Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENATALAKSANAAN SEPSIS
Oleh:
Alwidya Rosyid
(G99141138)
Ifanemagasaro M
(G99141139)
Adigama Priamas F
(G99141140)
Tatas Bayu M
(G99141141)
Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Referat Ilmu Penyakit Dalam dengan judul:
PENATALAKSANAAN SEPSIS
Oleh:
Alwidya Rosyid
(G99141138)
Ifanemagasaro M
(G99141139)
Adigama Priamas F
(G99141140)
Tatas Bayu M
(G99141141)
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
Sepsis merupakan respons sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau
toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivitas proses inflamasi.
(infeksi dan inflamasi). Sepsis dibagi dalam derajat Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat, sepsis dengan hipotensi, dan syok septik.
Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, fungi atau riketsia. Respon
sistemik dapat disebabkan oleh mikroorganisme penyebab yang beredar dalam darah
atau hanya disebabkan produk toksik dari mikroorganisme atau produk reaksi radang
yang berasal dari infeksi lokal.
Sepsis adalah penyebab tersering di perawatan pasien di unit perawatan
intensif. Sepsis hampir diderita oleh 18 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Insidennya diperkirakan sekitar 50-95 kasus diantara 100.000 populasi dengan
peningkatan sebesar 9% tiap tahunnya. Syok akibat sepsis merupakan penyebab
kematian tersering di unit pelayanan intensif di Amerika Serikat (Fitch SJ, 2002).
Penelitian epidemiologi sepsis di AS menyatakan insiden sepsis sebesar 3/1.000
populasi yang meningkat lebih dari 100 kali lipat berdasarkan umur (0,2/1.000 pada
anak-anak, sampai 26,2/1.000 pada kelompok umur > 85 tahun). Angka perawatan
sepsis berkisar antara 2 sampai 11% dari total kunjungan ICU. Angka kejadian sepsis
di Inggris berkisar 16% dari total kunjungan ICU. Insidens sepsis di Australia sekitar
11 tiap 1.000 populasi. Sepsis berat terdapat pada 39 % diantara pasien sepsis. Angka
kematian sepsis berkisar antara 25 - 80 % diseluruh dunia tergantung beberapa faktor
seperti umur, jenis kelamin, ras, penyakit penyerta, riwayat trauma paru akut, sindrom
gagal napas akut, gagal ginjal dan jenis infeksinya yaitu nosokomial, polimikrobial
atau jamur sebagai penyebabnya.( Reinhardt et al, 2005).
Sepsis dapat mengenai berbagai kelompok umur, pada dewasa, sepsis
umumnya terdapat pada orang yang mengalami immunocompromised yang
disebabkan karena adanya penyakit kronik maupun infeksi lainnya. Mortalitas sepsis
di negara yang sudah berkembang menurun hingga 9% namun, tingkat mortalitas
pada negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masih tinggi yaitu 50-70%
dan apabila terdapat syok septik dan disfungsi organ multiple, angka mortalitasnya
bisa mencapai 80%.
Pada satu penelitian, insiden dari sepsis bakterimia (baik garam negatif
maupun positif) meningkat dari 3,8/1000 pada tahun 1970 menjadi 8,7/1000 pada
tahun 1987. Antara tahun 1980 dan 1992, peningkatan insiden infeksi nosokomial
meningkat 6,7 kasus per 1000 menjadi 18,4/1000. Peningkatan jumlah pasien yang
mengalami immunocompromised dan peningkatan dari penggunaan diagnsosis
invasif dan teraupeutik merupakan salah satu faktor predisposisi dalam meningkatnya
insiden sepsis yang apabila telat ditangani dapat menjadi sepsis berat dan menjadi
syok sepsis yang sebagian besar berujung pada kematian.
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai
dengan rangsangan endo atau eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga terjadi
aktivasi makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi komplemen dan
netrofil, sehingga terjadi disfungsi dan kerusakan endotel, aktivasi sistem koagulasi
dan trombosit yang menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai jaringan dan
disfungsi/kegagalan organ multipel.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk dapat memahami Sepsis dan Syok
Sepsis mulai dari definisi, penyebab hingga penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh
yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Ditandai dengan
panas, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan dengan
gangguan sirkulasi darah.
Sepsis sindroma klinik yang ditandai dengan:
Suspected infection
Biomarker sepsis (CCM 2003) adalah prokalsitonin (PcT); Creactive Protein (CrP).
gejala:
Hipertermi 38 C
Hipotensi 90 mmHg
Hipotermi 35,6 C
Hipoksemia
Oliguria, Urine 0,5 cc/kgBB dalam 1 jam danpenyakit shock hipovolemik, infark
miokard dan emboli pulmonal sudah
disingkirkan
(Dikutip dari Glauser, 1991)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram negative dengan
presentase 60-70% kasus yang menghasilkan berbagai produk yang dapat
menstimulasi sel imun yang terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi.
(Guntur, 2008).
Gambar 3. Faktor predisposisi, infeksi, respon klinis, dan disfungsi organ pada sepsis
10
Tabel 3. Faktor predisposisi, infeksi, respon klinis, dan disfungsi organ pada
sepsis 10
C. PATOGENESIS
Sepsis dikatakan sebagai suatu proses peradangan intravaskular yang
berat. Hal ini dikatakan berat karena sifatnya yang tidak terkontrol dan
berlangsung terus menerus dengan sendirinya, dikatakan intravaskular karena
proses ini menggambarkan penyebaran infeksi melalui pembuluh darah dan
dikatakan peradangan karena semua tanda respon sepsis adalah perluasan dari
peradangan biasa.
Ketika jaringan terinfeksi, terjadi stimulasi perlepasan mediatormediator inflamasi termasuk diantaranya sitokin. Sitokin terbagi dalam
proinflamasi dan antiinflamasi. Sitokin yang termasuk proinflamasi seperti
TNF, IL-1,interferon yang bekerja membantu sel untuk menghancurkan
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Sedangkan sitokin antiinflamasi
yaitu IL-1-reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 yang bertugas untuk
memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respon yang berlebihan.
Keseimbangan dari kedua respon ini bertujuan untuk melindungi dan
memperbaiki jaringan yang rusak dan terjadi proses penyembuhan. Namun
ketika keseimbangan ini hilang maka respon proinflamasi akan meluas
menjadi respon sistemik. Respon sistemik ini meliputi kerusakan endothelial,
disfungsi mikrovaskuler dan kerusakan jaringan akibat gangguan oksigenasi
dan kerusakan organ akibat gangguan sirkulasi. Sedangkan konskuensi dari
kelebihan respon antiinflamasi adalah alergi dan immunosupressan. Kedua
proses ini dapat mengganggu satu sama lain sehingga menciptakan kondisi
ketidak harmonisan imunologi yang merusak.
polipeptida
spesifik
yang
berasal
dari
MHC
(Major
Colony Stimulating Factor), sedangkan Th2 akan mengekspresikan IL-4, IL5, IL-6, IL-10, IFN-g, IFN 1 dan TNF yang merupakan sitokin
proinflamantori. IL-1 yang merupakan sebagai imuno regulator utama juga
memiliki
efek
pembentukkan
pada
sel
prostaglandin
endothelial
E2
termasuk
(PG-E2)
dan
didalamnya
merangsang
terjadi
ekspresi
merupakan
suatu
substansi
proinflamasi.
Trombin
akhirnya
D. GEJALA KLINIS
1.
Fase dini: terjadi deplesi volume, selaput lendir kering, kulit lembab dan
kering.
2.
3.
4.
Bila ada pasien dengan gejala klinis berupa panas tinggi, menggigil, tampak
toksik, takikardia, takipneu, kesadaran menurun dan oliguria harus dicurigai
terjadinya sepsis (tersangka sepsis).
Pada keadaan sepsis gejala yang nampak adalah gambaran klinis keadaan
tersangka sepsis disertai hasil pemeriksaan penunjang berupa lekositosis atau
lekopenia, trombositopenis, granulosit toksik, hitung jenis bergeser ke kiri, CRP
(+), LED meningkat dan hasil biakan kuman penyebab dapat (+) atau (-).
Keadaan syok sepsis ditandai dengan gambaran klinis sepsis disertai tandatanda syok (nadi cepat dan lemah, ekstremitas pucat dan dingin, penurunan
produksi urin, dan penurunan tekanan darah).
Gejala syok sepsis yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan
syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0,5
cc/kgBB/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).
Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal,
mempunyai gejala takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan
tekanan nadi yang melebar. (anonim, 2008)
Perubahan hemodinamik
Tanda karakteristik sepsis berat dan syok-septik pada awal adalah
hipovolemia, baik relatif (oleh karena venus pooling) maupun absolut (oleh karena
transudasi cairan). Kejadian ini mengakibatkan status hipodinamik, yaitu curah
jantung rendah, sehingga apabila volume intravaskule adekuat, curah jantung akan
meningkat. Pada sepsis berat kemampuan kontraksi otot jantung melemah,
mengakibatkan fungsi jantung intrinsik (sistolik dan diastolik) terganggu.
Meskipun curah jantung meningkat (terlebih karena takikardia daripada
peningkatan volume sekuncup), tetapi aliran darah perifer tetap berkurang. Status
hemodinamika pada sepsis berat dan syok septik yang dulu dikira hiperdinamik
(vasodilatasi dan meningkatnya aliran darah), pada stadium lanjut kenyataannya
lebih mirip status hipodinamik (vasokonstriksi dan aliran darah berkurang).
Tanda karakterisik lain pada sepsis berat dan syok septik adalah gangguan
ekstraksi oksigen perifer. Hal ini disebabkan karena menurunnya aliran darah
perifer, sehingga kemampuan untuk meningkatkan ekstraksi oksigen perifer
terganggu, akibatnya VO2 (pengambilan oksigen dari mikrosirkulasi) berkurang.
Kerusakan ini pada syok septic dipercaya sebagai penyebab utama terjadinya
gangguan oksigenasi jaringan.
Karakteristik
lain
sepsis
berat
dan
syok
septik
adalah
terjadinya
E. DIAGNOSIS
Dalam mendiagnosis sepsis, diperlukan anamnesa dan pemeriksaan
yang menyeluruh.
F. DATA LABORATORIUM
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencangkup stabilisasi pasien
langsung (perbaikan hemodinamik), pemberian antibiotik, pengobatan fokus
infeksi dan resusitasi serta terapi suportif apabila telah terjadi disfungsi organ.
10
circulation
3
kategori
untuk
memperbaiki
hemodinamik
pada
sepsis
(Leksana,2006), yaitu :
o Terapi cairan
o Terapi vasopresor
Bila cairan tidak dapat mengatasi cardiac output (arterial pressure
dan perfusi organ tidak adekuat) dapat diberikan vasopresor
potensial
seperti
norepinefrin,
dopamine,
epinefrin
dan
phenylephrine
o Terapi inotropik
Bila resusitasi cairan adekuat tetapi kontraktilitas miokard masih
mengalami gangguan dimana kebanyakan pasien akan mengalami
cardiac output yang turun sehingga diperlukan inotropik seperti
dobutamin, dopamine dan epinefrin.
Antibiotik
H. KOMPLIKASI
MODS (disfungsi organ multipel)
Penyebab kerusakan multipel organ disebabkan karena adanya gangguan
perfusi jaringan yang mengalami hipoksia sehingga terjadi nekrosis dan
gangguan fungsi ginjal dimana pembuluh darah memiliki andil yang cukup
besar dalam pathogenesis ini.
o Gastrointestinal :
Pada pasien sepsis di mana pasien dalam keadaan tidak sadar
dan terpasang intubasi dan tidak dapat makan, maka bakteri akan
berkembang dalam saluran pencernaan dan mungkin juga dapat
menyebabkan
suatu
pneumonia
nosokomial
akibat
aspirasi.
o Syok septik
o Sepsis dengan hipotensi dan gangguan perfusi menetap
walaupun telah dilakukan terapi cairan yang adekuat karena
maldistribusi aliran darah karena adanya vasodilatasi
perifer sehingga volume darah yang bersirkulasi secara
efektif tidak memadai untuk perfusi jaringan sehingga
terjadi hipovelemia relatif.
o Hipotensi disebabkan karena Endotoksin dan sitokin
(khususnya IL-1, IFN-, dan TNF-) menyebabkan aktivasi
reseptor endotel yang menginduksi influx kalsium ke
dalam sitoplasma sel endotel, kemudian berinteraksi
dengan kalmodulin membentuk NO dan melepaskan
meyebabkan
vasodilatasi
hipotensi.
otot
hiperpolarisasi,
polos
yang
diduga
relaksasi
dan
menyebabkan
BAB III
PENUTUP
Sepsis adalah penyebab tersering perawatan pasien di unit perawatan intensif.
Sepsis dapat mengenai siapa saja namun paling rentan pada orang-orang yang
mengalami imunokompromis dengan penyakit kronik. Sepsis adalah sindrom
inflamasi sistemik yang sangat mengancam jiwa. Permulaan dari infeksi yang
berlanjut dengan SIRS lalu terjadilah sepsis yang apabila terlambat ditangani dapat
menjadi sepsis yang berat yang kemudian berakibat syok septic yang menyebabkan
komplikasi-komplikasi seperti disfungsi organ multipel yang berakhir dengan
kematian. Ketika seseorang mengalami infeksi, tubuh akan kompensasi dengan
mengeluarkan respon-respon infeksi seperti proinflamasi dan antiinflamasi.
Keseimbangan faktor-faktor ini dalam melawan infeksi akan menciptakan
suatu proses perbaikan tubuh namun apabila terjadi ketidakseimbangan proses-proses
ini dimana proses-proses ini akan saling mempengaruhi maka akan menimbulkan
ketidakharmonisan imunologi yang merusak tubuh sendiri. Etiologi sepsis disebabkan
oleh berbagai macam agen infeksi seperti bakteri, virus maupun parasit. Agen infeksi
yang paling sering menyebabkan sepsis berdasarkan epidemiologi adalah bakteri
gram negative dan positif dimana mereka menghasilkan toksin-toksin yang
menyebabkan kerusakan sel tubuh terutama pembuluh darah karena penyebaran
mereka terutama hematogen.
Untuk
mendiagnosis
sepsis
diperlukan
pemeriksaan
fisik
maupun
saluran nutrisi mereka terganggu oleh karena proses infeksi. Kelainan multipel organ
akibat sepsis dapat mengenai otak, paru, ginjal, hati, jantung maupun darah yang
dapat menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitch SJ, Gossage JR. Optimal management of septic shock: rapid recognition
and institution of therapy are crucial. Postgraduate Med. 2002;3:50-9.
2.
Pinsky,
MD,
CM,
FCCP,
FCCM.
Shock
Septic.
http://emedicine.medscape.com/article/168402-overview#a0156 . Diunduh 10
Maret 2015
6. Leksana, Ery. SIRS, Sepsis, Keseimbangan Asam-Basa, Syok dan Terapi
cairan. Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP.dr.Kariadi. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,2006.
7. Sepsis.
Available
from
http://www.chestnet.org/accp/pccsu/sepsis-
Available
from
http://www.biomerieux-
diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-diagnostics/dynPage?
open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_TXT_1&p
ubparams.sform=1&lang=en . Diunduh pada tanggal 10 Maret 2015
10. A.Guntur.H. Sepsis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III . Edisi
IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI. 2007;1840-43.
11. Sepsis.
Available
from
http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0103-
Available
from
http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/lectures/lecture/sepsis.htm.
diunduh pada tanggal 10 Maret 2015
14. Sepsis.
Available
from
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/infec
tious-disease/sepsis/. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2015
15. PB PAPDI. Panduan Tatalaksana Kegawatdaruratan di Bidang Ilmu Penyakit
Dalam Edisi I. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2010. 123-5.
16. Sepsis.
Available
from
http://www.medicalexhibits.com/medical_exhibits.php?
exhibit=06907_07W&query=effect%20sepsis%20bacteria%20blood
%20poison%20immunologic%20shock .Diunduh 10 Maret 2015.
17. Sepsis. Available from : http://jasn.asnjournals.org/content/15/10/2756.full .
Diunduh 10 Maret 2015