Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nico

Prawiro(16)
Kelas : XII-

Mengen
al HAT,
Metode

HAT atau High Altitude Training atau Latihan di Ketinggian merupakan


latihan fisik yang dilakukan oleh para atlet olahraga di dataran tinggi atau
pegunungan yang tingginya lebih dari 2.400 meter (8.000 kaki) di atas
permukaan laut. Metode latihan ini dilakukan oleh para atlet internasional
maupun nasional dengan berbagai cabang olahraga seperti tinju, pelari, dll.
Walaupun hampir semua cabang olahraga melakukan metode HAT,
tapi yang paling menonjol latihannya adalah atlet dari cabang Tinju atau
jenis pertarungan fisik lainnya seperti MMA. Hal ini dikarenakan latihan
mereka lebih sulit dari latihan fisik cabang olahraga lain.
Kenapa sih harus ada latihan di dataran tinggi? Emang latihan di
dataran rendah ga bisa ya?? Yuk kita pelajari dari sejarahnya sampai
peninjauan secara medis, apa yang terjadi pada tubuh para atlet.

Awal mula ditemukannya metode HAT, adalah peristiwa yang terjadi


pada Olimpiade 1968 yang berlangsung di Mexico City, Meksiko. Ketinggian
Mexico City adalah 2.240 meter (7.349 kaki) dari permukaan laut. Pada saat
itu banyak atlet dari cabang olahraga yang mengandalkan endurance seperti
cabang olahraga Lari (sprint, marathon) mengalami penurunan stamina dan
bahkan tidak bisa mencapai target catatan waktu seperti dalam latihan
mereka. Hal ini dikarenakan mereka kekurangan oksigen yang
mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Lalu akhirnya diadakanlah penelitian
dan muncullah metode HAT yang digunakan sampai sekarang.

Nah, sekarang dari tinjauan Medis. Anda yang pernah atau sering
jalan-jalan ke gunung pasti merasakan sulit bernafas kan? Bukan karena
kecapean yah.... Atau bagi yang belum pernah naik gunung, coba deh anda
pergi kegunung atau dataran tinggi kaya Dieng di Wonosobo. Disana
jangankan lari, jalan biasapun agak susah nafasnya. Itu karena kadar
Oksigen yang kurang.

Di ketinggian menengah sekitar 1.500 m - 2.300 meter, kadar oksigen


masih berkisar 20,9%. Apalagi di daerah yang lebih tinggi dari itu pastinya
lebih rendah. Nih, jadi seperti ini gambarannya yang terjadi pada tubuh
manusia.
1. Ketika seseorang yang kesehariannya tinggal di dataran rendah lalu
berpindah ke dataran tinggi, dalam kasus ini yaitu sang atlet memulai latihan
HAT, maka dia akan mengalami Hipoksia. Hipoksia merupakan kondisi
kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh
perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan
sampai dengan kematian. Tubuh manusia terutama otak yang biasanya
gampang mendapatkan Oksigen pasti kaget karena hipoksia, maka dari itu
tubuh menjadi lemas, pusing, dan gampang lelah.
Tapi ini atlet gan, udah diseleksi ketahanan tubuhnya sama pelatih
professional. Karena atlet pada kondisi hipoksia malah biasanya terus
disuruh latihan fisik lebih intensif, misalnya disuruh sprint berulang. Kalo kita
langsung pingsan.....
2. Ingat, jaringan pengikat Oksigen di dalam tubuh yaitu sel darah
merah atau Hemoglobin. Dikarenakan hipoksia, tubuh berusaha beradaptasi
dan mengirim sinyal ke-otak, lalu otak memerintahkan tubuh untuk
memproduksi hemoglobin sebanyak-banyaknya. Karena dengan jumlah
hemoglobin yang banyak, dapat mengikat oksigen dengan lebih cepat dan
lebih banyak. Berdasarkan penelitian, penyesuaian ini berlangsung kurang
lebih 2-3 minggu untuk memulihkan kekuatan tubuh seperti semula.
3. Gimana hebat ngga mekanisme tubuh kita dalam beradaptasi? siapa
dulu penciptanya, siapa lagi klo bukan Tuhan. Nah, time skip... ceritanya
udah latihan sekitar 2-3 bulan gan. Lalu sang atlet turun gunung untuk
bertanding. Apa yang terjadi???....
4. Ketika atlet tersebut bertanding di dataran rendah, tubuhnya masih
memiliki jumlah hemoglobin yang tinggi. Dengan kata lain tubuhnya dengan
mudah mengikat oksigen. Hal ini mengakibatkan endurance sang atlet tinggi
gan, ngga gampang ngos-ngosan alias staminanya tahan lama. Bukan hanya
itu aja, menurut penelitian lanjutan, metode HAT juga merangsang
penggunaan oksigen lebih efisien untuk otot gan. Jadi, strenght juga
meningkat.
5. Latihan terberat HAT itu pada olahraga petarungan gan seperti Tinju.
Karena bukan hanya lari, sprint, push up, pull up saja. Tetapi ada angkat

beban gan, lalu belum sesi latihan teknik, terus latihan adu jotos dengan
sparing partner. Lebih melelahkan. Para mantan juara Heavyweight WBA
seperti Oscar Dela Hoya latihannya di Alberqueque di New Mexico. Makanya
mereka jadi juara, latihannya berat banget.

Dikarenakan metode HAT membutuhkan waktu dan biaya lebih karena


harus memindahkan fasilitas latihan ke atas gunung, maka diciptakanlah
SHAT (Simulation High Altitude Training). Yang pertama yaitu menciptakan
SHAT Room atau suatu ruangan yang disimulasikan seperti di dataran tinggi,
yaitu dengan cara mengurangi kadar oksigen dalam ruangan tersebut. Tapi
ini dinilai masih ribet gan oleh beberapa atlet....
Nah, evolusi SHAT tidak berakhir disini gan, karena diciptakanlah
simulasi lain yang sedikit ekstrem. Simulasi ini entah siapa yang menemukan
pertama kali, tapi yang jelas mereka dari kalangan atlet MMA.

MMA adalah Mixed Martial Art atau Bela Diri Campuran. Para atletnya
dituntut menguasai 2 jenis beladiri yaitu Standing Fighting (Karate, Silat,
Muay Thai,dll) dan Ground Fighting (Sambo, Wrestling, Brazilian Jiujitsu, dll).
Pertandingannya yang terkenal ya UFC (Ultimate Fighting Championship)
sama Bellator.

Kembali ke topik, evolusi seperti apa yang mereka bawa??. Mereka


memodifikasi Masker khusus untuk latihan sehari-hari gan. Jadi dari masker
itu, oksigen yang mereka hirup jadi lebih sedikit gan. Tapi ingat, JANGAN
BERANI COBA-COBA latihan dengan cara ini tanpa Professional Trainer gan.
Jadi namanya Mask Simulation High Altitude Training,
Sumber: http://www.kaskus.co.id/

Anda mungkin juga menyukai