Anda di halaman 1dari 15

DIABETES MELLITUS

A.

Definisi.
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003).
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula
dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga
mengganggu

system

kerja

tubuh

secara

keseluruhan

(FKUI,

2001).

Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi
insulin atau penurunan efektivitas insulin (Brooker, 2001).
B.

Klasifikasi.
Jenis - jenis diabetes :

Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)


Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik
jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanyatimbul pada masa kanakkanak dan puncaknya pada masa akil balig. Tetapi ada juga yang timbul pada
masa dewasa.

Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)


DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul
makin sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ketujuh kekerapan
diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.

Diabetes Melitus Tipe Lain


Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena
obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik
lain yang berkaitan dengan DM.

Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan.
Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik
bila tidak ditangani dengan benar.

Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring
Bukan

DM

Belum

pasti

DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu:


Plasma

vena

<110>200

Darah

kapiler

<90>200

Kadar glukosa darah puasa:


Plasma

vena

<110>126

Darah

kapiler

<90>110

Bukan DM

Belum Pasti DM

DM

C.

Patofisiologi

Dalam proses metabolisme,insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di
Pankreas.
1)

Pankreas

Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta
mngeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain sel beta ada juga
srl alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu
meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.
2)

Kerja

Insulin

Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,
untuk

kemudian

3)

di

dalam

Patofisiologi

sel,

glukosa

itu
DM

dimetabolismekan
Tipe

menjadi

tenaga.
1

Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul
reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini
menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).
Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan
hancurnya
4)

sel
Patofisiologi

DM

beta.
Tipe

Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang

kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang,
hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor)
kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa
dan glukosa di dalam darah akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan
pada DM Tipe 1. Perbedaanya adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar
insulin

tinggi

Faktor-faktor

atau
yang

normal.
banyak

1.

Obesitas

terutama

2.

Diet

tinggi

3.

Keadaan

ini

berperan

sebagai

yang

bersifat

lemak

resistensi

penyebab

insulin.

resistensi

insulin:

(bentuk

apel)

sentral

dan

Kurang

4.

disebut

rendah

karbohidrat

gerak

Faktor

badan

keturunan

(herediter)

D.

Etiologi
Virus

dan

Bakteri

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan
sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun,
para

ahli

kesehatan

menduga

Bahan

bakteri

cukup

berperan

Toksik

menyebabkan

atau

DM.

Beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang
berasal

dari
Genetik

singkong.

atau

Faktor

Keturunan

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota


keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga
menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya
kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak
yang

membawa

gen

untuk

diwariskan

kepada

anak-anaknya.

E. Gambaran Klinik
Gejala diabetes
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari,
banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang
ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering
melahirkan bayi di atas 4 kg.Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan
adanya keluhan, mereka mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan
diemukan

kadar

glukosa

darahnya

tinggi.

DM tipe I
Nama

lama

DM

DM tipe II

Juvenil.

DM

dewasa.
Umur

Biasa

(th)

Keadaan

klinik

saat

<40>40

(tapi

diagnosis

tak

selalu).
Berat.

Ringan.
Kadar

insulin

Tak

ada

insulin

Insulin

cukup/tinggi.
Berat

badan

Biasanya

kurus

Biasanya

gemuk/normal.
Pengobatan

Insulin, diet, olahraga.

Diet, olahraga, tablet,

insulin.

F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria,
polidipsia, lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien
adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan
vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan
glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja abnormal
belum cukup untuk diagnosis klinis DM. Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan,
pemeriksaan TTGO diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan
gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa.
Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal
pada saat pemeriksaan yang sama.
Cara pemeriksaan TTGO
Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa
Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak
Puasa semalam, selama 10-12 jam
Glukosa darah puasa diperiksa
Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam waktu
5 menit
Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa

Selama

pemeriksaan,

pasien

yang

diperiksa

tetap

istirahat

dan

tidak

G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul
beberapa

bulan

atau

beberapa

tahun

sesudah

mengidap

diabetes

mellitus.

Komplikasi Akut Diabetes Mellitus


Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.
1. Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan
tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma
hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa
40% dan infuse glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau
koma hipoglikemik, biasanya disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis
terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang
berlebihan.
2. Koma Diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam
tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering
timbul adalah:
Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
Minum banyak, kencing banyak
Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton
Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus
segara dibawa ke rumah sakit

Komplikasi

Kronis

Diabetes

Mellitus

Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian
tubuh (angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :
Makroangiopati (makrovaskular)
Mikroangiopati (mikrovaskular)
Walaupun tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus
bersamaan.
H. Penatalaksanaan
Berupa:

a. Obat Hipoglikemik Oral


1)Pemicu sekresi insulin:Sulfonilurea Glinid
2)Penambah

sensitivitas

terhadap

insulin:
Biguanid
Tiazolidindion

Penghambat

glukosidase

alfa

b. Insulin
c. Pencegahan komplikasi
BerhentimerokokMengoptimalkankadarkolesterol

Menjaga

berat

tubuh

yang

stabil

MengontroltekanandarahtinggiOlahragateraturdapatbermanfaat :
Mengendalikan kadar glukosa darah
Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
Membantu mengurangi stress
Memperkuat otot dan jantung
Meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL)
Membantu menurunkan tekanan darah
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono,
Pengkajian

1994

pasien

dengan

a.
Gejala

Diabetes

:
mellitus

(Doenges,

Aktivitas
:

lemah,

Tanda

letih,

sulit

10).
1999)

bergerak/berjalan,

kram

penurunan

meliputi

Istirahat
otot,

tonus

otot

kekuatan

menurun.
otot.

b.

Sirkulasi

Gejala : ulkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada ekstremitas.


Tanda

kulit

panas,

c.

kering

dan

kemerahan.

Integritas

Gejala

Tanda

tergantung
:

Ego
pada

ansietas,

orang

lain.

peka

rangsang.

d.
Gejala
Tanda
e.

Eleminasi
:
:

perubahan

pola

berkemih

urine

encer,

pucat

(poliuria),
kering,

nakturia
poliurine.

Makanan/cairan

Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan.

Tanda

kulit

kering/bersisik,

f.

jelek.

Nyeri/

Gejala
Tanda

turgor

:
:

kenyamanan

nyeri

wajah

meringis

pada

dengan

luka

palpitasi,

tampak

ulkus

sangat

hati-hati.

g.

Keamanan

Gejala

Tanda

kulit

kering,

demam,

h.

gatal,

diaforesis,

ulkus

kulit

Penyuluhan

kulit.

rusak,

lesi/ulserasi

pembelajaran

Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang
lamba. Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan

kadar

glukosa

B.

DIAGNOSA

darah).
KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial

berdasarkan

data

yang

telah

dikumpulkan

(Boedihartono,

1994).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) adalah :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan

diare,

mual,

muntah,

masukan

dibatasi,

kacau

mental.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan


insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan

kesadaran

status

hipermetabolisme,

pelepasan

hormon

stress.

3) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia
darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan

salah

C.

interpretasi

informasi

tidak

INTERVENSI

mengenal

sumber

DAN

informasi.

IMPLEMENTASI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun

pada

tahap

perencanaan

(Effendi,

1995).

Intervensi dan implementasi keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus (Doenges,
1999)

meliputi

a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastric,


berlebihan

(diare,

muntah)

Tujuan

Kondisi

tubuh

masukan
stabil,

dibatasi

tanda-tanda

(mual,
vital,

turgor

kacau
kulit,

mental).
normal.

Kriteria Hasil : - pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria ;
pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer
jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.
Intervensi

Implementasi

1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya


R

Hipovolemia

2)

dapat

Kaji

perubahan tekanan darah ortestastik.

dimanifestasikan

pola

oleh

napas

hipotensi

dan

dan

takikardia.

bau

napas.

R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan


kompensasi
3)

alkosis

Kaji

respiratoris

suhu,

terhadap

warna

keadaan

dan

ketoasidosis.

kelembaban

kulit.

R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi.
Demam dengan kulit yang kemerahan, kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.
4)

Kaji

nadi

perifer,

pengisian

kapiler,

turgor

kulit

dan

membran

mukosa.

R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
5)

Pantau

intake

dan

output.

Catat

berat

jenis

urine.

R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan
dari

terapi

6)

Ukur

yang
berat

diberikan.

badan

setiap

hari.

R : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung
dan
7)

selanjutnya

dalam

Kolaborasi

memberikan

pemberian

terapi

cairan

cairan

pengganti.

sesuai

indikasi

R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien
secara

individual.

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan

kesadaran

status

hipermetabolisme,

pelepasan

hormon

stress.

Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tandatanda

malnutrisi.

Kriteria Hasil : - pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat,


penurunan
-

jumlah

mendemonstrasikan

intake
perilaku,

mempertahankan

diet

perubahan

gaya

berat

Intervensi
1)

berat

hidup

status

untuk

badan

Timbang

pada

meningkatkan

yang
Implementasi

badan

Mengetahui

setiap

pemasukan

hari
makan

nutrisi).
dan
tepat.
:

sesuai
yang

indikasi
adekuat.

2) Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan yang
dapat
R

dihabiskan
:

Mengindentifikasi

pasien.

penyimpangan

dari

kebutuhan.

3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,muntah,


pertahankan
R

puasa
:

sesuai

mempengaruhi

indikasi.

pilihan

intervensi.

4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran, dingin/lembab,


denyut

nadi

cepat,

lapar

dan

pusing.

R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali dan ditangani secara
tepat.

5)

Kolaborasi

dalam

Sangat

pemberian

bermanfaat

insulin,
untuk

pemeriksaan

gula

mengendalikan

darah

kadar

dan

gula

diet.
darah.

c) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan

Infeksi

tidak

terjadi.

Kriteria Hasil : - mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi
potensial

infeksi.

pertahankan

lingkungan

Intervensi

aseptik

yang

aman.

Implementasi

1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus
pada

luka

sputum

purulen,

urin

warna

keruh

dan

berkabut.

R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan
ketosidosis

atau

dapat

mengalami

infeksi

nosokomial.

2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap kontak
pada semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien nya sendiri.
R

mencegah

timbulnya

infeksi

nosokomial.

3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter folley,
dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4)

Pasang

kateter

Mengurangi

lakukan
risiko

perawatan
terjadinya

perineal

dengan

infeksi

saluran

baik.
kemih.

5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak berkerut).
R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan risiko
terjadinya
6)

kerusakan
Posisikan

pada

kulit

pasien

pada

iritasi

dan

posisi

semi

infeksi.
fowler.

R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang, menurunkan terjadinya risiko


hipoventilasi.
7)
R

Kolaborasi
:

penenganan

antibiotik

awal

dapat

sesuai

membantu

mencegah

indikasi.
timbulnya

sepsis.

d) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia


darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
Tujuan

Rasa

lelah

berkurang

Penurunan

rasa

lelah

Kriteria Hasil : - menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga.


-

mampu
Menunjukan

menunjukan

faktor

peningkatan

Intervensi

yang

kemampuan

berpengaruh
dan

terhadap

berpartisipasi
Implementasi

dalam

kelelahan.
aktivitas.
:

1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien
dan

identifikasi

aktivitas

yang

menimbulkan

kelelahan.

R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien

mungkin

sangat

lemah.

2) Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa terganggu.
R

3)

Pantau

mencegah
tanda-tanda

mengidentifikasi

kelelahan

vital

sebelum

tingkat

yang

atau

aktivitas

sesudah

yang

berlebihan.

melakukan

ditoleransi

secara

aktivitas.
fisiologi.

4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
R : dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak kegiatan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan /
toleransi

pasien.

R : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi

pasien.

e) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan

salah

interpretasi

informasi/tidak

mengenal

sumber

informasi.

Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi
1)

Kaji

tingkat

Implementasi

pengetahuan

klien

dan

keluarga

tentang

penyakitnya.

R : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa

tenang

3)

Anjurkan

diet

klien
dan

dan

dan
pola

mengurangi

keluarga
makan

untuk

yang

rasa

memperhatikan

tepat

membantu

diet

cemas.
makanan

proses

nya.

penyembuhan.

4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan

yang

dilakukan.

D.

EVALUASI

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi
Evaluasi
1)

keperawatan
yang

Kondisi

diharapkan
tubuh

pada

stabil,

ditetapkan
pasien

(Brooker,

dengan

tanda-tanda

diabetes

vital,

turgor

2001).

mellitus
kulit,

adalah

normal.

2) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
3)
4)

Infeksi
Rasa

lelah

tidak
berkurang/Penurunan

terjadi
rasa

lelah

5) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

DAFTAR

PUSTAKA

1. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.


2. Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta.
3. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC : Jakarta.
4. Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
5. FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid.II Ed.3. FKUI : Jakarta.
6. Haznam. 1991. Endokrinologi. Angkasa Offset : Bandung
7. Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, cetakan keenam.
Balai Penerbit FKUI : Jakarta
8. Soegondo S, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, cetakan
keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

i.

Pengkajian

Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya


Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah.

Integritas Ego
Stress, ansietas

Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.

Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.

Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

ii.

Masalah Keperawatan
1.

Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan

2.

Kekurangan volume cairan

3.

Gangguan integritas kulit

4.

Resiko terjadi injury

iii.

Intervensi
1.

Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan

penurunan

masukan

metabolisme protein, lemak.

oral,

anoreksia,

mual,

peningkatan

Tujuan

: kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Intervensi :

Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung,


mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan indikasi.

Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan


elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui oral.

Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan


indikasi.

Observasi

tanda-tanda

hipoglikemia

seperti

perubahan

tingkat

kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang,


cemas, sakit kepala.

2.

Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.

Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.

Kolaborasi dengan ahli diet.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.


Tujuan

: kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin
tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa

Pantau masukan dan pengeluaran

Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam


batas yang dapat ditoleransi jantung

Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB,


nadi tidak teratur

Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa

dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)


3.

Gangguan

integritas

kulit berhubungan

dengan perubahan status

metabolik (neuropati perifer).


Tujuan

: gangguan integritas kulit dapat berkurang atau


menunjukkan penyembuhan.

Kriteria Hasil

Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi


Intervensi :

Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge,


frekuensi ganti balut.

4.

Kaji tanda vital

Kaji adanya nyeri

Lakukan perawatan luka

Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.

Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan


Tujuan

: pasien tidak mengalami injury

Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury


Intervensi :

Hindarkan lantai yang licin.

Gunakan bed yang rendah.

Orientasikan klien dengan ruangan.

Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2002

Anda mungkin juga menyukai