Anda di halaman 1dari 17

25 Mei 2014

06 Juni 2014
Asisten: 1. R.P. Faisal Firmansyah
2. Wildanun Muholladun
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT DAN AVERTEBRATA AIR
DI LAPANG KELOMPOK 4

KELOMPOK 4
ARINIL HAKIMAH

(130341100074)

AHMAD HANDOKO

(130341100025)

GARINA DYAH ARANINDA

(130341100062)

AHMAD FARIS S

(130341100057)

SYAMSU ENDROUTOMO

(130341100043)

SYAIFUL BAHRI VIA PUTRA

(130341100007)

EKO ALVIN TIRTANA

(130341100085)

CHOMAIROH ASMARANDINY

(130341100075)

AHMAD WAIS

(100341100025)

ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2014

I.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT DAN


AVERTEBRATA AIR DI LAPANG
II.

TUJUAN

1. Untuk Mengetahui dan mengidentifikasi Ekosistem Mangrove ,


Lamun , dan Terumbu Karang
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Biota yang ada di dalam ekosistem
3. Untuk mengetahui jenis-jenis mangrove, lamun, dan terumbu
karang

III.
DASAR TEORI
A. Pengertian Mangrove
Kata mangrove berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang
komunitas tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai
(seperti : tepi pantai, muara laguna (danau dipinggir laut) dan tepi sungai)
yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Menurut FAO (1952)
definisi mangrove adalah pohon dan semak semak yang tumbuh dibawah
ketinggian air pasang tertinggi. Mangrove merupakan termasuk varietas
yang besar dari famili tumbuhan, yang beradaptasi pada lingkungan
tertentu. Tomlinson (1986) mengklasifikasikan jenis mangrove menjadi 3
(tiga ) kelompok, yaitu : Kelompok Mayor, Kelompok Minor dan
Kelompok Asosiasi Mangrove.
Mangrove adalah formasi vegetasi yang tumbuh di daerah yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik
karena merupakan gabungan dari ciri ciri tumbuhan yang hidup di darat
dan di laut. Hutan mangrove memiliki berbagai macam fungsi yaitu
sebagai berikut (Rahmawaty, 2006 ), 1). Fungsi Fisik : Menjaga garis
pantai agar tetap satbil, melindungi pantai dari erosi ( abrasi) dan intrusi
air laut, peredam gelombang dan badai, penahan lumpur, penangkap
sedimen, pengendali banjir, mengeloh bahan limbah, penghasil detritus,
memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan penghasil O2 serta mengurangi
resiko terhadap bahaya tsunami, 2). Fungsi Biologis : Merupakan daerah
asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground)
dan daerah pemijahan (spawning ground) dari berbagai biota laut, tempat
bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber
plasma nutfat (hewan, tumbuhan dan mikroorganisme) dan pengontrol
penyakit malaria, 3). Fungsi Sosial Ekonomi : Sumber mata pencarian,
produksi berbagai hasil hutan ( kayu, arang, obat dan makanan), sumber
bahan bangunan dan kerajinan, tempat wisata alam, objek pendidikan dan
penelitian, areal pertambakan, tempat pembuatan garam dan areal
perkebunan (Rahmawaty, 2006 ).
B. Pengertian Lamun

Lamun (Seagrass) merupakan tumbuhan, berbuah, berbunga,


berdaun dan berakar sejati yang tumbuh pada substrat berlumpur, berpasir
dan berbatu yang hidup terendam di dalam air laut. Lamun merupakan
tumbuhan yang memiliki pembuluh secara struktur dan fungsi yang sama
dengan tumbuhan di darat. Keberadaan lamun pada perairan laut terdapat
antara batas daerah pasang surut (intertidal dan subtidal) sampai
kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar
laut (Arief 2011).
Fungsi utama ekosistem lamun dapat memberikan nutrisi terhadap
biota yang berada diperairan sekitarnya. Ekosistem lamun merupakan
produsen primer dalam rantai makanan di perairan laut dengan
produktivitas primer berkisar antara 900-4650 gC/m2/tahun. Pertumbuhan,
morfologi, kelimpahan dan produktivitas primer lamun pada suatu
perairan umumnya ditentukan oleh ketersediaan zat hara fosfat, nitrat dan
ammonium (Green dan Short, 2003). Sejak tahun 1980 sampai sekarang,
diperkirakan lamun di dunia telah mengalami degradasi sebesar 54 %
(Bjork 2008).

C. Pengertian Plankton
Plankton adalah organisme mikroskopis yang berada di permukaan
perairan dan berfungsi sebagai produsen ekosistem perairan. Sebagai biota
mikroskopis perairan, plankton sangat berperan sebagai produsen primer
dan sekunder. Plankton sebagai sumber makanan bagi organisme yang
hidup di perairan. Plankton juga sering digunakan sebagai tolok ukur
kesuburan perairan, dengan melihat dominansi jenis-jenis atau
berkurangnya suatu jenis karena adanya gangguan terhadap ekosistem
perairan, seperti adanya pencemaran. Oleh sebab itu plankton perlu
dianalisis keanekaragaman jenisnya (Wardhana 2000).
Kepadatan plankton diukur dengan menggunakan alat plankton net
berukuran 200 mesh yang di bagian bawahnya ditampung dengan botol
flakon ber volume 11 ml. Air diambil dengan menggunakan ember
berukuran 5 liter dan dituangkan ke dalam plankton net, maka plankton

yang tertampung pada botol flakon telah terpadatkan dari volume 5 liter
air menjadi 11 mililiter air. Kepadatan plankton diukur dengan
menggunakan mikroskop binokuler. Sampel plankton dalam botol flakon
diteteskan pada hemacytometer, kemudian dihitung jumlah jenis setiap
selnya (Wardhana 2000).
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
adalah plankton yang menyerupai tumbuhan, sehingga mampu melakukan
fotosintesis dan merupakan pensuplai utama oksigen terlarut di perairan,
sedangkan zooplakton meskipun sebagai pemanfaat langsung fitoplankton,
merupakan produsen sekunder perairan (Wardhana 2000).
D. Pengertian Biota
Biota laut adalah hewan dan tumbuhan yang selama hidupnya
berada di laut. Jenis dari hewan dan tumbuhan sangatlah beragam, mulai
dari yang berenang di kolom air hingga yang merayap dan melekat di
permukaan dasar laut. Tempat hidup atau habitatnya pun berbeda-beda,
mulai dari pantai yang dangkal hingga laut dalam. Yuk mari kita bahas
beberapa jenis biota laut yang senantiasa ditemukan di pantai sekitar kita
(Romimohtarto, K 1999).
Biota laut sangat banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa kelompok (taksa). Kelompok hewan meliputi ikan,
moluska, krustasea, koral, echinodermata, dan sponge. Sedangkan dari
kelompok tumbuhan antara lain alga (rumput laut), lamun (seagrass) dan
bakau (mangrove). Biota-biota tersebut dapat kita jumpai di daerah pesisir
dan laut. Kita dapat menemukan adanya moluska, krustasea,
echinodermata, ikan, lamun, rumput laut dan lainnya. Seringkali kita juga
tidak bisa menentukan dari golongan manakah biota laut yang kita
temukan. Sehingga sangat diperlukan pengenalan yang lebih mendalam
agar kita dapat mendeskripsikan biota yang ada (Romimohtarto, K 1999).
IV.

HASIL

STASIUN 3 LOKASI 1
HASIL YANG KAMI TEMUKAN
1 JENIS
MANGROVE

2 JENIS

3 JENIS

>3 JENIS

KETERANGAN

TIDAK DI
LAMUN
BIOTA
PLANKTON

TEMUKAN

SEMAI
TINGG JUMLAH

JENIS

RIZOPORA

APKULATA 1
RIZOPORA

ANAKAN
TINGG JUMLAH

DAUN

DAUN

25 cm

30 CM

65

APKULATA 2
SONNERATIA

ALBA

TINGGI

DEWASA
JUMLA
H DAUN

BAT

270 cm

1047

20

250 cm

1018

120 cm

843

A. MANGROVE
B. BIOTA
JUMLA

NO

JENIS

1
2
3
4
5
6
7
8

CUNG CUNG (telescopium telescopium)


KERANG DARAH (annadarah granosa)
KEPITING (scylla serrata)
IKAN LONJHET
UDANG PUTIH (Litopenaeuss vannamei)
KERANG LOKAN
UDANG KIPAS
KEONG

H
50
11
1
2
3
2
1
5

SUBSTRAT
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur
berlumpur

DOKOMENTAS
I

terlampir

STASIUN 3 LOKASI 2
A. MANGROVE
Tidak ditemukan
B. LAMUN
LAMUN
JENIS
cymodocea rotundata

TINGGI
5 cm

HASIL YANG KAMI TEMUKAN


1 JENIS
MANGROVE
LAMUN
BIOTA

2 JENIS

3 JENIS

>3 JENIS

LE

KETERANGAN
TIDAK DI TEMUKAN

PLANKTON

C. BIOTA
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

JENIS
CUNG CUNG (telescopium telescopium)
KERANG DARAH (annadarah granosa)
KEPITING (scylla serrata)
RAJUNGAN
UDANG PUTIH (Litopenaeuss vannamei)
KARANG TANDUK
GURITA (octopus)
KARANG OTAK
CACING PIPIH
KARANG
Plankton

JUMLAH
35
5
1
1
3
2
1
3
1
5
1

SUBSTRAT
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
lumpur berpasir
Lumpur berpasir

DOKOMENTASI

terlampir

D. PLANKTON
Jenis: Diaptosoma
V.

PEMBAHASAN

A. MANGROVE
Berdasarkan hasil identifikasi pada stasiun ke tiga lokasi 1 posisi S
0702'16.84'' E 11242'51.54'' tepatnya di Kecamatan Sepuluh di jumpai dua
spesies mangrove yaitu Rizopora apkulata dan Soneratia alba.

1. Rizopora apkulata

Perawakan

: Pohon tumbuh tegak dan menyebar dengan tinggi 270 cm dan


berdiameter 20 cm pada Rizopora apkulata dewasa, sedangkan
pada Rizopora apkulata anakan tinggi 30 cm, dan pada Rizopora
apkulata semai tinggi 25 cm. Kulit kayu bagian luar berwarna
kelabu hingga hitam.

Daun

: Permukaan bawah daun berwarna hijau kekuningan, memiliki


bintik-bintik hitam kecil yang menyebar di seluruh permukaan
bawah daun. Letak daun tunggal dan bersilangan berbentuk elips
menyempit,ujung daun tajam. Pada Rizopora apkulata dewasa
jumlah daun mencapai 1047, sedangkan pada Rizopora apkulata
anakan dengan jumlah daun 65, dan pada Rizopora apkulata semai
dengan jumlah daun mencapai 4.

Buah

: Belum berbuah

Bunga

: Belum berbunga

Akar

: Memiliki akar tunjang.

Ekologi

: Tumbuh subur di daerah muaran sungai, dengan lumpur lembut

1. Soneratia alba
.

Perawakan

: Pohon atau perdu dengan tinggi 120 cm berdiameter 26 cm.


Kulit kayu halus, retak/celah searah longitudinal, berwarna kulit
coklat.

Daun

: Bagian atas dan bawah permukaan daun hampir sama, tangkai


daun berwarna kuning. Letak daun tunggal dan bersilangan,
berbentuk oval, ujung membundar sampai berlekuk. Jumlah
daun mencapai 843.

Buah

: Belum berbuah

Bunga

: Belum berbunga

Akar

: Memiliki akar napas, berbentuk kerucut.

Ekologi

: Tumbuh di lumpur berpasir di muara sungai, sering ditemukan


di daerah tepian yang menjorok kelaut, daerah dengan salinitas
relati tinggi.

Pada pengamatan yang kami lakukan di stasiun 3 lokasi 2 daerah pantai


Sepuluh yang terletak pada posisi S 06 53' 03.74" E 112 59'.78" tidak kami
temukan pohon mangrove karena sedimen pada pantai tersebut cenderung berpasir
dan berkarang sehingga mangrove tidak ditemukan di sekitar pantai tersebut.
B. LAMUN
Berdasarkan hasil pengamatan di stasiun 3 lokasi 1 lamun tidak kami
temukan di sekitar perairan tersebut karena substran yang ada berjenis lumpur.
Dan berdasarkan hasil identifikasi pada stasiun ke tiga lokasi ke2 posisi S 06 53'
03.74" E 112 59'.78" tepatnya di Kecamatan Sepuluh di jumpai satu spesies
lamun yaitu cymodocea rotundata.
1. cymodocea rotundata

Kami mendapatkan lamun pada jarak 185 m dan di kedalamn 20


cm. Lamun yang kami dapatkan dalam satu transek terdiri 65 lamun dari
satu jenis lamun yakni cymodocea rotundata. Jarak antara satu lamun
dengan lamun yang lain dalam satu rizhoma 7 cm. Di dalam ekosistem
terdapat biota seperti ikan-ikan kecil yang belum diketahui jenisnya.

C. BIOTA
Berdasarkan hasil pengamatan lapang di daerah sepuluh pada posisi S
0702'16.84'' E 11242'51.54'' dengan tekstur tanah berlumpur pada parameter air
yang suhunya mencapai 31,6C, DO 6,0 mg/l, pH 8,5, salinitas air 27 ppt, dan
kecerahan air 36 cm. Ada delapan jenis di temukan biota-biota laut di sekitar
perairan tersebut diantaranya : cung-cung (telescopium telescopium) berjumlah 50
ekor, kerang darah (annadarah granosa) berjumlah 11 ekor, kepiting (scylla
serrata)sejumlah 1, ikan lonjhet sejumlah 2, kerang lokan () sejumlah 2, udang
kipas () sejumlah 1, dan keong laut sejumlah 5.
Berdasarkan hasil pengamatan lapang di daerah sepuluh pada posisi S 06
53' 03.74" E 112 59'.78" dengan tekstur tanah berpasir pada jarak 1-50 m dari
bibir pantai dan lumpur berpasir pada jarak 50-200 m, dengan parameter air yang
suhunya mencapai 31,1C, 6,9mg/l, pH 7,2, salinitas air 33 ppt, dan kecerahan air
20 cm. Ada 11 jenis di temukan biota-biota laut di sekitar perairan tersebut
diantaranya : cung-cung (telescopium telescopium) berjumlah 35 ekor, kerang
darah (annadarah granosa) berjumlah 5 ekor, kepiting (scylla serrata) sejumlah
1, rajungan berjumlah 1, udang putih (Litopenaeuss vannamei) berjumlah 3,
karang tanduk berjumlah 2, gurita berjumlah 1, karang otak berjumlah 3, cacing
pipih berjumlah 1, zooplankton
1. Cung-cung (telescopium telescopium)

Cangkang hewan ini berbentuk kerucut, panjang, ramping dan agak


mendatar pada bagian dasarnya. Warna cangkang coklat keruh, coklat keunguan
dan coklat kehitaman, lapisan luar cangkang dilengkapi dengan garis-garis spiral
yang sangat rapat dan mempunyai jalur-jalur yang melengkung ke dalam. Panjang
cangkang berkisar antara 1-3 cm yang berukuran kecil sedangkan yang berukuran
besar 3-5 cm yang kami temukan di stasiun ke 3 lokasi 1, sedangkan di stasiun ke
3 lokasi ke 2 Panjang cangkang cung -cung berkisar antara 1-3 cm yang
berukuran kecil sedangkan yang berukuran besar 4-6 cm.
2. Kerang Darah (annadarah granosa)
Kerang darah termasuk hewan lunak, kerang ini termasuk jenis bivalvia
yang hidup pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua
keping cangkang yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah
persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua cangkang
tersebut. Puncak cangkang disebut umbo yang merupakan bagian cangkang paling
tua,garis-garismelongkar sekitar umbo menunjukkan pertumbuhan
cangkang.mantel pada kerang tersebut berbentuk jaringan yang tipis dan lebar,
menutup seluruh tubuh dan terletak dibawah cangkang. Kakinya berbentuk seperti
kapak pipihyang dapat dijulurkan keluar yang berfungsi untuk merayap dan
menggali lumpur atau pasir.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan di stasiun ke 3 lokasi 1 kami
menemukan kerang jenis ini sejumlah 50 ekor pada jarak 1-50 m dari bibir pantai
dengan substrat berlumpur. Dengan ukuran beranekaragam mulai dari diameter 13 cm. Dan dari hasil pengamatan yang kami lakukan di stasiun ke 3 lokasi 2 kami
menemukan kerang jenis ini sejumlah 35 ekor pada jarak 1-50 m dari bibir pantai

dengan substrat pasir berlumpur. Dengan ukuran beranekaragam mulai dari


diameter 1-3 cm.
3. Gurita (octopus)
Gurita adalah hewan molusca dari kelas cephalopoda atau kaki hewan
terletak di kepala.gurita memiliki 8 tangan yang terbentuk simetris beserta filamen
atau tentakel. Bagian tubuh gurita dapat dibagi menjadi 5 bagian yaitu badan,
mata, selaput renang, kantong penghisap dan tangan. Umumnya bentuk tubuh dari
gurita agak bulat atau bulat pendek, tidak mempunyai sirip. Pada tubuh bulat itu
terdapat tonjolan-tonjolan seperti kutil. Bagian utama tubuh gurita menyerupai
gelembung dan diliputi oleh selubungkemudian mengecil membentuk semacam
leher, pada bagian pertemuan dengan kepala. Bentuk kepala dari gurita ini sangat
jelas, dengan sepasang mata yang sangat kompleks mempunyai penglihatan
sempurna dan di kelilingi pada bagian depannya anterior oleh lengan-lengan.
Lengan gurita berjumlah 8 dan dilengkapi dengan selaput renang yang terletak
dicelah-celah pangkal lengan.pada masing-masing lengan dijumpai dua baris
kantung penghisap yang tersusun memanjang mulai dari pangkal lengan sampai
keujung lengan dan tidak memiliki tepian yang menyerupai tanduk. Mulut terletak
diabagian kepala yang dikelilingi oleh lengan. Dibagian bawah dari tubuhnya
terdapat lubang-lubang seperti corong yang dinamakan sipon. Sipon ini berguna
untuk mengeluarkan air dari dalam tubuhnya (Budianto agus 1997).
Dari pengamatan lapang, gurita yang kami dapatkan pada stasiun ketiga
lokasi kedua dengan ukuran panjang tubuhnya 13 cm dengan diameter 5 cm pada
jarak 70 meter dari bibir pantai dengan substrat lumpur berpasir.
4. Kepiting (scylla serrata)
Kepiting bakau memiliki karapas berwarna sedikit kehijauan. Pada kiri
kanannya terdapat sembilan buah duri-duri tajam dan pada bagian depannya
diantaranya tangkai mata terdapat 6 buah duri, sapit kanannya lebih besar dari
sapit kiri dengan warna kemerahan pada kedua ujungnya. Mempunyai 3 pasang
kaki jalan,dan 1 pasang kaki perenang yang terdapat pada ujung abdomen dengan
bagian ujungnya dilengkapi dengan alat pendayung.
Dari hasil pengamatan lapang yang kami temukan pada stasiun 3 lokasi 1,
kami menemukan kepiting bakau berjumlah 1 ekor yang berukuran 4 cm, pada

jarak 5 meter dari bibir pantai yang bersubstrat lumpur. Dan dari stasiun 3 lokasi 2
kami menemukan 1 ekor kepiting bakau dengan ukuran 5 cm, kami temukan pada
jarak 30 meter dari bibir pantai yang bersubstrat pasir berlumpur.
5. Rajungan (portunus pelagicus)
Rajungan adalah salah satu anggota filum crustacea yang memiliki tubuh
beruas ruas. Rajunga memiliki karapas yang sangat menonjol dibandingkan
dengan abdomennya. Kedua sisi muka karapas terdapat 9 buah duri yang disebut
sebagai duri marjinal. Rajungan mempunyai kemampuan berenang cepat sehingga
dapat berimigrasi jauh kedalam air. Hal ini disebabkan karena rajungan
mempunyai potongan-potongan kaki berbentuk dayung. Warna dasar pada jantan
adalah kebiru-biruan dengan bercak putih terang, sedangkan pada betina berwarna
dasdar kehujau-hijauan dengan bercak putih agak suram.
Dari hasil pengamatan lapang yang kami lakukan pada stasiun 3 lokasi 1
didak kami dapatkan biota jenis rajungan. Dan pada stasiun 3 likasi 2 kami
temukan biota jenis rajungan sejumlah 1 dengan ukuran badan mencapai 7 cm
dengan ciri-ciri warna dasar tubuhnya kehijau-hijauan dengan bercak-bercak putih
agak suram yang berjenis kelamin betina.
6. Udang putih (Litopenaeuss vannamei)
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan
bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax
yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada.
Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai
sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas
keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.
Udang putih vaname sama halnya seperti udang penaid lainnya, binatang
air yang ruas-ruas dimana pada tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan.
Anggota ini pada umumnya bercabang dua atau biramus. Tubuh udang secara
morfologis dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu cepalothorax atau bagian
kepala dan dada serta bagian abdomen atau perut. Bagian cephalothorax
terlindungi oleh kulit chitin yang tebal yang disebut carapace. Secara anatomi
cephalotorax dan abdomen, terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas. Masing-

masing segmen memiliki anggota badan yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri


(Elovaara, 2001).
Pada stasiun 3 lokasi 1 dan 2 kami menemukan masing-masing stasiun 3
ekor jenis udang putih. Dengan ukuran berkisar 2-5 cm pada jarak 50 meter dari
bibir pantai yang bersubstrat pasir berlumpur dilokasi kedua dan lokasi pertama
berlumpur.

7. Cacing pipih

Cacing pipih memiliki tubuh pipih, lunak, dan epidermis bersilia. cacing
pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh
(acoelomata). Cacing pipih ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang
setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat penghisap yang mungkin disertai
dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran
darah dan sistem pernapasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna
tanpa anus.
Pada stasiun 3 lokasi 2 kami temukan jenis cacing pipih berjumlah 1 ekor
pada jarak 2 meter dari bibir pantai dengan substrat berpasir.
8. Karang Otak (Akropora)

Karang otak mmemilii koloni yang tidak melekat pada substrat,berbentuk


lingkaran,berdinding tinggi dan tidak rata,bentuk colum mela tidak teratur,warna
coklat atau hijau ujung tentakel berwarna hijau,ukuran polip bervariasi dan polip
terbesar mengalami pemanjangan.
Pada stasiun ke tiga lokasi pertama dan lokasi ke dua kami temukan
karang jenis ini berjumlah 3 buah,pada jarak 15 meter dari bibir pantai pad
substrat pasir berlumpur dalam keadaan tidak hidup.

D. PLANKTON

Pada pengambilan sampel plankton yang kami lakukan di stasiun 3 lokasi


1, kami dapatkan satu jenis zooplankton yaitu Diaptosoma dengan ciri-ciri
memiliki karakteristik antena pertama sangat panjang yang melebihi panjang
tubuhnya . Kami mengambil sampel tersebut pada jarak 50 m dari bibir pantai
sebanyak 5 liter yang kemudian di saring pada planktonet.

VI.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum lapang yang kami lakukan di desa sepuluh pada
lokasi pertama di stasiun ke tiga, banyak di temukan jenis biota terutama dari
kelas gastropoda karena jenis substratnya berlumpur dan kelas ini bersimbiosis
dengan mangrove. Untuk biota yang lain terdapat beberapa jenis biota dari kelas
crustacea dan beberapa jenis ikan, hal ini juga di pengarui oleh suhu, ph, salinitas,
keceraan dan DO pada perairan tersebut.
Sedangkan pada lokasi ke dua di stasiun ke tiga kami tdak mendapatkan
mangrove, tetapi kami mendapatkan komunutas lamun pada jarak 185 meter di
kedalaman 20 cm. Untuk biota pada satsiun ini banyak ditemukan jenis
gastropoda dan crustacea, ikan-ikan kecil dan satu dari jenis cacing pipih. Untuk
plankton ditemukan satu pada 8 kali pengamatan di mikroskop dan plankton
merupakan jenis Diaptosoma.
5.2 Saran
1. Mendengarkan asisten saat melakukan praktikum.
2. Mengganti alat yang dirusak praktikan.
3. Tidak ceroboh dalam melakukan praktikum khusunya yang praktikum.
lapang
4. Peralatan yang digunakan harus dibersihkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, 2011. Pemetaan dan Kajian Beberapa Aspek Ekologi Komunitas Lamun
Di Perairan Pantai Karang Tirta Padang. Program Studi Biologi.
Program Pascasarjana Universitas Andalas
Bjork, M., Short, Mcleod, dan Beer. 2008. Managing Seagrasses for Resilience to
Climate Change. IUCN. Gland, Switzerland
Rahmawaty, 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasar Pendekatan
Masyarakat. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 1999. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang
Laut. Puslitbang Oseanologi - LIPI. Jakarta: 116 hal.
Wardhana, Wisnu 2000. Penggolongan Plankton. Departemen Biologi FMIPAUniversitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai