A.
Definisi.
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003).
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula
dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga
mengganggu
system
kerja
tubuh
secara
keseluruhan
(FKUI,
2001).
Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi
insulin atau penurunan efektivitas insulin (Brooker, 2001).
B.
Klasifikasi.
Jenis - jenis diabetes :
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring
Bukan
DM
Belum
pasti
DM
DM
vena
<110>200
Darah
kapiler
<90>200
vena
<110>126
Darah
kapiler
<90>110
Bukan DM
Belum Pasti DM
DM
C.
Patofisiologi
Dalam proses metabolisme,insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di
Pankreas.
1)
Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta. Sel beta
mngeluarkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa darah. Selain sel beta ada juga
srl alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dengan insulin yaitu
meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mngeluarkan somastostatin.
2)
Kerja
Insulin
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,
untuk
kemudian
3)
di
dalam
Patofisiologi
sel,
glukosa
itu
DM
dimetabolismekan
Tipe
menjadi
tenaga.
1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul
reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini
menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).
Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan
hancurnya
4)
sel
Patofisiologi
DM
beta.
Tipe
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang
kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang,
hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor)
kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa
dan glukosa di dalam darah akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan
pada DM Tipe 1. Perbedaanya adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar
insulin
tinggi
Faktor-faktor
atau
yang
normal.
banyak
1.
Obesitas
terutama
2.
Diet
tinggi
3.
Keadaan
ini
berperan
sebagai
yang
bersifat
lemak
resistensi
penyebab
insulin.
resistensi
insulin:
(bentuk
apel)
sentral
dan
Kurang
4.
disebut
rendah
karbohidrat
gerak
Faktor
badan
keturunan
(herediter)
D.
Etiologi
Virus
dan
Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan
sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun,
para
ahli
kesehatan
menduga
Bahan
bakteri
cukup
berperan
Toksik
menyebabkan
atau
DM.
Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang
berasal
dari
Genetik
singkong.
atau
Faktor
Keturunan
membawa
gen
untuk
diwariskan
kepada
anak-anaknya.
E. Gambaran Klinik
Gejala diabetes
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari,
banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang
ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering
melahirkan bayi di atas 4 kg.Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan
adanya keluhan, mereka mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan
diemukan
kadar
glukosa
darahnya
tinggi.
DM tipe I
Nama
lama
DM
DM tipe II
Juvenil.
DM
dewasa.
Umur
Biasa
(th)
Keadaan
klinik
saat
<40>40
(tapi
diagnosis
tak
selalu).
Berat.
Ringan.
Kadar
insulin
Tak
ada
insulin
Insulin
cukup/tinggi.
Berat
badan
Biasanya
kurus
Biasanya
gemuk/normal.
Pengobatan
insulin.
F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria,
polidipsia, lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien
adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan
vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan
glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja abnormal
belum cukup untuk diagnosis klinis DM. Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan,
pemeriksaan TTGO diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan
gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa.
Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal
pada saat pemeriksaan yang sama.
Cara pemeriksaan TTGO
Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa
Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak
Puasa semalam, selama 10-12 jam
Glukosa darah puasa diperiksa
Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam waktu
5 menit
Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
Selama
pemeriksaan,
pasien
yang
diperiksa
tetap
istirahat
dan
tidak
G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul
beberapa
bulan
atau
beberapa
tahun
sesudah
mengidap
diabetes
mellitus.
Komplikasi
Kronis
Diabetes
Mellitus
Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian
tubuh (angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :
Makroangiopati (makrovaskular)
Mikroangiopati (mikrovaskular)
Walaupun tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus
bersamaan.
H. Penatalaksanaan
Berupa:
sensitivitas
terhadap
insulin:
Biguanid
Tiazolidindion
Penghambat
glukosidase
alfa
b. Insulin
c. Pencegahan komplikasi
BerhentimerokokMengoptimalkankadarkolesterol
Menjaga
berat
tubuh
yang
stabil
MengontroltekanandarahtinggiOlahragateraturdapatbermanfaat :
Mengendalikan kadar glukosa darah
Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
Membantu mengurangi stress
Memperkuat otot dan jantung
Meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL)
Membantu menurunkan tekanan darah
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono,
Pengkajian
1994
pasien
dengan
a.
Gejala
Diabetes
:
mellitus
(Doenges,
Aktivitas
:
lemah,
Tanda
letih,
sulit
10).
1999)
bergerak/berjalan,
kram
penurunan
meliputi
Istirahat
otot,
tonus
otot
kekuatan
menurun.
otot.
b.
Sirkulasi
kulit
panas,
c.
kering
dan
kemerahan.
Integritas
Gejala
Tanda
tergantung
:
Ego
pada
ansietas,
orang
lain.
peka
rangsang.
d.
Gejala
Tanda
e.
Eleminasi
:
:
perubahan
pola
berkemih
urine
encer,
pucat
(poliuria),
kering,
nakturia
poliurine.
Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan.
Tanda
kulit
kering/bersisik,
f.
jelek.
Nyeri/
Gejala
Tanda
turgor
:
:
kenyamanan
nyeri
wajah
meringis
pada
dengan
luka
palpitasi,
tampak
ulkus
sangat
hati-hati.
g.
Keamanan
Gejala
Tanda
kulit
kering,
demam,
h.
gatal,
diaforesis,
ulkus
kulit
Penyuluhan
kulit.
rusak,
lesi/ulserasi
pembelajaran
Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang
lamba. Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan
kadar
glukosa
B.
DIAGNOSA
darah).
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial
berdasarkan
data
yang
telah
dikumpulkan
(Boedihartono,
1994).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) adalah :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan
diare,
mual,
muntah,
masukan
dibatasi,
kacau
mental.
kesadaran
status
hipermetabolisme,
pelepasan
hormon
stress.
3) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia
darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan
salah
C.
interpretasi
informasi
tidak
INTERVENSI
mengenal
sumber
DAN
informasi.
IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun
pada
tahap
perencanaan
(Effendi,
1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus (Doenges,
1999)
meliputi
(diare,
muntah)
Tujuan
Kondisi
tubuh
masukan
stabil,
dibatasi
tanda-tanda
(mual,
vital,
turgor
kacau
kulit,
mental).
normal.
Kriteria Hasil : - pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria ;
pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer
jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.
Intervensi
Implementasi
Hipovolemia
2)
dapat
Kaji
dimanifestasikan
pola
oleh
napas
hipotensi
dan
dan
takikardia.
bau
napas.
alkosis
Kaji
respiratoris
suhu,
terhadap
warna
keadaan
dan
ketoasidosis.
kelembaban
kulit.
R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi.
Demam dengan kulit yang kemerahan, kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.
4)
Kaji
nadi
perifer,
pengisian
kapiler,
turgor
kulit
dan
membran
mukosa.
R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
5)
Pantau
intake
dan
output.
Catat
berat
jenis
urine.
R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan
dari
terapi
6)
Ukur
yang
berat
diberikan.
badan
setiap
hari.
R : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung
dan
7)
selanjutnya
dalam
Kolaborasi
memberikan
pemberian
terapi
cairan
cairan
pengganti.
sesuai
indikasi
R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien
secara
individual.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan
kesadaran
status
hipermetabolisme,
pelepasan
hormon
stress.
Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tandatanda
malnutrisi.
jumlah
mendemonstrasikan
intake
perilaku,
mempertahankan
diet
perubahan
gaya
berat
Intervensi
1)
berat
hidup
status
untuk
badan
Timbang
pada
meningkatkan
yang
Implementasi
badan
Mengetahui
setiap
pemasukan
hari
makan
nutrisi).
dan
tepat.
:
sesuai
yang
indikasi
adekuat.
2) Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan yang
dapat
R
dihabiskan
:
Mengindentifikasi
pasien.
penyimpangan
dari
kebutuhan.
puasa
:
sesuai
mempengaruhi
indikasi.
pilihan
intervensi.
nadi
cepat,
lapar
dan
pusing.
R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali dan ditangani secara
tepat.
5)
Kolaborasi
dalam
Sangat
pemberian
bermanfaat
insulin,
untuk
pemeriksaan
gula
mengendalikan
darah
kadar
dan
gula
diet.
darah.
c) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan
Infeksi
tidak
terjadi.
Kriteria Hasil : - mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi
potensial
infeksi.
pertahankan
lingkungan
Intervensi
aseptik
yang
aman.
Implementasi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus
pada
luka
sputum
purulen,
urin
warna
keruh
dan
berkabut.
R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan
ketosidosis
atau
dapat
mengalami
infeksi
nosokomial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap kontak
pada semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien nya sendiri.
R
mencegah
timbulnya
infeksi
nosokomial.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter folley,
dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4)
Pasang
kateter
Mengurangi
lakukan
risiko
perawatan
terjadinya
perineal
dengan
infeksi
saluran
baik.
kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak berkerut).
R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan risiko
terjadinya
6)
kerusakan
Posisikan
pada
kulit
pasien
pada
iritasi
dan
posisi
semi
infeksi.
fowler.
Kolaborasi
:
penenganan
antibiotik
awal
dapat
sesuai
membantu
mencegah
indikasi.
timbulnya
sepsis.
Rasa
lelah
berkurang
Penurunan
rasa
lelah
mampu
Menunjukan
menunjukan
faktor
peningkatan
Intervensi
yang
kemampuan
berpengaruh
dan
terhadap
berpartisipasi
Implementasi
dalam
kelelahan.
aktivitas.
:
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien
dan
identifikasi
aktivitas
yang
menimbulkan
kelelahan.
mungkin
sangat
lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa terganggu.
R
3)
Pantau
mencegah
tanda-tanda
mengidentifikasi
kelelahan
vital
sebelum
tingkat
yang
atau
aktivitas
sesudah
yang
berlebihan.
melakukan
ditoleransi
secara
aktivitas.
fisiologi.
4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
R : dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih banyak kegiatan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan /
toleransi
pasien.
R : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi
pasien.
salah
interpretasi
informasi/tidak
mengenal
sumber
informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi
1)
Kaji
tingkat
Implementasi
pengetahuan
klien
dan
keluarga
tentang
penyakitnya.
R : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa
tenang
3)
Anjurkan
diet
klien
dan
dan
dan
pola
mengurangi
keluarga
makan
untuk
yang
rasa
memperhatikan
tepat
membantu
diet
cemas.
makanan
proses
nya.
penyembuhan.
4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan
yang
dilakukan.
D.
EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi
Evaluasi
1)
keperawatan
yang
Kondisi
diharapkan
tubuh
pada
stabil,
ditetapkan
pasien
(Brooker,
dengan
tanda-tanda
diabetes
vital,
turgor
2001).
mellitus
kulit,
adalah
normal.
2) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
3)
4)
Infeksi
Rasa
lelah
tidak
berkurang/Penurunan
terjadi
rasa
lelah
5) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
DAFTAR
PUSTAKA
i.
Pengkajian
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah.
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
ii.
Masalah Keperawatan
1.
2.
3.
4.
iii.
Intervensi
1.
penurunan
masukan
oral,
anoreksia,
mual,
peningkatan
Tujuan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Observasi
tanda-tanda
hipoglikemia
seperti
perubahan
tingkat
2.
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin
tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Gangguan
integritas
kulit berhubungan
Kriteria Hasil
4.
DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2002