga
pendukung yang memiliki kemampuan sesuai dengan jenis pesawat yang digunakan. Sesuai
dengan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil yang berlaku di Indonesia maupun
Internasional (Document ICAO, CASR, dan sebagainya) penggunaan awak pesawat memiliki
batasan-batasan yang wajib untuk diikuti dan ditaati. Perusahaan selalu mendukung para
karyawan untuk mengembangkan dan mempertahankan kemampuan dan keterampilannya.
Untuk program pelatihan sumber daya manusia, Citilink telah mempunyai sistem dan jadwal
yang terprogram.
kepemimpinan,
pengetahuan
berkomunikasi,
dan
pembangunan
budaya/nilai-nilai perusahaan. Disamping itu, latihan rutin bagi para pilot, awak pesawat,
dan teknisi terus dilaksanakan guna menyiapkan kader-kader profesional masa depan guna
membawa Citilink ke tingkat yang lebih tinggi lagi dalam menghadapi persaingan, baik dari
dalam maupun luar negeri.
20
Technical Training
Commercial Training
Management Training
GITC melakukan kerjasama dengan IATA Learning Centre untuk pelatihan Airline
Management Program, Leadership Program, dan Supervisory Training Program. Untuk
menjamin kualitas pelatihan GITC menerapkan sistem manajemen berkualitas ISO9001:2000.
GITC memiliki beberapa simulator diantaranya A330, B737NG, dan A320. GITC juga
menyediakan static and motion mock up untuk pesawat narrow body dan pesawat wide
body, termasuk sliding escape dan kolam renang untuk pelatihan prosedur darurat
(emergency procedure).
GITC juga bekerjasama dengan penyedia simulator A320 di Malaysia (Kuala Lumpur),
Hongkong dan lainnya. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, GITC
memberikan pelatihan peningkatan kinerja front liner dengan pembekalan bahasa Inggris,
Jepang, dan Mandarin.
21
Jumlah Penumpang
(Juta)
120
Jumlah Penumpang
104
100
60
40
81
72
80
58
49
37
44
71
52
60
20
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
domestik Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 13% per tahun. Jumlah penumpang
pesawat udara domestik Indonesia pada tahun 2012 mencapai 71 juta orang dan
merupakan yang terbesar di kawasan ASEAN. Jumlah penumpang domestik ini hanya sekitar
29% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 249.9 juta jiwa. Jumlah penumpang
pesawat udara domestik di Indonesia sangat berpotensi untuk terus meningkat seiring
dengan membaiknya perekonomian di Indonesia.
Perusahaan Penerbangan Yang Bangkrut
Waktu
Maskapai
Februari 2013
Juni 2013
November 2013
Februari 2014
Maret 2014
Juli 2014
Batavia Air
Indonesian Air Transport
Pacific Royale
Merpati Nusantara Airlines
Sky Aviation
Tigerair Mandala
Harapan yang semula sempat menggunung tinggi itu pun tampak mulai pudar ketika tahun
2013 lalu sejumlah perusahaan penerbangan dalam negeri mulai bertumbangan. Berawal
dari kejatuhan Batavia Air, yang kemudian disusul Indonesian Air Transport, Pacific Royale,
Merpati Nusantara Airlines, Sky Aviation, dan terakhir Tigerair Mandala yang resmi
dinyatakan mengalami kebangkrutan. Selain masalah kebangkrutan yang senantiasa
mengintai, beberapa maskapai yang tersisa juga sebenarnya dibuat khawatir dengan
masalah kerugian yang tak kunjung usai dari awal kuartal pertama hingga Juni 2014 lalu.
Kinerja makro ekonomi Indonesia yang tak kunjung membaik sejak tahun 2013 dan
ditambah kurang aktifnya peran serta pemerintah sebagai regulator semakin memperburuk
kondisi finansial maskapai penerbangan sipil nasional yang margin keuntungannya kurang
dari 3%. Imbas dari krisis yang dialami negara-negara di Eropa dan Amerika juga turut
berpengaruh kepada kondisi makro ekonomi Indonesia, terutama dengan melambatnya
ekspor dan melebarnya defisit transaksi berjalan.
23
Competitive Landscape
Kompetisi yang berlangsung antar maskapai ditujukan untuk mendapatkan pangsa pasar
(market share) yang lebih besar daripada pesaingnya. Dengan mendapatkan pangsa pasar
yang lebih besar, pendapatan (revenue) yang diperoleh akan meningkat. Sementara itu,
disisi lain terus dilakukan upaya-upaya untuk menekan biaya pengeluaran produksi dan
operasi seminimal mungkin, sehingga tingkat laba (profit) sebagai selisih pendapatan dan
biaya akan meningkat. Berikut digambarkan estimasi pangsa pasar masing-masing maskapai
di tahun 2013.
Others
Sriwijaya Air
2%
10%
Citilink
9%
Air Asia
5%
Garuda
25%
Merpati
2%
Batik Air
1%
Lion Air
42%
Wings Air
3%
Sumber: Citilink
24
Secara nasional, market share terbesar masih di kuasai oleh maskapai Lion Air sebesar 42%,
disusul Garuda Indonesia 25%, Sriwijaya Air 10%, Citilink 9%, Air Asia 5%. Maskapai lainnya
hanya mendapatkan market share dibawah 5%.
Pada bulan Juli 2014 jumlah frekuensi Citilink sebanyak 80 kali (160 flights), dengan rata-rata
load factor sebesar 80%. Berikut data jumlah frekuensi masing-masing maskapai di tiap rute
Citilink dan load factor yang dicapai Citilink pada bulan Juli 2014.
Jumlah Frekuensi dan Load factor Citilink Bulan Juli 2014
No.
Route
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
JKT-BDJ
JKT-BKS
JKT-BPN
JKT-BTH
JKT-DJB
JKT-DPS
JKT-JOG
JKT-KNO
JKT-MLG
JKT-PDG
JKT-PGK
JKT-PKU
JKT-PLM
JKT-SOC
JKT-SRG
JKT-SUB
JKT-TJQ
JKT-UPG
SUB-BDJ
SUB-BPN
SUB-BTH
SUB-DPS
SUB-KOE
SUB-LOP
BTH-KNO
BTH-PDG
BTH-PKU
BTH-PLM
BPN-DPS
BPN-JOG
BPN-UPG
BDO-DPS
BDO-KNO
Total
Citilink
1
2
4
4
2
4
4
4
1
2
1
2
4
1
3
11
1
2
1
3
2
4
1
2
2
3
2
2
1
1
1
1
1
80
Garuda
5
2
8
5
3
13
10
8
2
6
2
6
11
5
9
16
1
11
2
2
5
1
1
1
1
1
1
138
Daily Frequency
Lion Air Sriwijaya Batik
7
4
1
9
1
1
5
1
6
2
12
2
10
2
2
17
1
3
9
2
5
8
7
3
10
3
5
3
9
3
18
5
1
4
12
5
3
9
11
2
3
4
1
3
1
5
3
1
1
3
1
3
3
3
2
199
AirAsia
Wings
6
4
3
1
1
3
56
10
20
Total
Freq.
13
9
23
15
13
37
32
33
6
19
16
18
28
14
24
56
6
33
12
18
5
16
6
8
7
4
5
3
1
6
6
8
3
503
Load Factor
Citilink
80%
75%
78%
91%
77%
82%
85%
89%
85%
80%
89%
85%
80%
76%
85%
82%
93%
75%
77%
80%
75%
82%
83%
70%
82%
75%
85%
77%
77%
72%
73%
72%
82%
80%
25
Rata-rata kurs
1.
Pelemahan
nilai
Rupiah
terhadap
US
Dollar
yang
2009
Rp 10,414.55
2010
Rp 9,086.05
2011
Rp 8,742.72
2012
Rp 9,370.12
2013
Rp 10,430.27
dalam transaksi adalah USD. Hal ini jelas tak sebanding dengan
2014
Rp 11,692.56
Sumber: http://www.ozforex.com.au/forex-tools/historical-rate-tools/yearly-average-rates
2.
Anggaran harga bahan bakar avtur yang semakin tinggi dan bea masuk pembelian
suku cadang yang lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya. Anggaran yang dikeluarkan
oleh maskapai penerbangan tiap tahunnya untuk kebutuhan bahan bakar memakan kuota
sebesar 45-55% dari total biaya operasional. Selain mahalnya biaya bahan bakar, maskapai
nasional sangat terbebani dengan bea masuk pembelian suku cadang sebesar 5-12,5%
sementara hampir semua negara ASEAN tak mengenakan bea masuk (nol persen). Harga
bahan bakar avtur di Indonesia (Jakarta) bulan Juni 2014 adalah US$ 94.2 sen/liter (into
plane), lebih mahal dibandingkan dengan harga di Singapura yang hanya US$ 81 sen/liter
(into plane). Harga di bawah ini adalah harga avtur di Amerika.
79.3
79.5
79.0
78.0
77.4
77.1
77.5
77.0
76.5
78.5
78.2
78.5
76.3
76.3
76.3
76.3
75.8
76.0
76.1
75.5
75.0
74.8
74.5
Month
Sumber: www.indexmundi.com
26
3.
kepadatan bandara, semakin vital peran negara tersebut dalam perekonomian dunia.
Soekarno-Hatta Airport
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Ranking
2008
2009
2010
2011
2012
2013
37
22
16
12
10
27
4.
Besarnya biaya sewa pesawat & asuransi. Hampir seluruh maskapai penerbangan
menyewa armada pesawatnya dengan biaya sewa masing-masing pesawat tiap tahun
berkisar antara USD 345.000 370.000 tiap bulannya. Ditambah lagi dengan biaya asuransi
tiap pesawat sebesar USD 5,500.
Sumber: http://www.airfinancejournal.com/Article/3099072/Aircraft-Profile-Airbus-A320-200.html#emailAFriend
5.
Pengaruh pariwisata dalam negeri. Indonesia begitu kaya akan keindahan alamnya,
sehingga menjadikan negeri ini sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di ASEAN maupun
di seluruh dunia. Bali, Lombok, dan Raja Ampat hanya segelintir dari beragam tempat wisata
yang memukau di negeri ini. Perkembangan turis dari mancanegara pun senantiasa
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun trend positif ini mengalami penurunan
pada tahun 2009 saat terjadi musibah gempa bumi di Sumatera Barat. Berikut adalah data
jumlah wisatawan asing yang ke Indonesia dari tahun 2008 Mei 2014.
Tahun
(Jan-Mei) 2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
Sumber: www.bps.go.id
28
Penutup
Pada akhir pidatonya, Pak Arif meminta masukan dari para karyawan, bagaimana mengatasi
masalah yang dihadapi agar Citilink dapat melewati fase kritis ini dengan sukses. Apa yang
harus dilakukan Citilink agar dapat berhasil di masa depan? Strategi apa yang tepat
dilakukan agar Citilink bisa survive, sukses bersaing dalam industri penerbangan nasional,
dan menjadi perusahaan angkutan yang menguntungkan?
29