Anda di halaman 1dari 16

LITOSTRATIGRAFI DI INDUSTRI BATUBARA

Diajukan untuk memenuhi syarat perbaikan nilai tugas matakuliah Prinsip


Statigrafi

Disusun Oleh :
Nugraha Putra Zuriska
270110110198

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi batubara yang cukup besar. Hal ini menjanjikan industr batu
bara untuk terus dikembangkan. Tingginya cadangan batu bara memungkinkan
pemanfaatannya untuk dijadikan energi listrik menggantikan minyak bumi. Istilah batubara
luas untuk keseluruhan bahan yang bersifat karbon yang terjadi secara alamiah.
Berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, produksi batu
bara di tahun 2009 mencapai 225 juta ton, yang terbagi atas 75 juta ton untuk pemanfaatan
dalam negeri dan 150 juta ton untuk ekspor. Produksi tersebut meningkat dibandingkan
tahun 2008 (198 juta ton) dan tahun 2007 (196 juta ton).
Batubara juga didefinisikan sebagai batuan yang bersifat karbon berbentuk padat,
rapuh, berwarna coklat tua sampai hitam, dapat terbakar, yang terjadi akibat perubahan atau
pelapukan tumbuhan secara kimia dan fisika (dalam Kamus Pertambangan, Teknologi dan
Pemanfaatan Batuabara, Silalahi, 2002).
Jika dihubungkan dalam ilmu statigrafi maka batu bara memiliki satuan
litostratigrafi. Litostratigrafi merupakan studi stratigrafi yang memfokuskan kepada jenis
jenis litologi yang diamati di lapangan.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan litosratigrafi ?
2. Bagaimana potensi industri batubara di indonesia?
3.Bagaimana litostratigrafi berdasarkan endapaan batubara di Indonesia?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari litostartigrafi
2. Untuk mengetahui bagaimana potensi industri batubara di Indonesia
3. Untuk mengetahui bagaimana pengelompokan litostratigrafi endapan batubara di
Indonesia

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Litostratigrafi


Litostratigrafi adalah kajian stratigrafi berdasarkan ciri-ciri fisik dan kandungan
mineral dalam batuan. Tujuan pengelasan litostratigrafi adalah untuk mengelaskan lapisan
batuan secara sistematik kepada nama-nama unit tertentu berdasarkan perbezaan utama ciriciri fisik dan kandungan mineralnya. Pada satuan litostratigrafi penentuan satuannya
didasarkan atas ciri-ciri batuan yang dapat diamati langsung di lapangan. Penentuan batas
penyebarannya tidak tergantung atas batas waktu.
Ciri ciri litologi di lapangan

meliputi jenis batuan, kombinasi jenis batuan ,

keseragaman gejala litologi batuan dan gejala lain pada tubuh batuan . apabila ciri fisik
liologi tidak dapat digunakan maka digunakan ciri ciri lain seperti dengan cara mekanik,
geofisika, geokimia dll. Satuan litostratigrafi sesuai dengan hukum superposisi, dan
keberadaan komponen fosil dalam batuan termasuk salah satu komponen batuan.
Urutan tingkatan satuan litostratigrafi resmi, dari besar ke kecil yaitu Kelompok-FormasiAnggota. Dengan satuan dasar litostratigrafi yaitu formasi :
-

Kelompok ialah satuan litostratigrafi resmi setingkat lebih tinggi daripada formasi

dan karenanya terdiri dari dua formasi atau lebih yang mempunyai keseragaman ciri litologi .
-

Formasi adalah satuan dasar litostratigrafi , harus mempunyai keseragaman cirri fisik,

mempunyai nilai stratigrafi dan dapat dipetakan pada skala 1 : 25000 dengan ketebalan

formasi berkisar kurang dari 1 meter sampai beberapa ribu meter. Harus diingat formasi
adalah satuan dasar pembagian litostratigrafi resmi dimana tidak selalu termasuk dalam
suatu kelompok dan tidak selalu terbagi menjadi beberapa anggota.
-

Anggota adalah bagian dari suatu formasi yang secara litologi berbeda dengan cirri

umum formasi, dan memiliki penyebaran lateral yang berarti, anggota selalu merupakan
bagian dari formasi dan penyebarannya tidak boleh melebihi penyebaran formasi.

2.2 Potensi Industri Batu Bara di Indonesia


Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil, secara ilmiah pengertian batubara adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisasisa tumbuhan yang terbentuk lewat proses pembatubaraan. Unsur-unsur utama dalam
batubara ini terdiri dari karbon, hidrogen & oksigen. Dalam pembentukan batubara
memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada masa-masa tertentu sepanjang
sejarah geologi.

Batu bara sangat banyak dibutuhkan oleh seluruh industri lainnya. Tingginya permintaan
batubara di Indonesia tahun 2013 dikarenakan produksi semen yang mengalami peningkatan
setiap tahun dan industri-industri lain yang juga semakin berkembang. Contohnya industri
kertas (pulp), industri metalurgi, tekstil, kimia, maupun industri makanan sampai industri

rumah tangga. Itu semua menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam mendukung
proses produksi.

Perminataan batubara baik dari dalam maupun luar negeri semakin meningkat begitu cepat.
Hal ini dikarenakan oleh booming harga dan pembangunan PLTU di luar negeri yang
semakin banyak dan menggunakan bahan bakar batubara sebagai sumber energy utama.

Data terbaru yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral bahwa
cadangan batubara yang tersedia sekitar 18,7 miliar ton, yang diperkirakan masih bertahan
hingga 150 tahun lagi. Ini merupakan peluang bisnis yang sangat besar yang dimiliki oleh
Negara Indonesia saat ini.
Fakta menunjukkan bahwa cadangan minyak bumi di tanah air sekarang ini hanya tinggal
1,2 % (sebesar 3,99 miliar barel dan kemungkinan masih memiliki potensi cadangan
sejumlah 4,41 miliar barel) dari cadangan minyak bumi dunia, yang bertahan hanya sampai
20 tahun. ditambah lagi dengan membumbungnya harga minyak dunia yang terkadang naik
sangat tinggi. Di prediksikan oleh Khairudin Zainu, Marketing Director PT Sekotong Mining
Internasional bahwa pada masa yang akan datang batubara akan menjadi tren dan primadona
di kalangan industry. Dengan demikian potensi batubara sangta besar dan peluang bisnis
batubara ditahun 2013 ini masih terbuka lebar bagi siapapun yang ingin terjun di dalamnya

2.3 Litostratigrafi berdasarkan endapaan batubara di Indonesia


Berdasarkan hasil Penelitian, ada beberapa contoh endapan batubara (raw coal) dari
cekungan-cekungan Sumatera Selatan, Tarakan (Sub-Cekungan Tarakan dan Berau), Kutai

dan Barito (Sub-Cekungan Pasir), pada lapisan batubara berumur Miosen yang merupakan
endapan batubara Neogen . B erikut merupakan endapan batubara dan satuan
litostatigrafinya.

2.3.1 Endapan Batubara Cekungan Sumatera Selatan

Menurut De Coster, 1974 (dikutip dari Bachtiar. T., 2001) Cekungan Sumatera Selatan telah
mengalami tiga kali orogenesa, yaitu pada Mesozoikum Tengah, Kapur Akhir Tersier Awal
dan Plio-Pliestosen. Setelah orogenesa terakhir (Plio-Pliestosen) telah menghasilkan kondisi
dan struktur geologi seperti yang terlihat saat ini. Endapan batubara yang ada sekarang juga
merupakan hasil dari kendali geologi saat itu, diendapakan di cekungan belakang busur saat
pada Tersier Akhir.
Batubara Cekungan Sumatera Selatan terdahulu dibagi menjadi beberapa formasi dan satuan
batuan dari tua sampai muda adalah sebagai berikut :

Batuan Dasar Pra Tersier, terdiri dari andesit, breksi andesit, filit, kuarsit, batu gamping,
granit dan granodiorit.

Formasi Lahat; terdiri dari tufa, aglomerat, breksi tufaan, andesit, serpih, batu lanau dan
batubara. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar Pra-Tersier
pada kala Paleosen Oligosen Awal di lingkungan darat.

Formasi Talang Akar ; terdiri dari batupasir berukuran butir kasar sangat kasar, batu
lanau dan batubara. Formasi ini diendapkan tidak selaras diatas Formasi Lahat pada kala
Oligosen Akhir Miosen Awal di lingkungan fluviatil sampai laut dangkal.

Formasi Baturaja; terdiri dari batugamping terumbu, serpih gampingan dan napal.
Formasi ini terletak diatas Formasi Talang Akar, diendapkan pada kala Miosen Awal
dilingkungan litoral sampai neritik.

Formasi Gumai; terdiri dari serpih gampingan dan serpih lempungan, diendapkan
dilingkungan laut dalam pada kala Miosen Awal Miosen Tengah.

Formasi Air Benakat; dicirikan oleh batupasir yang terbentuk selaras di atas Formasi
Gumai, diendapkan di lingkungan neritik sampai laut dangkal pada kala Miosen Tengah
Miosen Akhir.

Formasi Muara Enim; terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung dan batubara.
Formasi ini berumur kala Mio-Pliosen, diendapkan selaras diatas Formasi Air Benakat di
lingkungan delta.

Formasi Kasai; terdiri dari batupasir tufaan dan tufa, terletak selaras diatas Formasi
Muara Enim, diendapkan di lingkungan darat pada kala Pliosen Akhir Pleistosen Awal.

Endapan Kuarter; terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua, berupa material
berukuran kerakal hingga lempung, menumpang tidak selaras di atas Formasi Kasai.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa endapan batubara Miosen di Cekungan Sumatera
Selatan memiliki penyebaran lapisan batubara yang luas, namun memiliki peringkat batubara
yang tidak terlalu tinggi, kecuali disekitar intrusi andesit. Contoh endapan batubara yang
dipakai dalam penelitian termasuk pada Formasi Muara Enim, yang selanjutnya disebut
Batubara

Banko.

2.3.2

Endapan Batubara Cekungan Kalimantan Bagian Timur

Endapan batubara Indonesia yang cukup potensial juga tersebar luas di cekungan-cekungan
belakang busur yang terdapat di sepanjang pantai Timur Kalimantan dan tergolong dalam
cekungan-cekungan yang berumur Tersier. Endapan-endapan batubara di cekungan
Kalimantan bagian timur umumnya berumur Paleogen (Eosen) dan Neogen (Mio-Pliosen
hingga Plio-Pleistoen) dan proses pengendapannya berhubungan dengan regresi air laut.
Peringkat batubara umumnya berupa lignite hingga high volatile bituminousdengan nilai
kalori rendah, kandungan air lembab tinggi, kadar abu dan sulfur relatif rendah.

Secara umum dikenal adanya tiga cekungan sedimentasi utama dari utara hingga selatan,
yaitu

1. Cekungan Tarakan, yang terdiri dari Sub-Cekungan Tidung, Tarakan, Berau dan
Muara;
2. Cekungan Kutai, dan
3. Cekungan Barito, termasuk juga Sub-Cekungan Pasir dan Asem-asem.

2.3.2.1 Endapan Batu bara cekungan Tarakan

Cekungan Tarakan terdiri dari Sub-Cekungan Tidung, Tarakan, Berau dan Muara.
Contoh endapan batubara yang diambil termasuk pada Sub-Cekungan Tarakan dan
Berau. Sub-Cekungan Tarakan berada dan berkembang di lepas pantai timur bagian
utara yang meliputi Pulau Tarakan dan Bunyu.
Menurut beberapa peneliti terdahulu urut-urutan lithostratigrafi regional di Cekungan
Tarakan dibagi menjadi beberapa formasi dan satuan batuan dari tua sampai muda
adalah sebagai berikut :

Formasi Sebakung; terdiri dari batuan meta sedimen yang terlipat kuat, diendapkan di

lingkungan fluviatil hingga delta pada kala Eosen.


Formasi Sailor; terdiri dari batugamping berfosil gangang dan koral, terletak tidak
selaras di atas Formasi Sembakung dan diendapkan di lingkungan neritik hingga laut

terbuka pada Oligosen Awal.


Formasi Tempilan; terdiri dari perselingan batupasir, napal dan serpih, terletak selaras
di atas Foramasi Sailor dan diendapkan di lingkungan laut dangkal pada Oligosen

Awal.
Formasi Mesaloi; terdiri dari batulampung lanauan yang berselingan dengan batupasir,
batulanau dan napal, terletak selaras diatas Formasi Tempilan dan diendapkan di

lingkungan neritik hingga laut terbuka pada Oligosen Akhir.


Formasi Naintupo; terdiri dari batupasir, batulempung, napal dan batugamping,
terletak selaras diatas Formasi Mesaloi dan diendapkan di lingkungan neritik pada
Miosen Awal.

Formasi Meliat; terdiri dari batupasir lanauan, batupasir konglomeratan, batulempung


dan batubara, terletak selaras di atas Formasi Naintupo dan diendapkan di lingkungan

paralik pada Miosen Tengah.


Formasi Tabul; terdiri dari batulempung, batupasir lanauan, batupasir dan batubara,
terletak selaras diatas Formasi Meliat dan diendapkan di lingkungan prodelta pada kala

Miosen.
Formasi Tarakan; terdiri dari perselingan batubara, batulempung dan batulanau,
terletak selaras di atas Formasi Tabul dan diendapkan di lingkungan lagunal pada kala

Pliosen.
Formasi Bunyu; terdiri dari batubara yang berselingan dengan batupasir dan
batulempung karbonan, terletak tidak selaras di atas Formasi Tarakan dan diendapkan
di lingkungan delta pada Pleistosen hingga Holosen.

2.3.2.2 Endapan Batubara Cekungan Kutai

Endapan batubara dan sedimen Tersier lainnya yang terdapat di Cekungan Kutai,
proses pengendapannya diperkirakan berhubungan dengan gerak pemisahan Pulau
Kalimantan dan Sulawesi yang kemungkinan terjadi pada akhir Kapur hingga awal
Paleogen. Sehingga secara keseluruhan batuan-batuan sedimen yang diendapkan pada
cekungan tersebut mencerminkan adanya pengaruh siklus transgresi dan regresi air
laut.Berdasarkan urut-urutan litostratigrafi Cekungan Kutai dari tua ke muda dibagi
menjadi beberapa Formasi batuan yaitu sebagai berikut :

Formasi Pamaluan; berumur Miosen Bawah, terletak selaras di atas Formasi Gunung
Sekerat, terutama terdiri dari batulempung dengan sisipan-sisipan tipis batupasir,
batubara, dan batugamping, diendapkan pada lingkungan delta marine.

Formasi Bebuluh; berumur Miosen Awal bagian atas, terletak beda fasies dengan
Formasi Pamaluan, terutama terdiri atas batugamping, sisipan batugamping pasiran
dan serpih, diendapkan pada lingkunganmarine.

Formasi Pulau Balang; berumur Miosen Tengah, terletak selaras di atas Formasi
Pemaluan terutama terdiri dari batulempung, batupasir lempungan dan batupasir, yang
merupakan endapan deltafront.

Formasi Balikpapan.; berumur Miosen Tengah, terletak selaras di atas Formasi Pulau
Balang, terdiri dari batupasir, batupasir lempungan, batulempung dan batubara.
Lapisan batupasir dan batupasir lempungan terutama dijumpai pada bagian bawah.
Lingkungan pengendapannya adalah delta (delta front sampai delta plain).

Formasi Kampungbaru; berumur Miosen Atas sampai Pliosen. diendapkan selaras di


atas Formasi Balikpapan, bagian bawahnya terdiri dari batulempung, batupasir,
batupasir gampingan yang diendapkan pada lingkungan litoral, sedangkan pada bagian
atasnya terdiri dari batulempung, batubara dan konkresi-konkresi lempung bagian
(clay stone), diendapkan pada lingkungan transisi paralik.

Endapan Kuarter; tersusun oleh lempung, pasir, kerikil dan sisa tumbuh-tumbuhan,
bersifat lepas. Endapan ini disebabkan oleh adanya limpahan banjir Sungai Bontang,
Sungai Guntur, Sungai Nyerakat dan Sungai Santan yang membentuk rawa-rawa.
Untuk mewakili cekungan ini dipakai contoh endapan batubara dari Formasi
Kampungbaru,

selanjutnya

disebut

Batubara

Kutai.

2.3.2.3 Endapan Batubara Cekungan Barito (Sub-Cekungan Pasir)

Sub-Cekungan Pasir berada di bagian timur Cekungan Barito yang dibatasai Pegunungan
Meratus. Sub Cekungan Pasir memiliki tatanan stratigrafi yang rumit sehingga oleh
beberapa peneliti Sub-Cekungan Pasir dimasukkan ke dalam bagian Cekungan Barito,
selain itu juga karena litologi yang terdapat dalam cekungan ini memiliki posisi menjari
dan

kesamaan

dengan

Cekungan

Barito.

Dibawah ini merupakan urutan litostratigrafi Cekungan Barito (Sub-Cekunan Pasir) dari
yang tua hingga muda :

Formasi Tanjung; diendapkan pada kala Eosen, terletak tidak selaras di atas batuan dasar
yang yang merupakan batuan beku dan metamorf berumur Pra-Tersier. Pada bagian
bawah formasi ini terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan sisipan batubara,
sedangkan bagian bawah terdiri dari batulempung dan napal dengan sisipan batupasir dan
batugamping.

Formasi Berai; diendapkan selaras diatas Formasi Tanjung pada kala Oligosen hingga
Miosen Bawah, terdiri dari Anggota Berai Bawah yang disusun oleh napal, batulanau,
batugamping dan sisipan batubara; Anggota Berai Tengah dicirikan oleh batugamping
masif dengan interklas napal; dan Anggota Berai Atas tersusun oleh serpih dengan sisipan
batugamping berselingan dengan napal, batulempung napalan dan sedikit batubara.

Formasi Warukin; diendapkan selaras diatas Formasi Berai pada kala Miosen Tengah
hingga Miosen Atas, terdiri dari Anggota Warukin Bawah yang disusun oleh napal,
batulempung dan sisipan batupasir; Anggota Warukin Tengah relatif sama dengan
Warukin Bawah, hanya pada batupasirnya menjadi tebal dan banyak dijumpai lapisan
tipis batubara; dan Anggota Warukin Atas dicirikan lapisan batubara yang tebal hingga 20
meter dan juga batupasir dan batulempung karbonan. Formasi ini dfiendapakan pada
lingkungan paralik hingga delta pada fase regresi.

Formasi Dahor; diendapkan tidak selaras diatas Formasi Warukin pada Mio-Pliosen,
terdiri dari batupasir, batulempung, batubara dan lensa-lensa konglomerat. Formasi ini
diendapkan di lingkungan paralik-lagunal.

Endapan Kuarter; terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua, berupa material
berukuran kerakal hingga lempung, menumpang tidak selaras di atas Formasi Dahor.
Untuk mewakili cekungan ini dipakai contoh batubara dari Formasi Warukin dan
selanjutnya disebut Batubara Pasir.

BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Endapan batubara memiliki urutan litostratigrafi rata-rata dari yang tua hingga yang
muda. Satuan litostratigrafi disebut juga formasi. Contohnya endapan batu bara yang ada di
Sumatera selatan dan Kalimantan bagian timur. Walaupun begitu potensi batubara di
Indonesia sangat besar karena ketersediaan cadangan batubara yang cukup dan melimpah.
Dan peluang bisnis batu bara ditahun ini pun sangta menjajikan.

DAFTAR PUSTAKA

Nichols Gary, 1999 Sedimentology and stratigrafi Pondicherry : Wiley black Well

http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
http://reisuccesjayamandiri.blogspot.com/2013/05/prospek-bisnis-batubara-2013-di.html
http://modalkecilbisnis.com/potensi-bisnis-batubara-di-indonesia/
http://thebadlandsguardian.blogspot.com/2012/07/lithostratigrafi.html
http://www.jmg.gov.my/index.php/pendidikan/artikel-pilihan/127-pengenalan-kepadastratigrafi.html
http://www.kemenperin.go.id/artikel/1224/Potensi-Batu-Bara-di-Indonesia-Menjanjikan--http://iptekduniapertambangan.blogspot.com/2011/12/geologi-batubara.html

Anda mungkin juga menyukai