Siap Print
Siap Print
06 Juni 2014
Asisten: 1. R.P. Faisal Firmansyah
2. Wildanun Muholladun
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT DAN AVERTEBRATA AIR
DI LAPANG KELOMPOK 4
KELOMPOK 4
ARINIL HAKIMAH
(130341100074)
AHMAD HANDOKO
(130341100025)
(130341100062)
AHMAD FARIS S
(130341100057)
SYAMSU ENDROUTOMO
(130341100043)
(130341100007)
(130341100085)
CHOMAIROH ASMARANDINY
(130341100075)
AHMAD WAIS
(100341100025)
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2014
I.
TUJUAN
III.
DASAR TEORI
A. Pengertian Mangrove
Kata mangrove berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang
komunitas tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai
(seperti : tepi pantai, muara laguna (danau dipinggir laut) dan tepi sungai)
yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Menurut FAO (1952)
definisi mangrove adalah pohon dan semak semak yang tumbuh dibawah
ketinggian air pasang tertinggi. Mangrove merupakan termasuk varietas
yang besar dari famili tumbuhan, yang beradaptasi pada lingkungan
tertentu. Tomlinson (1986) mengklasifikasikan jenis mangrove menjadi 3
(tiga ) kelompok, yaitu : Kelompok Mayor, Kelompok Minor dan
Kelompok Asosiasi Mangrove.
Mangrove adalah formasi vegetasi yang tumbuh di daerah yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik
karena merupakan gabungan dari ciri ciri tumbuhan yang hidup di darat
dan di laut. Hutan mangrove memiliki berbagai macam fungsi yaitu
sebagai berikut (Rahmawaty, 2006 ), 1). Fungsi Fisik : Menjaga garis
pantai agar tetap satbil, melindungi pantai dari erosi ( abrasi) dan intrusi
air laut, peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, penangkap
sedimen, pengendali banjir, mengeloh bahan limbah, penghasil detritus,
memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2 serta mengurangi
resiko terhadap bahaya tsunami, 2). Fungsi Biologis : Merupakan daerah
asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground)
dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat
bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber
plasma nutfat (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme) dan pengontrol
penyakit malaria, 3). Fungsi Sosial Ekonomi : Sumber mata pencarian,
produksi berbagai hasil hutan ( kayu, arang, obat dan makanan), sumber
bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam, objek pendidikan dan
penelitian, areal pertambakan, tempat pembuatan garam dan areal
perkebunan (Rahmawaty, 2006 ).
B. Pengertian Lamun
C. Pengertian Plankton
Plankton adalah organisme mikroskopis yang berada di permukaan
perairan dan berfungsi sebagai produsen ekosistem perairan. Sebagai biota
mikroskopis perairan, plankton sangat berperan sebagai produsen primer
dan sekunder. Plankton sebagai sumber makanan bagi organisme yang
hidup di perairan. Plankton juga sering digunakan sebagai tolok ukur
kesuburan perairan, dengan melihat dominansi jenis-jenis atau
berkurangnya suatu jenis karena adanya gangguan terhadap ekosistem
perairan, seperti adanya pencemaran. Oleh sebab itu plankton perlu
dianalisis keanekaragaman jenisnya (Wardhana 2000).
Kepadatan plankton diukur dengan menggunakan alat plankton net
berukuran 200 mesh yang di bagian bawahnya ditampung dengan botol
flakon ber volume 11 ml. Air diambil dengan menggunakan ember
berukuran 5 liter dan dituangkan ke dalam plankton net, maka plankton
yang tertampung pada botol flakon telah terpadatkan dari volume 5 liter
air menjadi 11 mililiter air. Kepadatan plankton diukur dengan
menggunakan mikroskop binokuler. Sampel plankton dalam botol flakon
diteteskan pada hemacytometer, kemudian dihitung jumlah jenis setiap
selnya (Wardhana 2000).
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
adalah plankton yang menyerupai tumbuhan, sehingga mampu melakukan
fotosintesis dan merupakan pensuplai utama oksigen terlarut di perairan,
sedangkan zooplakton meskipun sebagai pemanfaat langsung fitoplankton,
merupakan produsen sekunder perairan (Wardhana 2000).
D. Pengertian Biota
Biota laut adalah hewan dan tumbuhan yang selama hidupnya
berada di laut. Jenis dari hewan dan tumbuhan sangatlah beragam, mulai
dari yang berenang di kolom air hingga yang merayap dan melekat di
permukaan dasar laut. Tempat hidup atau habitatnya pun berbeda-beda,
mulai dari pantai yang dangkal hingga laut dalam. Yuk mari kita bahas
beberapa jenis biota laut yang senantiasa ditemukan di pantai sekitar kita
(Romimohtarto, K 1999).
Biota laut sangat banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa kelompok (taksa). Kelompok hewan meliputi ikan,
moluska, krustasea, koral, echinodermata, dan sponge. Sedangkan dari
kelompok tumbuhan antara lain alga (rumput laut), lamun (seagrass) dan
bakau (mangrove). Biota-biota tersebut dapat kita jumpai di daerah pesisir
dan laut. Kita dapat menemukan adanya moluska, krustasea,
echinodermata, ikan, lamun, rumput laut dan lainnya. Seringkali kita juga
tidak bisa menentukan dari golongan manakah biota laut yang kita
temukan. Sehingga sangat diperlukan pengenalan yang lebih mendalam
agar kita dapat mendeskripsikan biota yang ada (Romimohtarto, K 1999).
IV.
HASIL
STASIUN 3 LOKASI 1
HASIL YANG KAMI TEMUKAN
1 JENIS
MANGROVE
2 JENIS
3 JENIS
>3 JENIS
KETERANGAN
TIDAK DI
LAMUN
BIOTA
PLANKTON
TEMUKAN
SEMAI
TINGG JUMLAH
JENIS
RIZOPORA
APKULATA 1
RIZOPORA
ANAKAN
TINGG JUMLAH
DAUN
DAUN
25 cm
30 CM
65
APKULATA 2
SONNERATIA
ALBA
TINGGI
DEWASA
JUMLA
H DAUN
BAT
270 cm
1047
20
250 cm
1018
120 cm
843
A. MANGROVE
B. BIOTA
JUMLA
NO
JENIS
1
2
3
4
5
6
7
8
H
50
11
1
2
3
2
1
5
SUBSTRAT
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
DOKOMENTAS
I
terlampir
STASIUN 3 LOKASI 2
A. MANGROVE
Tidak ditemukan
B. LAMUN
LAMUN
JENIS
cymodocea rotundata
TINGGI
5 cm
2 JENIS
3 JENIS
>3 JENIS
LE
KETERANGAN
TIDAK DI TEMUKAN
PLANKTON
C. BIOTA
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
JENIS
CUNG CUNG (telescopium telescopium)
KERANG DARAH (annadarah granosa)
KEPITING (scylla serrata)
RAJUNGAN
UDANG PUTIH (Litopenaeuss vannamei)
KARANG TANDUK
GURITA (octopus)
KARANG OTAK
CACING PIPIH
KARANG
Plankton
JUMLAH
35
5
1
1
3
2
1
3
1
5
1
SUBSTRAT
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
Lumpur berpasir
DOKOMENTASI
terlampir
D. PLANKTON
Jenis: Diaptosoma
V.
PEMBAHASAN
A. MANGROVE
Berdasarkan hasil identifikasi pada stasiun ke tiga lokasi 1 posisi S
0702'16.84'' E 11242'51.54'' tepatnya di Kecamatan Sepuluh di jumpai dua
spesies mangrove yaitu Rizopora apkulata dan Soneratia alba.
1. Rizopora apkulata
Perawakan
Daun
Buah
: Belum berbuah
Bunga
: Belum berbunga
Akar
Ekologi
1. Soneratia alba
.
Perawakan
Daun
Buah
: Belum berbuah
Bunga
: Belum berbunga
Akar
Ekologi
C. BIOTA
Berdasarkan hasil pengamatan lapang di daerah sepuluh pada posisi S
0702'16.84'' E 11242'51.54'' dengan tekstur tanah berlumpur pada parameter air
yang suhunya mencapai 31,6C, DO 6,0 mg/l, pH 8,5, salinitas air 27 ppt, dan
kecerahan air 36 cm. Ada delapan jenis di temukan biota-biota laut di sekitar
perairan tersebut diantaranya : cung-cung (telescopium telescopium) berjumlah 50
ekor, kerang darah (annadarah granosa) berjumlah 11 ekor, kepiting (scylla
serrata)sejumlah 1, ikan lonjhet sejumlah 2, kerang lokan () sejumlah 2, udang
kipas () sejumlah 1, dan keong laut sejumlah 5.
Berdasarkan hasil pengamatan lapang di daerah sepuluh pada posisi S 06
53' 03.74" E 112 59'.78" dengan tekstur tanah berpasir pada jarak 1-50 m dari
bibir pantai dan lumpur berpasir pada jarak 50-200 m, dengan parameter air yang
suhunya mencapai 31,1C, 6,9mg/l, pH 7,2, salinitas air 33 ppt, dan kecerahan air
20 cm. Ada 11 jenis di temukan biota-biota laut di sekitar perairan tersebut
diantaranya : cung-cung (telescopium telescopium) berjumlah 35 ekor, kerang
darah (annadarah granosa) berjumlah 5 ekor, kepiting (scylla serrata) sejumlah
1, rajungan berjumlah 1, udang putih (Litopenaeuss vannamei) berjumlah 3,
karang tanduk berjumlah 2, gurita berjumlah 1, karang otak berjumlah 3, cacing
pipih berjumlah 1, zooplankton
1. Cung-cung (telescopium telescopium)
jarak 5 meter dari bibir pantai yang bersubstrat lumpur. Dan dari stasiun 3 lokasi 2
kami menemukan 1 ekor kepiting bakau dengan ukuran 5 cm, kami temukan pada
jarak 30 meter dari bibir pantai yang bersubstrat pasir berlumpur.
5. Rajungan (portunus pelagicus)
Rajungan adalah salah satu anggota filum crustacea yang memiliki tubuh
beruas ruas. Rajunga memiliki karapas yang sangat menonjol dibandingkan
dengan abdomennya. Kedua sisi muka karapas terdapat 9 buah duri yang disebut
sebagai duri marjinal. Rajungan mempunyai kemampuan berenang cepat sehingga
dapat berimigrasi jauh kedalam air. Hal ini disebabkan karena rajungan
mempunyai potongan-potongan kaki berbentuk dayung. Warna dasar pada jantan
adalah kebiru-biruan dengan bercak putih terang, sedangkan pada betina berwarna
dasdar kehujau-hijauan dengan bercak putih agak suram.
Dari hasil pengamatan lapang yang kami lakukan pada stasiun 3 lokasi 1
didak kami dapatkan biota jenis rajungan. Dan pada stasiun 3 likasi 2 kami
temukan biota jenis rajungan sejumlah 1 dengan ukuran badan mencapai 7 cm
dengan ciri-ciri warna dasar tubuhnya kehijau-hijauan dengan bercak-bercak putih
agak suram yang berjenis kelamin betina.
6. Udang putih (Litopenaeuss vannamei)
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan
bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax
yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada.
Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai
sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas
keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.
Udang putih vaname sama halnya seperti udang penaid lainnya, binatang
air yang ruas-ruas dimana pada tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan.
Anggota ini pada umumnya bercabang dua atau biramus. Tubuh udang secara
morfologis dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu cepalothorax atau bagian
kepala dan dada serta bagian abdomen atau perut. Bagian cephalothorax
terlindungi oleh kulit chitin yang tebal yang disebut carapace. Secara anatomi
cephalotorax dan abdomen, terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas. Masing-
7. Cacing pipih
Cacing pipih memiliki tubuh pipih, lunak, dan epidermis bersilia. cacing
pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh
(acoelomata). Cacing pipih ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang
setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat penghisap yang mungkin disertai
dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran
darah dan sistem pernapasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna
tanpa anus.
Pada stasiun 3 lokasi 2 kami temukan jenis cacing pipih berjumlah 1 ekor
pada jarak 2 meter dari bibir pantai dengan substrat berpasir.
8. Karang Otak (Akropora)
D. PLANKTON
VI.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum lapang yang kami lakukan di desa sepuluh pada
lokasi pertama di stasiun ke tiga, banyak di temukan jenis biota terutama dari
kelas gastropoda karena jenis substratnya berlumpur dan kelas ini bersimbiosis
dengan mangrove. Untuk biota yang lain terdapat beberapa jenis biota dari kelas
crustacea dan beberapa jenis ikan, hal ini juga di pengarui oleh suhu, ph, salinitas,
keceraan dan DO pada perairan tersebut.
Sedangkan pada lokasi ke dua di stasiun ke tiga kami tdak mendapatkan
mangrove, tetapi kami mendapatkan komunutas lamun pada jarak 185 meter di
kedalaman 20 cm. Untuk biota pada satsiun ini banyak ditemukan jenis
gastropoda dan crustacea, ikan-ikan kecil dan satu dari jenis cacing pipih. Untuk
plankton ditemukan satu pada 8 kali pengamatan di mikroskop dan plankton
merupakan jenis Diaptosoma.
5.2 Saran
1. Mendengarkan asisten saat melakukan praktikum.
2. Mengganti alat yang dirusak praktikan.
3. Tidak ceroboh dalam melakukan praktikum khusunya yang praktikum.
lapang
4. Peralatan yang digunakan harus dibersihkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, 2011. Pemetaan dan Kajian Beberapa Aspek Ekologi Komunitas Lamun
Di Perairan Pantai Karang Tirta Padang. Program Studi Biologi.
Program Pascasarjana Universitas Andalas
Bjork, M., Short, Mcleod, dan Beer. 2008. Managing Seagrasses for Resilience to
Climate Change. IUCN. Gland, Switzerland
Rahmawaty, 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasar Pendekatan
Masyarakat. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 1999. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang
Laut. Puslitbang Oseanologi - LIPI. Jakarta: 116 hal.
Wardhana, Wisnu 2000. Penggolongan Plankton. Departemen Biologi FMIPAUniversitas Indonesia.