GASTROINTESTINAL
KULIAH 7 (part.2), 8, 11, 16
Core Team:
Bila, Aghis, Arif, Fira, Felix, Nichi, Venita,
Devi, Elita, Andy, Fitri
o
o
Gejala klinis
Amebiasis intestinal: nyeri perut dan diare dengan tinja berlendir
atau berdarah, tidak nafsu makan BB turun. Kalau kronik
(menahun), diarenya diselingi sembelit dan ada rasa tidak enak di
perut.
Amebiasis ekstraintestinal: ada abses hati (paling sering), demam,
batuk, dan nyeri perut kuadran kanan atas.
Diagnosis pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan serologi untuk
mendeteksi antibodi, deteksi antigen, PCR.
Pengobatan
Obat yang bekerja pada lumen usus:
Paromomisin (humatin): dosis 25-35 mg/kgbb/hari selama 7 hari
Diloksanaid furoat (furamid, entamizol): dosis 3 kali 500 mg perhari
selama 10 hari.
Iodoquinol (iodoksin): dosis 3 kali 650 mg/ hari selama 20 hari.
Obat yang bekerja pada jaringan:
Emetin hidroklorida
Metronidazole: dosis 3x750 mg/ jari selama 7-10 hari.
Pencegahan dengan kebersihan perorangan (cuci tangan) dan
kebersihan lingkungan (masak air minum sampai mendidih, mencuci
sayur dan buah dengan bersih, menutup makanan yang dihidangkan,
buang sampah di tempat tertutup, serta tidak menggunakan tinja
manusia sebagai pupuk).
Blastocystis hominis
o Disease: blastocystosis
o Epidemiologi: terutama ditemukan di daerah tropik.
o Morfologi dan Life cycle
B. hominis mempunyai 4 bentuk: vakuolar, granular, ameboid, dan
bentuk kista.
Bentuk alveolar paling sering ditemukan pada tinja atau biakan. Di
tengah ada struktur mirip vakuol yang tampak transparan dan refraktil.
Vakuol disebut benda sentral, yang dikelilingi oleh sitoplasma perifer
yang mengandung nukleus, mitokondria, dan badan Golgi. Inti 1-4..
Bentuk granular sel berisi granula. Stadium ini dibentuk dari
stadium vakuolar. Fungsinya belum diketahui.
Bentuk Ameboid bentuk tidak teratur dan banyak ditemukan dalam
tinja atau biakan. Mirip leukosit.
Bentuk kista polimorfik, tapi kebanyakan oval atau sirkular, dengan
atau tanpa lapisan membran. Mengandung mitokondria dan inti.
B. hominis berkembang biak secara aseksual dengan 4 macam
pembelahan: belah pasang, plasmotomi, skizogoni, dan
endodiogeni. Pada manusia biasanya terjadi belah pasang. Bentuk
ameba berkembang dengan plasmotomi, yaitu terpotongnya satu atau
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Microsporidium
o Disease: Microsporidiasis
o Daur hidup
Microsporidia adalah parasit obligat intraseluler yang mempunyai 2
fase perkembangan: skizogoni (merogoni) dan fase sporogoni. Infeksi
dimulai dengan masuknya spora ke dalam sel hospes. Tempat
utamanya adalah sel epitel traktus GI dan traktus respiratorius. Setelah
terjadi penonjolan polar filamen dan pengeluaran isi spora ke dalam sel
hospes, ia akan membelah diri melalui proses merogoni yang diikuti
diferensiasi menjadi spora (sporogoni). Sporoplasma akan berkembang
biak menjadi meron. Membran sel meron menebal, kemudian
berdiferensiasi membentuk sporon. Sporon membelah dan membentuk
sporoblas, kemudian menghasilkan spora matang. Spora yang
dikeluarkan dapat menginfeksi sel lain atau ke lingkungan melalui tinja,
urin, atau sekresi saluran napas.
o Gejala Klinis: pada infeksi intestinal, frekuensi BAB sekitar 1-20 kali
per hari dengan konsistensi cair. Bila infeksi pada kandung empedu
dapat disertai nyeri abdomen, muntah, dan demam.
o
o
Summary:
Parasit usus gejala usus
Anak, diare, cengeng, malnutrisi, sakitan: askariasis
Anemi: cacing tambang
Prolapsus rekti: Trichuris trichiura
Diare lendir darah: E. histolytica
Anak gatal di anus: Oxyuris
Diare bau busuk: Giardia
Danau lindu, lembah napu: Schistosoma
STH: pirantel, oksantel, piperazin, mebendazol,
prazikuantel
Trichuris: mebendazol, albendazole
Taenia, Schistosoma: prazikuantel
Infeksi oportunis
Aids, diare berat, dehidrasi:
- I. belli
- C. parvum
- C. cayetanensis
- B. hominis
- Microsporidia
Cara infeksi
Menelan telur, kista, ookista
Larva filariform menembus kulit
- Cacing tambang, strongyloides
Makan sistiserkus
- taenia
Makan metaserkaria
- Fasciolopsis buski
Serkaria menembus kulit
- skistosoma
Epidemiologi
Pencemaran tanah dengan telur: STH
Pencemaran air dengan telur: Schistosoma
albendazol,
K-8: MIKROBIOLOGI
OLEH: DR. ANIS K.
Infeksi saluran cerna yang sering terjadi:
Gastroenteritis: Sebuah sindrom yang timbul akibat gangguan dari
saluran cerna. Bisa nyeri, begah, diare dll.
Diare
E.COLI
-
Merupakan flora normal di tubuh kita, tapi saat ini sudah cukup banyak
E. coli yang menjadi patogen. Diperkirakan E. coli mendapatkan faktor
virulensinya dari bakteri lain. Kebanyakan faktor virulensi E.coli mirip
dengan bakteri lain.
- Enteropathogenic E. coli (EPEC) berevolusi Enterohemorragic E.
coli atau EHEC (tadinya EPEC yang mendapatkan faktor virulensi yang
lebih banyak lagi)
- EHEC bukan hanya ada di manusia, ada di sapi jadi flora normal
feses sapi mengkontaminasi susu atau daging wabah bahkan di USA
Bahayanya: EHEC memiliki beberapa faktor virulensi. Hemorrhagic dapat
membuat perdarahan di kolon. EHEC juga menghasilkan ferotoksin 1 dan
2 yang akan masuk ke dalam darah yang reseptornya ada di dalam ginjal,
Vibrio Cholerae
- Sangat sedikit penderitanya sekarang. Menyebabkan diare dengan
feses seperti air cucian beras. Sekali keluar bisa dua liter!
menyebabkan dehidrasi.
- Bentuk fesesnya benar-benar hanya seperti air.
- Sebenarnya juga tidak tahan terhadap asam lambung.
- Terdapat bermacam-macam Vibrio, ada yang serovar 01 dan non 01.
- Vibrio parahemolitikus snagat berhubungan dengan seafood. Dulu
banyak orang jepang yang kena karena memakan ikan mentah
VIRUS
- Yang paling penting adalah ROTAVIRUS
- Lebih dari 50% diare anak di bawah 2 tahun terkena
- Pada bayi di bawah 6 bulan, IgG dan IgM masih didapat dari ibu. Sejak
usia 6 bulan hingga ke 2 tahun turun ( merupakan masa-masa yang
rentan). Baru pas 2 tahun sistem imun anak naik lagi.
- Inkubasi rotavirus berlangsung selama 1 hingga 2 hari
- Sebenarnya self limiting tangani cairannya, biasanya 7 hari sembuh
jika intake baik.
- Dalam 7 hari, dengan mekanisme yang belum jelas, akan sembuh.
- Deteksinya yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan antigen (serologi)
pada feses.
BOTULISME
BAKTERI C.botulinum merupakan bakteri anaerob. Karena sifatnya ini,
biasanya botulisme disebabkan karena memakan makanan kalengan yang
terinfeksi oleh bakteri tersebut. Spora C.botulinum mengkontaminasi
makanan kaleng menghasilkan banyak gas dan membuat kaleng
mengembung.
Masalahnya, kalau gas dihasilkan belum berlebih, belum ketahuan adanya
kontaminasi ini
Makanan kaleng terinfeksidihangatkan spora berubah menjadi bentuk
vegetative yang menghasilkan toksin toksin masuk ke saluran cerna
masuk ke saraf menghambat asetilkolin di neuromuscular junction
paralisis dari atas ke bawah, dimulai dari mata bahaya jika kena otot
pernafasan pasien akhirnya harus pake ventilator
Antibiotic-Associated Diarrhea
- Terjadi gangguan pada flora normal perut. Bisa disebabkan berbagai
bakteri
ANGKA INSIDENSI
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat.
Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya
harus diketahui terlebih dahulu tentang :
- Data tentang jumlah penderita baru
- Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru( Population
at Risk )
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
b. Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebut pada saat yang sama.
c. Secondary Attack Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada
serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi
orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama.
Angka
Insidensi =
Angka Insidensi:
Menurut periode waktu (harus kasus yang baru)
Penyebut populasi yang rentan (populasi yang tidak berhubungan
HARUS dieksklusikan) Contoh, jika ingin mengetahui Angka Insidensi
Kasus penyakit prostat, maka KAUM WANITA harus dieksklusikan
karena tidak ada Kelenjar Prostat pada wanita, sehingga tidak mungkin
wanita menderita penyakit prostat.
ANGKA PREVALENSI
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat
tertentu. Pada perhitungan angka prevalensi, digunakan jumlah seluruh
penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau
Penduduk dengan Risiko (Population at Risk).
Angka
Prevalensi =
Angka prevalensi
Untuk evaluasi program pengobatan
PERIOD PREVALENCE
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalen
Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat
munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa. Dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan
Period
Prevalence =
Period Prevalence
Tak dapat menentukan kondisi sesaat
Distribusi Penyakit:
1. Bukan bersifat random. Penyakit bukan karena nasib
2. Selidikilah pengaruh faktor determinan, baik intrinsik maupun
ekstrinsik
Intrinsik = Genetik ; Ekstrinsik = Paparan
3. Menggunakan Pertanyaan Who Where, When
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu
direnungkan yakni :
Siapa (who), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu
atau orang yang terkena penyakit.
Di mana (where), di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan suatu penyakit:
Umur anak-anak dan orang tua (lansia) lebih rentan terkena
penyakit
Jenis kelamin penyakit tertentu memiliki kecenderungan pada
gender tertentu, misal kanker paru lebih sering pada pria
Sosial ekonomi masyarakat dengan kondisi ekonomi yang rendah,
lebih rentan terkena penyakit
Pendidikan pendidikan menentukan persepsi seseorang terhadap
penyakit
Agama berhubungan dengan kebiasaan/pemahaman umat agama
tertentu, misal: orang Islam dilarang makan babi, oleh karena itu
jarang terkena taeniasis
Suku bangsa
1. Peranan umur penyakit tertentu dialami oleh kelas usia tertentu
ANAK-ANAK
Leukemia
Campak
Pertusis
Difteria
2. Jenis kelamin
LAKI-LAKI
Hemofili
Hipertensi
Stress
Kecelakaan Lalu Lintas
3. Peranan Geografis
PERKOTAAN
Obesitas
Depresi
Polusi udara
Kecelakaan Lalu Lintas
4. Peranan Musim
KEMARAU
Batuk
Pharingitis
DHF
Malaria
MANULA
- Diabetes Melitus
- Jantung Koroner
- Osteoporosis
- Kanker Nasofaring
PEREMPUAN
- Diabetes
- Anemia
- Gondok
- Kecelakaan Rumah Tangga
PEDESAAAN
- Leptospirosis
- Brucelosis
- Alergi pollen
- Zoonosis lain
PENGHUJAN
- Diare
- Influenza
- Tipus
- Disentri
Studi Retrospektif
Mengevalusi peristiwa yang sudah berlangsung
LINGKARAN EPIDEMIOLOGI
Komponen sebab
Komponen akibat
Komponen hubungan dosis
Komponen hubungan temporal
Dalam menyusun sebuah hipotesa, dapat menggunakan metode berikut:
Method of agreement
Method of difference
FAKTOR PENYEBAB
RR (OR) < 0,3
0,3 < RR < 0,5
0,5 < RR < 1,0
SYARAT PENULARAN
Agen biologis yang patogen
RANTAI
PENULARAN
Pencegah nyata
Pencegah lemah
Bukan pencegah
PRINSIP
PENCEGAHAN
PROGRAM PENCEGAHAN
Agent menemukan etiologi danmenentukan terapi
Host pencegahan dengan imunisasi
Ports
Penyuluhan untuk mengubah
Transmisi perilaku
Reservoir menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
TAHAP PENCEGAHAN
Health promotion
Specific protection
Disability limitation
Rehabilitation
1. Health promotion
Pola hidup bersih dan sehat
Intake gizi seimbang
Olahraga secara teratur
Tidak merokok
Tidak minum minuman keras
Menghindari penyalahgunaan obat
2. Specific protection
Penyediaan air bersih
Memasak air minum
Pengawasan kualitas makanan
Cuci tangan dengan sabun
Imunisasi hepatitis B
* Health promotion dan Specific protection merupakan tahap
pencegahan primer
3. Early diagnostics and prompt treatment
Dibahas mengenai Early Diagnostic khususnya pada kelainan
degenerative
Pemeriksaan laboratorium hati rutin
Endoskopi gastrointestinal
Pemeriksaan radiologis rutin
4. Disability limitation
Pemberian cairan oralit
problem Gastrointestinal:
Diare (diarrhea)
Konstipasi (constipation)
Muntah (emesis/vomiting)
Nyeri abdomen (abdominal pain)
Perdarahan GI (GI bleeding)
Intoleransi Laktosa (Lactose Intolerance)
Diare
Diare adalah penyebab mortalitas dan morbiditas pediatrik di
seluruh dunia. Kematian akibat diare langka di negara industri, tetapi
umum ditemukan di negara berkembang. Diare akut menjadi masalah
yang besar apabila terjadi dengan malnutrisi atau pada ketiadaan
penanganan medis. Di Amerika Utara (Amerika dan Kanada), mayoritas
diare akut disebabkan oleh virus dan bersifat self-limited sehingga tidak
membutuhkan tes diagnostik atau penanganan tertentu. Agen bakteri
cenderung menyebabkan sakit yang lebih parah dan umumnya terjadi
Gastroenteritis*
Food poisoning
Antibiotic
associated
Overfeeding
Rare
Primary
Antibiotic
associated
disaccharidase Toxic ingestion
Adolescent
Hyperthyroidism
deficiency
Hirschsprung toxic colitis
Adrenogenital syndrome
Chronic
Comm Postinfectious secondary Postinfectious
Irritable
bowel
on
lactase deficiency
secondary lactase syndrome
deficiency
Cow's milk/soy protein
Inflammatory
intolerance
bowel disease
Chronic
nonspecific Irritable
bowel Lactose
diarrhea
of
infancy syndrome
intolerance
(toddler's diarrhea)
Celiac disease
Giardiasis
Celiac disease
Lactose intolerance Laxative
abuse
(anorexia
nervosa)
Cystic fibrosis
Giardiasis
AIDS enteropathy
Inflammatory
AIDS enteropathy
bowel disease
AIDS enteropathy
Rare
Primary immune defects Acquired
immune Secretory tumors
defects
Familial villous atrophy
Secretory tumor
Primary
bowel
tumor
Secretory tumors
Pseudo-obstruction
Congenital chloridorrhea Factitious
Acrodermatitis
enteropathica
Lymphangiectasia
Abetalipoproteinemia
Eosinophilic gastroenteritis
Short bowel syndrome
Intractable
diarrhea
syndrome
Autoimmune enteropathy
Factitious
*Gastroenteritis includes viral (rotavirus, norovirus, astrovirus)
tertahan. Hal ini menyebabkan cairan pada celana dalam ketika tekanan
di dalam melebihi tekanan sphincter, sehingga menyebabkan
encopresis.
Penyakit Hirschsprung memiliki karakteristik penundaan passase
meconium pada anak baru lahir, distensi abdominal, emesis, demam,
dan BAB berbau khas. Kondisi ini diakibatkan kegagalan dari sel ganglion
untuk bermigrasi pada usus bagian distal, menyebabkan spasme dan
obstruksi fungsional pada bagian yang aganglionik. Hanya sekitar 6%
anak dengan penyakit Hirschsprung melakukan passsase meconium
dalam 24 jam pertamanya. Pada anak normal, persentasenya adalah
95%. Mayoritas anak penderita secara cepat menjadi sakit karena
enterocolitis atau obstruksi. Ketika mengevaluasi anak dengan 3 tahun
dengan ketakutan defekasi, tinja besar, dan tanpa riwayat konstipasi
neonatal, penyakit Hirschsprung bukanlah etiologi yang disarankan.
Beberapa penyebab konstipasi yang lain adalah kelainan korda spinalis,
hipotiroidisme, obat-obatan, cystic fibrosis, dan malformasi anorectal.
Beberapa variasi dari kecacatan perkembangan sistemik mengarah ke
konstipasi karena penurunan kapasitas untuk bekerjasama dengan
toileting, penurunan usaha atau kendali otot-otot lantai pelvis saat
defekasi, dan penurunan persepsi terhadap kebutuhan untuk BAB.
Karakteristik konstipasi
Tabel di bawah ini merangkum beberapa karakteristik umum dari
penyebab-penyebab
konstipasi.
Malformasi
kongenital
biasanya
menyebabkan gejala semenjak lahir. Konstipasi fungsional adalah
diagnosis yang paling sering pada pasien yang lebih dewasa dan
biasanya terjadi pada waktu pelatihan untuk menggunakan toilet. Onset
pada saat mulai sekolah juga cukup umum (karena akses untuk toilet
yang bebas dan pribadi mungkin sangat terbatas. Penggunaan beberapa
obat-obatan, seperti opiat dan psikotropika, juga diasosiasikan dengan
konstipasi.
of
Constipation
and
Constipation
Hirschsprung
disease
Functional
constipation
Anorectal
colonic
malformations
Anal stenosis
Anteriorly
displaced anus
Imperforate anus
Colonic stricture
Multisystem
disease
Muscular
dystrophy
Cystic fibrosis
Diabetes mellitus Laboratory: Tests directed at suspected disorder
confirm the diagnosis
Developmental
delay
Celiac disease
Spinal
cord History: History of swelling or exposed neural tissue
abnormalities
in the lower back, history of urinary incontinence
Meningomyelocele
Tethered cord
Examination: Lax sphincter tone due to impaired
innervation,
visible or palpable abnormality of lower back usually
(but not always) present
Sacral teratoma or
lipoma
Laboratory: Bony abnormalities often present on
plain x-ray. MRI of spinal cord reveals characteristic
abnormalities
Drugs
History: Recent use of drugs known to cause
constipation
Narcotics
Examination:
Features
suggest
functional
constipation
Psychotropics
Laboratory: No specific tests available
Muntah/Emesis (Vomiting)
Ada beberapa istilah yang harus diklarifikasi yang menyangkut
muntah. Muntah sendiri dapat didefinisikan sebagai ekspulsi/pengeluaran
secara kuat isi gastrointestinal ke esophagus. Refluks gastroesofageal
(GER) merupakan keluarnya/pergerakan isi lambung ke esophagus secara
involunter. Regurgitasi adalah suatu refluks yang mengalir, bergerak
(dribbled) tanpa usaha ke dalam atau keluar mulut atau esofagus.
Regurgitasi tidak berhubungan dengan nyeri fisis dan bayi dengan
regurgitasi seringkali lapar segera setelahnya. Sfingter esophagus bawah
mencegah refluks isi lambung ke esophagus, tetapi pada bayi regurgitasi
terjadi karena refluks gastroesofageal melalui sfingter esophagus bawah
yang inkompeten atau imatur. Regurgitasi seringkali merupakan proses
perkembangan dan sembuh bila telah matur. Regurgitasi harus dibedakan
Child
Adolescent
Gastroenteritis
Gastroenteritis
Gastroenteritis
Gastroesophageal reflux
Systemic infection
GERD
Overfeeding
Gastritis
Systemic infection
Anatomic obstruction
Toxic ingestion
Toxic ingestion
Systemic infection
Pertussis syndrome
Gastritis
Pertussis syndrome
Medication
Sinusitis
Otitis media
Reflux (GERD)
Inflammatory
disease
Common
Sinusitis
bowel
Nyeri Abdomen
Nyeri abdomen dapat bersifat akut ataupun kronik.
Infant
Child
Adolescent
Otitis media
Appendicitis
Migraine
Pregnancy
Medication
Ipecac abuse/bulimia
Rare
Adrenogenital syndrome
Inborn
error
metabolism
Reye syndrome
Reye syndrome
of Hepatitis
Hepatitis
Peptic ulcer
Pancreatitis
Pancreatitis
Subdural hemorrhage
Brain tumor
Brain tumor
Food poisoning
Increased
Increased
intracranial pressure pressure
intracranial
Rumination
Renal tubular acidosis
Chemotherapy
Chemotherapy
Achalasia
Cyclic
vomiting Biliary colic
(migraine)
Renal colic
Esophageal stricture
Duodenal
hematoma
Inborn
error
metabolism
of
Kontipasi
UTI
urolitiasis
ovarian torsion (melilit) dan kista ovarium
kehamilan ektopik
penyakit inflamasi pelvis (pelvic inflammatory disease)
kolesistitis akut
penyakit ulkus
pancreatitis
inflammatory bowel disease
purpura Henoch-Schonlein
Kondisi-kondisi yang memerlukan operasi:
apendisitis
intususepsi
malrotasi dengan volvulus
incarcerated inguinal hernia
testicular torsion
ingesti benda asing
Nyeri abdomen kronik dapat bersifat organic maupun non-organik.
Kebanyakan (95%) bersifat non-organik/fungsional. Uji diagnostic yang
diperlukan relative mahal sehingga dapat menyebabkan frustasi pada
pasien, orang tua, dan dokter. Berikut ini merupakan data epidemiologi
mengenai nyeri abdomen akut.
Terjadi pada 10-15% anak usia sekolah
Kondisi ginekologik
Kekerasan fisik dan seksual
Penyakit pediatric fungsional (criteria Rome II): Nyeri abdomen
Dyspepsia fungsional
Irritable bowel syndrome
Nyeri abdomen fungsional
Abdominal migraine
Penyakit Gastrointestinal Fungsional:
Diagnosis
Gejala Nyeri
Gejala2
BAB
Umum
FAP
(functional
abdominal
pain)
12
minggu
Hampir
terus
menerus
IBS
(inflammat
ory bowel
syndrome)
12
minggu
Diredakan
dengan
defekasi
Dyspepsia
fungsional
12
minggu
Perut/abdo
men atas
Abdominal
migraine
3 atau
lebih
episod
e
selama
2 jam
atau
lebih
Paroksisma
l
,
di
tengah
(midline)
Tidak
ada
karakteristik
FGID
(functional
gastrointestinal
disease) lain
Kembungbengkak, kram
Heartburn
(dada
seperti
terbakar), rasa
kenyang
(satietas) yang
cepat
timbul,
kembungbengkak
Terjadi interval
yang
tidak
bergejala, sakit
kepala
unilateral,
aura, fotofobia,
ada
riwayat
keluarga
Tidak
berhubunga
n
Frekuensi
atau
konsistensi
abnormal,
ada mukus
Tidak
berhubunga
n
Tidak
berhubunga
n
lama
Pemeriksaan Fisis:
Kulit: pucat, kuning (jaundis), ekimosis
abnormal, hidrasi
Kepala, mata, telinga, hidung, tenggorokan:
Injeksi nasofaringeal, oozing
Pembesaran tonsil, perdarahan
(memar),
pembuluh
darah
Onset
Location
Pancreatitis
Acute
Intestinal
obstruction
Acute
Periumbilical Back
or
lower
gradual abdomen
Appendicitis Acute
Referral Quality
Comments
Constant,
Nausea,
sharp, boring emesis,
tenderness
Alternating
cramping
(colic)
and
painless
periods
Periumbilical, Back
or Sharp,
then localized pelvis
if steady
to lower right retrocecal
quadrant;
generalized
with
Distention,
obstipation,
emesis,
increased
bowel sounds
Anorexia,
nausea,
emesis, local
tenderness,
fever
with
peritonitis
Disease
Onset
Location
Referral Quality
Comments
peritonitis
Intussuscepti Acute
on
Urolithiasis
Periumbilical None
lower
abdomen
Acute, Back
sudden (unilateral)
Cramping,
Hematochezia
with painless ,
knees
in
periods
pulled-up
position
Groin
Sharp,
Hematuria
intermittent,
cramping
Bladder
Disorder
Characteristics
Lactose intolerance
Symptoms
may
be Trial of lactose-free diet;
associated
with
lactose lactose breath hydrogen
ingestion; bloating, gas, test
cramps, and diarrhea
Parasite
infection Bloating, gas, cramps, and Stool evaluation for O &
(especially Giardia) diarrhea
P;
specific
immunoassays
for
Giardia
Excess fructose
sorbitol ingestion
Characteristics
Key Evaluations
Nonorganic
Recurrent abdominal Nonspecific
pain,
pain
syndrome periumbilical
(functional
abdominal pain)
Irritable
syndrome
tests
as
bowel Intermittent
cramps, Hx and PE
diarrhea, and constipation
Nonulcer dyspepsia
Gastrointestinal Tract
Chronic constipation Hx
of stool
retention, Hx and PE; plain x-ray of
evidence of constipation on abdomen
examination
or Nonspecific
abdominal Large intake of apples,
pain, bloating, gas, and fruit
juice,
or
diarrhea
candy/chewing
gum
sweetened with sorbitol
Peptic ulcer
Burning
or
gnawing Esophagogastroduodeno
epigastric pain; worse on scopy
or
upper
GI
awakening or before meals; contrast x-rays
relieved with antacids
Esophagitis
Epigastric
pain
substernal burning
Meckel's
diverticulum
Periumbilical
or
lower Meckel
scan
abdominal pain; may have enteroclysis
blood in stool
Recurrent
intussusception
Paroxysmal
severe
cramping abdominal pain;
blood may be present in
stool with episode
Key Evaluations
with Esophagogastroduodeno
scopy
or
Identify intussusception
during episode or lead
point
in
intestine
between episodes with
contrast
studies
of
gastrointestinal tract
Disorder
Characteristics
Key Evaluations
Disorder
Characteristics
other
evidence
polyserositis
Anemia
Key Evaluations
of
Hematologic evaluation
Choledochal cyst
Lead poisoning
Recurrent
pancreatitis
serum
trypsinogen; ultrasound
or CT of pancreas
Henoch-Schnlein
purpura
Genitourinary Tract
Urinary
infection
Hydronephrosis
Unilateral
flank pain
abdominal
or Ultrasound of kidneys
Urolithiasis
ultrasound,
Gilbert syndrome
Familial
Paroxysmal
episodes of Hx and PE during an
Mediterranean fever fever, severe abdominal episode, DNA diagnosis
pain, and tenderness with