TEKNOLOGI ENZIM
PEMURNIAN ENZIM
Enzim merupakan salah satu jenis substrat biologis yang memiliki fungsi yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Selain dimanfaatkan sebagai biokatalisataor, enzim banyak berperan
dalam industri komersial dalam bidang pangan maupun medis dan farmakologi. Untuk mendapatkan
suatu produk yang maksimal, maka dalam setiap kali reaksi biologis digunakan enzim untuk
mempermudah proses maupun menghemat biaya produksi suatu proses. Enzim yang digunakanpun
sebaiknya merupakan enzim yang memiliki kemurnian yang tinggi.
Memperoleh enzim dengan kemurnian yang tinggi, tidaklah mudah butuh biaya serta proses
yang lama untuk memperoleh enzim dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Ada banyak faktor yang
berpengaruh dalam memperoleh enzim dengan kemurnian yang tinggi. Pemurnian merupakan tahap
yang penting setelab enzim diisolasi. Pemurnian enzim dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain dialisis, elektroforesis dan kromatografi. Teknik dialisis bekerja dengan cara pengendapan
dalam garam organik (salting out) atau pelarut organik (aseton), dan melalui membran ultrafiltrasi.
Teknik elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan
perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Sedangkan teknik kromatografi
merupakan teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak
dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.
Berikut akan dibahas satu persatu tentang teknik-teknik pemurnian enzim:
1.
DIALISIS
Dialisis adalah suatu teknik pemisahan dengan cara menggunakan membran yang
memisahkan dua fasa cairan. Membran tersebut bersifat semipermeabel terhadap partikel
solute. Partikel solut berpindah melalui membran ke larutan dengan konsentrasi rendah.
Dialisis digunakan untuk memisahkan garam-garam dari suspensi dalam biokimia dengan
tujuan mencegah koagulasi. Dialysis adalah metode pemisahan molekul besar (seperti pati
atau protein) dari molekul kecil (seperti glukosa atau asam amino) dengan difusi selektif
melalui membrane semipermeabel. Misalnya, jika larutan campuran pati dan glukosa
dimasukkan dalam wadah tertutup terbuat dari bahan semipermeabel (seperti selofan) lalu
direndam dalam gelas kimia berisi air, maka molekul glukosa yang lebih kecil akan melewati
membrane menuju ke air, sedangkan molekul besar, yaitu pati, akan tertinggal di dalam
wadah. Prinsip dasar dari dialisi ini adalah perbedaan molekul-molekul. Alat yang digunakan
yaitu wadah tertutup terbuat dari bahan semipermeabel (sperti selofun), gelas piala. Dialysis
2.
ELEKTROFORESIS
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan
perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Hasil dari berbagai manipulasi DNA dan
analisis DNA dapat dimonitor melalui proses elektroforesis yang merupakan suatu teknik pemisahan
senyawa yang bermuatan dengan meletakkannya pada suatu medan listrik.
Elektroforesis memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul. Jika molekul yang
bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari suatu kutub
ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke
kutub positif. Teknik ini dipelopori pada tahun 1937 oleh ahli kimia Swedia Arne Tiselius untuk
pemisahan protein. Sekarang telah meluas ke banyak pemisahan kelas yang berbeda lain dari
biomolekul termasuk asam nukleat, karbohidrat dan asam amino.
Menurut Andrews (1993), lektroforesis merupakan teknik yang umum digunakan untuk analisis
DNA dan protein. Melalui teknik ini dapat ditentukan:
1. Berat molekul suatu bahan
2. Banyaknya jenis protein pada suatu sampel
3. Adanya pemalsuan bahan atau kerusakan/kontaminasi bahan
Hartati dan Lisdiyati (1997) menyebutkan terdapat dua macam macam teknik elektroforesis yang
telah berkembang yaitu, elektroforesis horizontal maupun vertikal. Sedangkan menurut Suranto
(2002), berdasarkan jenisnya ada dua macam elektroforesis yaitu:
1. Elektroforesis bebas (free electrophoresis): molekul atau partikel yang akan dipisahkan
tersebar di seluruh larutan. Pemberian arus listrik pada larutan yang mengandung partikel
tersebut akan menyebabkan terbentuknya batas di antara dua larutan.
2. Elektroforesis zona: merupakan jenis elektroforesis yang paling banyak digunakan,
mempergunakan media penunjang, seperti kertas, selulosa asetat, agarosa atau
poliakrilamid.
Peralatan untuk elektroforesis secara umum terdiri dari 2 komponen utama, yaitu power supply
sebagai sumber arus listrik dan tangki elektroforesis. Untuk menghantarkan listrik, gel diletakkan
dalam suatu bufer. Bufer yang sama digunakan untuk membuat gel (Tchin et al., 2011). Untuk
pewarnaan digunakan Ethidium Bromida, suatu zat pewarna yang dapat menyisip/interkalasi di
antara basa DNA pada dua utas DNA yang berlainan. Ethidium Bromida (EtBr) akan berpendar di
bawah paparan sinar UV (Lepais and Bacles, 2011). Pewarna ini dapat ditambahkan pada gel dan
bufer sehingga tidak perlu melakukan staining sesudah proses elektroforesis. Keuntungannya adalah
lebih praktis, tetapi kemungkinan kontaminasi EtBr lebih besar. EtBr adalah zat yang bersifat
karsinogenik sehingga harus dihindari kontak langsung (Andrews, 1993).
Untuk analisis DNA gel yang digunakan adalah agarosa, suatu polisakarida (Allen et al., 1984).
Elektroforesis yang dilakukan adalah sistem horizontal. DNA yang bermuatan negatif akan bergerak
ke arah kutub positif melalui molekul-molekul agarosa (Hartati dan Lisdiyati, 1997). Selain agarosa,
gel poliakrilamid juga dapat digunakan untuk memisahkan DNA, terutama untuk fragmen yang
berukuran kecil (antara 5 bp-<1 kb), misalnya untuk sekuensing (Lepais and Bacles, 2011). Laju
migrasi DNA pada agarosa dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Arus listrik
Semakin besar arus listrik yang digunakan, laju migrasi akan semakin cepat. Akan tetapi jika
arus yang digunakan besar, akan menimbulkan panas yang dapat menyebabkan gel meleleh.
2. Konsentrasi gel
Konsentrasi agarosa yang digunakan akan menentukan besarnya pori-pori gel yang akan
memisahkan DNA. Untuk mendapatkan resolusi yang tinggi digunakan konsentrasi agarosa
yang lebih tinggi. Agarosa umumnya dipakai dalam konsentrasi antara 1%-3%.
3. Ukuran molekul
Molekul yang berukuran lebih kecil akan lebih mudah melalui pori-pori gel sehingga laju
migrasinya lebih cepat. Tetapi ini hanya berlaku untuk fragmen yang berukuran antara 0,515 kbp dan bila konformasinya sama. Kecepatan migrasi akan berbanding terbalik dengan
log 10 dari jumlah pasangan basa.
4. Bentuk molekul
DNA dapat memiliki beberapa kemungkinan bentuk, yaitu supercoil (SC), sirkular (S), linear
(L). Laju migrasi masing-masing dari yang paling cepat adalah SC > L > S. Untuk SC dan S, laju
migrasinya lebih ditentukan oleh bentuk molekul daripada ukurannya.
2. Elektroforesis Gel
Elektroforesis gel merupakan salah satu teknik utama dalam biologi molekular.
Prinsip dasar teknik ini adalah bahwa DNA, RNA, atau protein dapat dipisahkan oleh medan
listrik. Dalam hal ini, molekul-molekul tersebut dipisahkan berdasarkan laju perpindahannya
oleh gaya gerak listrik di dalam matriks gel. Laju perpindahan tersebut bergantung pada
ukuran molekul bersangkutan. Elektroforesis gel biasanya dilakukan untuk tujuan analisis,
namun dapat pula digunakan sebagai teknik preparatif untuk memurnikan molekul sebelum
digunakan dalam metode-metode lain seperti spektrometri massa, PCR, kloning, sekuensing
DNA, atau immuno-blotting yang merupakan metode-metode karakterisasi lebih lanjut.
Gel yang digunakan biasanya merupakan polimer bertautan silang (crosslinked) yang
porositasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk memisahkan protein atau asam
nukleat berukuran kecil (DNA, RNA, atau oligonukleotida), gel yang digunakan biasanya
merupakan gel poliakrilamida, dibuat dengan konsentrasi berbeda-beda antara akrilamida
dan zat yang memungkinkan pertautan silang (cross-linker), menghasilkan jaringan
poliakrilamida dengan ukuran rongga berbeda-beda. Untuk memisahkan asam nukleat yang
lebih besar (lebih besar dari beberapa ratus basa), gel yang digunakan adalah agarosa (dari
ekstrak rumput laut) yang sudah dimurnikan.
Dalam proses elektroforesis, sampel molekul ditempatkan ke dalam sumur (well)
pada gel yang ditempatkan di dalam larutan penyangga, dan listrik dialirkan kepadanya.
Molekul-molekul sampel tersebut akan bergerak di dalam matriks gel ke arah salah satu
kutub listrik sesuai dengan muatannya. Dalam hal asam nukleat, arah pergerakan adalah
menuju elektroda positif, disebabkan oleh muatan negatif alami pada rangka gula-fosfat
yang dimilikinya. Untuk menjaga agar laju perpindahan asam nukleat benar-benar hanya
berdasarkan ukuran (yaitu panjangnya), zat seperti natrium hidroksida atau formamida
digunakan untuk menjaga agar asam nukleat berbentuk lurus. Sementara itu, protein
didenaturasi dengan deterjen (misalnya natrium dodesil sulfat, SDS) untuk membuat
protein tersebut berbentuk lurus dan bermuatan negatif.
Setelah proses elektroforesis selesai, dilakukan proses pewarnaan (staining) agar
molekul sampel yang telah terpisah dapat dilihat. Etidium bromida, perak, atau pewarna
"biru Coomassie" (Coomassie blue) dapat digunakan untuk keperluan ini. Jika molekul
sampel berpendar dalam sinar ultraviolet (misalnya setelah "diwarnai" dengan etidium
bromida), gel difoto di bawah sinar ultraviolet. Jika molekul sampel mengandung atom
radioaktif, autoradiogram gel tersebut dibuat.
Pita-pita (band) pada lajur-lajur (lane) yang berbeda pada gel akan tampak setelah
proses pewarnaan; satu lajur merupakan arah pergerakan sampel dari "sumur" gel. Pita-pita
yang berjarak sama dari sumur gel pada akhir elektroforesis mengandung molekul-molekul
yang bergerak di dalam gel selama elektroforesis dengan kecepatan yang sama, yang
biasanya berarti bahwa molekul-molekul tersebut berukuran sama. "Marka" atau penanda
(marker) yang merupakan campuran molekul dengan ukuran berbeda-beda dapat
digunakan untuk menentukan ukuran molekul dalam pita sampel dengan mengelektroforesis marka tersebut pada lajur di gel yang paralel dengan sampel. Pita-pita pada
lajur marka tersebut dapat dibandingkan dengan pita sampel untuk menentukan
ukurannya. Jarak pita dari sumur gel berbanding terbalik terhadap logaritma ukuran
molekul.
3.
KROMATOGRAFI
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada
larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam.
Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat
dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat
dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen
tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisis
lebih lanjut.
Berdasarkan bahan dan peralatan yang digunakan kromatografi dibedakan menjadi 4 jenis, antara
lain :
pada
kertas, maka
bagian
bawah kertas
dicelupkan
dalam
larutan
menjadi lembaran-lembaran yang lebih kecil dengan berbagai ukuran. Biasanya lembaran
kecil itu berukuran 13 inci tetapi untuk lembaran yang lebih kecil dapat disesuaikan.
KLT mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya: waktu yang dibutuhkan tidak lama (2
5 menit) dan sampel yang dipakai hanya sedikit sekali (2 20 g). Kerugiannya dengan
menggunakan KLT adalah tidak efektif untuk skala industri. Walaupun lembaran KLT yang
digunakan lebih lebar dan tebal, pemisahannya sering dibatasi hanya sampai beberapa
miligram sampel saja .
Larutan sampel ditotolkan pada plat dengan pipet mikro atau injektor pada jarak 1
2 cm dari batas plat. Setelah kering plat siap untuk dikembangkan dengan fasa gerak
sampai pada batas tertentu. Proses pengembangan dikerjakan dalam wadah tertutup
yang diisi eluen dan telah dijenuhi uap eluen agar dihasilkan pemisahan yang baik.
Langkah selanjutnya yaitu mengeringkan sisa eluen dalam plat, kemudian melakukan
identifikasi yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: pengamatan langsung
(untuk noda/bercak yang tampak), dengan lampu ultraviolet, atau dengan pereaksi
semprot penimbul warna. Dalam penelitian ini menggunakan pereaksi yang digunakan
adalah Dragendorff.
Prinsip kromatografi penukar ion adalah penggunaan matriks penukar ion yang
mengikat secara kovalen gugus fungsi bermuatan negatif pada penukar kation, atau
gugus fungsi yang bermuatan positif pada penukar anion seperti terlihat pada gambar
8. Matriks berupa polimer elastis dan mengandung senyawa resin sintetik yang
terbuat dari bahan dekstran: selulosa atau sefadeks. Matriks penukar kation yaitu
karboksimetil selulosa (CMC), dan matriks penukar kation yaitu dietil aminoetil
(DEAE)-selulosa dan DEAE-sefadeks.
2. Kromatografi Filtrasi Gel
Kromatografi filtrasi gel merupakan teknik pemisahan protein dan makro molekul
biologi lain berdasarkan ukuran molekul, jadi bekerja sebagai suatu penyaring molekul
seperti terlihat pada gambar 10. Proses pemisahan ini menggunakan gel yaitu
dekstran (polimer gula yang larut dalam air) dan mengalami reaksi ikatan silang (cross
linkage) sehingga dekstran menjadi tidak larut dalam air, tetapi masih dapat
menyerap molekul air dalam molekulnya.
Daya serap matriks bergantung pada jumlah ikatan silang yang terjadi di dalamnya.
Matriks atau gel dekstran disebut juga sebagai sefadeks, misalnya sefadeks G-50.
Huruf dan nomor menunjukkan bahwa safadeks tersebut dapat dikembangkan
(Swelling) dengan air atau larutan penyangga dengan besar pengembangnya 50 kali.
Gel atau matriks ini berpori yang dikemas di dalam kolom dan dielusi dengan fase cair
mobil. Molekul yang lebih kecil akan masuk ke dalam pori matriks dan bergerak lebih
lambat, sedangkan molekul yang lebih besar akan bergerak lebih cepat karena tidak
tertahan di dalam pori matriks. Dengan demikian kromatogram molekul-molekul yang
lebih besar akan muncul sebagai komponen awal seperti terlihat pada gambar 10.
sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada
sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi).
Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari
campuran yang sangat kompleks. Skema yang paling urnum untuk melakukan
krmatografi afinitas adalah dengan melakukan tahap elusi gradien. Skema ini
melibatkan injeksi sampel ke dalam kolom afinitas dengan adanya fase gerak (dengan
pH yang tepat) dan komposisi pelarut untuk ikatan solut-ligan. Pelarut ini, yang
menggambarkan fase geraklemah pada kolom afinitas, disebut dengan bufer aplikasi.
Selama fase aplikasi pemisahan, senyawa-senyawa yang komplemen dengan ligan
afinitas akan berikatan karena sampel dilewatkan kolom dengan bufer aplikasi.
Meskipun demikian, karena selektifitas interaksi solut-Iigan yang tinggi, sampelsampel lain yang tidak terikat akan melewati kolom tanpa tertahan. Setelah
komponen-komponen yang tidak tertahan telah tercuci secara sempurna dari kolom,
solut yang tertahan dapat dielusi dengan menggunakan pelarut yang mampu
mengeluarkannya dari kolom atau yang mampu memecah kompleks ligan-solut.
Pelarut ini merupakan fase gerak yang kuat dan seringkali dikenal sebagai bufer elusi.
Begitu solut yang dikehendaki keluar dari kolom, maka solut dapat diukur atau
dikumpulkan untuk penggunaan lebih lanjut. Kolom selanjutnya diiregenerasi dengan
cara mensetimbangkan kembali menggunakan bufer aplikasi sebelum injeksi lanjut
Komplementer molekul yang mengikat (ligan) pertama kovalen digabungkan ke larut
matriks, seperti kecil agarosa manik-manik, dan matriks dituangkan ke dalam kolom.
Suatu campuran tidak murni mengandung protein untuk diisolasi ini kemudian
diterapkan pada kolom dan memungkinkan untuk berinteraksi dengan ligan amobil
Pada tahap ini, protein yang akan diisolasi mengikat secara khusus untuk ligan amobil
sementara sisa molekul dalam aliran campuran melalui kolom. Protein kepentingan
kemudian dapat dielusi dari kolom di bawah kondisi yang mengganggu interaksinya
dengan ligan bufer pengelusi mengandung zat yang berfungsi untuk memutuskan
ikatan antara protein yang akan diambil dengan lingannya. Jadi, buffer pengelusi ini
dapat berkompetisi tempat dengan ligan terikat, sehingga protein lepas dan
selanjutnya keluar bersama eluen.
Munculnya puncak pada grafik serapan fraksi-fraksi protein hasil pemurnian
tergantung pada bufer pengelusi. Jika bufer pengelusi kurang kuat untuk memutuskan
ikatan antara ligan dengan protein, maka akan terjadi tailing, yaitu puncak yang
melebar. Selain itu, volume matriks juga mempengaruhi lebarnya puncak, karena ligan
yang ada semakin banyak. Jadi, semakin besar volume matriks semakin lebar puncak
serapan, sehingga protein yang dihasilkan lebih banyak.
2.
Sangat mudah terjadi pencampuran uap sample ke dalam aliran fase gerak
3.
Pemisahan fisik terjadi di dalam kolom yang jenisnya banyak sekali, panjang dan
suhunya dapat diatur.
4.
5.
Kelima hal tersebut di atas telah melebarkan jangkauan penggunaan kromatografi gas yang
sampai saat ini secara luas banyak digunakan / dibutuhkan untuk analisis fisiko-kimia
(kualitatif dan kuantitatif).Pada kromatografi gas sample diuapkan di dalam gerbang suntik
(injection port) dan selanjutnya mengalami pemisahan fisik pada kolom setelah dielusi
dengan fase gerak (gas pembawa) yang inert (lembam). Ada dua metode kromatografi gas,
yaitu :
1.
Kromatografi Gas Padat (KGP) : Fase diam pada KGP adalah butiran-butiran
adsorben padat dan fase geraknya adalah gas. Mekanisme pemisahan komponen
sample adalah perbedaan fisik adsorpsi oleh fase diam. Ada beberapa kelemahan
KGP yaitu : adsorpsi fase diam terhadap komponen-komponen sample bersifat
semipermanen terutama terhadap molekul yang aktif atau molekul yang polar. Di
samping itu, KGP sering kali memberikan bentuk kromatogram yang berekor.
Kelemahan yang lain dari KGP adalah efektivitas pemisahan komponen sanhat
dipengaruhi oleh bobot molekul. KGP lebih efektif untuk pemisahan komponenkomponen dengan massa relative (Mr) rendah.
2.
Kromatografi Gas Cair (KGC) dikemukakan pertama kali oleh Martin dan Synge.
Pada KGC sebagai fase diamnya adalah cairan yang disalut tipis pada permukaan
butiran padat sebagai pendukung, sedangkan fase geraknya adalah gas yang
lembam. mekanisme pemisahannya adalah perbedaaan partisi komponenkomponen sample diantara fase diam dan fase geraknya.
REVIEW JURNAL
Berdasarkan jurnal Purifikasi Protein Fusi MBP-Mga Streptococcus pyogenes Hasil Ekspresi
Heterolog di Escherichia coli (jurnal terlampir) telah dilakukan optimasi proses pemurnian protein
fusi MBP-Mga Streptococcus pyogenes dari Escherichia coli pMALMga rekombinan yang
mengandung gen mga49. Pemurnian dilakukan menggunakan kolom kromatografi afinitas dengan
ligan amilosa. Kemudian di analisis menggunakan SDS-page dan menghasilkan pita tunggal dengan
ukuran 104 kDa yang menunjukkan protein fusi MBP-Mga murni.
Pemurnian terhadap protein ekstrak kasar E. coli pMALMga hasil overekspresi dilakukan
masing-masing 4 kali pengulangan untuk yang dicuci dengan bufer pencuci 100X volume kolom dan
4 kali pengulangan untuk yang dicuci dengan bufer pencuci 50X volume kolom. Hasil pengukuran
serapan fraksi-fraksi protein MBP-Mga hasil pemurnian dengan kolom resin amilosa yang
sebelumnya dicuci dengan bufer pencuci 100X volume kolom untuk 4 kali pengulangan masingmasing menunjukkan 1,897 g/ml, 1,890 g/ml, 1,901 g/ml dan 1,898 g/ml. Sedangkan hasil
pengukuran serapan fraksi-fraksi protein MBP-Mga hasil pemurnian dengan kolom resin amilosa
yang sebelumnya dicuci dengan bufer pencuci 50X volume kolom untuk 4 kali pengulangan masingmasing adalah 1,897 g/ml, 1,890 g/ml, 1,901 g/ml dan 1,898 g/ml.
Protein fusi MBP-Mga hasil pemurnian yang dicuci dengan bufer pencuci 100X volume kolom
terdapat pada fraksi ketiga sampai kelima, sedangkan protein fusi MBP-Mga hasil pemurnian yang
dicuci dengan bufer pencuci 50X volume kolom terdapat pada fraksi ketiga sampai ketujuh.
Munculnya puncak pada grafik serapan fraksi-fraksi protein fusi MBP-Mga hasil pemurnian
tergantung pada bufer pengelusi. Jika bufer pengelusi kurang kuat untuk memutuskan ikatan antara
ligan (amilosa) dengan protein fusi MBP-Mga, maka akan terjadi tailing, yaitu puncak yang melebar.
Selain itu, volume matriks juga mempengaruhi lebarnya puncak, karena ligan yang ada semakin
banyak. Jadi, semakin besar volume matriks semakin lebar puncak serapan, sehingga protein MBPMga yang dihasilkan lebih banyak. Dari data hasil penelitian, diketahui bahwa pemurnian protein fusi
MBP-Mga dengan teknik kromatografi afinitas menggunakan kolom resin amilosa memberikan hasil
yang reprodusibel.
Kemudian dilakukan analisis SDS-Page untuk melihat hasil pemurnian dengan kolom resin
amilosa. Protein yang digunakan sebagai pembanding terhadap protein MBP-Mga murni hasil
pemurnian adalah protein marker dan protein ekstrak kasar E.Coli pMALMga yang diinduksi selama 2
jam dengan IPTG 0,3 mM dalam medium LB yang mengandung 0,2% glukosa. Hasil pemurnian
protein fusi MBP-Mga yang dicuci dengan bufer pencuci 100X dan 50X volume kolom memberikan
kadar yang hampir sama, tetapi pemurnian protein fusi MBP-Mga yang dicuci dengan bufer pencuci
100X volume kolom memberikan hasil yang lebih murni, karena pada elektroforegram memberikan
satu pita dengan massa molekul relatif sekitar 104 kDa. Protein Mga yang difusikan dengan protein
MBP terdiri dari 533 asam amino dan pI 5,88.