Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Yayasan saat ini sulit dibedakan dengan lembaga lainnya yang berorientasi laba.
Kecenderungan pendirian yayasan biasanya dengan maksud berlindung di balik
status badan hukum. Kecenderungan itu menyebabkan berbagai masalah,
seperti kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dalam
anggaran dasar, sengketa antara pengurus dengan pendiri atau pihak lain, dan
dugaan bahwa yayasan digunakan untuk menampung kekayaan para pendiri
atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum.
Berbagi fakta yang ada menunjukan bahwa kecenderungan pendidikan yayasan
adalah untuk berlindung dibalik status badan hukum Yayasan, dan bukan wadah
pengembangan wadah sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Selain itu, tujuan
kecenderungan ini biasanya berakhir dengan interpretasi, memperkaya diri para
pendiri, pengurus, dan pengawas.
Sejalan dengan kecenderungan tersebut, berbagai masalah yayasan, mulai
muncul, seperti kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan
yang tercantum dalam anggaran dasar, sengketa antara pengurus dengan
pendiri atau pihak lain, dan dugaan bahwa yayasan digunakan untuk
menampung kekayan para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara
melawan hukum. Banyaknya masalah tersebut memunculkan kebutuhan akan
hukum positif atau landasan hukum yuridis.
Dalam rangka penerapan prinisp keterbukaan dan akuntbilitas pada masyarakat,
manajemen yayasan melakukan pembenahan administrasi, termasuk publikasi
pertanggungjawaban laporan keuangan setiap tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.2
Untuk itu, organisasi nirlaba perlu menyusun laporan keuangan. Hal ini bagi
sebagian organisasi nirlaba yang scope-nya masih kecil serta sumber daya-nya
masih belum memadai, mungkin akan menjadi hal yang menantang untuk
dilakukan. Terlebih karena organisasi nirlaba jenis ini umumnya lebih fokus pada
pelaksanaan program ketimbang mengurusi administrasi. Namun, hal
tersebut tidak boleh dijadikan alasan karena organisasi nirlaba tidak boleh hanya
mengandalkan pada kepercayaan yang diberikan para donaturnya. Akuntabilitas
sangat diperlukan agar dapat dapat memberikan informasi yang relevan dan
dapat diandalkan kepada donatur, regulator, penerima manfaat dan
publik secara umum.
Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk alat
penyampaian pertanggungjawaban pengurus.
Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap untuk
memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi mengenai
sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu
menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan dalam
besaran uang.
Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan
undang-undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial,
politik, ekonomi, dan budaya nasional serta memberi citra baik bagi bangsa. Di sini,
laporan keuangan berfungsi sebagai umpan balik kepada pemerintah. Apabila ada
berbagai harapan dan kepentingan yang berbenturan, maka laporan keuangan secara
seimbang memberi informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan itu. Selain
itu Instansi pemerintah sangat berkepentingan dengan informasi akuntansi. Dari
informasi keuangan suatu organisasi, pemerintah akan dapat menetapkan besarnya
pajak yang harus dibayar oleh organisasi yang bersangkutan.
Organisasi Nirlaba. Meski organisasi nirlaba bertujuan tidak untuk mencari laba,
organisasi ini masih sangat memerlukan informasi keuangan untuk tujuan penyusunan
anggaran, membayar karyawan dan membayar beban-beban yang lain
Pemakai lainnya. Informasi akuntansi juga diperlukan oleh organisasi lainnya seperti
organisasi buruh, yang memerlukan informasi akuntansi untuk mengajukan kenaikan
Pemakai lainnya. Informasi akuntansi juga diperlukan oleh organisasi lainnya seperti
organisasi buruh, yang memerlukan informasi akuntansi untuk mengajukan kenaikan
gaji, tunjangantunjangan, serta mengetahui kemajuan perusahaan dimana mereka
bekerja.
Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan
informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat yang
akan datang dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional
dalam pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
2.3 CIRI-CIRI ORGANISASI NIRLABA
1.
Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan
pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2.
Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3.
Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.
1.
2.
Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam
menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
3.
Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam
menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung
jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4.
5.
6.
7.
jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi nonprofit menjadikan sumber daya
manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada
dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia.
Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar terhadap berkembangnya organisasi
nirlaba. Dari onganisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir, memiliki daya
saing yang tinggi, aspek kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan. Hampir
diseluruh dunia ini, organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup
suatu komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang
bahkan tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri,
bagaimana efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi bencana tsunami di
Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat prestasi
tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. Organisasi profit juga mendapatkan
keuntungan langsung dengan majunya komunitas, mereka mendapatkan market yang
terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian hari kian berkembang atas
pembinaan organisasi nirlaba.
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu darah. Mereka
sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan mencolok terlihat dengan
organisasi non profit yang memiliki induk di luar negeri. Kondisi ini sudah pasti
memberi pengaruh terhadap quantitas dan qualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya
organisasi non profit tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki mission
statement yang jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana
dan mudah dipahami oleh stake holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba
Indonesia adalah tidak fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata yang
mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata yang
paling banyak muncul barangkali kata sejahtera, adil, merata, berkesinambungan. Misi
ini selanjutnya diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran yang biasanya akan menjadi
makin meluas dan tidak fokus. Kondisi ini juga berimbas pada rancangan struktur
organisasi nirlaba Indonesia. Struktur organisasinya memasukkan semua bidang, ratarata memiliki lebih dari 20 bidang. Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik
karena dijaman orde baru hampir semua organisasi nonprofit yang berdiri menjadi
underbow partai Golkar.
Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah mengakses informasi dari seluruh penjuru
dunia, mereka juga dengan mudah menjalin komunikasi serta menjadi anggota organisasi
nirlaba asing. Disamping itu, komunitas yang tumbuh dan berkembang di dunia maya
sendiri, telah menarik populasi yang sangat besar. Makin hari, organisasi konvensional
makin ditinggalkan, yang dapat berkompetisi kedepan hanyalah organisasi yang mampu
mengkombinasikan aktivitasnya dengan teknologi informasi. Kepemimpinan di seluruh
organisasi memegang peranan yang vital, demikian pula dalam organisasi nirlaba.
Kriteria pemimpin organisasi nirlaba yang paling utama adalah memiliki kemauan.
Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa oleh orang lain.
Dengan memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan terhadap apa saja yang
harus dikerjakan dikemudian hari, serta mengetahui konsekwensi atas pengorbanan yang
harus dijalani sebagai pemimpin organisasi nirlaba. Kriteria kedua adalah memiliki
kapasitas untuk mendengar dan menyelesaikan permasalahan. Mendengar merupakan
kriteria yang penting bagi pemimpin dalam organisasi nirlaba karena pemimpin akan
selalu berinteraksi dengan banyak orang, mulai dari para relawan sampai dengan orangorang yang menjadi objek dari organisasi. Kriteria ketiga adalah memiliki kemampuan
mengkader. Dengan mengkader maka keberlangsungan organisasi akan dapat terjamin.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang bukan menghambat kemunculan kaderkader yang lebih muda, tetapi justru memberi inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk
tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya pemimpin yang berhasil mengkader adalah
pemimpin yang berhasil membesarkan namanya sendiri secara tidak langsung. Kriteria
keempat adalah memiliki kemampuan dalam hal pengumpulan dana. Hal ini sangat
terkait dengan kemampuan determinasi serta kecerdasan pemimpin dalam merajut relasi
antara donatur, volunteer dan masyarakat. Organisasi nirlaba telah banyak yang
mengaplikasikan kriteria-kriteria tersebut untuk memilih pemimpinnya. Tapi sayang
karena belum memiliki managemen pengumpulan dana yang baik, kriteria kemampuan
finansial dari calon pemimpin sering dikedepankan. Hitler dalam perang dunia pertama
menyatakan bahwa yang paling penting dalam perang adalah uang, yang kedua adalah
uang dan yang ketiga adalah uang. Memang uang penting bagi organisasi non profit, tapi
mengelola organisasi non profit tentunya berbeda dengan mengelola armada perang.
Dalam organisasi non profit, dibutuhkan manajemen pengumpulan dana yang bersifat
jangka panjang. Istilah fund rising di organisasi nirlaba sebenarnya lebih tepat kalau
disebut sebagai fund development. Istilah ini signifikan karena bukan hanya dana yang
menjadi perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat sebagai donatur dan volunteer
juga menjadi perhatian utama untuk membangun dukungan yang bersifat jangka panjang.
2.8 Contoh Organisasi Nirlaba
1. Organisasi Kesejahteraan Sosial Masyarakat
a. Yayasan Sosial
b.
Yayasan Dana
RCTI Peduli, Dompet
c. Lembaga Advokasi
d. Balai Keselamatan
: Tim SAR
Aset
a. Kas dan setara kas;
Bila ada kas atau aset lain yang dibatasi penggunaanya oleh
penyumbang, maka hal ini harus disajikan
terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat
penggunaannya.
Piutang (misalnya: piutang pasien, pelajar, anggota, dan
penerima jasa yang lain);
Persediaan;
Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, dan lain-lain.
Bila dilihat dari susunan tersebut, dapat dipahami bahwa
penyajian aset pada laporan posisi keuangan suatu organisasi
Liabilitas
a. Utang dagang;
b. Pendapatan diterima dimuka;
c. Utang jangka panjang, dan lain-lain
Dalam penyajiannya, liabilitas tetap diurutkan berasarkan masa
jatuh temponya.
Aset Bersih
Aset bersih tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi
pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan
dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset
bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi,
lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum
dalam akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual dengan
pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan
organisasi.
Aset bersih terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan waktu
maupun penggunaan, ataupun keduanya. Contoh pembatasan temporer ini bisa
berlaku terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi
untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu dimasa
depan, atau (4) pemerolehan aset tetap. Informasi mengenai jenis pembatasan
ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih terikat
temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Aset bersih terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan
terhadap (1) aset seperti tanah atau karya seni yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak
untuk dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk investasi
yang mendatangkan pendapatan secara permanen. Kedua jenis
pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam
kelompok aset bersih yang penggunaannya dibatasi secara
permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Contoh laporan posisi keuangan:
dapat
membantu
pembatasan.
Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak berlaku lagi
dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut dapat disajikan sebagai
sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan
penggunaannya dibatasi.
Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah klasifikasi
aset bersih sekiranya diperlukan.
Pendapatan
Sumbangan;
Jasa layanan;
Penghasilan investasi.
Semua pendapatan tersebut disajikan secara bruto. Namun, khusus untuk pendapatan
investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, seperti beban
penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Komponen lain yang juga disajikan dalam jumlah neto adalah keuntungan dan
kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar
pengendalian organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan
tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.
Beban
peralatan, penjualan tanah, dsb. Lebih lanjut, arus kas dari aktivitas pendanaan
berasal dari penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang; penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi
yang penggunaannya dibatasi untuk perolehan, pembangunan dan pemeliharaan
aset tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment), atau dari hasil investasi
yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
Semetara itu, ada kalanya organisasi nirlaba melakukan transaksi yang mengakibatkan
perubahan pada komponen posisi keuangan, namun perubahan tersebut tidak
mengakibatkan kas. Misalnya, adanya pembelian kendaraan operasional dengan utang,
sumbangan berupa bangunan atau aset investasi lainnya. Transaksi sejenis ini (yang tidak
mengakibatkan adanya perubahan kas) harus diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan.
Wakaf,
Hibah,
Hibah Wasiat,
Pola Pertanggungjawaban
b)
c)
2.
2)
3)
4)
5)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Yayasan yang kekayaannya berasal dari negara, bantuan luar
negeri, atau pihak lain, atau memiliki kekayaan dalam jumlah yang
ditentukan pada Undang-undang No. 16 Tahun 2001, wajib diaudit oleh
akuntan publik dan laporan tahunannya wajib diumumkan dalam surat
kabar berbahasa Indonesia. Ketentuan ini diberlakukan dalam rangka
penerapan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas pada masyarakat.
Semua ini didasarkan pada fakta bahwa masyarakat cenderung