SKK Migas 2013 Project
SKK Migas 2013 Project
Terdapat 3 Lapangan didalam Wilayah kerja Cepu, salah satunya adalah Lapangan Banyu Urip,
dengan cadangan minyak bumi sebesar 265 juta barrel.
Proyek Banyu Urip terdiri dari 5 bagian engineering, procurement, dan construction (EPC), yakni
EPC-1 yaitu pembangunan fasilitas produksi, EPC-2 yaitu pembangunan pipa onshore, EPC-3 yaitu
pembangunan pipa offshore dan mooring tower, EPC-4 yaitu pembangunan FSO dan EPC-5 untuk
pembangunan fasilitas infrastruktur.
74
Proyek dikerjakan sejak tanggal 5 Agustus 2011, dan diharapkan dapat memulai kegiatan
produksi secara penuh pada Januari 2015 sehingga dapat menambah produksi minyak Indonesia
pada kapasitas penuh sebesar 165 ribu BOPD. Berdasarkan rencana pengembangan, pada
Desember 2013 diharapkan pelaksanaan seluruh proyek telah mencapai 87,8%. Namun demikian,
karena pelaksanaan pada EPC-1 dan EPC-5 tidak sesuai dengan komitmen, maka secara keseluruhan
proyek baru mencapai 78,7%.
Hambatan utama pelaksanaan proyek adalah permasalahan terkait dengan isu sosio ekonomi yang
lebih lama dari rencana, pemberdayaan kemampuan daerah, pembebasan tanah, dan perizinan,
serta kinerja kontraktor EPC-1 yang tidak sesuai dengan komitmen yang utamanya disebabkan
kurangnya jumlah tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan pendukung.
FA_14050801 SKKMIGAS_AR.indd 75
75
7/4/14 5:26 PM
Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) merupakan proyek pengembangan 4 WK, yaitu
Ganal, Rapak, Makasar Strait dan Kalimantan Timur. Pada 4 WK tersebut terdapat 5 lapangan
yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang. Kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan antara lain mengebor 28 sumur bawah laut di 5 lapangan tersebut, yang nantinya akan
diintegrasikan melalui 2 unit produksi terapung (Floating Production Unit/FPU) hub dan 1 subsea
tie-back.
Diharapkan dari Lapangan Bangka akan diproduksikan gas sekitar 120 juta SCFD dan kondensat
4 ribu BCPD, Gehem Hub sebesar 420 juta SCFD dan kondensat 27 ribu BCPD, serta Gendalo Hub
sebesar 700 juta SCFD dan 20 ribu BCPD kondensat.
76
Rencana pengembangan proyek telah disetujui Menteri ESDM pada tahun 2008, dan direncanakan
pada tahun 2016 kegiatan produksi sudah dapat dimulai dari Lapangan Bangka.
Front End Engineering Design (FEED) untuk Lapangan Bangka, Gendalo Hub dan Gehem Hub
telah selesai pada tahun 2012. Pada akhir tahun 2013, proyek telah memasuki fase konstruksi,
namun kelangsungan proyek masih membutuhkan persetujuan terhadap beberapa hal, antara lain
perpanjangan KKS yang dibutuhkan untuk menjaga keekonomian proyek, keputusan dari Pertamina
dan Kementerian Keuangan untuk penggunaan akses aset kilang Bontang, serta persetujuan Sales
Purchase Agreement (SPA) antara Chevron dengan pembeli.
FA_14070401 SKKMIGAS_AR_ENG.indd 77
77
7/4/14 7:32 PM
LAPANGAN ABADI
INPEX MASELA LTD.
WK Masela terdiri dari 1 lapangan yang telah discovery, yaitu Lapangan Abadi, dengan cadangan
gas bumi sebesar 6,05 triliun SCF (90% P1)
Proyek pengembangan Lapangan Abadi memiliki dampak produksi dan investasi yang cukup
signifikan. Selain itu, lokasi proyek yang berada di WK Masela, Laut Arafura, Maluku Tenggara Barat
ini merupakan garis batas wilayah Indonesia.
POD Pertama telah disetujui Menteri ESDM pada tanggal 6 Desember 2010. Skema pengembangan
lapangan akan menggunakan Floating LNG dengan kapasitas 2,5 million ton per annum (MTPA),
sehingga proyek ini sekaligus merupakan model pengembangan lapangan gas yang baru pertama
kali dilakukan di Indonesia.
Sesuai persetujuan POD Pertama, produksi gas bumi sebesar 449 juta SCFD dan kondensat
sebesar 8,4 ribu BCPD selama 30 tahun diperkirakan akan dapat dimulai pada tahun 2016. Namun
berdasarkan perkembangan terakhir, first gas diperkirakan pada akhir 2019.
78
FA_14070401 SKKMIGAS_AR_ENG.indd 78
7/4/14 7:32 PM
Untuk menyiapkan rencana pengembangan, Inpex sampai dengan tanggal 31 Desember 2103
melakukan berbagai kegiatan, yaitu FEED untuk SURF yang telah diselesaikan pada akhir 2013,
FEED untuk FLNG yang diperkirakan selesai awal tahun 2014, dan penentuan lokasi shore base di
Saumlaki yang akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan proyek.
79
Rencana Pengembangan Tangguh Train 3 (POD) telah disetujui Pemerintah pada 29 November
2012. Ini merupakan pengembangan lanjutan setelah Train 1 dan Train 2 (POD Pertama) yang
telah beroperasi sejak tahun 2009 dan berlokasi di Bintuni, Papua Barat. Pengembangan Train
3 ini bertujuan mengembangkan dan memproduksi cadangan gas serta memonetisasi sebelum
berakhirnya KKS pada tahun 2035.
Train 3 akan dibangun dengan kapasitas 3,8 MTPA dan distandarisasi sehingga kilang LNG Tangguh
Train 3 ini akan menggunakan peralatan yang sama dengan Train 1 dan Train 2.
80
Ruang lingkup Train 3 mencakup pembangunan kilang LNG di darat dengan kapasitas 3,8 MTPA
LNG dan 3,2 ribu BOPD kondensat dan pembangunan gas production facilities di lepas pantai
dengan kapasitas 700 juta SCFD, berupa 2 platform dengan total 7 well dan 2 jalur pipa dengan
diameter 24 sepanjang 15 Km dan 24 Km.
Sampai dengan akhir tahun 2013, proses pengadaan onshore LNG FEED sedang berjalan dan
diharapkan onstream pada tahun 2019.
81
WK Muara Bakau dengan luas 1.081,81 km2 terdiri dari 2 lapangan yang telah discovery, yaitu
Lapangan Jangkrik (JKK) dan Lapangan Jangkrik North East (JNE), dengan potensi eksplorasi
yang tersisa adalah prospek Jangkrik Deep, Dara dan Katak Biru.
Lapangan JKK dan JNE terletak di lepas pantai laut Selat Makassar dengan kedalaman sekitar
450-500 meter bawah permukaan laut.
Pengembangan gas Lapangan JKK diawali dengan ditemukannya sumur JKK-1 pada tahun 2009,
kemudian dilanjutkan sumur JKK-2 dan sumur JKK-2 dir dan JKK-3 tahun 2010, sedangkan
Lapangan JNE dimulai sejak penemuan sumur JNE-1 dan JNE-2 tahun 2011.
Rencana pengembangan Lapangan JKK (POD Pertama) telah disetujui Menteri ESDM
pada tanggal 29 November 2011 dengan kumulatif gas sebesar 913 miliar SCF. Sedangkan
rencana pengembangan Lapangan JNE (POD) telah disetujui Kepala SKK Migas pada tanggal
31 Januari 2013 dengan kumulatif produksi gas sebesar 417,5 miliar SCF.
Pengembangan lapangan JKK dan JNE akan dilakukan dengan skenario pembangunan fasilitas
produksi serta komersialitas penjualan gas dan kondensat secara terintegrasi. Target first gas dari
kedua lapangan ini diperkirakan pada awal tahun 2017.
Lingkup proyek Muara Bakau meliputi 3 pekerjaan utama, yaitu EPCI-1 (FPU), EPCI-2 (Riser Flowline
& Installation) dan EP-3 (Subsea Production System) termasuk pengeboran sumur pengembangan
sebanyak 11 sumur.
82
Pengembangan Lapangan JKK terdiri dari 7 sumur bawah laut dan 4 sumur bawah laut di
Lapangan JNE yang dihubungkan (tie-back) menuju FPU. Selanjutnya gas disalurkan melalui pipa
ekspor bawah laut menuju Onshore Receiving Facility (ORF) untuk diukur sebelum disalurkan
melalui pipa eksisting 42 dan 20 di Kalimantan Timur menuju Kilang LNG Badak dan Pasar
Domestik. Adapun hasil lainnya berupa kondensat disalurkan melalui pipa eksisting 20 menuju
Kilang Senipah.
Status perkembangan proyek Muara Bakau pada akhir tahun 2013 sebagai berikut:
a. Usulan AFE untuk 11 sumur pengembangan sudah disetujui bundling dan AFE-AFE pembangunan
Fasilitas produksi (FPU, ORF, Pipeline dan Subsea Facility) sedang dalam tahap evaluasi akhir.
b. Usulan penetapan pemenang lelang untuk pekerjaan EPCI-I, EPCI-2 dan EP-3 sedang dalam
tahap evaluasi.
c. FEED untuk proyek-proyek utama telah selesai, pelaksanaan proyek akan dimulai setelah
pelaksana pekerjaan ditetapkan sesuai proses pengadaan.
d. Rencana pelaksanaan tie-in dan sharing facilities ke sistem pipa gas Kalimantan Timur dalam
pembahasan aspek teknis dan komersial.
83
LAPANGAN BD-MA-MBH-HUSKY
CNOOC LTD. MADURA STRAIT
1. LAPANGAN BD
Lapangan BD terletak di lepas pantai Madura Strait, Jawa Timur, sekitar 65 km di timur Surabaya
dan sekitar 16 km selatan Pulau Madura. Dari pengembangan Lapangan BD diharapkan dapat
diproduksikan cadangan gas sebesar 441,7 miliar SCF dan 18,7 juta barel kondensat dengan masa
produksi selama 13 tahun.
Produksi awal diperkirakan akan dimulai pada kuartal 2 tahun 2016 dengan initial production
sebesar 100 juta SCFD dan 6 ribu BCPD atau setara dengan 22,7 ribu BOEPD.
Skenario pengembangan Lapangan BD dengan menggunakan Well Head Platform, FPSO Gas
Processing dengan CO2 removal dan sulfur recovery unit, serta condensate stabilizing and storage.
Jalur pipa yang digunakan berupa multiphase flow-line dari Well Head Platform ke FPSO dan jalur
pipa dari FPSO menuju Stasiun Pengukuran Gas di Pasuruan.
85
86
Kendala utama keterlambatan proyek adalah keterbatasan tenaga kerja terutama tenaga welder
yang berpengalaman, serta kelambatan mobilisasi peralatan.
1) Condensate Jetty Loading Facility : Penunjukan pemenang lelang telah disetujui SKK Migas
pada 22 Januari 2014.
2) Material Offloading Facilities (MOF) Jetty : Kemajuan kontruksi telah mencapai 94,31 dari
rencana 100%. Keterlambatan ada pada pekerjaan concrete work pada jetty head yang
baru mencapai 85%, sedang pekerjaan lainnya telah mencapai 100%
87
Pengembangan Lapangan terintegrasi (POD Integrasi) yang terdiri dari Lapangan PHE-7, PHE-12,
PHE-24, PHE-29, PHE-44, PHE-48 disetujui oleh SKK Migas pada tanggal 23 Oktober 2013.
Dari pengembangan Lapangan terintegrasi (POD Integrasi) diharapkan dapat diproduksikan
cadangan gas sebesar 62.21 BCF dan 15.84 juta barel minyak dengan masa produksi selama
12 tahun. Initial production diperkirakan sebesar 10 juta SCFD dan 1 ribu BOPD dengan produksi
puncak diharapkan mencapai 27,4 juta SCFD dan 12,65 ribu BOPD.
Untuk memproduksikan minyak dari Lapangan-Lapangan PHE 6, 29, 44 dan 48 dengan cara gas
lift yang gasnya akan diperoleh dari Platform PPP dengan penambahan kompresor di CPP. Gas
yang diproduksikan dari PHE 24 langsung dialirkan ke CPP eksisting dan kemudian dialirkan ke
ORF Gresik sedangkan produksi multi fasa dari PHE 6, 12, 7, 29, 44 dan 48 akan dialirkan dan
diproses di CPP 2. Minyak dari CPP 2 akan diteruskan ke PPP untuk selanjutnya ditampung dengan
FSO sedangkan gas akan dialirkan ke ORF Gresik.
88
FA_14070401 SKKMIGAS_AR_ENG.indd 88
7/4/14 7:39 PM
IV
PEMBERDAYAAN
KAPASITAS
NASIONAL
90
FA_14070401 SKKMIGAS_AR_ENG.indd 90
7/10/14 4:33 PM
Memasuki tahun
2013, pemanfaatan gas
bumi untuk kepentingan
domestik dapat ditingkatkan
cukup signifikan, bahkan telah
melebihi volume gas yang
diekspor.
IV.A
REALISASI
PEMANFAATAN
GAS BUMI UNTUK
KEBUTUHAN
DOMESTIK
Volume pemanfaatan gas bumi dalam rangka memenuhi kebutuhan gas domestik meningkat
3.774 BBTUD pada tahun 2013 atau meningkat 155% dalam kurun waktu 10 tahun. Saat ini,
pemanfaatan gas bumi untuk kepentingan domestik telah melebihi komitmen penjualan gas ke
pasar ekspor. Berdasarkan data pada tahun 2013, volume gas bumi yang dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan gas domestik 5,2% lebih tinggi jika dibandingkan dengan volume gas bumi
domestik sebesar 3.774 BBTUD, sementara untuk memenuhi komitmen penjualan ekspor hanya
sebesar 3.402 BBTUD.
EKSPOR
DOMESTIK
Pemanfaatan gas bumi untuk domestik didukung oleh pembangunan infrastruktur gas bumi
dari pengembangan lapangan gas yang berada di luar pulau Jawa dapat dialirkan ke pulau Jawa
yang mempunyai populasi penduduk paling besar diantara pulau lain-nya di Indonesia. Salah satu
tahapan penting dalam pembangunan infrastruktur gas bumi di pulau Jawa adalah beroperasinya
perairan Tanjung Priuk, DKI Jakarta.
92
FA_14070401 SKKMIGAS_AR_ENG.indd 92
7/10/14 3:14 PM
Pemerintah telah menetapkan sejumlah alokasi kargo LNG kepada beberapa terminal penerima
LNG baik yang sudah beroperasi seperti Nusantara Regas maupun kepada terminal penerima LNG
yang masih dalam tahap perencanaan (FSRU Jawa Tengah) dan konstruksi (FSRU Lampung dan
terminal regasifikasi LNG di Arun) seperti tertera pada tabel di atas. Namun demikian, perencanaan
pembangunan infrastruktur gas bumi harus sejalan dengan rencana pengembangan lapangan gas
bumi sehingga alokasi gas yang telah ditetapkan Pemerintah dapat dimanfaatkan dengan optimal.
Sebagai contoh Nusantara Regas hanya dapat memanfaatkan 24 kargo LNG dari 27 kargo LNG
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2013.
Selain menetapkan alokasi LNG, pemerintah juga menetapkan alokasi gas melalui pipa untuk
mendukung pemenuhan gas domestik. Pemanfaatan gas bumi melalui pipa saat ini telah berjalan
dengan baik terutama dalam rangka revitalisasi pabrik pupuk, peningkatan kapasitas pembangkit
listrik tenaga gas serta pemenuhan gas untuk industri pada umumnya. Pemanfaatan ini harus
didukung oleh pengembangan infrastuktur pipa gas yang berkesinambungan dan fasilitas penerima
pasokan gas dari sisi pembeli.
Berdasarkan data pada tahun 2013, beberapa pembeli gas masih memanfaatkan pasokan gas di
bawah jumlah penyerahan pasokan gas harian yang telah disepakati pada perjanjian jual beli gas.
Hal ini disebabkan oleh terbatasnya infrastruktur pipa gas dan peningkatan kapasitas pembangkit
listrik yang pada umumnya baru dilakukan pada saat produksi gas telah mengalir sehingga pada
awal produksi gas tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.
Beberapa proyek pengembangan gas melalui pipa telah berproduksi pada tahun 2013, salah satu
diantaranya adalah pengembangan Lapangan gas Ruby dengan volume pengaliran gas sebesar 80
BBTUD di WK Sebuku yang dioperasikan oleh Mubadala Petroleum untuk memenuhi kebutuhan
gas proyek revitalisasi pabrik pupuk PT Pupuk Kalimantan Timur.
Secara berurutan dimulai pada tahun 2014, beberapa proyek pengembangan lapangan gas pipa
mulai berproduksi yaitu Lapangan Gundih yang dioperasikan oleh PT Pertamina EP dengan potensi
pengaliran gas sebesar 50 BBBTUD untuk memenuhi kebutuhan gas pusat pembangkit listrik
Tambak Lorok (Jawa Tengah), Lapangan Kepodang di WK Muriah yang dioperasikan oleh PC Muriah
Ltd. dengan potensi pengaliran gas sebesar 116 BBTUD juga untuk memenuhi kebutuhan gas pusat
93
pembangkit listrik Tambak Lorok, Lapangan Bukit Tua di WK Ketapang yang dioperasikan oleh PC
Ketapang II Ltd. dengan potensi pengaliran gas sebesar 50 BBTUD untuk memenuhi kebutuhan
gas pusat pembangkit listrik Gersik (Jawa Timur), Lapangan Senoro yang dioperasikan oleh JOB
Pertamina-Medco Tomori dengan potensi pengaliran gas sebesar 60 BBTUD untuk memenuhi
kebutuhan pabrik amonia untuk pupuk, Lapangan gas Blok A yang dioperasikan oleh PT Medco
E&P Malaka dengan potensi pengaliran gas sebesar 110 BBTUD untuk memenuhi kebutuhan gas
pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda, Lapangan MDA dan MBH yang dioperasikan oleh HuskyCNOOC Madura Ltd. dengan potensi pengaliran sebesar 85 BBTUD untuk memenuhi kebutuhan
gas revitalisasi pabrik pupuk PT Pupuk Kimia Gersik, Lapangan Tiung Biru Jambaran yang
dioperasikan oleh PT Pertamina EP Cepu dengan potensi pengaliran sebesar 185 BBTUD untuk
memenuhi kebutuhan gas revitalisasi pabrik pupuk PT Pupuk Kujang Cikampek.
94
95