Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sistem penentuan seks haplodiploid
Di antara Hymenoptera, seks ditentukan oleh sejumlah kromosom yang
dimiliki setiap individu. Telur yang dibuahi mendapatkan 2 set kromosom
(masing-masing dari gamet parental), lalu berkembang ke betina diploid,
sedangkan telur yang tak dibuahi hanya mengandung 1 set (dari betina), lalu
berkembang menjadi jantan haploid; tindakan pembuahan berada di bawah
kendali sadar betina penghasil telur. Fenomena ini disebut haplodiploidi.
Namun, perlu diingat bahwa mekanisme genetik yang sesungguhnya dari
penentuna seks haplodiploid bisa lebih kompleks daripada jumlah kromosom
yang sederhana.
Pada sejumlah Hymenoptera, seks biasanya ditentukan oleh lokus gen
tunggal dengan banyak alel. Pada spesies-spesies itu, haploidnya jantan dan
diploid heterozigot pada lokus seksnya betina, namun biasanya diploid akan
homozigot pada lokus seks dan sebagai gantinya berkembang menjadi
jantan. Ini mungkin khususnya terjadi pada individu yang parentalnya
bersaudara atau berhubungan dekat. Jantan diploid diketahui tercipta
dengan perkawinan sejenis pada sejumlah spesies semut, lebah dan tawon.
Salah satu akibat haplodiploidi adalah rata-rata betinanya memiliki gen yang
lebih banyak dengan saudarinya daripada mereka sendiri dengan anak
betinanya. Karena hal inilah, kerja sama di antara betina yang sama tidak
biasanya menguntungkan, dan ada hipotesis berpengaruh pada
asal eusosialyang banyak dalam ordo ini.
Klasifikasisuntingsunting sumber
Symphytasuntingsunting sumber
Subordo Symphyta termasuk lalat daun, ekor tanduk, dan tawon kayu
parasit. Kelompok ini nampaknya parafiletik, karena sering dipercaya bahwa
familiOrussidae ada dalam kelompok yang dari situ Apocrita berkembang.
Mereka memiliki simpangan tak menyempit antara thorax dan abdomen, dan
larva-larva dari bentuk yang hidup bebas biasanya herbivora, berkaki,
berkaki depan (di tiap segmen, tak seperti Lepidoptera), dan ocelli.
Apocritasuntingsunting sumber
Ordo Hymenoptera
Kata hymenoptera berasal dari bahasa yunani yaitu uman
atau hymen (kulit tipis, membrane,selaput) dan ptera (sayap). Disebut
demikian karena sayap serangga ini tipis seperti membrane yang halus,
sayap depan lebih besar dari satap belakang dan sayap dua pasang dan
bervena. Ordo ini terdapat beberapa keluarga pemakan tanaman, tetapi
sebagian besar merupakan pemakan serangga lain. Hymenoptera terbagi
menjadi dua subordo yaitu, chalastogastra dan clistogastra.
Ciri-ciri ordo hymenoptera adalah :
Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan lebih besar dari sayap belakang.
Contoh Hymenoptera
Contoh ordo hymenoptera / contoh hewan hymenoptera / contoh serangga
ordo hymenoptera yaitu :
1. Xylocopa bombus ( lebah kayu )
2. Apis indica ( lebah madu )
3. Apis dorsata ( lebah gong )
Lebah-lebah ini mempunyai susunan masyarakat tersendiri yang terbagi ke
dalam golongan :
Lebah ratu, tubuh bagian belakang besar, tidak bekerja dan tugasnya hanya
bertelur, dalam satu sarang hanya ada seekor saja.
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata hymenoptera berasal dari bahasa yunani yaitu uman atau hymen (kulit tipis,
membrane) dan ptera (sayap) yang berarti sayap serangga ini tipis seperti
membrane yg halus, sayap depan lebih besar dari satap belakang. Sebagian besar
ordo ini merupakan pemakan serangga lain. Hymenoptera terbagi menjadi dua
subordo yaitu, chalastogastra dan clistogastra. Hymenoptera Mengalami
metamorfosis sempurna, tipe alat mulut mandibulata yang dilengkapi flabellum
sebagai alat pengisapnya. (
Kata diptera berasal dari kata yunani yaitudi(dua)danptera(sayap). Karena
serangga yg termasuk dalam ordo ini mempunyai sepasang sayap, Tetapi ada yg
mempunyai dua pasang sayap yaitu lalat tapi tereduksi menjadi halter yg berfungsi
sebagai alat keseimbangan. Larva pada ordo ini disebut belatung. Belatung
berbentuk ulat pendek yang tidak memiliki kaki, kepalanya kecil dan semakin
kebelakang akan semakin besar
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui jenis-jenis serangga yang termasuk Hymenoptera dan Diptera
Mengetahui bagian-bagian tubuh dari Hymenoptera dan Diptera
Mengetahui ciri-ciri morfologi dari Hymenoptera dan Diptera
4. Mengetahui gejala yang terlihat dan cara pengendaliannya.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Pengenalan Ordo Hemiptera, Tysanoptera dan Isoptera dilakukan pada
tanggal November 2014 pukul 07.30 WIB s/d 09.30 WIB di Laboratorium Hama,
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
2.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Lalat parasitoid, lalat
buah, lalat rumah, Trichograma, Apenteles flavipes, Stenobracon nicevillei.
2.3. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Disiapkan alat dan bahan yang akan diamati.
Diamati bahan yang telah disiapkan di cawan petri.
Dideskripsikan bahan yang telah disiapkan.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Adapun tabel hasil pengamatan yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Lalat Parasitoid
Famili : Tachinidae
Spesies : Strumiopsis
inferens
Lalat Buah
Famili : Tephritidae
Spesies : Bactrocera sp.
Lalat Rumah
Famili : Muscidae
Spesies : Musca
domestica
Trichograma
Famili :
Trichogrammatidae
Spesies : Trichograma
chilonis
Apenteles flavipes
Famili : Branconidae
Spesies : Apenteles
flavipes
Stenobracon nicevillei
Famili : Branconidae
Spesies : Stenobracon
nicevillei
Pembahasan
3.1.1
(Diptera : Tachinidae)
(31-49) hari
dengan masa telur 5-11 hari, rata-rata masa tempayak 18,7 (15-24) hari dan ratarata masa pupa 12,8 hari (11-14) hari (Saragih dkk., 1986). Perkembangbiakan lalat
parasitoid hampir sama dengan lalat rumah, dimana lalat betina mengalami bunting
1-2 minggu. Telur yang telah dibuahi ditahan dalam uterus, kerapkali penetasan
terjadi dalam organ tersebut dan dapat juga terjadi tempayak dikeluarkan dengan
masih diselubungi lapisan kulit telur yang tipis
Larva dari ordo diptera disebut sebagai ulat atau tempayak, dimana bagian
kepala atau tubuh tidak dapat dibedakan, selalu tidak bertungkai atau tidak
berkaki (Amalia , 2010).
3.1.2Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera : Tephritidae
Lalat buah (Bactrocera sp.) adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan
sayuran. Anggota ordo Diptera ini kerap menggagalkan panen yang dinanti petani
buah dan sayur.Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat
kecil. Warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau
kombinasinya dan bersayap datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat
kekuningan. Pada abdomennya terdapat pita-pita hitam, sedangkan pada thoraxnya
terdapat bercak-bercak kekuningan.Lalat buah sering menyerang dan
menghancurkan tanaman saat musim penghujan karena kelembapan memicu pupa
untuk keluar menjadi lalat dewasa.
Gejala : larva akan menggerek buah dan menyebabkan buah membusuk di bagian
dalam. Bila diamati, pada buah yang terserang akan tampak lubang kecil kehitaman
bekas tusukan. Buah menjadi rusak, lembek, busuk dan akhirnya rontok. Batang
yang terserang menjadi benjolan seperti bisul sehingga buah yang dihasilkan kecilkecil dan menguning.
Pengendalian yang dapat dilakukan : dengan cara sanitasi lingkungan, yaitu
pengumpulan buah-buah yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di
pohon. Kemudian dimusnahkan dengan menimbun yang terserang kedalam tanah
(dipastikan bahwa kedalaman tanah tidak memungkinkan larva dapat berkembang
menjadi pupa) (Amir , 2003).
3.1.3
Lalat masuk ke dalam ordo Diptera yaitu memiliki dua pasang sayap (Di- = dua dan
ptera = sayap). Mata yang dimiliki biasanya berukuran besar. Antena memiliki
jumlah segmen yang bervariasi dari 3 40 buah. Metamorfosis sempurna dengan
larva yang tidak berkakiOrdo ini memiliki tipe alat mulut untuk mengunyah dan
menghisap atau menjilat dan menghisap membentuk alat mulut yang sepeti belalai
disebut probosis. Probosis ini dapat ditarik ke dalam atau dijulurkan sesuai dengan
keperluan hewan tersebut. Sesuai dengan namanya, hewan dari ordo ini
mempunyai 2 pasang sayap depan, sedangkan sayap belakang berubah bentuknya
menjadi suatu bulatan kecil yang disebut haltere. Haltere ini digunakan sebagai alat
keseimbangan dan alat untuk mengetahui keadaan angin (Widiyaningrum,2009).
Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabuabuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Memiliki sepasang
mata, sepasang antena, dan tiga pasang kaki. Lalat rumah memiliki bulu pada
bagian atas dan bawah. Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang
melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis ini menjadi
ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Siklus
hidup pada lalat rumahada 4 fase, yaitu: telur, larva, pupa, dan dewasa.
Metamorfosis yang dilakukan oleh lalat adalah metamorfosis sempurna (Borror ,
1996).
3.1.4 Trichograma Trichograma chilonis ( Hymenoptera : Trichogrammatidae)
Parasitoid telurTrichogramma japonicummemiliki panjang tubuh 0,75 mm dengan
tubuh berwarna hitam dan mata merah yang khas (Darmadi, 2008). Tarsus dengan
tiga ruas. Sayap depan sangat lebar dengan rambut-rambut yang membentuk garis,
vena marginal dan stignal membentuk kurva tunggal. Sayap belakang sempit dan
berambut apabila dipelihara pada suhu 30 oC dan kelembapan 80% tubuh berwarna
cokelat kehitaman, rambut-rambut pada sayap depan panjang, ovipositor keluar di
ujung abdomen. Imago jantan mempunyai antenna berbentuk clavus dengan 30-40
rambut, tiap rambut panjangnya 3 kali lebar antenna. Ovipositor pada betina
hampir satu setengah kali lebih panjang daripada tibia belakang yang
memungkinkan betina untuk meletakkan telur ke dalam telur yang tertutup bulu.
Ukuran telur sekitar 0,31mm. rasio jenis kelamin dewasa jantan dan betina adalah
1:2,3. Parasitoid ini merupakan parasitoid yang hidup berkelompok (Pracaya ,
2008).
Larva Trichogramma terdiri dari tiga instar. Setelah mencapai instar 3 (3-4 hari
setelah telur terparasit), telur penggerek batang berubah warnanya menjadi gelap
atau hitam. Larva kemudian berkembang menjadi pupa. Setelah 4-5 hari, pupa
berubah menjadi imago, dan keluar dari telur inang dengan membuat lubang bulat
pada kulit telur. Daur hidup sejak telur diletakkan hingga imago muncul sekitar 8
hari. Setiap betina biasa menghasilkan telur sebanyak 50 butir. Perkembangbiakan
dengan perkawinan atau parthenogenesis. Parasitoid betina yang kawin
menghasilkan keturunan betina dan jantan, sedangkan yg tidak kawin akan
menghasilkan jantan saja (Gullan, 1999).
Pada saat pemarasitan, parasitoid Trichogramma japonicum betina akan menguji
telur dengan memukulnya menggunakan antenna, menggerek masuk ke dalam
telur inang dengan ovipositornya dan meletakkan satu atau lebih telur tergantung
ukuran telur inang. Pada saat Trichogramma japonicum betina menemukan
inangnya, biasanya akan tinggal dekat atau menetap pada inangnya untuk periode
yang panjang selama terjadinya pemarasitan. Populasi parasitoid dipengaruhi oleh
keberadaan inang dan kondisi lingkungan. Populasi inang yang rendah
menyebabkan parasitoid tidak berkembang, parasitoid dewasa aktif pada siang hari
dan terbang menuju ke arah sumber cahaya. Tingkat pemarasitan di lapangan
berkisar antara 40% (Pracaya , 2008).
3.1.5 Apenteles flavipes (Hymenoptera : Branconidae)
Apanteles sp. memiliki antena lebih panjang dari tubuh, tubuh berwarna hitam dan
berwarna kuning pada bagian abdomen dan kakinya, sedangkan pada sayap
terdapat RV (Reccurent vein). Apanteles sp. merupakan musuh alami yang berupa
parasitoid larva. Parasitoid ini mempunyai kisaran inang yang luas, antara
lain Plusia chalcites, Crocidolomia binatalis, Attacuc atlas, dan Spodoptera
litura. Apanteles dewasa berukuran sangat kecil, panjangnya sekitar 2-3
mm.Apanteles betina meletakkan telur ke dalam tubuh inang (pada stadium telur
atau larva instar awal) dengan ovipositornya, biasanya dalam satu inang akan
diletakkan telur sebanyak 16-65 butir. Telur-telur tersebut akan menetas dalam 2-3
hari, dan larva yang muncul akan segera memakan tubuh inangnya dari dalam
(endoparasitoid). Menjelang berpupa, larva akan keluar dari tubuh inang dan
berpupa di luar tubuh inang. Pupa Apanteles berwarna putih. Dewasa yang muncul
hanya hidup beberapa hari saja. Apanteles yang ditemukan pada saat penelitian
menyerang ulat dari anggota Famili Lymantriidae (Eggleton , 1995).
Eggleton P, Bignell DE. 1995. Monitoring the response of tropical insects to changes
in the environment: troubles with termites. Di dalam: Harrington R, Stroks
NE. Insects in a Changing Environment. London: Academic Pr. hal: 473-497.
Gullan, P.J; Cranston PS. 1999. The Insect An Outline of Entomology. Edisi Ke-2.
Oxford: Blackwell Sci.
Pracaya.2008.Hama dan penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sudarsono, H. 2003. Hama belalang kembara (locusta migratoria manilensis
meyen): Fakta dan Analisis Awal Ledakan populasi di Provinsi Lampung. Jurnal Hama
dan penyakit Tumbuhan Tropika. Vol.3, No.2: 51-56.
Widiyaningrum, P. 2009. Pertumbuhan Tiga Spesies Jangkrik Lokal yang
Dibudidayakan pada Padat Penebaran dan Jenis Pakan Berbeda. Jurnal Ilmiah
Sainteks. Vol.14, No.3, 173-177.
gasternya yang demikian itu, Sub-ordo Apocrita dikenal pula sebagai Subordo Symphyta adalah Sub-ordo Clistogastra (Petiolata) (Susilo, 2007).
2.4 Ciri-ciri Ordo Hymenoptera
Ukuran tubuh sangat kecil hingga besar. Sayap 2 pasang, seperti
selaput, bervena sedikit, untuk yang berukuran sangat kecil hampir tidak
mempunyai vena, sayap depan lebih besar dari sayap belakang, mempunyai
sederetan kait-kait kecil yang ter letak di margin anterior yang digunakan
pada waktu terbang. Antena mempunyai 10 ruas atau lebih. Betina
memunyai ovipositor yang berkembang baik, beberapa jenis ovopositornya
bermodifikasi menjadi alat sengat untuk pertahanan diri (Mochamad dkk,
2009).
Ciri-ciri toraks yang dipakai dalam identifikasi Hymenoptera terutama
mencakup bentuk pronotum sklerit mesothoraks tertentu dan lekukanlekukan. Bentuk protonum berguna untuk memisahkan beberapa famili
Symphyta, dan bentuknya dari sisi berguna untuk memisahkan kelompokkelompok superfamili Apocrita.
2.5 Klasifikasi Ordo Hymenoptera
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Subkelas : Pterygota
Infrakelas : Neoptera
Super ordo : Endopterygota
Ordo : Hymenoptera
2.6 Peranan Ordo Hymenoptera
Anggota ordo ini banyak yang menguntungkan manusia karena
sebagai parasit dan predator hama serta sebagai polinator. Ordo ini terbagi
menjadi 2 sub ordo yang kemudian tiap sub ordo terbagi menjadi beberapa
superfamili dan beberapa famili. Kedua sub ordo tersebut adalah Symphyta
(Chalastrogastra) dan sub ordo Apecitra (Clistogastra). Sifat- sifat
telur,
larva (bentuk ulat),
(kepompong),
imago (lebah dewasa).
Telur yang menetas akan menjadi larva. Pada tahapan ini, lebah
pekerja akan memberi larva makanan berupa serbuk sari, nektar, serta
madu. Sebagian nektar yang dikumpulkan oleh lebah pekerja disimpan
sebagai madu. Setelah beberapa hari, larva berganti menjadi pupa dan
seterusnya menjadi anak lebah. Salah satu syarat hidup lebah adalah
adanya tanaman. Secara umum lebah bisa hidup di seluruh belahanbumi,
kecuali di daerah kutub. Hal ini disebabkan di daerah kutub tidak ada
tanaman yang menjadi sumber pakan lebah. Di daerah tropis lebah dapat
berkembang biak dengan baik dan produktif sepanjang tahun karena
tumbuhan sebagai sumber pakan tersedia terus. Di daerah sub tropis lebah
tidak produktif pada musim dingin (Suranto,2004).
Berikut ini klasifikasi dari spesies lebah madu.
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hymenoptera
Famili: Apidae
Bangsa: Apini
Genus: Apis
Lebah madu telah di kenal oleh manusia sejak zaman budaya-budaya
kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Al Qur'an menempatkan secara
istimewa lebah madu menjadi sebuah judul yaitu An Nahl (Lebah Madu).
Dalam salah satu ayatnya (Surah An Nahl ayat 68-69 tertulis:
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukitbukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia.
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
berpikir.